Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan
Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah pranata
untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan (UU RI No. 12 Tahun
1995). Balai Pemasyarakatan mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jendral Pemasyarakatan dalam
menyelenggarakan pembimbingan klien pemasyarakatan di daerah. Balai
Pemasyarakatan memberikan perspektif lain yang lebih objektif sebagai dasar
pembuatan keputusan bagi aparat penegak hukum lainnya dalam memberikan
keputusan hukum yang tepat dan adil. Pada tahap post adjudikasi, Balai
Pemasyarakatan ikut di dalam melakukan proses pembinaan dalam rangka
admisi orientasi, asimilasi dan reintegrasi klien pemasyarakatan. Bentuk
bimbingan yang diberikan bermacam-macam, mulai dari pemberian
pembinaan tentang agama, keterampilan, sampai pada pembinaan kepribadian.
Bimbingan ini diberikan dengan tujuan agar Klien Pemasyarakatan dapat hidup
dengan baik di dalam masyarakat dan tidak mengulangi kembali tindak
kejahatan.
Narapidana yang kembali ke tengah-tengah masyarakat tak lepas dari
permasalahan pribadi masing-masing. Beberapa permaslahan yang sering
dihadapi oleh klien pemasyarakatan adalah kecemasan dan rasa takut yang
bahkan telah terjadi sejak masih berstatus sebagai narapidana mereka merasa
tidak memiliki apapun dan tidak layak untuk kembali ke masyarakat;mereka
merasa banyak hal yang tidak mereka ketahui tentang dunia luar karena mereka
terbiasa hidup di dalam penjara. Klien juga khawatir tentang pekerjaan.
Beberapa klien yang belum lama kembali ke masyarakat mengatakan bahwa
belum mendapatkan pekerjaan. Mereka khawatir apabila tidak ada yang mau
memperkerjakan mereka karena berstatus sebagai mantan narapidana. Mereka
takut apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga, maka pasangan dan
anak-anak akan meninggalkan mereka. Mantan narapidana memiliki hambatan
dalam proses penyesuaian diri ketika telah kembali ke masyarakat yaitu
perasaan malu dengan status sebagai mantan narapidana, rasa cemas dan takut
apabila kelak akan kembali terlibat masalah atau tindak pidana, dan juga belum
bisa menerima status sebagai mantan narapidana sehingga harus menutupi jati
dirinya sendiri. Masalah tebesar dari mantan narapidana adalah sikap mereka
terhadap dirinya yang menganggap dirinya sendiri tidak berguna sehingga
menjadi putus asa di tengah masyarakat dimana kondisi tersebut sangat rentan
menyebabkan klien pemasyarakatan kembali melakukan tindak kejahatan
(menjadi residivis).
Dukungan sosial maupun pendampingan memiliki andil yang cukup
besar dalam usaha menurunkan tingkat kecemasan. Dukungan dari lingkungan
sekitar terutama keluarga merupakan kebutuhan mendesak yang diperlukan
oleh mantan narapidana. Melakukan penanganan terhadap masalah maupun
gangguan psikolgis merupakan salah satu strategi untuk melaksanakan
reintegrasi bagi mantan narapidana dan merupakan mekanisme untuk
menormalkan penyimpangan
Saat ini, petugas pembimbing kemasyarakatan bertugas untuk
memberikan konseling dan bimbingan kepribadian kepada klien
pemasyarakatan terkait dengan pelaksanaan fungsi bimbingan di Balai
Pemasyarakatan. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya kemampuan
melakukan konseling pada Pembimbing Kemasyarakatan serta kerjasama
Balai Pemasyarakatan dengan lembaga-lembaga social belum berjalan dengan
rutin sehingga pelaksanaan bimbingan kepribadian klien menjadi kurang
maksimal.
Maka dari itu, pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata ini taruna menjalin
kerjasama dengan lembaga Miracle-Psychology dengan tujuan supaya
program bimbingan kepribadian untuk klien pemasyarakatan lebih tepat
sasaran sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dialami oleh para klien.
Kegiatan bimbingan kepribadian tersebut dilakukan secara berkelompok yang
melibatkan sekitar kurang lebih 40 klien pemasyarakatan dan juga para petugas
Balai Pemasyarakatan bekerjasama dengan Lembaga Miracle-Psychology.
Miracle-Psychlogy adalah lembaga layanan psikologi dan pelatihan yang
berfokus pada pengembangan diri dan penguatan hubungan keluarga. Miracle
Psychology adalah sebuah lembaga yang berbgerak dalam bidang jasa
psikologi dengan pelayanan berupa training dan psikoterapi. Fokus lembaga
tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan mental masyarakat Indonesia
dengan berdasar pada penguatan keluarga.

