Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG SEJARAH PERTAMBANGAN

DI INDONESIA

Dosen : Yoga Herlambang, S.T., M.T.


Mata Kuliah : Hukum Pertambangan dan Ketenagakerjaan

Program Studi :Teknik Pertambangan

Oleh:

WELLY
D1101171006

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Sejarah Pertambangan di Indonesia” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata kesempurnaan dan
masih banyak sekali kerungan, baik dari segi isi maupun tata tulisnya, oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi menyempurnakan makalah ini. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat diambil manfaatnya. diakhir kata penulis megucapkan terima kasih.

Pontianak, 10 September 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Sejarah Pertambangan di Indonesia ...................................................... 4
2.2 Undang- Undang Mengenai Pertambangan .......................................... 6
BAB 3 . PENUTUP ................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekayaan alam Indonesia menyimpan sumber daya yang paling


menjanjikan untuk dikelola. Sektor pertambangan misalnya, sektor menjanjikan
yang perlu dieksplorasi isi perut bumi untuk bisa menyerap banyak tenaga
kerja. Sektor pertambangan begitu menggairahkan dari nilai jual produk yang
diambil begitu bernilai.
Sejarah Pertambangan di Indonesia dimulai dengan kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan seizin
penguasa setempat (seperti, Raja, ataupun Sultan). Saat Pemerintah Belanda
yang kemudian membentuk VOC dalam melakukan perdagangan hasil
pertambangan yang kemudian membentuk Dienst van het
Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan).
Pada awalnya Belanda datang di bumi Nusantara karena tertarik akan
rempah-rempah khas seperti pala dan lada yang melimpah di negeri ini dan
kemudian Belanda juga mengeksploitasi kesuburan dari tanah Nusantara. Jejak
kegiatan penambangan yang dilakukan Belanda selama berkuasa di Indonesia
masih dapat dijumpai mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi.

1
Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dienst van het
Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) yang berkedudukan di Batavia
untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan menjadi
lebih terarah. Selama Perang Dunia II, Geologisch Laboratorium kerap
dipergunakan sebagai tempat pendidikan Assistent Geologen Cursus (Kursus
Asisten Geologi).
Untungnya, salah satu titik deposit batu bara di Sawahlunto telah
menjadi cikal bakal terbentuknya pendidikan tambang tertua di Indonesia.
Berlokasi di Sungai Durian, tambang ini dikenal dengan Balai Diklat Tambang
Bawah Tanah (BDTBT).
Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut, dua orang
peserta pribumi itulah yang kemudian menjadi pegawai menengah pertama di
kantor Mijnbouw sejak tahun 1941 yang dikemudian menjadi tokoh perjuangan
dalam membangun kelembagaaan tambang dan geologi nasional.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Mijnbouw dengan segala
sarana dan dokumennya diambil alih oleh jepang dan namanya diganti jadi
Chishitsu Chosasho. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 28
September 1945 lembaga itu diambil alih oleh pejuang Republik Indonesia dan
namanya diganti menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG)

Foto kantor PDTG

2
Selanjutnya pada tahun 1950 semua kegiatan tambang dan geologi, baik
PDTG maupun Mijnbouw dijadikan satu dengan nama Djawatan Pertambangan
Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan No. 0147 K/73/MEM/200R
tanggal 14 Februari 2008 yang dikeluarkan menteri ESDM, tanggal 28
September ditetapkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Pertambangan di Indonesia ?
2. Dalam pasal berapa diatur mengenai pertambangan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Pertambangan di Indonesia
2. Untuk mengetahui pasal berapa diatur mengenai pertambangan.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pertambangan di Indonesia

