Anda di halaman 1dari 40

i

LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN

MATERI TENTANG

BUDIDAYA TANAMAN KUBIS

Oleh :

Umul Chair Mahadin, SP. MSi


NIP 196907312005012009

Dikelompok Tani Agribisnis Milenial UMMU Kelurahan Sasa


Kecamatan Ternate Selatan

DINAS PERTANIAN
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KECAMATAN TERNATE SELATAN
2021

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWt atas rahmat kesempatan dan kesehatan yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan evaluasi penyuluhan
pertanian dengan judul Budidaya Tanaman Kubis pada kelompok Agribisnis Milenial UMMU pada
tanggal 8 Maret 2021.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering dikesampingkan dan konotasinya
negatif, karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan
pertanian. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan
penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan
kegiatan/program penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan ini sebagai bagian dari kegiatan penyuluhan pertanian serta
rangkaian dasar penyusunan programa penyuluhan pertanian tahun 2020.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjama dalam
Penyusunan laporan Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan ini, khususnya kepada pengurus dan anggota
kelompok tani Agribisnis Milenial UMMU Kelurahan Sasa Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate dan
teman teman PPL kecamatan Ternate Selatan serta berbagai pihak yang memberikan bimbingan. Saran
dan masukan selalu kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan kegiatan di waktu
yang akan datang
Penyusun,

Umul Chair Mahadin, SP. MSi


NIP 196907312005012009

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFTAR GRAFIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Tujuan Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.3. Manfaat Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
II. LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.1. Tanaman Kubis dan Cara Budidaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.2. Evaluasi Penyuluhan Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3. Aspek Keterampilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.4. Sikap (Attitude) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5. Aspek Keterampilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
III. METODOLOGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.1. Pelaksanaan Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.2. Metode Penentuan Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.3. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4.1. Letak Geografi dan Batas Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4.2. Keadaan Tanah dan Iklim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4.3. Keadaan Sosial Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
4.4. Hasil dan Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
V. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
5.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
5.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1, Pendduduk berdasarkan mata pencaharian


Tabel 2, JumlahnPenduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3, Jenis Kelamin responden
Tabel 4, Pendidikan responden
Tabel 5, Lama Berusaha tani
Tabel 6 Usia responden
Tabel 7, Pengukuran Tingkat Pengetahuan responden
Tabel 8, Rekapitulasi tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 9, Pengukuran sikap responden
Tabel 10 Rekapitulasi Sikap Pengetahuan Responden
Tabel 11, Pengukuran Tingkat Pengetahuan responden
Tabel 12, Rekapitulasi tingkat Pengetahuan Responden

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Jenis Kelamin Responden

Grafik,2, Pendidikan Responden

Grafik 3, Lama Berusaha tani Responden

Grafik 4, Usia Responden

Grafik 5, Perubahan Pengetahuan responden

Grafik 6, Perubahan Sikap Responden

Grafik 7, Perubahan Keterampilan responden

vii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam komoditas hortikultura. Dari ratusan jenis komoditas tersebut, hanya

puluhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, salah satunya kubis.

Tanaman ini bisa tumbuh di dataran yang beriklim sejuk dan basah. Umumnya ketinggian

dataran yang biasanya ditanam sayuran ini berkisar antara 800 – 1000 mdpl. Selain hidup di dataran

tinggi, jenis tanaman yang biasa disebut kobis ini juga dapat hidup di dataran rendah antara 0-200 mdpl.

Pada area dataran rendah ini merupakan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Karena

tipikal tanaman ini dapat di tanam saat musim hujan maupun musim kemarau. Dengan pemeliharaan

intensif, sayuran berdaun lebar ini juga dapat hidup disepanjang tahun.

Oleh sebab itu, melihat kondisi dan berbagai aspek yang ada, maka membudidayakan tanaman

ini cukup potensial. Maka dari itu sayuran ini dapat tumbuh subur di Indonesia.

Beberapa provinsi di Indonesia dapat mengahasilkan kubis yang cukup banyak. Di rilis dari data

Kementrian Pertanian, total produksi kubis di tahun 2018 dapat mencapai sekitar 1.4 juta ton. Nilai

produksi yang cukup tinggi inilah menjadikan kubis dapat diperhitungkan untuk dikembangkan.

Provinsi Jawa Tengah masih memegang rekor nomor Satu dengan tingkat produksi kubis

mencapai 303.300 ton di tahun 2018. Sedangkan posisi runner up di tempati oleh Provinsi Jawa Barat

dengan kisaran produksi mencapai 280.448 ton. Di posisi ke tiga ada Provinsi Jawa Timur dengan hasil

produksi kubis mencapai 217.507. Sementara itu tak kalah bagusnya dengan Jawa Timur, Sumatera

Utara juga mampu menghasilkan kubis sekitar 172.834 ton. Dan yang terakhir di posisi ke lima ada

Provinsi Sumatera Barat dengan hasil produksi mencapai 106.934 ton kubis.

Menurut catatan BPS, rata-rata ekspor kubis Indonesia per tahun dalam kurun waktu 2013 -2017

mencapai 4.500 ton per tahun. Pada periode Januari - Agustus 2018 mencapai 24,6 ribu ton, naik dari

periode yang sama tahun 2017 sebanyak 22,1 ribu ton. Kubis bahkan mencatatkan diri sebagai

komoditas sayuran yang paling banyak diekspor dibanding jenis sayuran lain seperti jagung manis,

1
bawang merah, selada dan sebagainya. "Tak tanggung - tanggung, kubis Indonesia mampu menembus

pasar luar negeri seperti Jepang, Malaysia, Taiwan, Singapura hingga Uni Emirat Arab.

