Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL PENELITIAN

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TAHUN


2011 – 2020 UNTUK ZONASI KAWASAN PERTANIAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DESA
TANJUNG BUNUT KECAMATAN TAYAN HILIR

Oleh :

Andryan Purba
NIM C1051171056

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
PROPOSAL PENELITIAN

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TAHUN


2011 – 2020 UNTUK ZONASI KAWASAN PERTANIAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DESA
TANJUNG BUNUT KECAMATAN TAYAN HILIR

Oleh :

Andryan Purba
NIM C1051171056

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
PROPOSAL PENELITIAN

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TAHUN


2011 – 2020 UNTUK ZONASI KAWASAN PERTANIAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DESA
TANJUNG BUNUT KECAMATAN TAYAN HILIR

Andryan Purba
C1051171056

Jurusan Ilmu Tanah

Tim Pembimbing :

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Ari Krisnohadi, SP, M.Si Rini Hazriani, SP, M.Si


NIP. 198201262005011001 NIP. 197712012006042001

Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah

Dr. Rossie W. Nusantara, SP., M. Si


NIP.197008041996012001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Penelitian yang merupakan persyaratan skripsi dan kelulusan dengan judul
“Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan tahun 2010-2020 untuk Zonasi Kawasan
Pertanian Menggunakan Sistem Informasi Geografis Desa Tanjung Bunut
Kecamatan Tayan Hilir”.
Selama persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan proposal penelitian Penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini juga
penulis secara khusus mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Rossie W Nusantara, SP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura.
3. Ir. Ismahan Umran, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ari Krisnohadi, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama.
5. Rini Hazriani, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Ketua
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
6. Ir. H. Riduansyah, MP selaku Dosen Penguji Pertama.
7. Ir. Junaidi, MP selaku Dosen Penguji Kedua,
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan proposal ini.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Pontianak, September 2021

Andryan Purba
C1051171056

i
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
II. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................................4
A. Tinjauan Pustaka................................................................................................4
B. Kerangka Konsep.............................................................................................15
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................................17
A. Letak Geografis dan Administratif..................................................................17
B. Topografi.........................................................................................................17
C. Jenis Tanah........................................................................................................17
C. Keadaan Iklim..................................................................................................18
D. Penggunaan Lahan...........................................................................................20
F. Kependudukan...................................................................................................21
IV. METODE PENELITIAN.....................................................................................22
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................22
B. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................22
C. Tahapan Penelitian...........................................................................................22
D. Parameter / Variabel Penelitian.........................................................................27
E. Analisis Data.......................................................................................................30
F. Penyajian Data....................................................................................................32
Daftar Pustaka.............................................................................................................33
Lampiran.....................................................................................................................35

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000............................................7
Tabel 2. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:250.000/50.000 – 25.000....................8
Tabel 3. Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir.......................17
Tabel 4. Jenis Tanah Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir..........................18
Tabel 5. Klasifikasi Sub Tipe Iklim Menurut Oldeman.............................................19
Tabel 6. Data Penggunaan Lahan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir......20
Tabel 7. Penggunaan Lahan tahun 2020 Desa Tanjung Bunut...................................20
Tabel 8. Satuan Lahan................................................................................................24
Tabel 9. Titik verifikasi dan sampel...........................................................................25

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Rata-rata Jumlah Cuah Hujan Bulanan.....................................................18
Gambar 2. Curah Hujan Tahunan...............................................................................19
Gambar 3. Tahap pembuatan peta verifikasi penggunaan lahan................................23
Gambar 4. Tahap pembuatan peta satuan lahan.........................................................24
Gambar 5. Tahap analisis penentuan zonasi kawasan pertanian................................31

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kriteria Penentuan Zonasi Kawasan Pertanian......................................35
Lampiran 2. Kriteria Kondisi Drainase Bawah Permukaan…………………………36
Lampiran 3. Kelas Lereng…………………………………………………………...37
Lampiran 4. Klasifikasi Tekstur Tanah……………………………………………..38
Lampiran 5. Klasifikasi Kelas Tingkat Bahaya Erosi……………………………….39
Lampiran 6. Kelas Ancaman Banjir/Genangan……………………………………..40
Lampiran 7. Peta Administrasi Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir............1
Lampiran 8. Peta Jenis Tanah Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir......................2
Lampiran 9. Peta Penggunaan Lahan Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir...........3
Lampiran 10. Peta Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut ...............................................4
Lampiran 11. Peta Satuan Lahan..................................................................................5
Lampiran 12. Peta Titik Pengamatan dan Pengambilan Sample..................................6
Lampiran 13. Data Curah Hujan Kecamatan Tayan Hilir 2016 – 2020.......................7
Lampiran 14. Perhitungan Zonasi Iklim……………………………………………...8

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan pertanian mempunyai peran dan fungsi penting serta strategis bagi
masyarakat luas, terutama bagi masyarakat yang mempunyai latar belakang
agraris dimana kelompok masyarakat tersebut menggantungkan hidup pada sektor
pertanian, akan tetapi dewasa kini banyak sekali terjadi aktivitas alih fungsi lahan
yang membuat lahan yang harusnya menjadi kawasan pertanian menjadi non-
pertanian, misalnya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman
adapun selain pemukiman dapat dialihkan menjadi bangunan-bangunan yang
menunjang aktivitas publik guna memenuhi kebutuhan penduduk setempat.
Lahan merupakan sumber daya yang mempunyai fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Segala bentuk intervensi manusia yang secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dari itu lahan harus
dikelola dengan baik. Pengelolaan lahan harus dilakukan secara bertahap dan
terzonasi dengan baik agar tepat sasaran dalam zonasi kawasan pertanian.
Penggunaan lahan didefinisikan oleh tujuan dimana manusia mengeksplorasi
tutupan lahan (Morara, dkk, 2014) dan dikelola oleh rakyat yang ditanami dengan
berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan (Sari dan
Simanungkalit,2013). Penggunaan lahan tidak terlepas dari campur tangan
manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok
sumber daya alam dan sumber daya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan,
dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual,
ataupun kebutuhan kedua-duanya (Kusrini, dkk, 2013).
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik
untuk keperluan pertanian maupun non-pertanian ataupun keperluan lainnya
memerlukan pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan yang
bermanfaat serta paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas dan
sementara itu juga melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan dimasa
yang akan datang, kecenderungan seperti ini mendorong suatu pemikiran akan
perlunya perencanaan atau penataan lahan agar penggunaan lahan dapat

1
dimanfaatkan lebih efisien (Sitorus, 1998:1). Perubahan lahan secara langsung
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, mereka jarang mengikuti teori ekologi standar
(Roy dan Roy, 2010). Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, hal tersebut akan berdampak pada
meningkatnya perubahan penggunaaan lahan.
Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat perkembangan wilayah
suatu desa terutama Desa Tanjung Bunut yang pesat menyebabkan timbulnya
perubahan penggunaan lahan yang dimana bisa terkonversikan, terutama dibagian
aspek perekonomian karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat.
Pertambahan penduduk di suatu wilayah juga mendorong meningkatnya kegiatan
kehidupan sosial dan ekonomi yang selanjutnya menyebabkan kenaikan akan
lahan. Alih fungsi lahan yang dimana artinya perubahan penggunaan lahan, pada
dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaannya. Faktor pertumbuhan
penduduk di Desa Tanjung Bunut yang pesat serta bertambahnya tuntutan
kebutuhan masyarakat desa akan lahan dan sumber dayanya seringkali
berbenturan akan kepentingan atas penggunaan lahan yang mengakibatkan
terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana
peruntukannya, Sedangkan lahan itu bersifat terbatas dan tak bisa ditambah
kecuali dengan kegiatan reklamasi (Sujarto, 1985 dalam Untoro, 2006).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian mengenai pemetaan
perubahan penggunaan lahan untuk zonasi kawasan pertanian menggunakan
sistem informasi geografis Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir tahun
2011-2020 sangat penting untuk dilakukan karena mengingat belum adanya data
yang pernah diberikan mengenai perubahan penggunaan lahan di desa tanjung
bunut, data yang diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dan
acuan pengelolaan zonasi kawasan pertanian yang ada di wilayah desa tanjung
bunut secara berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
Masalah perkembangan wilayah pada saat ini telah menjadi masalah
yang cukup pelik untuk diatasi dan sering memunculkan dugaan negatif pada
beberapa aspek, terutama pada aspek pertanian yang berdampak setelahnya.