Sistem Database Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat SDP


adalah keseluruhan sistem informasi yang meliputi pengumpulan,
penyaringan, pengelolaan, penyajian, dan pengkomunikasian informasi
Pemasyarakatan. SDP merupakan sistem teknologi informasi berupa aplikasi
sebagai alat bantu dalam melakukan proses manajemen terhadap proses
Pemasyarakatan Indonesia. Proses Pemasyarakatan ini meliputi pelayanan
tahana, pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara, pembinaan
narapidana dan pembimbingan klien pemasyarakatan. Kehadiran SDP selain
sebagai alat bantu, namun juga membuka era baru bagi pemasyarakatan untuk
meningkatkan penyelenggaraan good goovernance. Pelayanan prima,
keterbukaan dan akuntabilitas merupakan fokus utama yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah saat ini. Selain itu, dengan adanya SDP,
masyarakat akan secara tidak langsung “diajak” untuk lebih proaktif dalam
memperhatikan proses pemasyarakatan yang merupakan tanggungjawab
bersama.
Tetapi dalam pelaksanaannya banyak kendala yang terjadi di lapangan,
salah satunya adalah masalah sumber daya manusia yang kurang dalam
pengembangan penguasaan aplikasi SDP tersebut. Peter Sheal (2001)
memberikan beberapa alasan mengapa pengembangan pegawai menjadi satu
hal yang penting, yaitu karena :
1. Perubahan yang cepat dalam hal teknologi dan pekerjaan itu sendiri.
Meskipun sumber daya manusia yang direkrut sudah memiliki skill dan
pengalaman untuk mengerjakan pekerjaan, namun karena adanya
perubahan pekerjaan dan lingkungan kerja, menuntut organisasi tersebut
untuk meng-update skill mereka. Jika pegawai tidak diberi kesempatan
untuk pengembanga atau retraining, pegawai dan skill-nya akan menjadi
obsolete.
2. Keterbatasan keahlian (skill) untuk jangka menengah dan panjang atau
sering disebut “skill gap”. Perkembangan teknologi membawa pada
kondisi semakin besarnya presentase pekerjaan yang skill and knowledge
based, sehingga membutuhkan lebih banyak “skilled worker”. Misalnya
di era informasi ini semakin banyak dibutuhkan pegawai yang mempunyai
keahlian di bidang teknologi informasi.
3. Perubahan dalam hal ekspektasi dan komposisi workforce (total number
of worker in organization). Pada masa lalu, pegawai beranggapan skill
yang dimilikinya dapat bertahan lama (berguna dalam jangka lama), tetapi
pada saat ini pendidikan hanya memberikan basic foundation dalam
bekerja. Dalam kondisi dimana proporsi pekerja manajerial, supervisory,
dan professional semakin meningkat, semakin dibutuhkan training and
development.
4. Kompetisi dan tekanan eksternal untuk meningkatkan kualitas produk dan
jasa (pelayanan). Sheal (2001) mengasumsikan bahwa hanya “quality
people” (manager, dan staf yang selalu meng-update pengetahuan) yang
dapat menghasilkan produk dan jasa (pelayanan) yang berkualitas.

