Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Lembaga Peradilan Hukum dan
Kewenangannya” ini tepat pada waktunya yang mana makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menerima bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Mahmuzar, M.Hum, selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum
2. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materil
3. Serta semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini terselesaikan
Sebagai manusia biasa, penulis tentunya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih ada banyak hal yang merupakan suatu kekurangan yang mungkin saat ini belum
dapat penulis sempurnakan, maka dari itu dengan penuh keikhlasan penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang mana bertujuan untuk menjadi suatu pelengkap
makalah ini dimasa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya, karena dengan
membaca saja itu merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi penulis. Dan semoga dengan
adanya makalah ini para pembaca lebih terpacu untuk mengembangkan potensi diri yang ada.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1 Pengertian Lembaga Peradilan.........................................................................................2
2.2 Macam-macam Lembaga Peradilan.................................................................................4
2.2.1 Mahkamah Agung................................................................................................4
2.2.2 Mahkamah Konstitusi........................................................................................12
2.2.3 Komisi Yudisial.................................................................................................13
2.3 Fungsi dan Wewenang Lembaga Peradilan...................................................................13
BAB III: PENUTUP...............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang menganut prinsip Trias Politica atau pembagian
kekuasaan, yaitu eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Dan setiap lembaga memiliki wewenang
dan wilayah yang berbeda, seperti halnya yudikatif. Yudikatif merupakan lembaga yang
berfungsi sebagai pengawas daripada eksekutif dan legislatif, dikatakan dengan bahasa lain
yudikatif itu bisa dikatakan lembaga peradilan.
Lembaga peradilan sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi setiap warga negara
merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan otonom. Oleh karenanya peradilan di
Indonesia perlu dilakukan pengkajian baik dari segi structural maupun secara fungsionalnya.
Makalah yang berjudul “Lembaga Peradilan Hukum dan Kewenangannya” akan membahas
definisi dari lembaga peradilan, kedudukan lembaga peradilan di Indonesia dan juga wilayah
wewenang dari lembaga peradilan di Indonesia.
1.3.1 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum
1.3.2 Mengetahui pengertian dari lembaga peradilan hukum
1.3.3 Mengetahui apa-apa saja lembaga peradilan hukum yang ada di Indonesia beserta
dengan kewenangannya
1
BAB II (Pembahasan) : Pengertian lembaga peradilan, macam-macam lembaga
peradilan, wewenang lembaga peradilan.
BAB III (Penutup) : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga peradilan adalah alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap
tegaknya hukum nasional. Jika terjadi pelanggaran hukum maka pelaku pelanggaran hukum
harus dihadapkan ke muka pengadilan. Pengadilan atau badan peradilan merupakan satu
lembaga penegakan hukum di Indonesia. Dengan kata lain, proses penegakan hukum dan
lembaga yang melaksanakannya biasa disebut peradilan dan pengadilan. Pengertian antara
peradilan dan pengadilan memiliki perbedaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dinyatakan bahwa:
1) Peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara menegakkan
hukum dan keadilan,
2) Pengadilan adalah lembaga yang melakukan proses peradilan, yaitu memeriksa dan
memutuskan sengketa-sengketa hukum dan pelanggaran-pelanggaran hukum atau
undang-undang.
Pengadilan menurut UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah badan
atau pejabat yang melaksanakan kekuasaan kehakiman. Menurut UU No. 4 Tahun 2004 Pasal
1, kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang berdasarkan Pancasila dan demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Penyelenggara kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lembaga peradilan adalah badan atau organ yang
melaksanakan peradilan. Peradilan adalah tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pengadilan
(lembaga peradilan). Lembaga peradilan mempunyai tugas menjalankan peradilan dengan
2
seadil-adilnya. Tugas pokok badan-badan peradilan adalah menerima, memeriksa, dan
mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang melanggar hukum dan diajukan
kepadanya.
