Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Gerakan Separatisme Organisasi Papua Merdeka serta


Pengaruhnya terhadap Stabilitas Pertahanan Nasional

Di susun oleh :
Noni Wulandari
Fariha Suci Rahmasari
Intan Fajar Cahyanti
Previa Rahmi Anjani
Linda Indriawati

(13304241004)
(13304241005)
(13304241027)
(13304241029)
(13304241039)

Pendidikan Kewarganegaraan Rombel 13

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
November, 2014
BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Papua yang terletak di wilayah paling timur dari kesatuan Republik Indonesia
masuk dalam NKRI pada tanggal 19 Nopember 1969 melalui resolusi PBB No. 2504. Hal
ini sekaligus menjadi pengakuan atas integrasi Papua ke Indonesia menurut hukum
internasional. Selanjutnya, Papua menjadi daerah otonom yang absah bagi Indonesia pada
tahun yang sama melalui UU No.12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Irian Barat dan Kabupaten- Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.
Akan tetapi sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa kurang
puas karena secara fakta mereka masih marginal dan miskin. Papua yang luasnya empat
kali lipat pulau Jawa dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar seharusnya mampu
membuat rakyatnya hidup sejahtera. Kondisi kemiskinan tersebut tampak pada terisolirnya
kehidupan sekitar 74% penduduk Papua. Tempat tinggal mereka tidak memiliki akses
sarana transportasi ke pusat pelayanan ekonomi, pemerintahan dan pelayanan sosial.
Ketidakpuasan secara ekonomis itulah, yang memunculkan semangat untuk memerdekakan
diri. Pemerintah Pusat dinilai gagal dalam membangun kesejahteraan di Papua, apalagi
dengan

diadakannya

Operasi

Militer

oleh

Pemerintah

Pusat

untuk mengatasi

pemberontakan separatisme di Papua yang dalam faktanya justru banyak menimbulkan


pelanggaran HAM. Hal ini memperkuat rakyat Papua berkeinginan untuk melepaskan diri
dari NKRI.
Separatisme di Papua dimotori oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang disusul
pembentukan Presidium Dewan Papua (PDP). Gerakan ini telah ada sejak 1965 dengan
melakukan aktifitas secara sporadis dalam gerakan militer yang melibatkan masyarakat.
Perlawanan yang dilakukan OPM ditandai dengan penyanderaan, demonstrasi massa,
pengibaran bendera, penempelan pamflet, aksi pengrusakan dan pelanggaran lintas batas
negara.
Indonesia yang terdiri 17.4804 pulau besar dan kecil dan panjang garis pantai
95.181 km membuat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Lebih jauh,
dari sudut pandang geografis Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi silang
yang strategis, baik dari segi lalu lintas perekonomian dunia, maupun dari segi geopolitik
dan keamanan, karena Indonesia terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua

samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Berdasar pada kondisi geografis dan
geostrategis

Indonesia,

maka

dibutuhkan

sarana

pengamanan,

selain

untuk

mempertahankan dan mengatasi segala kemungkinan ancaman atau serangan melalui


medan darat, kelautan, maupun udara. Semakin luas wilayah perairan laut suatu negara,
semakin besar pula tugas dan tanggung jawab pemerintah dari negara tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, kami mengambil judul makalah Gerakan Separatisme
Organisasi Papua Merdeka serta Pengaruhnya terhadap Stabilitas Pertahanan Nasional
supaya khalayak umum lebih mengerti mengenai seluk beluk OPM dan pengaruhnya
terhadap keutuhan NKRI.
B.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi munculnya gerakan OPM ?
2. Bagaimana upaya anggota-anggota OPM dalam menjaga eksistensi organisasinya ?
3. Bagaimana dampak OPM terhadap keutuhan NKRI ?
4. Bagaimana peran pemerintah dan aparatur Negara menangani gerakan OPM ?
5. Bagaimana peran masyarakat dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI ?

BAB II
ISI
A.