Terkait dengan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di


lingkungan Balai Pemasyarakatan Magelang, sampai saat ini belum ada
program pengembangan pegawai berupa pelatihan atau bimbingan terknis
mengenai penggunaan aplikasi Sistem Database Pemasyarakatan. Padahal hal
tersebut sangat penting untuk dilakukan karena hanya ada beberapa orang saja
yang mampu menggunakan aplikasi tersebut, sehingga apabila orang tersebut
sedang berhalangan hadir di kantor ( seperti sakit atau melaksanakan dinas
luar) maka akan mengganggu tugas dan fungsi dari Balai Pemasyarakatan.
Sebenarnya, petunjuk / tata cara penggunaan aplikasi Sistem Database
Pemasyarakatan bisa di dapatkan melalui web resmi Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, namun apabila petugas harus berulang kali membuka-
menutup jendela browser di perangkat komputer mereka hanya untuk melihat
panduan penggunaan aplikasi SDP, hal itu dirasa kurang efektif karena
membutuhkan banyak waktu. Oleh karena itu salah satu program Kuliah Kerja
Nyata kami adalah menyusun buku panduan pengoperasian aplikasi SDP.
Belum adanya perlatihan atau bimbingan teknis mengenai SDP di Balai
Pemasyarakatan bukan menjadi alasan bagi petugas Balai Pemasyarakatan
untuk tidak bisa menggunakan aplikasi tersebut. Pegawai Balai
Pemasyarakatan membutuhkan informasi terkait SDP yang mampu
memudahkannya dalam hal penggunaan aplikasi tersebut. Diharapkan dengan
adanya buku panduan ini bisa membantu pegawai Balai Pemasyarakatan, dan
mengatasi hambatan yang dialami ketika menggunakan aplikasi SDP.
Dokumen pedoman penggunaan aplikasi Sistem Database
Pemasyarakatan iini dibuat utuk tujuan sebagai berikut :
1. Menggambarkan dan menjelaskan penggunaan aplikasi SDP
2. Sebagai panduan penggunaan apliksi SDP
Pengembangan buku panduan ini dilakukan melalui beberapa tahapan
yaitu :
1. Tahap analisis
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi tujuan dari
penyusunan buku panduan serta menulis rumusan tujuan.
2. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan penyusunan / pembagian tugas
tim dan penetapan jadwal kegiatan.
3. Tahap perancangan
Dilakukan beberapa kegiatan untuk menyusun buku panduan diataranya :
menentukan bagian buku panduan, menentukan standar yang diperlukan,
dan penyelesaian draft buku panduan.
4. Tahap pengembangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri dari a) penelaah buku
panduan oleh validator (dalam hal ini yang bertindak selaku validator adalah
salah satu petugas Balai Pemasyarakatan yang telah mampu menggunakan
aplikasi SDP) b) perevisian buku panduan berdasarkan hasil penelaahan
validator
5. Tahap implementasi
Setelah buku panduan selesai disusun dan telah melalui tahap revisi dari
validator, maka buku panduan tersebut siap dicetak dan bisa digunakan oleh
seluruh petugas Balai Pemasyarakatan Kelas II Magelang.

B. Capaian Kegiatan
Dari pelaksanaan bimbingan kepribadian secara berkelompok dengan
bekerjasama dengan Lembaga Miracle-Psychology, klien Balai
Pemasyarakatan Magelang mendapatkan motivasi dan penguatan mental.
Melalui kegiatan tersebut, kualitas spiritual klien ditingkatkan. Klien di
arahkan untuk lebih mengenali pola perilaku pola pikir maupun sikap yang
menyebabkan kegagalan dalam hidup serta membentuk pola pikir baru yang
mampu mendukung keberhasilan. Selain itu klien dibimbing untk menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri dan mengenali stategi memotivasi diri sediri
maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai