Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pembagian Bentuk Hukum” ini tepat pada
waktunya yang mana makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Hukum.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menerima bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak DR. Mahamuzar, M.Hum, selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum
2. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materil
3. Serta semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini terselesaikan
Sebagai manusia biasa, penulis tentunya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih ada banyak hal yang merupakan suatu kekurangan yang mungkin saat ini belum
dapat penulis sempurnakan, maka dari itu dengan penuh keikhlasan penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang mana bertujuan untuk menjadi suatu pelengkap
makalah ini dimasa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya, karena dengan
membaca saja itu merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi penulis. Dan semoga dengan
adanya makalah ini para pembaca lebih terpacu untuk mengembangkan potensi diri yang ada.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1 Pengertian Hukum............................................................................................................2
2.2 Klasifikasi Hukum............................................................................................................4
2.3 Macam-Macam Sistem Hukum......................................................................................13
BAB III: PENUTUP...............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB III (Penutup) : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas.
Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Patokan (kaidah, ketentuan).
Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Menurut Utrecht, Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup - perintah dan larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh
anggota masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
Selanjutnya, pengertian hukum secara umum yaitu peraturan yang berupa norma dan
sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban,
keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
adalah aturan yang dibuat oleh badan yang berwenang yang bertujuan mengatur kehidupan
masyarakat dengan ciri memerintah, melarang, dan sifatnya memaksa dan juga memiliki
sanksi untuk pelanggarnya.
2
3
UNDANG-UNDANG
KEBIASAAN (ADAT)
SUMBER YURISPRUDENSI
TRAKTAT
ILMU
TERTULIS
BENTUK
TIDAK TERTULIS
PRIVAT
ISI
PUBLIK
HUKUM
FORMIL
CARA MEMPERTAHANKAN
MATERIIL
IUS CONSTITUTUM
ASASI (ALAM)
NASIONAL
INTERNASIONAL
TEMPAT BERLAKU
ASING
GEREJA
MEMAKSA
SIFAT
MENGATUR
OBJEKTIF
WUJUD
SUBJEKTIF
UMUM
LUAS BERLAKU
KHUSUS
4
2.2 Klasifikasi Hukum
Hukum itu mempunyai ruang lingkup dan aspek yang sangat luas, dalam kegiatan ilmiah
diusahakan untuk mengadakan penggolongan/pembagian atau klasifikasi. Dalam melakukan
penggolongan atau pembagian hukum itu menurut pendapat beberapa sarjana dapat dilihat
antara lain sebagai berikut.
Adapun hukum tertulis yang tidak terkodifikasi, yaitu hukum yang meskipun tertulis
tetapi tidak disusun secara sistematis, lengkap dan masih terpisah-pisah, sehingga
sering sekali masih memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapannya, seperti:
5
- Peraturan undang-undang hak merek perdagangan.
- Peraturan undang-undang hak oktroi/hak menemukan di bidang industri
- Peraturan undang-undang hak cipta
- Peraturan undang-undang hak ikatan perkreditan
- Peraturan pemerintah dan keputusan presiden
Perbedaan atau kelebihan dan kelemahan antara hukum tertulis dengan hukum tidak
tertulis, menurut Marwan Mas, adalah sebagai berikut.
• Hukum tertulis bersifat statis dan tidak mengikuti perkembangan dan perubahan
masyarakat, sedangkan hukum tidak tertulis bersifat luwes dan mampu mengikuti
perkembangan dan perubahan masyarakat.
• Hukum tertulis lebih menjamin kepastian hukum, sedangkan hukum tidak tertulis
tidak menjamin kepastian hukum tentang isi dan berlakunya.
• Hukum tertulis dikeluarkan oleh instansi resmi (pemerintah) yang berwenang dan
pembentukannya secara prosedur, sedangkan hukum tidak tertulis lahir dan
terbentuk dari kesadaran warga masyarakat sebagai kaidah yang bernilai positif.
Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur kepentingan pribadi.
Dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang lainnya dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Hukum Perdata
Istilah perdata berasal dari bahasa sansekerta yang berarti warga (burger), pribadi
(privat), sipil (civiel). Hukum perdata berarti peraturan mengenai warga, pribadi,
sipil, berkenaan dengan hak dan kewajiban. Menurut Abdul Kadir Muhammad,
bahwa Hukum Perdata adalah segala peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dan orang lain. Dengan definisi tersebut
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
- Peraturan hukum
- Hubungan hukum
- Orang
Hukum Dagang
Istilah dagang atau niaga adalah terjemahan dari istilah handel dalam bahasa
Belanda yang oleh beberapa penulis diterjemahkan dalam istilah dagang, niaga
atau perniagaan, sehingga handelsrecht diterjemahkan sebagai hukum dagang,
hukum niaga atau hukum perniagaan.
Menurut Achmad Ichsan, bahwa Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur
soal-soal perdagangan/perniagaan, ialah soal-soal yang timbul karena tingkah
laku manusia (person) dalam perdagangan/perniagaan. Kemudian A. Siti Soetami
menjelaskan bahwa Hukum Dagang adalah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur denga disertai sanksi perbuatan manusia di dalam usaha mereka untuk
menjelaskan perdagangan.
Adapun sumber hukum dagang di Indonesia terdiri atas hukum tertulis yang
terkodifikasikan, yaitu KUHD (WvK) dan KUH Perdata (BW), serta hukum
tertulis yang tidak dikodifikasikan, yakni peraturan perundang-undangan khusus
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan, seperti
Undang-Undang Koperasi, Undang-Undang Hak Cipta, Surat Keputusan Menteri
di bidang ekonomi dan keuangan.
Hukum Perselisihan
Hukum perselisihan adalah keseluruhan kaidah hukum yang menentukan hukum
manakah atau hukum apakah yang berlaku apabila dalam suatu peristiwa hukum
tersangkut lebih dari satu sistem hukum. Hukum perselisihan ini menurut C.S.T
Kansil terdiri atas:
- Hukum Antargolongan (Intergentil), ialah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang-orang (golongan) dalam satu negara atau masyarakat
yang tunduk kepada hukum perdata yang berlainan.
Contoh: Seorang Warga Negara Indonesia berketurunan Jepang menjual
sebuah mobil kepada warga negara Indonesia asli (Pribumi).
7
- Hukum Antarbagian, ialah peraturan hukum yang menentukan hukum
apakah dan hukum manakah yang berlaku apabila dalam suatu peristiwa
hukum tersangkut dua hukum atau lebih yang berlainan, disebabkan
perbedaan bagian negara dalam suatu negara.
Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan.
Istilah Hukum Tata Negara adalah terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu
staatsrecht. Staats berarti negara-negara, sedangkan recht berarti hukum. Dalam
kepustakaan Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim berpendapat bahwa hukum tata negara
adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari negara,
hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal,
serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.
8
R. Abdoel Djamali berpendapat bahwa hukum administrasi negara adalah
peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu berhubungan antara warga
negara dan pemerintahannya yang menjadi sebab sampai negara itu berfungsi.
Jadi, hukum acara pidana itu berfungsi untuk melaksanakan hukum pidana
materiil, yakni memberikan peraturan cara bagaimana negara dengan
mempergunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana atau membebaskan pidana. Dalam mewujudkan wewenangnya ini
ada dua macam kepentingan yang menuntut kepada alat negara, yaitu:
• Hukum Acara Perdata, yaitu peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara
memelihara dan mempertahankan hukum perdata materiil. Menurut Abdul
Kadir Muhammad, bahwa hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
mengatur proses penyelesaian perkara lewat hakim (pengadilan) sejak
dimajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan keputusan hakim.
Adapun pihak-pihak dalam perkara perdata dapat dilihat sebagai berikut.
- Perkara Voluntair, yaitu perkara perdata yang sifatnya permohonan dan di
dalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada lawan. Dalam
9
perkara voluntair hanya ada pihak pemohon saja, misalnya pemohon I,
pemohon II, dan seterusnya.