Latar Belakang Terbentuknya Gerakan OPM


1. Pengaruh Pemerintahan Belanda Di Irian Jaya
Sejak abad ke-18, pulau Pasifik Selatan Papua telah menjadi korban ambisi
penjajahan dan pernah dikuasai oleh Inggris, Jerman, Belanda dan Jepang. Separuh
bagian Barat Papua tetap berada di bawah pemerintahan Belanda, bahkan setelah
kawasan lain Hindia Belanda berada di dalam kedaulatan Republik Indonesia setelah
kemerdekan tahun 1945. Baru pada tahun 1950-an, pemerintah Belanda mulai
melepaskan kekuasaan atas bagian akhir dari bekas kerajaannya di Asia Pasifik.
Orang-orang Belanda menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Papua melalui proses
dekolonisasi menuju kemerdekaan (Irfan Abubakar, 2005: 114). Menurut Syamsudin
Haris (1999: 180) Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
Belanda mempersiapkan untuk mempertahankan kepentingan dan kontrolnya atas
Irian Barat. Ada tiga kepentingan Belanda di Irian Barat antara lain:
a. Menjadikan Irian Barat sebagai pusat penampungan atau Tropical Holland
b.

untuk keturunan Eurasia yang tidak dapat kembali ke Holland.


Menjadikan Irian Barat sebagai tempat penampungan para wiraswastawan

c.

Belanda yang meninggalkan Indonesia.


Menjadikan Irian Barat sebagai basis untuk kemungkinan intervensi militer
Indonesia, apabila republik yang baru berdiri tersebut runtuh.
Tekat Belanda untuk mencegah jatuhnya Irian Jaya kepada Indonesia diwarnai

pula keinginan untuk memberikan hak untuk berpemerintahan sendiri kepada Irian
Jaya dalam tahun 1950-an. Oleh sebab itu Belanda merencanakan untuk memberikan
status pemerintahan sendiri kepada Irian Jaya selambat - lambatnya tahun 1970-an,
dan status pemerintahan itu pun tergantung pada proses kemajuan irianisasi
pemerintahan di Irian Jaya (Nazarudin Syamsudin, 1989: 93). Menurut Nazarudin
Syamsudin (1989: 95) Upaya Belanda dalam rangka penanaman rasa anti-Indonesia di
kalangan masyarakat Irian, yaitu Belanda menempuh tiga cara yaitu:
a.

Mengalihkan orientasi dari Indonesia pada wilayah Pasifik, meskipun sebelumnya


Belanda telah ikut memperkuat orientasi Irian kepada Nusantara ini.

b.

Berusaha mendekatkan Irian kepada Papua dan Niugini yang dikuasai Australia
dengan harapan dapat menggabungkan semuanya dalam suatu negara.

c.

Merencanakan suatu negara Papua setelah melalui suatu proses.


Dewan Nieuw Guinea yang didirikan oleh Belanda sebagai upaya untuk

mendirikan negara boneka Papua, dapat dianggap sebagai boom waktu yang sengaja
ditinggalkan oleh pemerintah Belanda di Irian Barat. Beberapa tokoh Irian yang proBelanda pada saat itu antara lain: Nicolaas Jouwe, P. Torey, Marcus Kaisiepo, Nicolaas
Tangahma, dan Elieser Jan Bonay (Saafroedin Bahar, 1996). Faktor-faktor kondisional
yang menyebabkan lahirnya Organisasi papua Merdeka adalah:
a.

Faktor dari dalam negeri: perang suksesi tahun 1965, yaitu terjadi pengalihan
kekuasaan dengan pemberontakan, pembunuhan dan penggulingan kekuasaan;
kemelut politik dalam negeri, yaitu pemerintah Indonesia kurang memperhatikan
persoalan/disintegrasi yang ditumbuhkan dari luar; kepentingan Orde Baru atas
propinsi Irian Jaya, yaitu mengambil sumber daya alamnya dan menjualnya
kepada Negara lain.

b.