MAHKAMAH
\\ AGUNG MAHKAMAH KONSTITUSI KOMISI YUDISIAL
(UU 14/1985 jo UU 5/2004 (UU 24/2003 jo UU 8/2011) (Pasal 24B UUD 1945)
jo UU 3/2009)
PERADILAN UMUM
Peradilan Anak
Pengadilan Negeri
Peradilan Niaga
Pengadilan Tinggi
Peradilan Hak Asasi Manusia
Pengadilan Khusus
Peradilan Tindak Pidana Korupsi
PERADILAN AGAMA
3
PERADILAN MILITER
Pengadilan Militer
2.2 Macam-macam Lembaga Peradilan
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yang
berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan
agama,lingkungan peradilan militer,lingkungan peradilan tata usaha negara,peradilan
Hubungan Industri dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. (Pasal 18 Undang-Undang No.48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari badan pengadilan yang
mempunyai kewenangan:
1. Mengadili pada tingkat Kasasi terhadap keputusan yang di berikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung.
2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.
3. Kewenangan lainya yang diberikan undang-undangan.
Organisasi, administrasi dan financial Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada dibawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Ketentuan mengenai
organisasi, administrasi dan financial badan peradilan untuk masing-masing lingkungan
badan peradilan tersebut, diatur dalam undang-undang tersendiri sesuai dengan kekhususan
lingkungan peradilan masing-masing.
4
2.2.1.1 Peradilan Umum
A. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri dipimpin oleh seorang Ketua dan Wakil Ketua yang yang
diangkat dari Hakim yang telah berpengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun
sebagai Hakim pengadilan Negeri. Selain Ketua,Wakil Ketua pada Pengadilan Negeri
ada jabatan Hakim, Panitera dan panitera penganti serta wakil sekretaris.
B. Pengadilan Tinggi
Pengertian Pengadilan tinggi adalah pengadilan banding, yang mengadili lagi pada
ingkat kedua (tingkat banding) sesuatu perkara perdata dan/atau perkara pidana, yang
telah diadili/ diputuskan oleh Pengadilan Negeri pada tingkat pertama. Pemeriksaan
disini hanya atas dasar pemeriksaan berkas perkara saja kecuali bila Pengadilan Tinggi
merasa perlu untuk langsung mendengarkan para pihak yang berperkara.
a) Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan perkara
perdata di Tingkat Banding.
b) Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di Tingkat Pertama dan
terakhir sengketa kewenangan megadili antar Pengadilan Negeri daerah hukumnya.
C. Peradilan Khusus
5
a) Peradilan Anak
Peradilan Anak adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara anak. Batas umur anak yang dapat diajukan
ke Pengadilan Anak adalah sekurang-kurangnya 8 tahun tetapi belum mencapai
umur 18 tahun dan belum pernah kawin. Pengadilan Anak merupakan salah satu
Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum yang disahkan
pada tahun 2012 melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
b) Peradilan Niaga
Peradilan Niaga adalah peradilan khusus pada peradilan umum (pengadilan
negeri) yang akan menyelesaikan masalah permohonan kepailitan seorang
pengusaha. Kepailitan berasal dari kata dasat pailit.yang dimaksud dengan pailit
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa keadaan berhenti
membayar utatang-utang debitur yang telah jatuh tempo. Si pailit adalah debitur
yang mempunyai dua orang atau lebih kreditur dan tidak mampu membayar satu
atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Yang tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah: (Zaeni
Asyhadie, 2012:342)
Siapa saja/setiap orang yang menjalankan perusahaan atau tidak menjalankan
perusahaan;
Badan hukum, baik yang berbentuk Perseoran Terbatas, Firma Koperasi,
Perusahaan Negara dan badan-badan hukum lainya;
Harta warisan dari seseorang yang meningal dunia, dapat dinyatakan pailit,
apabila orang yang meningal dunia itu semasa hidupnya berada dalam
keadaan berhenti membayar utangnya, atau harta warisanya pada saat
meninggal dunia sipewaris tidak mencukupi untuk membayar utangnya;
Setiap wanita bersuami (si istri) yang dengan tenaga sendiri melakukan suatu
perkerjaan tetap atau suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan sendiri.
c) Peradilan HAM
Pasal 1 angka 3 menentukan bahwa yang yang dimaksud dengan Pengadilan Hak
Asasi Manusia atau Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap
pelanggaran HAM yang berat. Apa yang dimaksud dengan pengadilan HAM
tersebut belum begitu jelas, meskipun penjelasan Pasal 1 menyebutkan ”cukup
jelas”.