Sejarah mencatat tambang pertama yang resmi di buka di Indonesia


untuk pertama kalinya adalah pertambangan Batubara. Tambang Batubara ini
terletak di Sawahlunto, Sawahlunto merupakan kota kecil yang terletak di timur
laut Padang, Sumatera Barat. Meski berada di pelosok, kota ini justru
menyimpan banyak cerita pada masa kolonial Belanda.
Seperti diketahui Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam
(SDA) yang melimpah. Melihat hal itu, Belanda tertarik datang ke tanah air dan
mengeksploitasi batu bara berkualitas di Sawahlunto.
Pada tahun 1867 Willem Hendrik De Greve, seorang ahli geologi
berkebangsaan Belanda, bahkan memperkirakan terdapat 200 juta ton deposit
batu bara yang tersebar di titik lokasi ini. Tak heran, ketika Belanda berhasil
menguasai daerah ini, mereka mempekerjakan paksa (rodi) masyarakat di
sekitar Kota Sawahlunto untuk menambang. Tersebar cerita kalau dulunya, kaki
dan tangan para pekerja ini dirantai agar tak bisa melarikan diri selama bekerja.
Untungnya, salah satu titik deposit batu bara di Sawahlunto telah
menjadi cikal bakal terbentuknya pendidikan tambang tertua di Indonesia.
Berlokasi di Sungai Durian, tambang ini dikenal dengan Balai Diklat Tambang
Bawah Tanah (BDTBT).

4
Pendirian BDTBT ini merupakan upaya pemerintah melalui
Kementerian ESDM untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang
terampil di bidang tambang bawah tanah. Oleh karena itu, BPSDM ESDM
ditunjuk untuk memantau serta menyajikan pelatihan guna memaksimalkan
industri sektor ini. Awalnya, institusi ini bernama Sekolah Tenik Tambang
Menengah (STTM) Ombilin yang diresmikan pada tahun 1953.

Kemudian baru pada 1996, STTM Ombilin berubah menjadi Ombilin


Mines Training College yang bekerja sama dengan ) dengan John Batman
Institute of Tafe (JBIOT) Australia untuk membantu pengembangan kurikulum
dan metoda diklat.
Tak hanya Australia, yayasan ini juga bekerja sama dengan dengan
pemerintah Jepang melalui Japan Internasional Cooperation Agency (JICA).
Misi dari kerja sama ini adalah pembentukan suatu lembaga pendidikan dan
pelatihan bidang pertambangan bertaraf internasional dan mandiri.

5
2.2. Undang- Undang Mengenai Pertambangan
Didalam meandirikan suatu perusahaan penggalian atau pertambangan
memiliki perundang-undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan di
Indonesia pada umumnya dan peraturan pertambangan adalah :
1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 33 ayat 3 :
“Bumi dan Air dan Kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.
2. TAP MPR
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR RI/1999 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara Tahun 1999-2004, khususnya Bab IV Arah Kebijakan
Hurup H Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup angka 4, yang
menyatakan: “Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi
dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang
berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal,
serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur dengan undang-
undang”.
 Demikian juga pada Ketentuan Ketetapan MPR RI Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
daya Alam, khususnya Pasal 6 yang menyatakan: “Menugaskan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden Republik Indonesia untuk
segera mengatur lebih lanjut pelaksanaan pembaruan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam serta mencabut,mengubah dan/atau
mengganti semua undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang
tidak sejalan dengan dengan Ketetapan ini.”
a. Undang-Undang Pokok
b. Peraturan Pemerintah
c. Peraturan/Keputusan/Instruksi Presidan
d. Peraturan/Keputusan/Instruksi Menteri

6
e. Peraturan Daerah. Tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai
kewenangannya
f. Peraturan/Instruksi/Keputusan Gubernur dan Bupati sesuai
kewenangannya
Pada mulanya undang-undang pokok pertambangan di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Pokok
Pertambangan. Undang-undang tersebut telah dilengkapi dengan peraturan
pelaksanaannya berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan
Dirjen, Peraturan Daerah dan lain-lainnya. Sejak February 2009, Undang-
Undang Pokok Pertambangan diganti dengan Undang-Undang No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.Sejak saat itu peraturan
pemerintah, peraturan menteri, peraturan dirjen dan peraturan daerah yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 11 Tahun
1967secara berangsur-angsur akan diganti. Sampai dengan bulan Juli 2010
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Undang-Undang
No. 4 Tahun 2009baru berupa:
1. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. (telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2004 Click here for document. )
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaranan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara.
4. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang.