Faktor dari luar, yaitu adanya kepentingan dari luar untuk menguasai sumber daya
alam Irian Jaya. Karena luar negeri tidak senang negara Indonesia utuh, maka luar
negeri mengupas atau memprofokasi Irian Jaya untuk keluar dari negara
Indonesia. Kekecewaan rakyat Irian Jaya terhadap pemerintah Indonesia karena
kesenjangan ekonomi dan kesenjangan politik.
Kekecewaan rakyat Irian Jaya kepada pemerintah Republik Indonesia yaitu

kesenjangan ekonomi dan politik. Kesenjangan ekonomi adalah di Irian Jaya


kekurangan pangan, sedangkan wilayah Indonesia lain kelebihan makanan. Sedangkan
kesenjangan politik adalah putra-putra Irian Jaya tidak ada yang menjadi pejabat.
Kondisi penduduk Irian Jaya yang terbelakang serta infrastruktur yang minim,
sungguh sangat ironis dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Kondisi ini
telah menyebabkan terjadinya eskalasi kekecewaan rakyat Irian Jaya. Hal ini
ditengarai juga dengan beberapa negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat
berada dibelakang maraknya separatis ini.

Selain aspek ekonomis, separatisme di Papua di picu juga oleh


konflik yang berakar dari kekecewaan historis, peminggiran sosial
budaya, nasionalisme Papua dan diskriminasi politik dan hukum.
Dalam perspektif kekecewaan historis, Ferry Kareth mempersoalkan
keabsahan Pepera. Ia berpendapat bahwa Pepera itu tidak sah,
sebab dilaksanakan di bawah tekanan. Pepera yang dilaksanakan
tahun 1969 itu, dilaksanakan dengan perwakilan, bukan one man
one vote sesuai New York Agreement. Sejarah mencatat bahwa
masuknya Papua ke NKRI karena direbut, bukan atas dasar keinginan
rakyat sendiri. (Salahudin Herdi Sahrasad, 2000: 147). Sebenarnya apabila dibuat
pemilahan, maka aspirasi masyarakat Papua terbelah dalam beberapa kubu yaitu:
a.

Kubu yang menghendaki kemerdekaan atau lepas dari NKRI, gerakan inipun
terpecah menjadi dua yakni, Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinjan Kelik
Kwalik dan Presidiun Dewan Papua yang dipimpin oleh Theys Hiyo Eluay.

b.
B.

Warga yang menghendaki Papua bagian dari NKRI.

Upaya Anggota-Anggota OPM Dalam Menjaga Eksistensi Organisasi


Tanggal 28 Juli 1965 adalah awal dari gerakan-gerakan kemerdekaan Papua Barat
yang ditempeli satu label yaitu OPM (Organisasi Papua Merdeka). Lahirnya OPM dikota
Manokwari pada tanggal itu ditandai dengan penyerangan orang-orang Arfak terhadap
barak pasukan Batalyon 751 (Brawijaya).
Usaha Organisasi Papua Merdeka untuk mencari dukungan rakyat Irian Jaya yaitu
dengan memplokamirkan pembentukan Organisasi Papua Merdeka. Upaya tesebut
dilakukan berkali kali, sebagai contoh pada tanggal 1 Juli 1971 OPM menyatakan
proklamasi Organisasi Papua Merdeka. Peristiwa itu terjadi di suatu tempat di Desa Waris,
Kabupaten Jayapura, dekat perbatasan Papua Niugini.berikut ini adalah Proklamasi OPM :
PROKLAMASI
Kepada seluruh rakyat Papua, dari Numbai sampai ke Merauke, dari Sorong
sampai ke Balim (Pegunungan Bintang) dan dari Biak sapai ke Pulau Adi. Dengan
pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan
pada anda sekalian bahwa hari ini, 1 Juli 1971, tanah dan rakyat Papua telah

diproklamasikan menjadi bebas dan merdeka (de facto dan de jure). Semoga Tuhan
beserta kita, dan semoga tuhan menjadi maklum, bahwa merupakan kehendak sejati dari
rakyat papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah
dipenuhi.
Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua barat
Seth Jafet Rumkorem (Brigadir-Jenderal)