Produksi kubis rata-rata per tahun selama 5 tahun terakhir mencapai 1.463.126 ton. Pada

tahun2017 lalu mencapai 1.442.624 ton setahun dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen

terbesar di dunia. "Kelebihan kubis Indonesia, selain harganya relatif murah juga mampu dipasok secara

kontinyu dari sentra-sentra utama seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur dan

daerah penghasil kubis lainnya",.

Kementerian Pertanian akan fokus pada perbaikan kualitas kubis Indonesia melalui gerakan

budidaya ramah lingkungan. "Selama ini masyarakat baik dalam maupun luar negeri, masih banyak yang

kuatir mengkonsumsi kubis asal Indonesia karena isu residu pestisida. Pemerintah terus himbau petani

mempraktikkan cara budidaya yang lebih ramah lingkungan dengan menekan penggunaan pestisida.

Selain isu pestisida, akan didorong perbaikan sistem penanaman Kubis di lahan berlereng agar

memperhatikan prinsip konservasi.

Oleh karena itu maka tugas seorang Penyuluh adalah mengembangkan kemampuan masyarakat

tani dalam membudidayakan kubis dengan dilakukannya penyuluhan agar tingkat pengetahuan petani

meningkat. Sedangkan petani sebagai anggota kelomok merupakan obyek Penyuluhan harus mampu

berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta ambisi, kemampuan dan

usaha dalam berusaha yang lebih baik dan menguntungkan serta mandiri untuk mencapai kehidupan

yang lebih sejahtera (Depertemen Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian, 1977) untuk menilai hal ini

maka dilakukan evaluasi terhadap faktor pengetahuan, petani terhadap Budidaya tanaman Kubis.

Berdasarkan latar belakang diatas, dan Rencana kegiatan penyuluhan serta untuk melihat efektifitas

penyuluhan maka dilakukan Evaluasi tentang perubahan tingkat pengetahuan petani dalam kegiatan

penyuluhan dengan judul “Budidaya tanaman Kubis”. Pada kelompok tani Agribisnis Milenial UMMU

Kelurahan Sasa

2
1.2. Tujuan Evaluasi

1. Tujuan dari evaluasi yang dilakukan adalah untuk melihat dan mengetahui Perubahan

Pengetahuan Petani dalam budidaya tanaman kubis

2. Untuk mengetahui pencapaian tujuan penyuluhan

1.3. Manfaat Evaluasi

Sebagai dasar agar penyuluh lebih intensif dalam penyuluhan dan latihan tentang Budidaya tanaman

kubis serta menambah wawasan para petani dalam mengembangkan tanaman kubis.

3
II. LANDASAN TEORI

2.1. Tanaman Kubis dan Cara Budidaya

a. Botani Tanaman Kubis

Sayur Kubis atau biasa dikenal dengan nama Kol masuk ke dalam keluarga tanaman

Brassicaceae, termasuk kerabat tanaman Sawi, Brokoli, Kembang Kol dan lobak. Kubis banyak kita

jumpai pada aneka masakan. Misalnya sayur sop, capcay bahkan tongseng pun menggunakan sayur

kubis sebagai campurannya. Selain dapat digunakan diberbagai masakan, kubis juga memiliki bentuk

yang unik dan memiliki banyak kandungan gizi yang baik untuk kesehatan tubuh, seperti vitamin, mineral

dan sejumlah senyawa baik.

Kubis sangat mudah dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh subur di tanah yang kaya nutrisi

dan berdrainase baik. Sangat penting untuk mempersiapkan lahan yang tepat sebelum menanam benih

atau memindahkan bibit muda. Apabila Anda menginginkan pertumbuhan tanaman kol yang sehat dan

terhindar dari serangan hama dan penyakit, hindari menanam tanaman kol di lahan bekas tanaman Sawi,

Brokoli dan Kembang Kol.

merupakan sejenis sayuran daun yang masuk dalam kelompok kultivar Brassica oleracea (Brassica

oleracea var. capitata, var. tuba, var. sabauda atau var. acephala). Terdapat 3 macam warna kubis yaitu

hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba (“putih”), kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan

ungu kemerahan (forma rubra).

Kubis segar mengandung banyak vitamin seperti vitamin A, beberapa vitamin B, vitamin C, dan

vitamin E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi pada kol dapat bermanfaat untuk mencegah skorbut atau

sariawan akut. Kubis juga banyak mengandung banyak mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium,

dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan

glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia.

b. Cara Budidaya Tanaman Kubis

4
Persiapan Lahan

 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bumbun. Bagian yang akan dibuat bumbun

ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas tanah.

 Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah harus dicangkul kembali

agar bongkahan menjadi lebih kecil.

 Gunakan pupuk kompos 10 t/ha. Taburkan di atas tanah, kemudian tutup dengan tanah setebal 10

cm.

 Rendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau rendam benih dalam air

hangan kurang lebih 55 derajat Celsius selama 30 - 60 menit;

Persemaian

 Buatlah wadah semai berupa koker yang terbuat dari daun pisang atau kertas nasi.

 Campur pupuk kandang yang benar-benar matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:1

(Volume).