Contoh:
Permohonan untuk mengangkat anak, permohonan pengangkatan wali,
permohonan pengangkatan wali pengampu bagi ahli waris yang tidak
mampu untuk melakukan perbuatan hukum.
- Perkara Kontentius, yaitu perkara gugatan di mana di dalamnya
mengandung sengketa antara pihak-pihak. Dalam perkara kontentius
terdapat dua pihak atau lebih yang bersengketa. Pihak yang mengajukan
gugatan disebut penggugat, dan pihak yang digugat disebut dengan
tergugat. Jika penggugatnya dan tergugatnya lebih dari satu orang, maka
disebut penggugat I, penggugat II dan seterusnya. Demikian juga halnya
dengan tergugat I, tergugat II dan seterusnya.
- Perkara Verzet, pihak tergugat yang mengajukan verzet/ perlawanan
disebut pelawan/semula tergugat, dan pihak penggugat disebut
terlawan/semula penggugat.
- Perkara Derden Verzet, pihak yang mengajukan derden verzet disebut
pelawan, sedangkan penggugat semula disebut terlawan I dan tergugat
semula menjadi terlawan II.
- Acara Intervensi, ada yang berbentuk:
1) Tussenkomst
Pihak ketiga yang masuk dalam proses perkara disebut penggugat
intervensi, sedangkan pada pihak penggugat semula menjadi tergugat I
intervensi, dan tergugat semula menjadi tergugat II intervensi.
2) Voeging
Pihak ketiga bergabung menjadi penggugat atau tergugat sesuai dengan
kepentingannya.
3) Vrijwaring
Pihak ketiga disebut penanggung.
• Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, adalah rangkaian peraturan yang
memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka
pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain
untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum tata usaha negara.
Dengan kata lain, hukum acara peradilan tata usaha negara adalah hukum
yang mengatur tentang cara-cara berperkara di Pengadilan Tata Usaha
Negara, serta mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam
proses penyelesaian sengketa tersebut.
Hukum Formil / Hukum Ajektif (Formeel Recht atau Ajective Law), yaitu hukum
yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum
10
materiil. Atau hukum yang mengatur bagaimana caranya mengajukan suatu perkara
ke muka pengadilan dan bagaimana caranya hakim memberikan putusan.
Oleh karena itu, hukum formil atau hukum ajektif merupakan hukum yang mengatur
pelaksanaan dan sekaligus mempertahankan hukum materiil atau hukum substantif
yang sifatnya memaksa, baik yang dilakukan oleh negara melalui alat
perlengkapannya maupun yang dilakukan oleh orang perorangan dengan cara
gugatan.
Hukum formil atau hukum ajektif juga sering dikatakan dengan hukum acara.
Contohnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) Hukum Acara Perdata (HIR dan RBg), Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang telah
diubah dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Hukum Materiil / Hukum Substantif (Materiil Recht atau Substantive Law), yaitu
hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungna yang
berwujud perintah dan larangan. Atau hukum yang mengatur tentang perbuatan mana
yang dapat dihukum dan hukum apa yang dapat dijatuhkan. Contohnya hukum
pidana, hukum perdata, hukum dagang. Pada umumnya jika seseorang
membicarakan hukum pidana, hukum perdata, maka yang dimaksudkan adalah
hukum pidana materiil, dan hukum perdata materiil.
Hukum Positif (Ius Constitutum), yaitu hukum yang sedang berlaku di suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Singkatnya hukum yang berlaku
bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana
yang menamakan hukum positif itu “Tata Hukum”. Seperti negara memiliki Ius
Constitutum-nya masing-masing. Ius Constitutum Republik Indonesia adalah tata
hukum Indonesia, seperti KUHP, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ius Constitutum Jepang, adalah tata hukum
Jepang, seperti KUHP Jepang (The Penal Code of Japan).
Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan atau dicita-citakan akan berlaku
pada waktu yang akan datang. Atau hukum yang akan ditetapkan kemudian, seperti
Rancangan Undang-Undang (RUU).