Selain itu, upaya yang dilakukan OPM untuk menjaga eksistensinya adalah
dengan cara mempengaruhi rakyat Irian Jaya. Organisasi Papua Merdeka dalam mencari
dukungan kepada rakyat Irian Jaya yaitu dengan cara mempengaruhi rakyat Irian Jaya
terutama didaerah terpencil/pedalaman. Karena rakyat Irian Jaya dipedalaman mudah
diprovokasi Organisasi Papua Merdeka juga mencari dukungan kepada rakyat Irian Jaya
yang anti-Indonesia, tetapi tidak semua rakyat Irian Jaya mendukung Organisasi Papua
Merdeka. Sikap rakyat Irian Jaya adalah aktif terhadap Organisasi Papua Merdeka, yaitu
mendukung Organisasi Papua Merdeka baik ikut/berpartisipasi dalam pemberontakan
maupun rapat-rapat. Tetapi apabila pemerintah Republik Indonesia mengerahkan TNI
untuk mengadakan operasi inteligen sikap rakyat Irian Jaya adalah pasif atau pura-pura
tidak tahu menahu tentang Organisasi Papua Merdeka. Menurut Tuhana Taufik A (2001:
142-143) Bentuk dukungan yang diberikan oleh rakyat Irian Jaya kepada Organisasi Papua
Merdeka adalah:
1. Terlibat atau berpartisipasi dalam aksi-aksi Organisasi Papua Merdeka seperti
perlawanan fisik, penyebaran selebaran/pamflet, penyebaran informasi, pencarian
2.

informasi dan menghadiri rapat.


Memberikan dukungan sandang, pangan, obat-obatan dan dana. Khususnya mengenai
dana, maka tiap bulan untuk para pagawai pemerintah disodorkan sebuah daftar atau
list untuk mengumpulkan dana/sumbangan sukarela. Juga pemberian bahan-bahan

3.

keperluan lainnya seperti baterai radio dan senter, rokok, serta alat tulis-menulis.
Memberikan dukungan semangat, dorongan melalui cerita-cerita herois Oraganisasi
Papua Merdeka serta sosialisasi nilai-nilai Organisasi Papua Merdeka yang dikaitkan
dengan keharusan membalas dendam atas korbankorban keluarga dan orang-orang
Irian Jaya yang telah mati ditangan Indonesia, dan memberikan ilustrasi serta

pandangan-pandangan atas dasar realita yang ada sekarang ini dan tidak
menguntungkan rakyat Irian Jaya. Misalnya: keadaan ekonomi yang buruk, korupsi,
kesempatan kerja.
C.

Dampak OPM terhadap Keutuhan NKRI


Di Papua masalah separatisme akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, bila
situasi keamanan memburuk banyak pengamat yang memperkirakan papua akan segera
lepas dari NKRI. Mereka saat ini ditengarai sudah memiliki sponsor yang siap mendukung
kemerdekaan papua. Maraknya aksi penembakan dan penghadangan oleh kelompok
separatis papua telah meresahkan masyarakat, sasaran tempak kini tidak hanya aparat TNI
dan polisi namun masyarakat umum serta karyawan Freeport kini dijadikan target,
sehingga tidak mengherankan bila hampir setiap hari terjadi penghadangan dan
penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua.
Penyebab separatis Papua antara lain adalah tidak meratanya distribusi sumber
daya ekonomi sehingga meskipun Papua memiliki yang luar biasa, rakyat tetap miskin.
Tambang

tembaga

Freeport

adalah

salah

satu

contoh

bagaimana

kapitalisme

mengeksploitasi sumber daya local sepuas puasnya. Hal ini menyebabkan banyak konflik
terjadi di Papua. Organisasi Papua Merdeka menimbulkan perpecahan
bangsa

berupa

konflik

konflik,

penyerangan,

dan

usaha

pemberontakan kepada Pemerintah Indonesia


D.