 Biarkan 3-4 hari agar tanah terkena sinar matahari langsung. Setelah itu masukkan kedalam koker

secukupnya.

 Semai dulu pada bak semai (baki) setelah tumbuh baru pindahkan ke koker.

 Semai benih pada wadah berupa koker dari daun pisang yang telah terisi tanah dan lakukan

penyiraman tanaman setiap hari dengan menggunakan gembor.

 Berikan pupuk urea dengan dosis 0,5 gr/liter air atau 1 sendok teh untuk 1 ember air.

 Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung berbulu (Peronospora parasitica) atau ulat daun

pada daun pertama, jika ada di petik dan buang daun yang terserang.

Penanaman

 Waktu tanam kubis dapat dilakukan setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan

lebih banyak.

5
 Tanamlah bibit kubis setelah berumur 3 - 4 minggu dengan jarak tanam 50 x 60 cm, dengan cara

memasukkan bibit kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat.

 Tumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam

lebih dulu 1 bulan sebelum tanam kubis.

 Pupuk yang digunakan adalah Urea 200 kg/ha, SP-36 250 kg/ha, KCL 200 kg/ha dan ZA 250 kg/ha.

 Berikan 1/2 dosis pupuk Urea dan seluruh pupuk SP-36 dan KCL serta 1/2 dosis pupuk ZA pada saat

tanam sebagai pupuk dasar.

 Berikan sisa pupuk Urea dan sisa pupuk ZA pada saat tanaman berumur 4 minggu.

Pemasangan Ajir untuk tanaman tomat

Pasanglah ajir seawal mungkin agar tidak mengganggu perakaran tomat dan ajir setinggi 80-100 cm

ditancapkan secara individu di dekat batang tanaman.

Awal pertumbuhan (0-15 hari)

 Lakukan penanaman pada sore hari untuk menghindari sengatan sinar matahari.

 Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman tumbuh baik.

 Tanaman yang mati segera disulam.

 Pengendalian hama secara mekanis "pithesan", yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet

dengan jari.

Fase Pembentukan daun (15-35 hari)

 Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari.

 Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hari, dengan 1/2 dosis Urea dan 1/2

dosis ZA, dengan cara ditungalkan 5 cm dari tanaman.

 Fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.

 Pengendalian hama dengan cara mekanis.

6
Fase Pembentukan krop (35 hst - Panen)

 Pada fase ini tanaman peka terhadap serangan penyakit dan ulat krop kubis

 Amati kehadiran penyakit patogen dan hama 2 kali seminggu

 Pengendalian hama dengan cara mekanis yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian

dimusnakan

 Jika populasi hama tinggi gunakan intektisida kimia yang efektif

 Jika krop kubis sudah keras, daun berwarna hijau mengkilap, daun paling luar sudah layu maka kubis

siap untuk di panen.

Cara Panen

 Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik

 Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Lakukan pemotongan pada bagian

pangkal batang kubis

 Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetikan pada

kubis yang sakit (terinfeksi patogen)

c. Hama Tanaman Kubis

a. Ulat daun (CP.xylostella)

. Ulat daun memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidemis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-

kira 5 mm berwarna hijau.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengambil ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian

dipencet sampai mati. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan apabila ditemukan 5 ekor ulat/10

tanaman contoh.

b. Ulat Grayak (S.litura)

Ulat grayak juga menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat daun.

7
C. Ulat Krop kubis (C. binotalis)

Sering menyerang titik tumbuh Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat daun, jika diganggu

agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat daun yang telurnya diletakkan secara menyebar, ulat

krop kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama denganulat daun.

D. Ulat Tanah (Agro Ipsilon)

Ulat berwarna hitam. Tanda kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih

kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman

yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan atau curater yang

dicampur dengan dedak.

d. Penyakit Tanaman Kubis

a. Akar gada atau akar bengkak.

Gejala : (1) pada siang hari, tanaman tampak layu seperti kekurangan air, tetapi pada malam atau pagi

hari daun tampak segar kembali; (2) tanaman kerdil dan tidak mampu mebentuk bunga bahkan dapat

mati; (3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian : (1) memberi perlakuan pada

benih seperti penjelasan pada penyiapan benih, (2) menyemai benih di tempat yang bebas wabah

penyakit; (3) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (4) mencabut tanaman yang terserang

penyakit; (5) pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili.

b. Busuk lunak berair

Gejala : (1) pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, daun akan

menguning, layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (4)

gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi

hitam. Pengendalian : (1) gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis.

(2) pemberantasan dengan insektisida.

c. Rebah Kecambah (Damping off)

8
Gejala : (1) bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang; (2) pangkal batang busuk sehingga

menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3) menyerang tanaman di pesemaian, tetapi dapat pula

menyerang tanaman di lahan. Pengendalian : perlakuan benih sebelum ditanam, dan pergiliran

tanaman dengan jenis tanaman selain kubis-kubisan.

2.2. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dan efisiensi suatu program. Dalam konteks evaluasi di lingkungan Penyuluhan, terdapat tiga istilah yang

memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu istilah pengukuran (measurement),

penilaian (evaluation) dan pengambilan keputusan (decision making). Ketiga istilah ini berkaitan erat dan

merupakan suatu rangkaian aktivitas evaluasi dalam dunia Penyuluhan.