Adanya perbedaan antara Ius Constitutum dengan Ius Constituendum, menurut
Soedjono Dirdjosisworo didasarkan pada perkembangan sejarah tata hukum tertentu.
Seperti dikatakan oleh WLG. Lemaire (1952) bahwa hukum menerbitkan pergaulan
hidup manusia dalam suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Ia
merupakan hasil perkembangan sejarah yang terbentuk dan akan hilang. Jadi, bisa
11
dikatakan bahwa Ius Constitutum sekarang adalah Ius Constituendum pada masa
lampau.
Hukum Asasi (Hukum Alam), yaitu hukum yang berlaku di mana saja, kapan saja,
dan oleh siapa saja (segala bangsa di dunia). Hukum ini tidak mengenal batas waktu,
akan tetapi berlaku untuk selama-selamanya (abadi) bagi siapapun juga di seluruh
tempat. Contohnya adalah hak asasi manusia dan demokrasi.
Hukum Nasional, adalah hukum yang berlaku dalam batas-batas wilayah suatu
negara tertentu. Tata hukum Negara Republik Indonesia berlaku hanya dalam batas-
batas wilayah Republik Indonesia. Misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara
yang satu dengan negara lain (hubungan internasional). Atau keseluruhan kaidah dan
asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, antara:
1) Negara dengan negara
2) Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara
satu sama lain.
a) Hukum Internasional Publik, yaitu keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi bata-batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata. Hukum internasional ini mempunyai
subjek yaitu pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Subjek
hukum internasional menurut Mochtar Kusumaatmadja terdiri atas:
- Negara, yaitu subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, semenjak
lahirnya hukum internasional negara sudah diakui sebagai subjek hukum
internasional.
- Takhta Suci (Vatikan), sebagai subjek hukum internasional yang telah ada sejak
dahulu di samping negara-negara. Hal tersebut merupakan peninggalan sejarah
sejak zaman dahulu ketika Paus sebagai kepala Gereja Roma yang memiliki
kekuasaan duniawi.
- Palang Merah Internasional (PMI), yang berkedudukan di Jenewa mempunyai
tempat terakhir dalam sejarah Hukum Internasional. Boleh dikatakan bahwa
organisasi ini sebagai suatu subjek hukum Internasional (terbatas) lahir karena
sejarah, kemudian statusnya diperkuat dalam perjanjian-perjanjian dan
konvensi-konvensi Palang Merah Internasional.
- Organisasi internasional, sebagai subjek hukum internasional kedudukannya
sekarang tidak diragukan lagi, meskipun pada mulanya belum ada kepastian
12
mengenai hal itu. Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), dan Organisasi Buruh Internasional (International Labour
Organization/ ILO) mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam
konvensi internasional yang merupakan anggaran dasarnya.
- Orang perorangan (individu), diakui sebagai subjek hukum internasional,
karena kepadanya diberikan hak untuk menuntut di pengadilan internasional
berdasarkan konvensi atau perjanjian.
- Pemberontakan dan pihak dalam sengketa (belligerent), contohnya seperti
Gerakan Pembebasan Palestina (PLO).
Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain jika dipandang dari suatu
negara tertentu. Jadi seorang warga negara, maka hukum tanah airnya adalah hukum
nasional, seperti KUHP Indonesia, adalah hukum nasional Indonesia. Adapun
negara-negara lainnya adalah hukum asing, seperti KUHP Jepang (The Penal Code
of Japan), KUHP Korea (Criminal Code of The Republic of Korea yang selanjutnya
disebut C.C).
Hukum Gereja, adalah kumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para
anggotanya.
Contoh:
Pasal 338 KUH Pidana yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja merampas
nyawa orang lain, diancam dihukum, karena pembunuhan, dengan hukuman penjara
selama-selamanya lima belas tahun.”
Pasal 147 KUH Perdata yang berbunyi: “Ata ancaman kebatalan, setiap
perjanjian perkawinan harus dibuat dengan akta notaris sebelum perkawinan
berlangsung”.