2
Perkembangan wilayah membutuhkan lahan sebagai tempat hidup penduduk
dengan aktivitasnya, mempengaruhi kawasan pertanian sebagai sentra produksi.
Adanya perubahan penggunaan lahan membuat hasil produksi pertanian
berkurang, seiring dengan berkurangnya hasil produksi lahan tersebut.
Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir memiliki lahan yang
berdekatan dengan sungai Kapuas. Selain itu, kondisi lereng juga cenderung datar
sehingga kondisi lahan sangat dipengaruhi pasang surut air sungai. Bagi petani
lokal perkiraan cuaca perlu diperhatikan dan yang paling terpenting adalah
meningkatnya pertumbuhan kependudukan sehingga segala aspek yang masuk
dalam kebutuhan masyarakat menjadi meningkat pula, salah satu dampak
meningkatnya pertumbuhan penduduk ini adalah lahan yang terkonversi.
Masyarakat desa yang berprofesi menjadi petani serta meningkatnya kebutuhan
masyarakat membuat lahan potensial pertanian berubah menjadi lahan
pemukiman, ini membuat lahan pertanian di masa yang akan datang menjadi
berkurang sehingga hasil produksi pertanian menjadi rendah dan kawasan
pertanian juga semakin sempit. Penelitian ini diharapkan bisa memberi arahan
penggunaan lahan agar produksi hasil pertanian tetap berkelanjutan. Sehingga
penelitian “Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Zonasi Kawasan
Pertanian Menggunakan Sistem Informasi Geografis Desa Tanjung Bunut
Kecamatan Tayan Hilir Tahun 2011-2020” ini sangat diperlukan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2011 – 2020
2. Mengidentifikasi karakteristik fisik dan kimia tanah di Desa Tanjung Bunut
3. Menentukan luasan kawasan pertanian pada tahun 2020
4. Memberikan saran arahan untuk perkembangan zonazi kawasan pertanian
Desa Tanjung Bunut

3
II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Tanah
Tanah merupakan bagian yang terdapat pada inti/kerak bumi yang
terdapat susunan atas mineral dan bahan organik, merupakan salah satu
penunjang yang berfungsi membantu kehidupan semua makhluk hidup yang
ada di bumi. Tanah sangat berperan penting dalam menyediakan hara dan air
setiap tanaman yang ada di bumi, tak hanya itu didalam tanah juga menjadi
tempat hidup bagi makhluk hidup didalam tanah yakni tempat hidup berbagai
mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak
semua makhluk hidup yang ada di muka bumi.
Dalam dunia pertanian, tanah dapat diartikan menjadih lebih khusus
yakni media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan
batuan yang tercampur dengan sisa – sisa bahan organik dan vegetasi ataupun
hewan yang hidup di atas atau di dalamnya, selain itu di dalam tanah terdapat
pula udara dan air.( Hardjowigeno,2015).

Jenis tanah yang terdapat di Desa Tanjung Bunur terdiri dari tanah
Ultisol, Inceptisol dan Histosol.
a. Ultisols
Tanah Ultisols merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan
organik yang sangat rendah, sehingga warna tanahnya merah
kekuningan, reaksi tanah masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang
tinggi dan tingkat produktivitas yang rendah. Tanah ini memiliki tekstur
liat hingga liat berpasir (Sipayung, et al.,2014)
b. Inceptisols
Inceptisols disebut juga tanah muda karena pembentukannya agak
cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk. Inceptisols mempunyai
kandungan liat yang rendah, yaitu <8% pada kedalaman 20-50 cm. Jenis
tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercucui karena pengaruh
musim basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan
(Ketaren, et al,.2014).

4
c. Histosols
Tanah Histosols atau tanah gambut merupakan tanah yang
terbentuk dari akumulasi bahan organik dan sisa-sisa jaringan tumbuhan
yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya
tanah gambut selalu jenuh air dan terendam, kecuali jiika di drainase.
Secara alami tanah gambut terdapat pada lapisan paling atas, dan pada
lapisan bawahnya merupakan tanahaluvial dengan kedalaman bervariasi
(Sihite, et al.,2013).

2. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan (land use) adalah modifikasi lahan yang dilakukan
oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun
seperti lapangan, pertanian dan pemukiman. Penggunaan lahan didefinisikan
sebagai “jumlah dari pengaturan aktivitas dan input yang dilakukan manusia
pada tanah tertentu” (FAO,1997). Sementara menurut Arsyad 1989,
penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik
materil maupun spiritual.
Penggunaan lahan (land use) mengandung aktifitas pemanfaatan lahan
oleh manusia dan juga penggunaan lahan (land use) berhubungan dengan
kegiatan manusia pada bidang lahan.Penggunaan lahan (land use) dapat
dibedakan menjadi penggunaan lahan pedesaan dan penggunaan lahan
perkotaan hal ini dititik beratkan pada tujuan nya masing-masing.
Penggunaan lahan perkotaan dititik beratkan pada tujuan untuk tempat
tinggal, sedangkan penggunaan lahan pedesaan dititik beratkan pada produksi
pertanian (Ernawati, 2008).
Penggunaan lahan (land use) menurut Arsyad dalam Syafrudin dan
Rossie (2004) diartikan sebagai bentuk intervensi atau campur tangan
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
material maupun spiritual. Secara garis besar penggunaan lahan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan untuk
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Sawah, ladang, kebun

5
campuran, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung adalah termasuk
jenis penggunaan lahan pertanian. Sedangkan pemukiman, perindustrian,
perdagangan, jasa transportasi dan pertambangan adalah jenis penggunaan
lahan bukan pertanian.
Menurut versi BPN dalam pengklasifikasian penggunaan lahan yakni
penggunaan lahan perkotaan dan penggunaan lahan perdesaan. Skala yang
digunakan adalah skala peta 1:50.000 dan 1:25.000 yang terdiri dari
perkampungan, industri, pertambangan, persawahan, pertanian tanah kering
semusim, kebun, perkebunan, padang, hutan, perairan darat, tanah terbuka,
lain-lain terdiri dari jalan, saluran, bendungan, ketinggian, batas administrasi.
Sedangkan untuk perkotaan dengan skala 1:20.000, 1:10.000, 1:2.500 terdiri
dari 9 item yakni tanah perumahan, tanah perusahaan, tanah
industri/pergudangan, tanah jasa, tanah tidak ada bangunan, taman, perairan,
jalan dan batas administrasi
Penggunaan lahan (landuse) berbeda dengan tutupan lahan (land
Cover). Terminologi penggunaan lahan (land use) dengan tutupan lahan
(land cover) seringkali digunakan dengan secara bersama-sama, padahal
kedua terminologi tersebut berbeda. Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka
tahun 1979 kurang lebih berkata: “penutupan lahan berkaitan dengan jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan
berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut”. Selanjutnya,
Townshend dan Justice pada (1981) juga memiliki pendapat mengenai
penutupan lahan, bahwa “penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik
(visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di
permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek
tersebut”. Sementara itu, Barret dan Curtis, tahun 1982 mengatakan bahwa
“permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan
lahan) seperti vegetasi dan salju, sedangkan sebagian lagi berupa kenampakan
hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan)“.
Penggunaan lahan (landuse) perlu ditata dan direncanakan sesuai
fungsi dan karakteristik lahan, ini berguna sebagai terciptanya ruang yang
aman, nyaman dan produktif dan berkelanjutan. Banyak contoh kasus dan