Pengukuran adalah suatu prosedur untuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif,

dengan pemberian angka kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu kepada seseorang berdasarkan

aturan tertentu.Hasil pengukuran berupa data kuantitatif dalam bentuk angka-angka (skor).Oleh karena

itu, dalam pengukuran dibutuhkan adanya alat ukur (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Sifat dari pengukuran adalah obyektif. Pengukuran tidak membuahkan nilai atau baik buruknya

sesuatu, tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk penilaian atau evaluasi.

Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien.

Penilaian bersifat kualitatif untuk menentukan apakah sesuatu (seseorang) tergolong kategori baik atau

kurang, tepat atau tidak tepat, dan kualitas lainnya. Penilaian pada dasarnya adalah pemberian

pertimbangan (judgement) terhadap skor atau angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran. Dengan

demikian dalam pertimbangan memuat faktor-faktor yang bersifat subyektif dalam kadar tertentu

(relatif).

Pengambilan keputusan (kebijakan) adalah tindakan yang diambil oleh seseorang atau lembaga

berdasarkan data (informasi) yang telah diperoleh dengan memasukkan berbagai pertimbangan.

9
Dari pengertian tersebut, jelas terlihat adanya tingkatan yang berbeda. Pengukuran tidak

membuahkan nilai atau baik buruknya sesuatu, tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat

penilaian.Penilaian memerlukan data yang baik mutunya dan salah satu sumbernya adalah hasil

pengukuran. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penilaian tetap dilakukan meskipun

tanpa didahului oleh pengkuran. Demikian pula halnya dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang

baik memerlukan hasil penilaianyang baik.

Dalam perspektif critical event models, evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

seluruh tahapan siklus Penyuluhan. Pada konteks ini evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan mulai

dari analisis kebutuhan Penyuluhan, pelaksanaan Penyuluhan sampai dengan setelah selesai pelaksanaan

atau pasca Penyuluhan.

Ruang Lingkup

Perkembangan konsep evaluasi yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep

tersebut pada umumnya berkisa rpada pandangan sebagai berikut :

1. Evaluasi tidak hanya diarahkan kepada tujuan Penyuluhan yang ditetapkan, tetapi juga terhadap

tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek yang mungkin timbul

2. Evaluasi tidak hanya melalui pengukuran perilaku peserta Penyuluhan, tetapi juga melakukan

pengkajian terhadap komponen-komponen Penyuluhan, baik masukkan – proses – keluaran

3. Evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi peserta

Penyuluhan dan bagaimana peserta mencapainya

4. Mengingat luasnya tujuan dan obyek evaluasi, maka alat yang digunakan dalam pengukuran

sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga yang bukan tes

2.3. Aspek Pengetahuan

Dinyatakan oleh Mardikanto (Karunianingtias, 2005), bahwa mengetahui berarti memahami

dengan pikiran tentang segala ilmu, teknologi, dan informasi yang disampaikan penyuluh dan harus

dilakukan. Pengetahuan tidak hanya sekedar dapat mengemukakan atau mengucapkan tentang apa yang

10
diketahui akan tetapi, setidak-tidaknya dapat menggunakan pengetahuan dalam praktek usahataninya,

bahkan sampai dengan tahap menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi segala sesuatu berkaitan

dengan pengetahuan yang dimiliki. 21 Pengetahuan adalah salah satu komponen perilaku petani yang

turut menjadi faktor penting dalam berusahatani.

Tingkat pengetahuan petani sangat berpengaruh karena semakin tinggi pengetahuan petani maka

semakin besar wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga petani dapat bersikap

positif dan terbuka terhadap teknologi maupun perkembangan apapun dibidang pertanian. Pengetahuan

merupakan suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan

kemampuan untuk mengembangkan intelegensi (Soedijanto, 1978).

Setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada

individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda

pula.Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari

pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih

langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.(Syafruddin, dkk 2006).

2.4. Sikap (attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:131), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

(1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan

pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek;

11
(2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung

didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek;

(3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude).

Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang

peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan

intensitasnya, yaitu: Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek).

Menanggapi (responding)

Menanggapi berarti memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.

Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus,

dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon.

Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil

risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2005:53).

Dalam evaluasi penyuluhan ini, yang dimaksud sikap adalah sikap petani pada saat memilih untuk

menggunakan pertisida organik atau anorganik, cara dan teknis penggunaan pupuk. Pengukuran sikap

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidah langsung dapat dilakukan dengan

beberapa pernyataan ditanyakan pendapat responden menggunakan kuisioner(Notoatmodjo, 2003:132).

12
2.5. Aspek Keterampilan

Tingkat keterampilan (psikomotor) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan

(skill) seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar mengenai ide tertentu. Aspek keterampilan

merupakan lanjutan dari aspek pengetahun (kogniti) dan sikap (efektif) bentuk kecenderungan bertindak

atas respon. Pada tingkat keterampilan lebih menunjukkan kecenderungan seseorang untuk menerapkan

suatu inovasi pada skala tertentu. Perubahan perilaku tersebut diarahkan agar petani dan keluarganya

mampu dan sanggup bertani lebih produktif, berusahatani lebih menguntungkan dan hidup lebih

sejahtera (Gibson et al, 1996).