Peran Pemerintah dan Aparatur Negara dalam Menangani Gerakan OPM dan
Mengantisipasi Gerakan Separatis
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam memadamkan
pemberontakan Organisasi Papua Merdeka yaitu dengan pendekatan keamanan atau
sekuriti dan pendekatan kesejahteraan. Dengan pecahnya pemberontakan Organisasi Papua
Merdeka, maka pemerintah melakukan pendekatan sekuriti atau keamanan dan pendekatan
kesejahteraan yang dilakukan secara bersama-sama dengan peningkatan intensitasnya
masing-masing. Dengan kata lain setelah digempur dengan operasi militer, baru diadakan
pembangunan. Untuk melaksanakan pendekatan kesejahteraan, TNI dilibatkan secara aktif
Berbagai operasi telah dilakukan oleh militer atau ABRI untuk menumpas pemberontakan
Organisasi Papua Merdeka yang dimulai sejak awal pemberontakan sampai tahun 1998.
Kebijakan operasi militer untuk menumpas Organisasi Papua Merdeka dilakukan
dengan nama tersendiri sesuai dengan kebijakan pimpinan militer Indonesia. Untuk

menumpas Gerakan Pengacau Keamanan/Organisasi Papua Merdeka di Irian Jaya


pemerintah menggunakan pendekatan keamanan, dan dalam pendekatan keamanan ini
TNI/tentara sangat berperan karena pemerintahahn orde baru adalah pemerintahan otoriter.
Operasi operasi yang dilakukan oleh militer antara lain :
1.

Operasi Sadar yang berlangsung 1965-1967


Tugas pokok operasi sadar adalah: melakukan penghancuran terhadap gerombolan
yang bergerak di sekitar Manokwari, Warmare dan Kebar. Sebelum itu militer telah
melakukan tindakan pengamanan antara lain meningkatkan inteligen; mengumpulkan
kepala suku untuk dimintai pendapat saran dan keterangan;menyiapkan pasukan
cadangan; mengadakan penangkapan dan pengusutan terhadap orang-orang yang
termasuk dalam anggota Organisasi Papua Merdeka; melakukan pencatatan terhadap
orang-orang yang mengikuti gerakan Organisasi Papua Merdeka; mengadakan
peringatan dengan jalan melalui keluarga yang ditinggalkan untuk memanggil yang
melarikan diri supaya kembali menjadi warga negara yang baik.

2.

Operasi Baratayudha
tujuan pokok operasi: untuk menghancurkan gerombolan di bawah pimpinan Ferry
Awon yang berkekuatan lebih kurang 14.000 dengan lebih kurang 1000 pucuk senjata
api tua campuran dan penguasaan wilayah secara total.

3.

Operasi Wibawa
Tugas pokok operasi wibawa adalah menyelesaikan masalah gangguan keamanan,
mengamankan dan memenangkan PEPERA dan menumbuhkan, memelihara perintah
sebagai kelanjutan dari operasi sadar.

4. Melaksanakan penumpasan Organisasi Papua Merdeka menggunakan jalur


keagamaan. Jalur keagamaan dilakukan, mengingat Organisasi Papua Merdeka
menggunakan dasar-dasar agama Kristen yang diambil dari dalam Alkitab untuk
membenarkan perjuangannya. Ternyata dengan jalur keagamaan yang ditempuh
terlihat bahwa intensitas gangguan keamanan wilayah mulai berkurang.
Tidak hanya melalui operasi militer, TNI juga melakukan tindakan tindakan
non-militer untuk mengurangi gerakan gerakan separatis di Papua. Usaha dibidang non
militer ditujukan untuk menarik hati penduduk setempat dan memisahkannya dari