6
kejadian kerugian yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan.
Salah satu contoh dampak dari ketidak sesuaian penggunaan lahan adalah
masalah banjir yang timbul sebagai akibat dari ketidaksesuaian penggunaan
lahan, misalnya lahan yang seharusnya diperuntukkan bagi daerah resapan air
digunakan bagi pembangunan pemukiman. Perencanaan penggunaan lahan
seperti ini dikenal dengan nama perencanaan tata guna lahan yang merupakan
salah satu bentuk perwujudan fisik dan perencanaan tata ruang. Tidak terlepas
dari itu salah satu model perencanaan penggunaan lahan adalah
pengembangan lahan. Pengembangan lahan adalah peningkatan kemanfaatan,
mutu dan penggunaan suatu bidang lahan untuk kepentingan penempatan
suatu kegiatan fungsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
kegiatan usaha secara optimal dari segi ekonomi, sosial, fisik dan aspek legal
lainnya (Sujarto, 1989)

3. Tipe Penggunaan Lahan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)


Standar Nasional Indonesia menggunakan pendekatan dengan istilah
penutup lahan yang dimana dalam mengelompokkan penggunaan lahan,
membedakan kelas/tipe penggunaan lahan berdasarkan skala, yakni skala
1 :1.000.000. 1 :250.000/50.000 – 25.000. tabel dibawah ini memperlihatkan
klasifikasi penggunaan lahan yang dimaksudkan diatas.

Tabel 1. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000

No Tipe Penutup Lahan


1. Daerah Vegetasi
a. Daerah Pertanian
1. Sawah
2. Ladang, tegal atau huma
3. Perkebunan
b. Daerah Bukan Pertanian
1. Hutan lahan kering
2. Hutan lahan basah
3. Semak dan belukar
4. Padang rumput alang – alang dan sabana
5. Rumput rawa

7
Tabel 2. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:250.000/50.000 – 25.000

No Tipe Penutup Lahan


1. Daerah Vegetasi
a. Daerah Pertanian
1. Sawah
2. Sawah pasang surut
3. Ladang
4. Perkebunan
5. Perkebunan Campuran
6. Tanaman Campuran
b. Daerah Bukan Pertanian
1. Hutan lahan kering
2. Hutan lahan basah
3. Semak dan belukar
4. Padang rumput alang – alang dan sabana
5. Rumput rawa

4. Perubahan Penggunaan Lahan


Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia,
baik secara permanen maupun siklus terhadap suatu kumpulan sumber daya
alam dan sumber daya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan
tujuan untuk menucukupi kebutuhannya baik kebendaan maupun spiritual
atau keduanya (Malingreau, 1978). Seseorang melakukan perubahan
penggunaan lahan dengan maksud untuk memaksimalkan sumberdaya lahan
tersebut sehingga diharapkan akan memperoleh keuntungan yang maksimal
pula.
Penjelasan mengenai perubahan penggunaan lahan menurut Lestari
(2009) mengemukaan bahwasannya alih fungsi lahan atau lazimnya banyak
disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan dari fungsinya semula (seperti yang telah direncanakan) menjadi
fungsi lain yang menjadi dampak negatif yakni masalah terhadap lingkungan
dan juga potensi dari lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga seringkali dapat

8
diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang secara garis besar mencakup keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Perubahan penggunaan lahan merupakan peralihan suatu bentuk dan
lokasi penggunaan lahan yang lama menjadi yang baru. Perubahan
penggunaan lahan dalam penelitian ini meliputi penggunaan lahan pertanian
menjadi non pertanian dan strategi kedepannya agar dimasa mendatang
kawasan pertanian tetap ada dimana walaupun dengan maraknya konversi
lahan atau alih fungsi lahan.
Berbagai fenomena perubahan penggunaan lahan telah terjadi dari
waktu ke waktu. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi sejalan dengan
semakin meningkatnya pertambahan jumlah penduduk yang secara langsung
berdampak pada kebutuhan terhadap lahan yang semakin meningkat.
Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga peningkatan kebutuhan
lahan. Karena lahan tidak dapat bertambah, maka yang terjadi adalah
perubahan penggunaan lahan yang cenderung menurunkan proporsi lahan-
lahan yang sebelumnya merupakan penggunaan lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian.
Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan
terjadinya perubahan tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan
penutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan
pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan
berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaaan bumi, sedangkan
penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu (Lillesand dkk, 1993).
Dalam Arsyad (2006) menyatakan bahwa perubahan penggunaan
lahan memiliki dampak potensial besar terhadap lingkungan bio-fisik dan
sosial ekonomi. Menurut Darmawan (2002) salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah factor sosial
ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia
utamanya masyarakat sekitar kawasan. Tingginya tingkat kepadatan

9
penduduk di suatu wilayah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru
untuk digunakan sebagai permukiman ataupun lahan-lahan budidaya.
Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap hutan.
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan
usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.

5. Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (SIG) mulai dikenal pada awal 1980-an
dengan sejalan pada perkembangan teknologi yang ada, SIG sangat
berkembang dengan pesat pada era 1990-an. Secara harfiah SIG dapat
diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras,
perangkat lunak, data geografis dan geospatial dan sumber daya manusia
yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,
memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisis, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi.
SIG merupakan suatu system yang mengorganisir perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan data serta dapat
mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data
secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan
aspek keruangan (Aronoff, 1989)
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan bagian dari kemajuan
dari teknologi informasi, sebagai teknolog`i berbasis komputer, SIG harus
diperhitungkan bagi mereka yang berkecimpung dalam berbagai bidang
pekerjaan seperti perencanaan, inventarisasi, monitoring, rekayasa proyeksi,
pengambilan keputusan dalam perencanaan strategis wilayah pertanian.
Bidang Aplikasi SIG yang sedemikian luas ini yang dari urusan kemiliteran
sampai pada persoalan bagaimana mencari jalur terpendek untuk pengantaran
barang, mengkehendaki penanganan pekerjaan yang dilakukan secara terpadu
dan multi disiplin. Sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem
informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data bereferensi keruangan
(spasial) atau bereferensi koordinat geografis.

10
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dimana
menggunakan device komputer dan mumpuni untuk menangani data yang
bersifat geografis atau teknologi Spatial dimana tercakup pemasukan,
manajemen data (penyimpanan daya dan pemanggilan data), manipulasi dan
analisis serta pengembangan produk percetakan (Aronoff, 1989). Dasar-dasar
konsep SIG ini meliputi pemetaan, sistem koordinat, dan representasi dari
pekerjaan yang memanfaatkan fitur-fitur geografis. (Pusat Data dan Informasi
Pertanian, 2008 dalam Wibowo, T.J., 2010).