Keterampilan adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang yang menggambarkan kemampuan

kegiatan motoric dalam kawasan psikomotor. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan

saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan tetapi juga karena mereka

melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancer dan tepat waktu. Dalam hal ini terdapat

kecenderungan terkoordinasinya aktivitas fisik karena pengenalan dan kelenturan jasmani untuk

digerakkan sesuai ketentuan gerakan yang mestinya dilakukan.

Keterampilan juga dapat dikatakan sebagai kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang

kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai keadaan tertentu.

Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motoric melainkan juga merupakan funsi mental yang

bersifat kognitif (BAPENAS,2008)

13
III. METODOLOGI

3.1. Pelaksanaan Evaluasi

Evaluasi menggunakan metode angket (Quisioner) dan penentuan populasi evaluasi dilakukan

secara sengaja (purposive) yaitu semua anggota kelompok tani Agribisnis Milenial UMMU Kelurahan Sasa

Evaluasi ini dilakukan di kelurahan sasa kecamatan Ternate Selatan pada hari Senin, tanggal 8 Maret

2021.

3.2. Metode Penentuan Responden

Responden merupakan anggota kelompok tani Agribisnis Milenial UMMU yang mengikuti penyuluhan

budi daya kubis yaitu sebanyak 15 orang petani terdiri dari 7 orang laki laki dan 8 orang perempuan.

Responden dalam evaluasi ini adalah seluruh petani yang hadir dan mengikuti penyuluhan tentang

penyuluhan Pengolahan lahan budidaya pertanian.

3.3. Analisis Data

a. Metode Analisis Data

Metoda yang digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan dari berbagai aspek seperti

Pengetahuan, dan perilaku petani terhadap penyuluhan yang dilakukan yaitu; 1. Pengisian kuisioner

(angket) dilakukan untuk mendapatkan data primer, 2. Ceramah dan diskusi diterapkan secara terpadu

disaat memberikan materi Penyuluhan, 3. Konsultasi untuk memperoleh data skunder yang dibutuhkan.

Secara umum tingkat kemampuan petani dan kondisi phisik lahan dan tanamannya tidak berbeda nyata

sehingga untuk menarik sample (menentukan responden) untuk evaluasi dilakukan penarikan secara

sengaja/ Purposive Sampling (Manasse Malo, 1986). Untuk menganalisa hasil perubahan perilaku bagi

responden digunakan rumus sebagai berikut (Ginting, 1993):

14
b. Analisis Data Tingkat Prilaku Petani

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, yang terdiri dari 2 bagian. Bagian I dari kuesioner

adalah data demografi responden yang berupa jawaban singkat, terdiri dari: nama responden, jenis

kelamin, usia, , pendidikan terakhir, lama berusaha tani, sumber responden yang mengikuti

penyuluhan budi daya kubis Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriptif.

Bagian II : terdiri dari pertanyaan mengenai data pengetahuan responden terkait Alat dan Bahan

yang digunakan dalam budi daya kubis. Pada bagian II ini pernyataan benar bernilai 5, salah, atau

kosong diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan responden dapat dihitung berdasarkan % pertanyaan yang

dijawab benar. Dengan rumus :

Pertanyaan dijawab benar


% pertanyaan dijawab benar = X 100 %
Nilai total

Data dikumpulkan dan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Kategori pengetahuan terdiri dari :

 Pengetahuan tiap responden dikatakan baik jika % pertanyaan yang dijawab benar oleh

responden >75%

 Pengetahuan tiap responden dikatakan sedang jika % pertanyaan yang dijawab benar oleh

responden 50-75%

 Pengetahuan tiap responden dikatakan kurang jika % pertanyaan yang dijawab benar oleh

responden <50% (Notoatmodjo, 2010).

Untuk menganalisis item pertanyaan yang diberikan kepada responden, dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Responden yang menjawab benar


% Responden yang menjawab benar = X 100 %
Jumlah responden yang diambil

Data dikumpulkan dan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam Bentuk tabel dan grafik. Kategori

pengetahuan terdiri dari :

15
 Pengetahuan responden tiap pertanyaan dikatakan baik jika % responden yang menjawab benar

>75%

 Pengetahuan responden tiap pertanyaan dikatakan sedang jika % responden yang menjawab

benar 50-75%

 Pengetahuan responden tiap pertanyaan dikatakan kurang jika % responden yang menjawab

benar <50% (Notoatmodjo, 2010).

Mengukur Efektifitas penyuluhan

Untuk mengukur Effektifitas Penyuluhan (EP)

𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡


EP = x 100 %
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢
Keterangan:

𝑋2 – X1
EP = x 100 %
𝑆𝑀
X1 = ∑ score pre test

X2 = ∑ score post test

SM = Score Maksimal

Untuk mengukur efektifitas perubahan perilaku (EPP)

Peningkatan 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡


EP = x 100 %
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒ningkatan 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢

Keterangan:

𝑋2 − 𝑋1
EP = x 100 %
𝑆𝑀 – X1
X1 = ∑ score pre test

X2 = ∑ score post test

D = Diskrepansi

= SM – X1

SM = Score Maksimal

16
Hasil Efektifitas Penyuluhan (EP) maupun Efektifitas Perubahan Perilaku (EPP) dapat dikatagorikan

sebagai berikut (Ginting 1998):

Kategori rendah (kurang efektif) 33,33 %

Kategori sedang (efektif) 33,33 -66.66 %

Kategori tinggi (sangat efektif) >66,66 %

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografi Dan Batas Wilayah

Kelurahan sasa adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Ternate Selatan. Jarak dari Ibu Kota

Kecamatan ± 7 km dan Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ± 12 km.