pengaruh kaum pemberontak. TNI melakukan berbagai aktifitas pembangunan bagi


masyarakat Irian Jaya dalam bidang: pertanian/perkebunan, perikanan, peternakan,
perindustrian/ kerajinan, pendidikan, kebudayaan, kesehatan. Aktifitas militer ini di Irian
Jaya pada prinsipnya menunjang program pembangunan pemerintah Daerah Propinsi Irian
Jaya. Untuk mengupayakan kesejahteraan rakyat Irian Jaya, anggota TNI juga membantu
dan mengusahakan kebun-kebun masyarakat yang terbengkalai, menjadi kebun yang dapat
mencukupi kebutuhan makan rakyat Irian Jaya.
Dalam penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI, tindak
lanjut yang diperlukan adalah (a) antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter
terhadap gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI, terutama gerakan
separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia; (b)
antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap aksi radikal yang
berlatar belakang primordial etnis, ras, agama, dan ideologi di luar Pancasila, baik berdiri
sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan-kekuatan di luar negeri; dan (c)
pelaksanaan diplomasi untuk memperoleh dukungan internasional terhadap keutuhan
wilayah dan kedaulatan NKRI.
E.

Peran Masyarakat dalam Upaya Mempertahankan Keutuhan NKRI


Sebagai warga Negara yang baik, kita perlu melakukan upaya upaya guna
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya tersebut bisa
berupa tindakan fisik maupun non fisik antara lain :
1.
Mengikuti dialog dialog kebangsaan utuk menambahkan pengetahuan kita tentang
2.

wawasan kebangsaaan.
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti

3.

demokrasi, menghargai perbedaan pendapat.


Menanamkan kecintaan kita terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus

4.
5.

kepada masyarakat.
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan pembangunan Negara.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti penting dari cinta tanah air

6.
7.

dan persatuan bangsa.


Menciptakan kerukunan umat beragama
Memelihara nilai nilai positif ( hidup rukun, gotong royong dll)

BAB III
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Organisasi Papua Merdeka merupakan sebuah gerakan separatis yang bertujuan
untuk memisahkan atau memerdekaan diri dari Negara Republik Indonesia. Gerakan ini
muncul sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia akibat kesenjangan
politik, ekonomi, historis, peminggiran sosial budaya, nasionalisme Papua
dan

diskriminasi

politik

dan

hukum.

Organisasi

Papua

Merdeka

menimbulkan perpecahan bangsa berupa konflik konflik, penyerangan,


dan

usaha

pemberontakan

kepada

Pemerintah

Indonesia.

Untuk

menanggulangi masalah tersebut, usaha yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia dalam memadamkan pemberontakan Organisasi Papua Merdeka yaitu dengan


pendekatan keamanan atau sekuriti dan pendekatan kesejahteraan.
B.

SARAN
Solusi bagi segala permasalahan yang terjadi Papua adalah Mereka (OPM)
menyatakan diri kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan siap secara
bersama-sama membangun Papua lebih sejahtera serta berkomitmen mengakhiri seluruh
kekerasan yang selama ini terjadi di papua. Keinginan tersebut tentunya harus disambut
baik oleh Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh elemen bangsa. Untuk itu
Pemerintah harus memiliki komitmen untuk membangun Papua dengan hati sehingga
bentuk disintegrasi bangsa semacam Organisasi Papua Merdeka tidak perlu terjadi kembali
kelak di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Al Chaidar Zulfikar Salahudin Herdi Sahrasad. 2000. Federasi atau Disintegrasi. Yogyakarta:
Madani Press.
Irfan Abubakar, Chaider S. Bamualim. 2005. Transisi Politik dan Konflik Kekerasan: Meretas
Jalan Perdamaian di Indonesia, Timor-Timur,Filipina dan Papua New Guinea. Jakarta:
Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Nazarudin Syamsudin. 1989. Integrasi Politik Di Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia.
Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional: Teori Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Syamsuddin Haris, et all. 1999. Indonesia Diambang Perpecahan. Jakarta:Erlangga.
Tuhana Taufik A. 2001. Mengapa Papua Bergolak. Yogyakarta: Gama Global Media.

Anda mungkin juga menyukai