6. Sub Sistem Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai sub sistem atau
komponen yang bekerja secara bersamaan untuk menghasilkan sistem
fungsional SIG. komponen SIG terdiri dari Hardware, Software, Data,
Metode dan Manusia.
a. Hardware atau perangkat keras merupakan media tempat pelaksanaan
proses-proses SIG. Software atau perangkat lunak merupakan alat
pelaksanaan pekerjaan SIG.
b. Data atau representasi dari sebuah objek/fenomena adalah bahan yang
dianalisis di dalam SIG. Metode adalah cara bagaimana data diolah
menjadi sebuah informasi. Metode meliputi aspek pemasukan data
kedalam sistem, bagaimana data dikelola dan di simpan, bagaimana data
dianalisis dan bagaimana informasi ditampilkan. Data atau representasi
dari sebuah objek/fenomena adalah bahan yang dianalisis di dalam SIG.
SIG memerlukan sebuah jenis data yang spesifik agar dapat memberikan
keluaran seperti fungsionalitasnya. Data yang digunakan dalam SIG adalah
data geospasial atau data yang bereferensi geogradis (mempunyai
informasi lokal). SIG mengolah dan menerima data terlepas apakah data
spasial tersebut atau tidak.
c. Metode adalah cara bagaimana data diolah menjadi sebuah informasi.
Metode meliputi aspek pemasukan data ke dalam sistem, bagaimana data
dikelola dan di simpan, bagaimana data dianalisis, dan bagaimana

11
informasi ditampilkan. Metode untuk sebuah aplikasi biasanya bersifat
spesifik dan kadang berbeda antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya.
d. Manusia adalah komponen yang mengendalikan dan mengoperasikan
aplikasi SIG. Manusia di dalam SIG dapat berperan sebagai
operator/pengguna SIG dan pengembang SIG. Pengguna SIG adalah orang
yang menggunakan SIG untuk melaksanakan pengambilan keputusan SIG
Data geografis merupakan data yang terdiri oleh dua komponen besar
yang sangat penting yakni data spasial dan data atribut, data spasial sendiri
mempunyai dua bagian penting yaitu informasi lokasi dan informasi atribut
yang dapat dijelaskan sebagai informasi lokasi/informasi spasial. Contoh
umum adalah infromasi lintang dan bujur, termasuk informasi datum dan
proyeksi. Contoh lainnya dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi misalnya adalah kode pos. informasi deskriptis
(atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa
atribut atau properti yang berkaitan dengannya, contohnya jenis tutupan laha,
penggunaan lahan, vegetasi, populasi, dsb.
Data spasial terbagi ke dalam dua model data yaitu model data raster
dan model data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain
itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang
akan dihasil.

7. Zonasi Kawasan Pertanian


Kawasan pertanian adalah kawasan budidaya pertanian yang memiliki
sistem dimana zona budidaya yang diterapkan berdasarkan penggunaan lahan
dan produksi hasil pertanian dimana sebelumnya melibatkan karakteristik
pemanfaatan ruangnya untuk zona pertanian berdasarkan dominasi fungsi
kegiatan masing – masing zona pada kawasan budidaya pertanian.
Sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengatur tata
ruang, kawasan pertanian masuk ke dalam kawasan budidaya yaitu kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan. Berdasarkan pasal 66 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

12
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Kawasan
peruntukan pertanian meliputi kawasan yang mencakup kawasan budidaya
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Kenapa penetapan kawasan pertanian sangat penting, ini karena
penepatan kawasan pertanian diperlukan untuk memudahkan dalam
pertumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian mulai dari penyediaan
sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta
kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan.
Manfaat penetapan kriteria zonasi kawasan pertanian untuk :
a. Meningkatkan daya dukung lahan baik kawasan pertanian yang telah ada
maupun melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian.
b. Meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk
pertanian dan mengendalikan alih fungsi lahan dan pertanian ke non
pertanian agar ketersediaan lahan tetap berkelanjutan.
d. Memberikan kemudahan dalam mengukur kinerja program dan kegiatan
pertumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian.
e. Mendorong pengembangan sumber energi terbarukan dan meningkatkan
ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
f. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional dan daerah,
melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan sebagai
kawasan agropolitan dan agrowisata.
Kriteria teknis peruntukan kawasan pertanian dimaksudkan sebagai
dasar dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang
peruntukan pertanian oleh Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Bertujuan untuk mengembangkan
kawasan pertanian dengan tingkat ketersediaan air, mempertahankan kawasan
pertanian secara berkelanjutan dan mendukung ketahanan pangan

13
8. Ruang Lingkup Zonasi Kawasan Pertanian
Penelitian ini hanya dibatasi menjadi tiga zonasi karakteristik kawasan
peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan
pertanian lahan kering dan kawasan pertanian tanaman tahunan. Karakteristik
kawasan peruntukan pertanian yang terdiri dari tiga zonasi diatas, masing
masing karakteristik kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria
teknis seperti yang ditunjukkan pada lampiran 1.
a. Kawasan pertanian lahan basah
Kawasan pertanian lahan basah mencakup :
1. Pola tanam : Monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir
2. Tindakan konservasi berkaitan dengan :
a. Vegetatif : Pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman
panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai
yaitu 5 -20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi,
suhu 23 - 30°C, oksigen larut 3 – 7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan
pH 5 – 7
b. Mekanik : pembuatan pematang dan teras saluran drainase
b. Kawasan pertanian lahan kering
Kawasan pertanian lahan kering mencakup :
1. Kemiringan 0 – 6%, tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa
tindakan konservasi secara mekanik
2. Kemiringan 8 – 15%
a. Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu
pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau,
pengembalian bahan organik, tanaman penguat keras
b. Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai
tanaman penguat keras
c. Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan
interval tinggi 0,75 – 1,5m dilengkapi tanaman penguat dan
saluran pembuang air ditanami rumput.
3. Kemiringan 15 – 40%

14
a. Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman,
penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk
kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat
teras dan rokrak.
b. Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang
dilengkapi tanaman, atau batu penguat teras rokrak, saluran
pembuangan air ditanami rumput
c. Kawasan pertanian tanaman tahunan
Kawasan pertanian tanaman tahunan mencakup :
1. Kemiringan 0 – 6%
Pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau
campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan
konservasi secara mekanik
2. Kemiringan 8 – 15%
a. Pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran
b. Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal
c. Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak
teras bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput
3. Kemiringan 25 – 40%
a. Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran
b. Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal
c. Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak
teras individu.

B. Kerangka Konsep
Kecamatan Tayan Hilir memiliki beragam penggunaan lahan, hal ini
menandakan adanya pengaruh perbedaan jenis tanah dan topografi di daerah ini,
pengaruh perbedaan jenis tanah dan topografi ini membuat penggunaan lahan
menjadi berbeda dalam segi hasil produksi, lahan yang sudah ada dari dulu dari

15
tahun ke tahun mengalami perbedaan, perbedaan yang terjadi dinilai dari adanya
perubahan penggunaan lahan yang terjadi, dalam hal ini fungsi SIG/Sistem
Informasi Geografis berperan dengan memetakan daerah daerah pemetaan mana
saja yang telah berubah.
Permasalahan perubahan penggunaan lahan di Desa Tanjung Bunut
berdampak dari adanya ahli fungsi lahan yang membuat lahan berubah dari
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (terkonversi), penggunaan lahan
yang ada di Desa Tanjung Bunut saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal,
masih banyak penggunaan lahan yang belum sesuai penempatan kawasan
tersebut sehingga akan memungkinkan ketidak tepatan penggunaan lahan serta
potensi lahan tersebut, oleh karena ini dibutuhkan adanya arahan penggunaan
lahan yang sesuai dengan potensi lahan tersebut agar tepat dan tetap terjaga
untuk jangka waktu yang panjang

16
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Administratif


Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.
Secara geografis terletak diantara 109,9° Bujur Timur – 110,1° Lintang Barat dan
0,1° Lintang Utara dan 0,1° Lintang Selatan. Secara administratif, batas wilayah
Kecamatan Tayan Hilir menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau
(2018), adalah sebagai berikut:
1. Utara: Kecamatan Tayan Hulu, Kecamatan Balai
2. Timur: Kecamatan Kapuas, Kecamatan Parindu
3. Selatan: Kecamatan Toba, Kecamatan Meliau
4. Barat: Kabupaten Landak

B. Topografi
Lokasi penelitian memiliki kelas lereng datar – agak datar < 3 %, hingga
bergelombang 3 – 8 %. Kelas lereng Desa Tanjung Bunut dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir

Kelas Kemiringan Luas (ha) %


Berbukit Kecil 15 - 25 % 540,4536 7%
Bergelombang 8 - 15 % 1995,355 27%
Berombak 3-8% 210,6896 3%
Datar - agak datar <3% 4560,036 62%
Total 7306,534 100%
Sumber : Digitasi Peta Jenis Tanah BBSDLP 2010, Andryan Purba

17
C. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
meliputi tanah Ultisol, Inceptisol dan Histosol. Luas keseluruhan dan jenis tanah
Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Tanah Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir

Jenis Tanah Luas (Ha) %


Acrudoxic Kandiudults 3058,339 41,88%
Aquic Kanhapludults 144,077 1,97%
Badan air / Sungai / Danau 360,572 4,94%
Fluvaquentic Endoaquepts 515,026 7,05%
Typic Haplohemists 2009,743 27,52%
Typic Hapludults 387,296 5,30%
Typic Kandiudults 827,104 11,33%
Total 7302,158 100%
Sumber : Digitasi Peta Jenis Tanah BBSDLP 2010, Andryan Purba

C. Keadaan Iklim
Kecamatan Tayan Hilir mempunyai iklim tropis yang terbagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Berdasarkan data
curah hujan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Kelas II Mempawah selama 5 (lima) tahun terakhir 2016 – 2020 di Kecamatan
Tayan Hilir memiliki curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3324,2 mm/tahun
dan 277,61 mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan dan tahunan dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar 2.