Jika apa yang dimaksud dengan Pengadilan HAM seperti yang ditentukan di
dalam Pasal 1 angka 3 dikatkan dengan Pasal 2 yang menentukan bahwa
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
Peradilan Umum, dan Pasal 4 yang menentukan bahwa Pengadilan Ham bertugas
dengan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang
berat, maka menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan Pengadilan HAM adalah
6
pengadilan yang berada di lingkungan Peradilan Umum yang hanya bertugas dan
berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran Ham yang
berat saja.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, apa yang dimaksud dengan kalimat “ di
lingkungan Peradilan Umum” dalam Pasal 2. Yang dimaksud dengan kalimat “ di
lingkungan Peradilan Umum” Pasal 2 tersebut adalah di lingkungan Peradilan
Umum seperti yang dimaksud oleh pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970.
Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan Peradilan HAM adalah peradilan
yang merupakan pengkhususan (diferensiasi/spesialisasi) dari peradilan di
lingkungan Peradilan Umum yang tugas dan wewenangnya hanya memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran HAM yang sangat berat.
7
karena tidak adanya penyesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan
hak, dan kewajiban keserikat-pekerja.
f) Peradilan Perikanan
Pengadilan Perikanan adalah Pengadilan Khusus di lingkungan peradilan umum
yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang
perikanan. Pengadilan Perikanan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Peradilan Agama yang bernaung di bawah Mahkamah Agung terdiri dari dua
tingakatan, tingkatan pertama berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kabupaten /kota. Sedangkan tingkatan kedua (tingkatan
banding) disebut pengadilan tinggi agama yang berkedudukan di ibukota provinsi dan
daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
Untuk dapat diangkat sebagai calon pengadilan agama, seseorang harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
Kemudian untuk bisa diangkat sebagai hakim pengadilan agama harus pegawai negeri
yang berasal dari calon hakim dan berumur paling rendah 25 tahun. Sedangkan untuk
dapat diangkat menjadi hakim pengadilan tinggi agama,seorang hakim harus memenuhi
8
syarat sebagai hakim pengadilan agama, berumur paling rendah 40 tahun, berpengalaman
paling singkat 5 tahun sebagai ketua, wakil ketua pengadilan agama, atau 15 tahun sebagai
hakim pengadilan agama dan lulus eksaminasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Ketua dan wakil ketua, dan Hakim Pengadilan diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya karena:
1) Permintaan sendiri
2) Sakit jasmani dan rohani terus menerus
3) Telah berumur 62 tahun bagi pengadilan agama dan 65 tahun bagi pengadilan tinggi
agama
4) Ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya
Ketua, wakil ketua, dan Hakim diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya
dengan alasan:
9
2.2.1.3 Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan tata usaha negara adalah peradilan yang berwenang memeriksa, mengadili,
memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas
undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Tidak termasuk dalam pengertian keputusan tata usaha negara menurut undang
undang nomor 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara adalah:
Untuk dapat diangkat menjadi hakim pengadilan tata usaha negara, seorang calon
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Dalam Peradilan Tata Usaha Negara ini, terdapat peradilan khusus yaitu Peradilan
Pajak. Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak. Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah
sengketa yang timbul di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau
Gugatan kepada Pengadilan Pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan Undang-Undang penagihan dengan surat paksa.
10
Mahkamah militer yang sekarang disebut Peradilan Militer (UU No.31 Tahun 1997
tentang Peradilan Militer), berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara
tindak pidana militer dan mengadili perkara sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.
Tindak Pidana Militer maksudnya adalah untuk tindak pidana yang dilakukan oleh
para anggota militer, sedangkan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata adalah
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha angkatan bersenjata antara orang atau
badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia. Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha
Angkatan Bersenjata adalah:
Sengketa Tata Usaha Negara tidak akan diperiksa oleh Pengadilan Tinggi Militer jika
keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan: (a) dalam waktu perang, keadaan bahaya,
keadaan bencan alam atau keadaan luar biasa yang membahayakan, dan (b) dalam keadaan
mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan ketentuan peraturan peundang-undangan
yang berlaku.
Selain apa yang dikemukakan diatas dalam pasal 9 dari UU No.31 Taahun 1997
diteentukan, bahwa pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang:
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan
tindak pidana adalah:
a. Prajurit
b. Seseorang yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan prajurit
c. Anggota suatu golongan atau jawaban atau badan yang dipersamakan atau
dianggap sebagai prajurit berdasarkan undang-undang
d. Seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan c tetapi atas
keputusan panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh
suatu pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
11
2) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.
3) Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan
atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak
pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut
dalam satu putusan.