Hukum yang Mengatur (Aanvullend Recht), yaitu hukum yang dalam keadaan
konkret dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang diadakan para pihak. Dengan
13
kata lain, hukum yang mengatur adalah hukum yang secara apriori tidaklah mengikat
atau wajib ditaati/dipatuhi.
Contoh:
Pasal 119 KUH Perdata yang berbunyi: “Mulai saat perkawinan dilangsungkan,
demi hukum berlakulah persatuan bulat antara harta kekayaan suami istri, sekadar
mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. Persatuan itu
sepanjang perkawinan tak boleh ditiadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan istri”.
Hukum Objektif, adalah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak
mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya berisi peraturan hukum
saja yang mengatur hubungan antara sesama manusia di dalam masyarakat.
Hukum Subjektif, adalah hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum ini disebut juga hak. Jadi hal ini untuk
menyatakan hubungan yang diatur oleh hukum objektif dimana seseorang
mempunyai, sedangkan yang lain mempunyai kewajiban terhadap sesuatu.
Hukum Umum, yaitu hukum yang berlaku bagi setiap orang dalam masyarakat,
tanpa membedakan jenis kelamin, warga negara, agama suku, dan jabatan seseorang.
Misalnya Hukum Pidana.
Hukum Khusus, yaitu hukum yang berlaku bagi segolongan orang-orang tertentu
saja. Misalnya, Hukum Pidana Militer.
Oleh Rene David dan John E.C Briely, sistem sistem hukum dari sejumlah negara yang
meiliki kesamaan-kesamaan tertentu dikelompokkan dengan nama keluarga hukum (Ilegal
family), dan mereka membagi sistem-sistem hukum didunia ini kedalam beberapa keluarga
hukum sebagai berikut:
David dan Briely menamai keluarga hukum ini berdasarkan sumber materi
hukum yang utama dari keluarga hukum ini, yaitu hukum Romawi dan hukum
Germania. Nama yang lain lebih populer, untuk keluarga hukum ini, yaitu Civil Law.
Yang dimaksud dengan hukum Romawi terutama adalah corvus luris civillis (the
body of civil law) yaitu komplikasi hukum perata yang dibuat di abad ke-6 dibawah
pemerintahan Kaisar Justinianus (482/483-565),Kaisar Romawi Timur (Byzantium).
14
Corpus Juris Civillis merupakan nama gabungan nama ini nanti dikenal dikemudian hari
dari empat buah buku yaitu:
Digestae atau pandectae yang merupakan himpunan tulisan-tulisan hkum parab ahli
para ahli hukum antara lain Ulpianus,di publikasikan tahun 533.
Institutiones, semacam buku pelajaran untuk mahasiswa hukum yang sebagian besar
dikutip dari tulisan Gaius.
Codex, merupakan himpunan peraturan-peraturan dari kaisar-kaisar sebelumnya,
pertama kali dipublikasikan tahun 529 kemudian setelah direvisi dipublikasikan
kembali pada tahun 534.
Novellae, yang ditambahkan kemudian dan berisi hukum-hukum yang baru sesudah
selesainya tiga bagian.
Yang dimaksud hukum Germania adalah hukum dari bangsa bangsa Germania,
yang berada dibagian utara benua Eropa. Bangsa-bangsa Germania pada mulanya hidup
menurut hukum Germanianya sendiri. Perundang-undangan belum mereka ketahui dan
dengan demikian hukum tumbuh emata-mata karena kebiasaan rakyat. Pengadilan
Germania adalah pengadilan rakyat, dimana semua orang sebangsa harus ikut serta.
Sesudah bangsa-bangsa Germania memeluk agama kristen, seperti pada kerajaan Franka
dan kemudian kerajaan Jerman, maka pada mereka segera terlihat pengarus hukum
Romawi.
Karakteristik dari keluarga hukum Romano-Germania atau civil Law antara lain yaitu:
Sistem kodifikasi atau pembukuan hukum. Sistem ini di mulai dari masa Napoleon
Bonaparte (Prancis) yang membuat lima kodifikasi yaitu, Code Civil, Code de
Commerce, Code d’instruction Criminelle, dan Code de Procedur Civil. Sistem
kodifikasi dari Napoleon Bonaparte ini dengan segera diikuti oleh negara-negara lain
di Kontinen Eropa.
Dengan adanya kodifikasi-kodifikasi hukum, hukum terikat pada undang-undang. Ini
pada awalnya ada anggapan bahwa dalam kodifikasi telah hukum secara lengkap,
sehingga orang tidak perlu lagi mecari hukum ditempat lain.
Belanda merupakan salah satu negara yang sistem hukumnya termasuk keluarga
hukum Romano-Germanic. Melalui negara Belanda, yang merupakan salah satu negara
dalam lingkungan sistem Civil Law, sistem hukum tersebut dibawa ke Indonesia dan
masih berpengaruh sampai sekarang.
Keluarga hukum ini berawal dari inggris dan kemudian menyebar antara lain ke
Amerika Serikat, kanada, dan australia. Asal mula istila “common law” yaiu pada
awalnya istilah ini menunjukkan bahwa ini merupakan hukum yang umum (Common)
bagi sluruh wilayah kerajaan yang di terapkan oleh pengadilan-pengadilan kerajaan
(royal couts) untuk membedakannya dengan hukum yang diterapkan oleh pengadilan-
pengadilan kkhusus seperti ecclesiastical courts (pengadilan gereja) dan feudal courts
(pengadilan oleh bangsawan).
15
Istilah common law juga digunakan dalam arti yang lain, yaitu:
Dalam arti hukum yang terbentuk oleh putusan-puusan pengadilan sebagai lawan
dari hukum undang-undang (statute law).
Dalam arti hukum hukum inggris, yang dilawankan dengan civil law yang
menunjukan hukum kontinen eropa.
Keluarga hukum ini berawal dari uni soviet. Karakteristik utama dari keluarga
hukum ini yaitu hukumnya didasarkan pada doktrin marxisme. Setelah bubarnyauni
soviet, tidak termasuk lagi dalama keluarga hukum ini, tetapi sejumlah negar lain seperti
korea utara dan kuba masih menganut sistem hukum ini.
Tiga keluarga hukum yang pertama yang disebut oleh DAVID dan BRIERLY.
Romano Germanic
Common Law
Socialist Law
Tipe dimana hukum diakui secara penuh sebagai mempunyai nilai yang istimewah
(eminent value), tetapi yang memiliki konsep tentang hukum.yang berbeda dari
konsep barat. Konsep mereka tentang hukum adalah bahwa terdapat hukum yang
lebih tinggi dari pada kebiasaan setempat (yang dipandang sebagai “a phenomenonof
fact”) maupun hukum dari pemguasa ( yang di pandang semata mata bersifat
administratif).
Tipe dimana paham hukum belaka sebagai pengatur hubungan -hubungan sosial,
ditolak. Hubungan sosial dikuasai oleh cara-cara hukum yang lain, dimana sasaran
pokok adalah mempertahankan atau memulihkan keselarasan lebih dari pada
penghargaan terhadap hukum. Pandangan ini diterima oleh negri-negri timur jauh
(far east), bagian-bagian besar amerika dan malagasy.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum adalah aturan yang dibuat oleh badan yang berwenang yang bertujuan
mengatur kehidupan masyarakat dengan ciri memerintah, melarang, dan sifatnya
memaksa dan juga memiliki sanksi untuk pelanggarnya. Dan hukum ini dibai menjadi
beberapa bagian, yaitu diantaranya:
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Zaeni, dan Arief Rahman. 2017. Pengantar Ilmu Hukum. Depok: PT Raja Grafindo
Rumokoy, Donald Albert, dan Frans Maramis. 2017. Pengantar Ilmu Hukum. Depok: PT Raja
Grafindo
Sofyan, Andi, dan Nur Azisa. 2016. Hukum Pidana. Makassar: Pustaka Pena Pers
Wirawan, Ketut. 2017. Pengantar Hukum Indonesia (PHI). Denpasar: Universitas Udayana
18