18
450
392
400
350 334.2 332.8
284.2 301.8 282.8 282
300 254.8
244.4 238.6 250.6
250
200
150 126
100
50
0
ri ri et ril ei ni li us r er r r
ua rua ar ap m ju ju st be ob be be
n b m u m t m m
ja fe ag pt
e ok ve se
se no de

Gambar 1. Rata-rata Jumlah Cuah Hujan Bulanan


Sumber: BMKG Kelas II Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat

Tahunan

3550
3419
3355

3140 3157

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 2. Curah Hujan Tahunan


Sumber: BMKG Kelas II Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat, 2020
Klasifikasi iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah yang
berlangsung secara berturut-turut disusun oleh L.R. Oldeman pada tahun 1975.
Berikut kriteria bulan basah dan bulan kering dalam klasifikasi Oldeman :
Bulan Basah (BB) : bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm.
Bulan Lembab (BL) : bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm.
Bulan Kering (BK) : bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm.
Adapun untuk mengetahui penentuan tipe iklim dan bulan basah
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5. Klasifikasi Sub Tipe Iklim Menurut Oldeman

Zona Klasifikasi Bulan Basah Bulan Kering


A A1 10-12 Bulan 0-1 Bulan
A2 10-12 Bulan 2 Bulan
B B1 7-9 Bulan 0-1 Bulan
B2 7-9 Bulan 2-3 Bulan
B3 7-8 Bulan 4-5 Bulan

19
C C1 5-6 Bulan 0-1 Bulan
C2 5-6 Bulan 2-3 Bulan
C3 5-6 Bulan 4-6 Bulan
C4 5 Bulan 7 Bulan
D D1 3-4 Bulan 0-1 Bulan
D2 3-4 Bulan 2-3 Bulan
D3 3-4 Bulan 4-6 Bulan
D4 3-4 Bulan 7-9 Bulan
E E1 0-2 Bulan 0-1 Bulan
E2 0-2 Bulan 2-3 Bulan
E3 0-2 Bulan 4-6 Bulan
E4 0-2 Bulan 7-9 Bulan
E5 0-2 Bulan 10-12 Bulan
Sumber : As-Syakur, 2010
Berdasarkan kriteria bulan basah dan bulan kering dalam klasifikasi
Oldeman dapat diketahui lima tahun terakhir Kecamatan Tayan Hilir memiliki
satu bulan lembab yaitu Agustus. Sebelas bulan lainnya termasuk bulan basah
dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm. Dapat disimpulkan Kecamatan
Tayan Hilir termasuk dalam zona A dengan klasifikasikan A1 yaitu bulan basah,
perhitungannya terdapat pada lampiran.

D. Penggunaan Lahan
Data penggunaan lahan di Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir,
Kabupaten Sanggau tahun 2011 dan 2020, dibawah ini pada tahun 2011
memiliki 4 jenis penggunaan lahan. Data penggunaan lahan dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 6. Data Penggunaan Lahan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir

No Penggunaan Lahan Luas (ha) %


1 Belukar Rawa 805,461 11%
2 Semak 6049 83%
3 Tanah Terbuka 115,753 2%
4 Tubuh Air 331,497 5%
  Grand Total 7302 100%
Sumber : Digitasi Peta Penggunaan Lahan KLHK 2010/2011, Andryan Purba
Berdasarkan tabel di atas, Desa Tanjung Bunut pada tahun 2011 didominasi oleh
Pertanian lahan kering bercampur semak.

20
Tabel 7. Penggunaan Lahan tahun 2020 Desa Tanjung Bunut

NO Penggunaan Lahan Luas Ha %


1 Perkantoran dan bangunan industri 29,06 0,398 %
2 Bangunan permukiman desa 70,85 0,970 %
3 Hutan lahan rendah sekunder kerapatan rendah 3216 44, 044 %
4 Hutan lahan rendah sekunder kerapatan sedang 37,12 0,508 %
5 Hutan lahan tinggi sekunder kerapatan sedang 34,37 0,471 %
6 Hutan rawa/gambut sekunder kerapatan rendah 699,55 9,580 %
7 Hutan rawa/gambut sekunder kerapatan sedang 51,82 0,710 %
8 Kebun campuran 235,07 3,219 %
9 Ladang/tegalan dengan palawija 84,35 1,155 %
10 Lahan terbuka lain 39,07 0,535 %
11 Liputan vegetasi alami/semi-alami lain 4,03 0,055 %
12 Penambangan terbuka bukan sirtu 156,73 2,146 %
13 Perkebunan kelapa sawit 949,02 12,996 %
14 Rawa pedalaman 143,64 1,967 %
15 Sawah dengan padi diselingi tanaman lain/bera 0,85 0,012 %
16 Semak 240,92 3,299 %
17 Semak belukar 955,84 13,090 %
18 Sungai 310,73 4,255 %
19 Tampungan air lain 42,98 0,589 %
Total 7302 100,000%
Sumber : Digitasi Peta Penggunaan Lahan 2020, Andryan Purba
F. Kependudukan
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pada tahun 2017 penduduk
kecamatan tayan hilir berjumlah 34.839 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki
17.881 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 19.508 jiwa. Desa yang

21
memiliki kependudukan yang padat adalah desa pulau tayan utara yaitu 1940,71
jiwa/km². sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terkecil adalah desa
lalang yaitu sebesar 10,10 jiwa/km² (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau,
2018).

IV. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan
Hilir yang memiliki luas wilayah 1.050,5 Km² atau sekitar 8,17% dari total luas
wilayah Kabupaten Sanggau (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau, 2018).
Penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 6 bulan mulai dari persiapan,
pelaksanaan di lapangan dan analisis laboratorium, mulai dari tahap studi
pendahuluan, penyususan usulan penelitian, pengumpulan tabulasi data
pendukung, lapangan, pengamatan di lapangan, analisis di laboratorium dan
interpretasi data.

B. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian berupa meteran, cutter , bor
belgi dan bor gambut eijkelkamp seperangkat komputer atau device yang telah
dilengkapi program aplikasi ArcGis 10.4 guna untuk memetakan dan
menganalisis perubahan penggunaan lahan, GPS (Global Positioning System),

22
Printer dan Kamera untuk dokumentasi lapangan serta alat tulis menulis,
Microsoft Office, Microsoft Excel, Avenza Maps.
2. Bahan
Bahan utama penelitian adalah peta penggunaan lahan tahun 2011, peta
administrasi, peta kelas lereng, peta jenis tanah, peta titik pengamatan peta dan
data curah hujan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir 10 tahun
terakhir, yang didapat dari berbagai sumber seperti Citra Satelit, USGS.