Sedangkan peraturan pelaksanaan yang lainnya masih mengacu kepada


peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1967. Peraturan peraturan
lama yang belum ada penggantinya masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009.Peraturan

7
pertambangan tersebut berlaku diseluruh wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia tetapi belum dapat berlaku secara penuh apabila Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) nya berdasarkan tata ruang yang berlaku berada di
Kawasan Hutan. Apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangannya berada di
kawasan hutan maka berlaku ketentuan tambahan yang tercantum dalam pasal
38, 50 dan 78 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. yang
bunyinya sebagai berikut :
1. Pasal 38 ayat 3, 4 dan 5 UU No. 41 Tahun 1999
 (3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan
dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
 (4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan
dengan pola pertambangan terbuka.
 (5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis
dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Pasal 50 ayat 3 UU 41 Tahun 1999
Menyebutkan bahwa “Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di
dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri; (kehutanan red)
3. Pasal 78 ayat (6)
Menyebutkan bahwa ” Barang siapa dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50
ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah)”.
Penjabaran ketentuan yang tercantum dalam undang-undang
kehutanan tersebut tertuang dalam ”

8
1. Peraturan Pemerintah 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP
yang berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan
diluar Sektor Kehutanan.
2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan .
3. Peraturan Menteri Kehutanan no. P.38/Menhut-II/2012 tentang
Perubahan atas Permenhut no. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

Mengingat kegiatan usaha pertambangan kalau tidak dikelola dengan


baik sangat berpotensi merusak lingkungan hidup maka kegiatan usaha
pertambangan pun harus tunduk dengan peraturan yang terkait dengan
lingkungan hidup yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan pengganti
dari Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Peraturan Pelaksanaannya. Undang-undang ini juga relatif baru
sehingga peraturan pelaksanaannya masih yang banyak menggunakan peraturan
lama dengan catatan asal tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang
baru. Penjabaran Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 – dengan
penjelasannya. Selain itu penjabarannya adalah melalui Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Kecelakaan kerja di sektor pertambangan sangat potensial untuk dapat
terjadi. Dalam rangka pencegahannya maka dunia pertambanganpun harus
tunduk ke peraturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan perundang undangan yang terkait dengan keselamatan kerja di sektor
pertambangan :
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan Pengawasan
Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan.

9
3. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-15/Men/VII/2005 Tentang Waktu
Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah
Operasi Tertentu.

Apabila kegiatan usaha pertambangan merupakan penanaman modal


baik modal asing maupun dalam negeri maka Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal dan peraturan pelaksanaannya juga terkait
dengan Peraturan Pertambangan.
Apabila hasil tambang akan diekspor keluar negeri, maka peraturan
Menteri Perdagangan No. 29/M-Dag/Per/5/2012 tentang Ketentuan Ekspor
Produk Pertambangan juga harus diikuti.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem penambangan sudah ada sejak satu abad yang lalu yang dimana
penambangan bahan galian bangunan, emas, timah, dan batubara dilakukan oleh
penduduk setempat secara tradisional dibeberapa daerah di Nusantara atas izin
dari penguasa stempat seperti raja atau sultan. Setelah hasil pertambangan emas,
timah dan batubara menjadi mataniaga terjadilah perdagangan dengan bangsa-
bangsa dari eropa, yang di pihak Belanda dilakukan Oleh VOC. Oleh sebab itulah
Belanda adalah Negara pertama yang membuat pertambangan di Indonesia.

3.2 Saran
Saran dari penulis, semoga pembaca lebih bisa mengerti bagaimana cikal
bakal adanya pertambangan di Indonesia dan bagi pembaca yang bekerja di
dunia pertambangan dapat memahami Undang- undang dan Hukum yang berlaku
yang tentunya berkaitan dengan penambangan.

11
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/15/sejarah-sawahlunto-tambang-batu-
bara-tertua-indonesia-tempat-penjara-orang-rantai

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Sawahlunto

 https://www.academia.edu/9539316/MAKALAH_KEBIJAKAN_PEMERINTAH_INDONESIA_TE
RHADAP_INDUSTRI_TAMBANG_DAN_BATUBARA

 https://desdm.bantenprov.go.id/read/sejarah/19/Sejarah-Pertambangan.html

12

Anda mungkin juga menyukai