Luas Kelurahan Sasa mencapai ± 436,48 Ha., wilayah yang dipergunakan sebagai lahan

pertanian mencapai 125,75 Ha dan untuk perkantoran pemerintah, pemukiman, dan sekolah seluas serta

fasilitas umum 60 Ha, sedangkan 229,73 terdiridari hutan rakyat, lahan tidur dan lain lain. . wilayah ini

banyak diusahakan tanaman perkebunan seperti pala cengkih dan kayu manis. Banyak pula daerah yang

berawa sehingga petani memanfaatkan untuk budidaya tanaman kangkung air.

Secara administratif batas- batas wilayah Kelurahan sasa adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Gamalama,

Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat/ Laut Ternate,

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Jambula dan kelurahan Foramadiahi

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gambesi Kecamatan Ternate Selatan.

4.2. Keadaan Tanah dan Iklim

Wilayah Kelurahan Sasa merupakan daerah dataran rendah dan berbukit dengan kondisi

kemiringan tanah 0 – 45 %, dengan jenis tanah regosol yaitu tanah yang berciri vulkanis, dengan pH 6 –

7.

Keadaan iklim kelurahan sasa dan juga daerah lainnya dikota Ternate mempunyai tipe iklim

tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim

tropis dengan temperature berkisar antara 23,3oC-31,5oC, Kelembaban rata-rata 83,58 % tingkat

penyoinaran matahari rata-rata 51,42 %, dan kecepatan angina rata rata 3,92 km/jamdengan kecepatan

maximum rata rata 20,33 km/jam.

18
4.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sasa tahun 2019, jumlah penduduk Kelurahan

Sasa sebanyak 5760 jiwa dengna rincian kepala keluarga sebanyak 821 KK yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 2152 jiwa (49,87%) dan perempuan sebanyak 2163 (50,12%) jiwa. Komposisi penduduk

Kelurahan Sasa berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)


1 Petani/Pekebun 243
2 Nelayan 87
3 Karyawan swasta/BUMD 77
4 Pegawai Negeri Sipil 178
5 TNI/Polri 35
6 Karyawan swasta 78
7 Buruh lepas/perikana/peternakan 141
8 Tukang Batu/Kayu 102
9 Pedagang 234
10 Penata rambut/Rias 5

Total 1180
Sumber: Kelurahan Sasa 2019

Penduduk kelurahan Sasa juga dapat dihitung berdasarkan tingkat pendidikan

umum. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2, Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Keterangan Jumlah
SD 250
SLTP 316
SLTA 291
Akademi D1 s/d D3 18
Sarjana S1 s/d S3 126
Sumber Kelurahan Sasa 2019

19
4.4. Hasil dan Pembahasan

4.4.1. Pendidkan Responden

Dari analisa tingkat pendidikan petani responden maka didapat tingkat pendidikan responden pada table

3 dan grafik 1

Tabel, 3 Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)


SD
SMP
SMA 15 100
SARJANA
20 100

Grafik 1, Tingkat pendidikan Responden

Persentase Pendidikan Responden


120
100
80
60
40
20
0
SMA SARJANA

Dari table 3 dan grafik 1 diatas yang merupakan hasil rekapitulasi tingkat pendidikan responden dimana

tingkat pendidikan Responden seluruhnya adalah tamanan SMA atau sederajat yaitu sebanyak 15

responden , Menurut Parera, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan yang rata-rata rendah menyebabkan kemampuan responden untuk

memahami informasi tentang Pengolahan lahan budi daya menjadi berkurang dan berdampak pada

rendahnya penyeparan informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh penyuluh. Pendidikan dapat

dilakukan dengan secara informal maupun nonformal disamping secara formal seperti di sekolah,

madrasah, dan institusi lainnya. Bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri

sendiri atau self-instruction (Dalyono, 2012:6)

20
4.4.2. Umur

Umur mempengaruhi perilaku petani terhadap pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani. Umur

petani merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kemampuan kerja petani dalam

melaksanakan kegiatan usahatani. Petani yang bekerja dalam usia produktif akan lebih baik dan

maksimal dibandingkan usia non produktif. Selain itu, umur juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat

aktivas

petani dalam bekerja (Hasyim,

2006). Tabel, 4 Usia Responden

Usia Jumlah Jiwa Persentase (%)

15 - 30 15 100

31 - 40 0 -
41 - 50
> 51
15 100

Grafik 2, Usia Responden


Persentase usia Responden

120
100
80
60
40
20
-
15 - 30 31 - 40

Tabel 4 dan grafik 2 diatas merupakan table Usia responden dimana responden Seluruhnya berusia muda

atau Petani Milenial yaitu usia dibawah 30 tahun pada usia ini orang mampu menyerap informasi dengan

baik. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas karyawan/ pekerja adalah

faktor usia (Tanto et,al (2012), & Mahendra & Woyanti (2014)). Usia yang masih dalam masa produktif

21
biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah

berusia tua sehingga fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas.

4.4.3 Lama Berusaha Tani

Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan kegiatan usahatani yang dapat

dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama berusahatani memiliki tingkat pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan yang tinggi dalam menjalankan usahatani. Dibawah ini table 5 dan grafik

3 lama berusaha tani dari responden.