C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Persiapan dan pengumpulan data
2. Survei Pendahuluan
3. Penentuan Titik Pengamatan
4. Tahap survei lapangan

1. Persiapan dan Pengumpulan Data


Sebelum pelaksanaa survei dilakukan persiapan-persiapan antar lain :
pengumpulan data dan informasi termasuk pembuatan peta sebagai bahan
penunjang yang ada hubungan dengan daerah penelitian, sehingga didapat
gambaran umum tentang lokasi penelitian. Tahap persiapan dilakukan juga
untuk mempersiapkan alat dan bahan sebagai perlengkapan survei lapangan
yang ada akan dilakukan serta menyesuaikan surat izin penelitian dari
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
a. Pembuatan Peta Perubahan Penggunaan Lahan
Sebelum membuat peta satuan lahan, terlebih dahulu membuat
peta perubahan penggunaan lahan yang dimana gunanya adalah untuk
memverifikasi perubahan apa saja yang telah terjadi di lapangan, proses
ini menggunakan peta penggunaan lahan tahun 2011 dan tahun 2020
yang telah melalui proses overlay, hasil overlay yang telah dilakukan
menjadi acuan untuk verifikasi pengamatan dilapangan untuk
menentukan perubahan apa saja yang terjadi.

23
Gambar 3. Tahap pembuatan peta verifikasi penggunaan lahan
b. Pembuatan Peta Satuan Lahan
Persiapan awal yang dilakukan sebelum turun ke lapangan ialah
menyiapkan peta, yakni peta administrasi, peta kelas lereng, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan , setelah itu dilakukan proses overlay
(tumpang tindih) peta jenis tanah dan peta kelas lereng untuk membuat
peta satuan lahan, peta ini berfungsi sebagai dasar titik pengambilan
sample di lapangan, pada penelitian ini proses overlay dilakukan
menggunakan software ArcGis 10.4 dan mendapatkan 8 satuan lahan
terdapat pada tabel 8.

24
Tabel 8. Satuan Lahan
Satu
an
Laha Lere Penggunaan
No n ng Lahan Jenis Tanah Luas %
Badan air /
1 <3 Sungai / 360,77
- % Tubuh Air Danau 76 5%
Pertanian Lahan
Kering Acrudoxic
8- Bercampur Kandiudult
2 SL1 15 % Semak s 2975 41%
Acrudoxic
<3 Kandiudult 34,656
3 SL2 % Tanah Terbuka s 43 0%
Pertanian Lahan
Kering Aquic
<3 Bercampur Kanhaplud 144,16
4 SL3 % Semak ults 26 2%
Fluvaquenti
c
<3 Endoaquept 515,32
5 SL4 % Pemukiman s 07 7%
Pertanian Lahan
Kering Typic
<3 Bercampur Haplohemis
6 SL5 % Semak ts 1540 21%
Typic
<3 Haplohemis 521,31
7 SL6 % Rawa ts 26 7%
Pertanian Lahan
Kering
<3 Bercampur Typic 387,53
8 SL7 % Semak Hapludults 03 5%
Pertanian Lahan
Kering Typic
15 - Bercampur Kandiudult 827,60
9 SL8 25 % Semak s 66 11%
100
Total 7306 %
Gambar 4. Tahap pembuatan peta satuan lahan

D. Studi Pustaka

25
Studi Pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi dan
mempelajari kepustakaan yang mempunyai adanya relefansi dengan
penelitian.
2. Survei Pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
suatu daerah yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk persiapan
penelitian. Pelaksanaan survei dilakukan dengan tujuan untuk konsultasi
dengan pemerintah daerah setempat dan melakukan orientasi lapangan
untuk memperoleh gambaran umum daerah survei. Kegiatan ini meliputi
pengecekan beberapa satuan lahan terkait sebaran landfrom, karakteristik
tanah, serta penentuan titik pengambilan sampel. Selanjutnya menyelesaikan
administrasi dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura terkait surat
menyurat.
3. Penentuan Titik Pengamatan dan Titik Pengambilan Sample Tanah
Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan bahan
penelitian yakni peta penggunaan lahan Desa Tanjung Bunut tahun 2011,
dimana berdasarkan peta penggunaan lahan tersebut pada tiap penggunaan
lahan yang ada dilakukan penentuan titik pengamatan menggunakan ArcGis
10.4 dan diverifikasi menggunakan GPS dan Avenza Maps.
Penentuan titik pengambilan sample dilakukan dengan cara overlay
peta jenis tanah dan peta kelas lereng yang menghasilkan peta satuan lahan,
penentuan peta titik pengambilan sample tanah dilakukan untuk mengetahui
koordinat dan letak titik pengambilan sampel berdasarkan kesamaan bentang
alam (fisiografis).
Tabel 9. Titik verifikasi dan sampel

Kode
No Titik Kordinat BT Koordinat LU Keterangan
1 V1 110,191888964484 -0,09997688840 Verifikasi
2 V2 110,176479052267 -7,625486157257 Verifikasi
3 V3 110,172260914578 -7,934740763048 Verifikasi
4 V4 110,168073063207 -7,515955626021 Verifikasi
5 V5 110,151259400101 -8,562489976924 Verifikasi
6 V6 110,239176517183 -0,115152480802 Verifikasi
7 V7 110,153171366865 -6,430521431411 Verifikasi
8 V8 110,141433000033 -6,168929962143 Verifikasi

26
9 V9 110,127806199896 -5,49147003530 Verifikasi
10 V10 110,157159268727 -5,86619599531 Verifikasi
11 V11 110,11045838072 -5,56162498656 Verifikasi
12 V12 110,10841950016 -5,5306499894 Verifikasi
13 V13 110,190286442112 -0,12910415809 Verifikasi
14 V14 110,174528300441 -6,20020001920 Verifikasi
15 V15 110,162514134679 -0,06811647858 Verifikasi
16 V16 110,227241833744 -0,13892515257 Verifikasi
17 V17 110,24488699968 -0,1195400000 Verifikasi
18 V18 110,162727334386 -0,0656740729 Verifikasi
19 S1 110,209219493203 -0,1150570264 Sampel Tanah
20 S2 110,164089049459 -6,7330326338 Sampel Tanah
21 S3 110,174955254719 -0,0643956577 Sampel Tanah
22 S4 110,134980309821 -5,8526320616 Sampel Tanah
23 S5 110,176303615956 -0,1027842953 Sampel Tanah
24 S6 110,162889801112 -7,9868499531 Sampel Tanah
25 S7 110,201570319223 -0,1178161436 Sampel Tanah
26 S8 110,187103196307 -0,1251924727 Sampel Tanah

4. Tahap Survey di Lapangan


a. Pengamatan lapang
Pengamatan lapang dilakukan untk memverifikasi dan
memperbaharui peta penggunaan lahan sesuai dengan kondisi
eksisting/yang ada dan nyata di daerah penelitian, hasil akhir data
yang diperoleh diharapkan memiliki tingkatan akurasi yang sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam proses analisis data penelitian.
Tahapan Pelaksanaan Pengamatan dilapangan nanti adalah : Tahapan
kegiatan lapangan yakni memverifikasi jenis tanah yang ada di
lapangan guna mengetahui apakah benar atau tidaknya jenis tanah
pada lokasi penelitian, verifikasi jenis tanah yang digunakan adalah
dengan metode boring.
b. Pengeboran Tanah
Pengamatan tanah menggunakan boring merupakan salah
satu langkah untuk membantu dalam memverifikasi tanah yang ada
pada lahan dan mengecek apakah sesuai dengan peta jenis tanah
yang telah dibuat.
c. Pengambilan sample tanah

27
Pengambilan sampel tanah menggunakan sample tanah
agregat dan, pengambilan sampel dilakukan pada setiap titik
pengamatan. Sampel tanah diambil dengan satu kedalaman
yakni 0 – 30 cm, sample tanah agregat dimasukkan kedalam plastik
lalu diberi label, sampel tersebut digunakan untuk analisis sifat kimia
tanah dan tekstur.
d. Profil Tanah
Profil Tanah dibuat berdasarkan lokasi yang telah ditentukan
berdasarkan data pengeboran. Dalam pengamatan profil tanah
dilakukan pengamatan yakni: horison, tekstur, struktur, konkresi,
pori, kematangan, konsistensi, karatan, warna, bahan organik,
kedalaman perakaran, pengamatan ini dilakukan guna menentukan
jenis tanah pada tingkat sub-grup dari data hasil pengeboran tanah

D. Parameter / Variabel Penelitian


Parameter penelitian ini terdiri dari beberapa parameter yang diamati di
lapangan adalah pengamatan boring tanah dan profil, serta klasifikasi lahan
secara terbimbing setelah hasil data verifikasi sudah dikumpulkan, parameter
yang akan dianalisis di laboratorium.
1. Pengamatan di lapangan
a. Drainase
Pengamatan drainase saat di lapangan dilakukan dengan cara
telisik cepat , agak cepat, baik, sedang, agak lambat dan sangat lambat
nya air meresap dari permukaan hingga ke dalam tanah
b. Kedalaman Bahan Sulfidik
Cara mengetahui keberadaan bahan sulfidik saat di lapangan
dapat dilakukan dengan uji pirit tiap perbedaan lapisan. Pirit dapat di
identifikasi jikalau uji pirit menunjukkan tipe 2.2 atau 3.2 dan pH tanah
<2,5
c. Lereng

28
Pengukuran lereng dilakukan pada areal yang telah ditentukan
menjadi titik pengambilan sampel, alat yang digunakan untuk
mengetahui kemiringan lerengnya menggunakan alat Klinometer.
d. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi dapat ditentukan dengan melihat kerusakan
tanah yang terjadi pada areal sekitar titik pengamatan
e. Horison
ditentukan melalui batas horizon dinyatakan dalam kejelasan
dan bentuk topografi.
f. Warna
warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah
tersebut dengan warna standar pada buku munsell soil color chart.
g. Tekstur
perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat
ditetapkan dilapangan dengan membasahi, memirit, merasakan,
membentuk bola membuat pita dan sebagainya atau dianalisis di lab.

i. Bahan organik :
biasanya diukur jika ada tingkat kematangan dengan cara
memeras tanah gambut, ketebalan gambut, atau kedalaman tanah.
j. Konkresi
konkresi/bahan kasar adalah masa dalam tanah berukuran 0,2
- 2 cm, terdiri dari konkresi, kerikil, gumpalan garam, yang
berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
k. Struktur
merupakan gumpalan kecil butir tanah yang terikat satu sama
lain oleh perekat bahan organik, oksida besi, jamur dan sebagainya
yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang
berbeda-beda
l. Pori

29
adalah bagian yang tidak terisi bahan padatan tanah (terisi
udara dan air) pengamatan pori dilakukan dengan bantuan kaca
pembesar.
m. Kematangan
kematangan diukur dengan cara meremas tanah dengan
tangan.
n. Konsistensi
menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah, atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain konsistensi tanah lembab atau
kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah.
o. Karatan
karatan dalam penampang tanah dicatat mengenai jumlah
(kadar), ukuran, bandingan (kontras), batas, bentuk, dan warnanya.
p. Perakaran
jumlah perakaran dicatat berdasarkan jumlah setiap ukuran
masing-masing perakaran per satuan luas
1. Pengamatan di laboratorium
a. pH Tanah
pengukuran pH tanah di laboratorium menggunakan pelarut
Aquades dengan pH meter perbandingan 1:5
b. Kejenuhan Basa
Perhitungan dengan menggunakan ekstraksi NH4OAC 1 N pH
7 dengan satuan %
c. Kapasitas Tukar Kation
Pengukuran menggunakan ekstraksi NH4OAC 1 N pH 7
dengan satuan (cmol/kg)
d. C-Organik
Pengukuran ditentukan dengan metode walky dan black
dengan satuan persen (%)

30
E. Analisis Data
Data Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan dan hasil analisis
laboratorium diolah secara deskriptif. Adapun analisis data yang dilakukan
yaitu:
1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan
e. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 2011-2020
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan penggunaan
lahan yang terjadi, Overlay merupakan proses penyatuan data dari
lapisan layer yang berbeda yang secara sederhana overlay disebut sebagai
operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik, bahan agar analisis tumpang tindih ini bisa
terjadi adalah dengan menggabungkan peta penggunaan lahan tahun
2010 dan 2020 yang dimana output-nya adalah peta penggunaan lahan
terbaru, dari hasil analisis ini lah perubahan penggunaan lahan beserta
luasan nya dapat diketahui, input data spasial yang di tumpang tindihkan
dalam penelitian ini adalah : Penggunaan Lahan Tahun 2010 dan
Penggunaan Lahan Tahun 2020
f. Analisis Data Atribut
Data Atribut merupakan data yang memberikan deskripsi atau
penjelasan yang berhubungan dengan hasil analisis tumpang tindih
penggunaan lahan yang dimana data yang dikeluarkan direpresentasikan
dalam bentuk kata – kata, angka didalam suatu tabel.

2. Penentuan zonasi kawasan pertanian


Proses analisis data untuk penentuan kawasan pertanian ditentukan
pada kawasan pertanian eksisting yakni lahan terbuka, semak belukar
dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan tabel
kriteria penentuan zonasi kawasan pertanian, penentuan zonasi kawasan
pertanian mengacu kepada kriteria penentuan zonasi kawasan pertanian
Puslitbang Tanah, Departemen Pertanian tahun 2007, Tabel kriteria dapat

31
dilihat pada Lampiran 1, untuk mendukung penentuan zonasi kawasan
pertanian analisis data yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut :
a. Editing Atribut
Memasukkan data hasil pengamatan di lapangan dan hasil
analisis laboratorium tiap satuan lahan menjadi kelas – kelas sesuai
rentang nilai parameter iklim, fisika tanah, kimia tanah, bahaya erosi,
bahaya banjir dan penyiapan lahan sesuai dengan kriteria untuk pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan.
b. Rating berdasarkan kondisi sosial
Rating dilakukan menggunakan wawancara langsung dilapangan
kepada pemilik lahan/petani, parameter – parameter lahan yang sama
akan dikelaskan menjadi kawasan pertanian berdasarkan hasil wawancara
atau kondisi sosial petani.

Gambar 5. Tahap analisis penentuan zonasi kawasan pertanian

F. Penyajian Data
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan serta data hasil
pengukuran yang akan diolah dan dibandingkan secara deskriftif maka disajikan
dalam bentuk peta, tabel4, grafik dan gambar. Penyajian data berupa peta yang
dihasilkan yakni :
1. Peta perubahan penggunaan lahan skala 1 : 50.000

32
2. Peta zonasi pemanfaatan kawasan pertanian skala 1 : 50.000

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perubahan penggunaan lahan


B. Karakteristik Tanah
C. Zonasi Kawasan Pertanian

33
DAFTAR PUSTAKA

As-syukur, A.S. 2010. Pemutakhiran Peta Agroklimat Klasifikasi Oldeman di Pulau


Lombok dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Jurnal Ilmu Lingkungan
Bali : Universitas Udayana
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

BPS. 2018. Kecamatan Tayan Hilir Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik ( BPS)
Sanggau.
BPS. 2020. Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik ( BPS)
Sanggau.

34
Darmawan, A. (2002). Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau
Bogor. Bogor: Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan,
IPB.
Djaenudin, D. 2008. Perkembangan Penelitian Sumber Daya Lahan dan
Kontribusinya untuk Mengatasi Kebutuhan Lahan Pertanian di Indonesia.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor.

Ernawati, Nani. 2008. (2008). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan


Kebakkramat Kabupaten Grobogan Tahun 1996 dan Tahun 2005. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

FAO. 1999. Land Evaluation and Farming System Analysis for Land Use Planning.
FAO Working Document. 3rd Edition. FAO, Rome.

Hardjowigeno S. 2015. Ilmu Tanah. Edisi Baru Cetakan Delapan. Jakarta :


Akademika Pressindo.

Justice, C.O. and Townshend, J.R.G. 1981. A comparison of unsupervised


classification procedures using Landsat MSS data for an area of complex
surface conditions in Basilicata, southern Italy. Remote Sensing of
Environment, 12, 407-420.

Ketaren, S, E,. P. Marbun. dan P. Marpaung, 2014. Klasifikasi Inceptisols Pada


Ketinggian tempat yang Berada di kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Hasundutan. Jurnal Online Agroteknologi 2(4):1-8 Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155.

Lillesand, Thomas M dan Ralph W Kiefer. 1979. Remote Sensing and Image
Interpretation. John Willey & Sons. New York.

Lestari, T. (2009). Dampak konversi lahan pertanian bagi taraf hidup petani.
Makalah Kolokium. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sihite, L, W. P. Marbun dan Mukhlis. Klasifikasi Tanah Gambut Topogen Yang
Dijadikan Sawah Dan Dialihfungsikan Menjadi Pertanaman Kopi Arabika
Dan Hortikultura. 2013. Jurnal Online Agroteknologi 2(1):1-12. Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155.

Sipayung, E, S. G, Sitanggang dan M., M., B Damanik. Perbaikan Sifat Fisik Dan
Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan
Pemberian Pupuk Organik Supernasa Dan Rockphosphit Serta Pengaruhnya
Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Jurnal Online
Agroteknologi 2(2):1-12. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian USU, Medan 20155
Putri, AA. 2017. Skripsi : Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Formasi Geologi
Qvb, Kompleks Volkan Tua Bayah Sukabumi. Institut Pertanian Bogor :
Bogor.

35
Rajamudin, UA. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan Persawahan
di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J. Agroland
16 (1) : 45 – 52, Maret 2009.

Sitorus, S. R. P. 2001. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi


Kedua. Lab. Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

36
Lampiran

Lampiran 1. Kriteria Penentuan Zonasi Kawasan Pertanian


Pertanian
Pertanian Pertanian
Kriteria Teknis Tanaman
Lahan Basah Lahan Kering Tahunan
Iklim:

Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75
Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt & 350 - 600 1200 - 1600
Ferguson, 1951)
Sifat Fisik Tanah:

Drainase agak baik s/d agak baik s/d agak baik s/d agak
terhambat terhambat terhambat
Tekstur: h, ah, s h, ah, s h, ah, s

Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35


Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60
Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200
Kematangan Gambut saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik

Retensi Hara:

Kejenuhan Basa (%) > 30 > 30 > 30


Kemasaman Tanah (pH) 5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5

Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12


Kandungan C-Organik (%) > 0,8 > 0,8 > 0,8

Toksisitas:

Kedalaman Bahan Sulfidik (cm) > 50 > 50 > 50


Salinitas (dS/m) <4 <4 <4
Bahaya Erosi:

Lereng (%) <8 < 15 < 40


Tingkat Bahaya Erosi r sd sd

Bahaya Banjir:

Genangan F0,F11,F12, F0,F11,F12, F0,F11,F12,


F21,F23 F21,F23 F21,F23
Penyiapan Lahan:

Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25


Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Sumber : Puslitbang Tanah, Departemen Pertanian 2007

Keterangan:
Tekstur Tanah ak Bahaya Erosi sr Kelas Bahaya Banjir
= agak = sangat (F)
kasar s = ringan r = ringan F0 Tanpa
sedang sd = sedang F1 Ringan
ah = agak b = berat sb F2 Sedang
halus h = halus = sangat F3 Agak Berat
k = berat F4 Berat
kasar

37
Lampiran 2. Kriteria Kondisi Drainase Bawah Permukaan

D0: Baik : Tanah mempunyai peredaran udara baik, seluruh profil tanah
dari atas sampai bawah berwarna terang yang seragam dan
tidak terdapat bercak-bercak.

D1: Agak Baik: Tanah mempunyai perdaran udara baik, tidak terdapat bercak-
bercak warna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan
bagian atas lapisan bawah.

D2: Agak Buruk: Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu,
bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah.

D3: Buruk: Lapisan tanah atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak- bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.

D4: Sangat Buruk: Seluruh permukan lapisan tanah berwarna kelabu dan tanah
berwana kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat dan
kekuningan.

Sumber : Hardjowigeno, 2010

38
Lampiran 3. Kelas Lereng

Nilai Lereng Tingkat


l1 0-8 Datar
l2 9 - 15 Landai
l3 16 - 25 Agak curam
l4 26 - 40 Curam
l5 > 40 Sangat curam

Sumber: Nugroho (2005)

39
Lampiran 4. Klasifikasi Tekstur Tanah

No Kriteria Ciri-ciri
Tekstur liat berpasir, liat berdebu
1 T1 = Tanah bertekstur halus
dan liat.
Tekstur lempung liat berpasir,
2 T2 = Tanah bertekstur agak halus lempung berliat dan lempung liat
berdebu.
Tekstur lempung, lempung berdebu
3 T3 = Tanah bertekstur sedang
dan debu.
Tekstur lempung berpasir, lempung
4 T4 = Tanah bertekstur agak kasar berpasir halus dan lempung berpasir
sangat halus.
5 T5 = Tanah bertekstur kasar Tekstur pasir berlempung dan pasir.
Sumber: Arsyad (2006)

40
Lampiran 5. Klasifikasi Kelas Tingkat Bahaya Erosi

No Tingkat Keadaan Erosi Kriteria

1 E0 =Tidak ada erosi Tidak ada lapisan yang hilang

2 E1 = Ringan Kurang dari 25% lapisan atas hilang

3 E2 = Sedang 25 sampai 75% lapisan atas hilang

E3 = Agak berat Lebi dari 75% lapisan atas sampai kurang


4
dari 25% lapisan bawah hilang

5 E4 = Berat Lebih dari 25% lapisan bawah hilang

6 E5 = Sangat berat Erosi parit

Sumber: Arsyad (2006)

41
Lampiran 6. Kelas Ancaman Banjir/Genangan
No Kriteria Ciri-ciri
1. 00 Tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak
pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam.
Kadang-kadang banjir yang menutupi tanah lebih dari
2. 01 24 jam terjadinya tidak teratur dalam periode kurang
dari satu bulan.
Selama waktu satu bulan dalam waktu setahun tanah
3. 02 secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih
dari 24 jam.
Selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara
4. 03 teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari
24 jam.
5 04 Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda
banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.
Sumber: Arsyad (2006)

42
Lampiran 7. Peta Administrasi Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir

1
Lampiran 8. Peta Jenis Tanah Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir

2
Lampiran 9. Peta Penggunaan Lahan Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir

3
Lampiran 10. Peta Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut

4
Lampiran 11. Peta Satuan Lahan

5
Lampiran 12. Peta Titik Pengamatan dan Pengambilan Sample

6
Lampiran 13. Data Curah Hujan Kecamatan Tayan Hilir 2016 – 2020

7
Lampiran 14. Perhitungan Zonasi Iklim
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des jumlah rata-
rata
2016 459 400 463 146 170 206 195 23 215 276 476 326 3355 279,6
2017 134 294 252 303 332 185 182 274 353 177 308 346 3140 261,7
2018 428 148 235 322 486 245 58 77 263 282 570 305 3419 284,9
2019 324 368 197 220 151 305 492 88 201 429 231 544 3550 295,8
2020 326 211 362 231 275 252 326 168 242 246 375 143 3157 263,1
jumlah 1671 1421 1509 1222 1414 1193 1253 630 1274 1410 1960 1664    
rata- 277,016
rata 334,2 284,2 301,8 244,4 282,8 238,6 250,6 126 254,8 282 392 332,8 3324,2 7

RATA-RATA CURAH HUJAN


BULANAN       277,01
RATA-RATA CURAH HUJAN
TAHUNAN       3324,2

Anda mungkin juga menyukai