Di susun oleh :
Noni Wulandari
Fariha Suci Rahmasari
Intan Fajar Cahyanti
Previa Rahmi Anjani
Linda Indriawati
(13304241004)
(13304241005)
(13304241027)
(13304241029)
(13304241039)
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Papua yang terletak di wilayah paling timur dari kesatuan Republik Indonesia
masuk dalam NKRI pada tanggal 19 Nopember 1969 melalui resolusi PBB No. 2504. Hal
ini sekaligus menjadi pengakuan atas integrasi Papua ke Indonesia menurut hukum
internasional. Selanjutnya, Papua menjadi daerah otonom yang absah bagi Indonesia pada
tahun yang sama melalui UU No.12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Irian Barat dan Kabupaten- Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.
Akan tetapi sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa kurang
puas karena secara fakta mereka masih marginal dan miskin. Papua yang luasnya empat
kali lipat pulau Jawa dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar seharusnya mampu
membuat rakyatnya hidup sejahtera. Kondisi kemiskinan tersebut tampak pada terisolirnya
kehidupan sekitar 74% penduduk Papua. Tempat tinggal mereka tidak memiliki akses
sarana transportasi ke pusat pelayanan ekonomi, pemerintahan dan pelayanan sosial.
Ketidakpuasan secara ekonomis itulah, yang memunculkan semangat untuk memerdekakan
diri. Pemerintah Pusat dinilai gagal dalam membangun kesejahteraan di Papua, apalagi
dengan
diadakannya
Operasi
Militer
oleh
Pemerintah
Pusat
untuk mengatasi
samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Berdasar pada kondisi geografis dan
geostrategis
Indonesia,
maka
dibutuhkan
sarana
pengamanan,
selain
untuk
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi munculnya gerakan OPM ?
2. Bagaimana upaya anggota-anggota OPM dalam menjaga eksistensi organisasinya ?
3. Bagaimana dampak OPM terhadap keutuhan NKRI ?
4. Bagaimana peran pemerintah dan aparatur Negara menangani gerakan OPM ?
5. Bagaimana peran masyarakat dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI ?
BAB II
ISI
A.
c.
pula keinginan untuk memberikan hak untuk berpemerintahan sendiri kepada Irian
Jaya dalam tahun 1950-an. Oleh sebab itu Belanda merencanakan untuk memberikan
status pemerintahan sendiri kepada Irian Jaya selambat - lambatnya tahun 1970-an,
dan status pemerintahan itu pun tergantung pada proses kemajuan irianisasi
pemerintahan di Irian Jaya (Nazarudin Syamsudin, 1989: 93). Menurut Nazarudin
Syamsudin (1989: 95) Upaya Belanda dalam rangka penanaman rasa anti-Indonesia di
kalangan masyarakat Irian, yaitu Belanda menempuh tiga cara yaitu:
a.
b.
Berusaha mendekatkan Irian kepada Papua dan Niugini yang dikuasai Australia
dengan harapan dapat menggabungkan semuanya dalam suatu negara.
c.
mendirikan negara boneka Papua, dapat dianggap sebagai boom waktu yang sengaja
ditinggalkan oleh pemerintah Belanda di Irian Barat. Beberapa tokoh Irian yang proBelanda pada saat itu antara lain: Nicolaas Jouwe, P. Torey, Marcus Kaisiepo, Nicolaas
Tangahma, dan Elieser Jan Bonay (Saafroedin Bahar, 1996). Faktor-faktor kondisional
yang menyebabkan lahirnya Organisasi papua Merdeka adalah:
a.
Faktor dari dalam negeri: perang suksesi tahun 1965, yaitu terjadi pengalihan
kekuasaan dengan pemberontakan, pembunuhan dan penggulingan kekuasaan;
kemelut politik dalam negeri, yaitu pemerintah Indonesia kurang memperhatikan
persoalan/disintegrasi yang ditumbuhkan dari luar; kepentingan Orde Baru atas
propinsi Irian Jaya, yaitu mengambil sumber daya alamnya dan menjualnya
kepada Negara lain.
b.
Faktor dari luar, yaitu adanya kepentingan dari luar untuk menguasai sumber daya
alam Irian Jaya. Karena luar negeri tidak senang negara Indonesia utuh, maka luar
negeri mengupas atau memprofokasi Irian Jaya untuk keluar dari negara
Indonesia. Kekecewaan rakyat Irian Jaya terhadap pemerintah Indonesia karena
kesenjangan ekonomi dan kesenjangan politik.
Kekecewaan rakyat Irian Jaya kepada pemerintah Republik Indonesia yaitu
Kubu yang menghendaki kemerdekaan atau lepas dari NKRI, gerakan inipun
terpecah menjadi dua yakni, Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinjan Kelik
Kwalik dan Presidiun Dewan Papua yang dipimpin oleh Theys Hiyo Eluay.
b.
B.
diproklamasikan menjadi bebas dan merdeka (de facto dan de jure). Semoga Tuhan
beserta kita, dan semoga tuhan menjadi maklum, bahwa merupakan kehendak sejati dari
rakyat papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah
dipenuhi.
Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua barat
Seth Jafet Rumkorem (Brigadir-Jenderal)
Selain itu, upaya yang dilakukan OPM untuk menjaga eksistensinya adalah
dengan cara mempengaruhi rakyat Irian Jaya. Organisasi Papua Merdeka dalam mencari
dukungan kepada rakyat Irian Jaya yaitu dengan cara mempengaruhi rakyat Irian Jaya
terutama didaerah terpencil/pedalaman. Karena rakyat Irian Jaya dipedalaman mudah
diprovokasi Organisasi Papua Merdeka juga mencari dukungan kepada rakyat Irian Jaya
yang anti-Indonesia, tetapi tidak semua rakyat Irian Jaya mendukung Organisasi Papua
Merdeka. Sikap rakyat Irian Jaya adalah aktif terhadap Organisasi Papua Merdeka, yaitu
mendukung Organisasi Papua Merdeka baik ikut/berpartisipasi dalam pemberontakan
maupun rapat-rapat. Tetapi apabila pemerintah Republik Indonesia mengerahkan TNI
untuk mengadakan operasi inteligen sikap rakyat Irian Jaya adalah pasif atau pura-pura
tidak tahu menahu tentang Organisasi Papua Merdeka. Menurut Tuhana Taufik A (2001:
142-143) Bentuk dukungan yang diberikan oleh rakyat Irian Jaya kepada Organisasi Papua
Merdeka adalah:
1. Terlibat atau berpartisipasi dalam aksi-aksi Organisasi Papua Merdeka seperti
perlawanan fisik, penyebaran selebaran/pamflet, penyebaran informasi, pencarian
2.
3.
keperluan lainnya seperti baterai radio dan senter, rokok, serta alat tulis-menulis.
Memberikan dukungan semangat, dorongan melalui cerita-cerita herois Oraganisasi
Papua Merdeka serta sosialisasi nilai-nilai Organisasi Papua Merdeka yang dikaitkan
dengan keharusan membalas dendam atas korbankorban keluarga dan orang-orang
Irian Jaya yang telah mati ditangan Indonesia, dan memberikan ilustrasi serta
pandangan-pandangan atas dasar realita yang ada sekarang ini dan tidak
menguntungkan rakyat Irian Jaya. Misalnya: keadaan ekonomi yang buruk, korupsi,
kesempatan kerja.
C.
tembaga
Freeport
adalah
salah
satu
contoh
bagaimana
kapitalisme
mengeksploitasi sumber daya local sepuas puasnya. Hal ini menyebabkan banyak konflik
terjadi di Papua. Organisasi Papua Merdeka menimbulkan perpecahan
bangsa
berupa
konflik
konflik,
penyerangan,
dan
usaha
Peran Pemerintah dan Aparatur Negara dalam Menangani Gerakan OPM dan
Mengantisipasi Gerakan Separatis
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam memadamkan
pemberontakan Organisasi Papua Merdeka yaitu dengan pendekatan keamanan atau
sekuriti dan pendekatan kesejahteraan. Dengan pecahnya pemberontakan Organisasi Papua
Merdeka, maka pemerintah melakukan pendekatan sekuriti atau keamanan dan pendekatan
kesejahteraan yang dilakukan secara bersama-sama dengan peningkatan intensitasnya
masing-masing. Dengan kata lain setelah digempur dengan operasi militer, baru diadakan
pembangunan. Untuk melaksanakan pendekatan kesejahteraan, TNI dilibatkan secara aktif
Berbagai operasi telah dilakukan oleh militer atau ABRI untuk menumpas pemberontakan
Organisasi Papua Merdeka yang dimulai sejak awal pemberontakan sampai tahun 1998.
Kebijakan operasi militer untuk menumpas Organisasi Papua Merdeka dilakukan
dengan nama tersendiri sesuai dengan kebijakan pimpinan militer Indonesia. Untuk
2.
Operasi Baratayudha
tujuan pokok operasi: untuk menghancurkan gerombolan di bawah pimpinan Ferry
Awon yang berkekuatan lebih kurang 14.000 dengan lebih kurang 1000 pucuk senjata
api tua campuran dan penguasaan wilayah secara total.
3.
Operasi Wibawa
Tugas pokok operasi wibawa adalah menyelesaikan masalah gangguan keamanan,
mengamankan dan memenangkan PEPERA dan menumbuhkan, memelihara perintah
sebagai kelanjutan dari operasi sadar.
wawasan kebangsaaan.
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti
3.
4.
5.
kepada masyarakat.
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan pembangunan Negara.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti penting dari cinta tanah air
6.
7.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Organisasi Papua Merdeka merupakan sebuah gerakan separatis yang bertujuan
untuk memisahkan atau memerdekaan diri dari Negara Republik Indonesia. Gerakan ini
muncul sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia akibat kesenjangan
politik, ekonomi, historis, peminggiran sosial budaya, nasionalisme Papua
dan
diskriminasi
politik
dan
hukum.
Organisasi
Papua
Merdeka
usaha
pemberontakan
kepada
Pemerintah
Indonesia.
Untuk
SARAN
Solusi bagi segala permasalahan yang terjadi Papua adalah Mereka (OPM)
menyatakan diri kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan siap secara
bersama-sama membangun Papua lebih sejahtera serta berkomitmen mengakhiri seluruh
kekerasan yang selama ini terjadi di papua. Keinginan tersebut tentunya harus disambut
baik oleh Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh elemen bangsa. Untuk itu
Pemerintah harus memiliki komitmen untuk membangun Papua dengan hati sehingga
bentuk disintegrasi bangsa semacam Organisasi Papua Merdeka tidak perlu terjadi kembali
kelak di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Chaidar Zulfikar Salahudin Herdi Sahrasad. 2000. Federasi atau Disintegrasi. Yogyakarta:
Madani Press.
Irfan Abubakar, Chaider S. Bamualim. 2005. Transisi Politik dan Konflik Kekerasan: Meretas
Jalan Perdamaian di Indonesia, Timor-Timur,Filipina dan Papua New Guinea. Jakarta:
Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Nazarudin Syamsudin. 1989. Integrasi Politik Di Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia.
Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional: Teori Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Syamsuddin Haris, et all. 1999. Indonesia Diambang Perpecahan. Jakarta:Erlangga.
Tuhana Taufik A. 2001. Mengapa Papua Bergolak. Yogyakarta: Gama Global Media.