Tabel, 5 Lama Berusaha tani

Lama berusaha Tani Jumlah Jiwa Persentase (%)


<1

1-5 15 100

6 - 10 0 -
> 10
15 100

Grafik 3, Lama Berusaha Tani

Persentase lama berusaha tani


120
100
80
60
40
20
-
1-5 6 - 10

Dari table 5 diatas terlihat bahwa lama berusaha tani petani responden adalah kurang dari 10

tahun yaitu 1-5 tahun peserta evaluasi adalah petani milenial yang baru mulai menggeluti bidang usaha

pertanian sehingga ada dari peserta yang masih kurang pengalaman dan pemahaman terhadap teknik

dan cara budidaya tanaman pertanian.

22
Tabel 6, kategori dan nilai tingkat pengetahuan responden
Kategori Nilai
Tinggi > 75%
Sedang 50% - 75%
Reandah < 50%

4.4.4. Evaluasi Pengetahuan Petani

Pengetahuan adalah salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor penting

dalam berusahatani. Tingkat pengetahuan petani sangat berpengaruh karena semakin tinggi

pengetahuan petani maka semakin besar wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga

petani dapat bersikap positif dan terbuka terhadap teknologi maupun perkembangan apapun dibidang

pertanian. Pengetahuan merupakan suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala

materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi (Soedijanto, 1978).

Tabel 7, Rekapitulasi Hasil Tingkat Pengetahuan Responden

Nilai Nilai Nilai


Responden persentase persentase Kriteria
Total Sebelum Sesudah
1 50 25 50% 50 100% Tinggi
2 50 25 50% 45 90% Tinggi
3 50 30 60% 45 90% Tinggi
4 50 25 50% 45 90% Tinggi
5 50 35 70% 45 90% Tinggi
6 50 20 40% 45 90% Tinggi
7 50 20 40% 45 90% Tinggi
8 50 20 40% 45 90% Tinggi
9 50 30 60% 45 90% Tinggi
10 50 25 50% 50 100% Tinggi
11 50 25 50% 45 90% Tinggi
12 50 25 50% 45 90% Tinggi
13 50 25 50% 50 100% Tinggi
14 50 25 50% 50 100% Tinggi
15 50 25 50% 45 90% Tinggi
Rata rata 25,33 51% 46,33 93% Tinggi

23
Berdasarkan tabel 1 dapat dihitung efektifitas penyuluhan dan efektifitas perubahan perilaku sebagai

berikut :

1. Efektifitas Penyuluhan (EP) terhadap aspek pengetahuan petani

𝑋2 − 𝑋1
EP = x 100 %
𝑆𝑀 – X1

46,33 – 25,33
EP = x 100 %
50

EP = 42,00 % (Efektif)
2. Efektifitas Perubahan prilaku

X2 – X1
EPP = x 100%
Diskrepansi

46,33 - 25,33
EPP = x 100%
50 - 25,33

21
EPP = x 100 %
24,67

EPP = 85,00 % (Sangat Efektif)

Berdasarkan hasil analisa data pre test dan post test yang dilaksanakan maka kegiatan penyuluhan

pertanian yang dilaksanakan dalam rangka Penyuluhan Pengelolaan lahan pertanian untuk budidaya

tanaman pertanian cukup berhasil baik, hal ini dapat dilihat dari Efektifitas Perubahan Perilaku (EPP)

maupun Efektifitas Penyuluhan (EP) yang mencakup aspek pengetahuan yaitu sebagai berikut.

Dari score awal (pre test) sebanyak 25,33 menjadi score 46,33 (post test) berarti terjadi kenaikan

score sebesar 21 dari score maksimum 50. Efektifitas perubahan perilaku (EPP) yang diperoleh

mencapai 85.00 % (Sangat Effektif), sedangkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian (EP) dapat dikategorikan

efektif karena dapat menaikan tingkat pengetahuan petani sebesar 42 %. Yaitu kategori tingkat

pengetahuan tinggi.

24
Tabel 8, Persentase Pertanyaan yang dijawab Benar

Nilai Nilai
Pertanyaan Persentase Persentase Kriteria
Sebelum Sesudah
1 45 60% 75 100% Baik
2 40 53% 65 87% Baik
3 45 60% 70 93% Baik
4 45 60% 70 93% Baik
5 30 40% 75 100% Baik
6 40 53% 70 93% Baik
7 35 47% 70 93% Baik
8 25 33% 65 87% Baik
9 45 60% 65 87% Baik
10 50 67% 70 93% Baik
Rata Rata 40 53,33% 69,5 93% Baik

Sedangkan table hasil peningkat pengetahuan petani dengan jumlah pertanyaan yang dijawab

benar oleh masing masing responden sesudah dan sebelum penyuluhan tentang Budidaya Kubis pada

tabel 8,

Grafik 4, Pertanyaan yang dijawab benar oleh responden

Pertanyaan yang dijawab benar

80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pretest post test

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah Persentase jawaban yang dijawab dengan benar pada pretest

sebesar 53,33 % Kategori sedang sedangkan pada post test meningkat menjadi 90,00% kategori tinggi

karena terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 39,67%.

25
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan tentang Budidaya Tanaman Kubis dapat dikatagorikan

berhasil, hal ini dapat dilihat dari hasil analisa terhadap aspek Pengetahuan , dimana efektifitas

penyuluhan dikategorikan efektif pada aspek Pengetahuan, sedangkan efektifitas perubahan prilaku

dapat dikategorikan sangat efektif .