Badan-badan peradilan tersebut pada huruf a dan huruf b, semua berpuncak pada
Mahkamah Agung sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditentukan dalam Undang-undang
pokok Kehakiman.
12
3) Memutuskan pembubaran partai politik
4) Memutuskan perselisihan hasil pemilihan umum
5) Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu subtansi penting perubahan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah adanya Komisi Yudisial. Komisi
Yudisial tersebut merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewnang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta prilaku hakim.
Pasal 24B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan landasan hukum
yang kuat bagi reformasi bidang hukum yakni dengan memberikan kewenangan kepada
Komisi Yudisial untuk mewujudkan cheks and balances. walaupun Komisi Yudisial bukan
pelaku kekuasaan kehakiman, namun fungsinya bertkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
Pasal 1 angka 1 UU No.18 Tahun 2011 menentukan, bahwa yang dimaksud dengan
Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Komisi Yudisial yang berkedudukan di
ibukota Negara Republik Indonesia mempunyai 7 (tujuh) orang yang terhitung atau
dianggap sebagai pejabat negara dengan dibantu oleh seeseorang Sekretaris Jenderal
keanggotaannya tersebut terdiri dari atas:
13
3) Dua orang akademisi hukum
4) Satu orang anggota masyarakat.
Selain fungsi dan wewenang yang telah disebutkan pada point-point lembaga
peradilan di atas, berikut ini beberapa fungsi dan wewenang lainnya dalam lembaga
peradilan:
1) Fungsi
Merupakan lembaga pengadilan tertinggi untuk semua lingkungan
peradilan dan memberi pimpinan kepada pengadilan-pengadilan yang
bersangkutan
Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua
lingkungan peradilan di seluruh Indonesia dan menjaga upaya peradilan
diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya
Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di
semua lingkungan pengadilan
Untuk kepentingan negara dan keadilan MA memberi peringatan, teguran,
dan petunjuk yang dipandang perlu
2) Wewenang
Mengadili semua perkara yang dimintakan kasasi
Meminta keterangan dari semua pengadilan di lingkungan peradilan
1) Fungsi
Memeriksa tentang sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang
diajukan tersangka, keluarga atau kuasa hukumnya kepada ketua Pengadilan
dengan menyebutkan alasan-alasannya.
2) Wewenang
Memeriksa dan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU.
1) Fungsi
14
Merupakan pimpinan bagi pengadilan-pengadilan negeri di dalam wilayah
hukumnya
Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di daerah hukumnya
dan menjaga supaya diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya
Mengawasi dan meneiliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di
daerah hukumnya
Untuk kepentingan negara dan keadilan. Pengadilan Tinggi dapat memberi
peringatan, teguran dan petunjuk yang dipandang perlu kepada pengadilan
negeri dalam daerah hukumnya.
2) Wewenang
Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah
hukumnya yang dimintakan banding
Memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk
diteliti dan memberi penilaian tentang kecakapan para hakim
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
Pemilihan Umum
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradilan adalah segala sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di Pengadilan
yang berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan
menerapkan hukum dan/atau menemukan hukum. Pengadilan dalam istilah Inggris
disebut court dan rechtbank dalam bahasa Belanda yang dimaksud adalah badan yang
melakukan peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Badan
Peradilan yang tertinggi di Indonesia adalah Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Sedangkan Badan Peradilan yang lebih rendah yang
berada di bawah Mahkamah Agung adalah:
16
3.2 Saran
3.2.1 Setiap hakim dalam lembaga peradilan harus memutus dan memeriksa perkara
pidana atau perdata dengan jujur dan adil
3.2.2 Setiap masyarakat harus mengetahui kekuasaan kehakiman dan peran lembaga
peradilan agar memperoleh keadilan yang sebenarnya
3.2.3 Setiap lembaga peradilan harus mampu bersifat terbuka dalam setiap perkara
pidana sampai ke tingkatan kasasi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali. 1992. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Asyhadie, Zaeni. 2009. Peradilan Hubungan Industrial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Asyhadie, Zaeni, Arief Rahman. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Bisri, Cik Hasan. 2000. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rahman, Aulia. 2017. Politik Hukum Pencegahan dan Penanggulangan Judicial Coruption
Lembaga Peradilan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saidi, Muhammad Djafar. 2013. Hukum Acara Peradilan Pajak. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Wiyono, Wiyono. 2006. Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana
17