Kegiatan Penyuluhan Pertanian akan efektif terhadap perubahan perilaku apabila waktu

penyelenggaraan tepat, Materi sesuai dengan kebutuhan petani, Metoda yang digunakan sesuai dengan

kebutuhan lapangan dan kondisi petani serta Fasilitas penyuluhan seperti alat, bahan dan biaya yang

dibutuhkan cukup memadai. Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan secara periodik sesuai

dengan materi penyuluhan yang telah diberikan kepada masyarakat tani.

5.2. Saran

Agar penyuluh selalu memberikan evaluasi kepada Kelompok tani untuk mengetahui tingkat

pemahaman terhadap materi penyuluhan yang diberikan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maarif, 2020. https://panennews.com/2020/02/5-provinsi-penghasil-kubis-terbesar-di-indonesia/

Cara Maksimal Budidaya Kubis dan Perawatannya


https://www.kompasiana.com/indahliliana/5fdc37228ede485f547da152/cara-maksimal-budidaya

Kementan, 2020 Kubis Indonesia Menjangkau Dunia https://www.jpnn.com/news/kubis-indonesia-


menjangkau-dunia

Triyanto, 2016 Panduan Budidaya Kubis, https://kabartani.com/panduan-cara-budidaya-kubis.htm

Litbang Sul Selatan, 2018. Petunjuk Penerapan Budidaya Kubis


https://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/panduan-petunjuk-teknis-leaflet/106-
teknologi-budidaya-kubis

27
KUISIONER EVALUASI KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
TINGKAT PENGETAHUAN PETANI DALAM BUDIDAYA TANAMAN KUBIS
PADA POKTAN AGRIBISNIS MILENIAL UMMU

IDENTITAS RESPONDEN

No Sampel :
Nama :
Alamat :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
pekerjaan :
Pekerjaan Lain selain Bertani : Tahun
Luas Lahan Garapan :

Tanggal : …………………….2021

Tanda Tangan…………………………..

28
KUISIONER
EVALUASI TINGKAT PENGETAHUAN PETANI
TENTANG BUDIDAYA TANAMAN KUBIS
POKTAN AGRIBISNIS MILENIAL UMMU
TANGGAL : 8 MARET 2021

Isilah jawaban pada pertanyaan dibawah ini dengan cara (x) pada pilihan jawaban yang dianggap benar
No Pertanyaan
1 Persiapan bedeng Tanam
a Campuran tanah dan pupuk urea
b Campuran tanah dengan dolomit
c Campuran tanah dengan kompos
d semua salah
2
Untuk menghindari hama dan penyakit sebaiknya jangan menanam kubis pada lahan bekas tanaman
a Sawi
b Brokoli
c Kembang kol
d Semuanya benar
3 Perlakuan bibit sebelum penanaman
a merendam dengan air es selama 15 menit
b merendam dengan larutan fungisida dengan dosis dianjurkan
c merendam dengan air hangat selama 30 - 60 menit
d jawaban b dan c benar
4 benih kubis untuk persemaian sebaiknya ditanam di
a koker
b ditabur diwadah
c langsung kebedengan
d semua salah
5 Media tanam untuk persemaian kubis adalah
a Pupuk kandang yang matang dan tanah halus
b tanah halus danpupuk organik
c Tanah halus dan jerami
d Tanah halus dan pupuk NPK
6 Pupuk Dasar untuk tanaman kubis (pemupukan I) adalah
a Urea, ZA, TSP, KCL
b Urea dan ZA
c pupuk mutiara
d Pupuk Orgamik
7 pemupukan susulan denga urea + ZA dilakukan pada tanaman berumur
a 14 hst
b 20 hst
c 28 hst
d 35 hst

29
8 pemupukan susulan dilakukan dengan cara
a ditugal jarak 5 cm dari tanaman
b disemprot dengan campuran pupuk
c ditabur disekitar tanaman
d semua salah
9 jika tanaman terserang penyakit maka dilakukan pengendalian dengan
a Insektisida
b Akarisida
c Fungisida
d air hangat
10 Juka tanaman terserang Hama maka dilakukan pengendalian kimiawi menggunakan
a Insektisida
b Bakterisida
c Fungisida
d pestisida

Slamat bekerja……………………

30
Lampiran 2, Identitas Responden

lama
Jenis luas
No Nama peserta umur pendidikan berusaha
kelamin lahan
tani (THN)
1 Nursila Acin P 21 SMA 1,2 0.05

2 Nurhayati Redo P 21 SMA 2 0,1


3 Nurdewi Enen P 21 SMA 2 0,15
4 Asmar latif L 24 SMA 3 0,3
5 Inayah Pora P 21 SMA 1 0,1
6 Akbar Hud L 23 SMA 1 0,1
7 Mulkin Soamole L 21 SMA 1.5 0,1
8 Arsad Usia L 21 SMA 2 -0,02
9 Warina A. Zainudin P 21 SMA 2 0,1
10 Rahayu Alif Fadila P 21 SMA 2 0,1
11 Mutiara Indah Sari P 21 SMA 1 0,1
12 Rini Karim P 21 SMA 1 0,05
13 Sadli Ikbal L 22 SMA 2 0,1
14 Mirna Adam P 21 SMA 2 0,05
15 Aslinda Hamja P 21 SMA 2 0,1

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai