Oleh :
Andryan Purba
NIM C1051171056
Oleh :
Andryan Purba
NIM C1051171056
Andryan Purba
C1051171056
Tim Pembimbing :
Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Penelitian yang merupakan persyaratan skripsi dan kelulusan dengan judul
“Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan tahun 2010-2020 untuk Zonasi Kawasan
Pertanian Menggunakan Sistem Informasi Geografis Desa Tanjung Bunut
Kecamatan Tayan Hilir”.
Selama persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan proposal penelitian Penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini juga
penulis secara khusus mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Rossie W Nusantara, SP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura.
3. Ir. Ismahan Umran, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ari Krisnohadi, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama.
5. Rini Hazriani, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua dan Ketua
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
6. Ir. H. Riduansyah, MP selaku Dosen Penguji Pertama.
7. Ir. Junaidi, MP selaku Dosen Penguji Kedua,
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan proposal ini.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Pontianak, September 2021
Andryan Purba
C1051171056
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
II. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................................4
A. Tinjauan Pustaka................................................................................................4
B. Kerangka Konsep.............................................................................................15
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................................17
A. Letak Geografis dan Administratif..................................................................17
B. Topografi.........................................................................................................17
C. Jenis Tanah........................................................................................................17
C. Keadaan Iklim..................................................................................................18
D. Penggunaan Lahan...........................................................................................20
F. Kependudukan...................................................................................................21
IV. METODE PENELITIAN.....................................................................................22
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................22
B. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................22
C. Tahapan Penelitian...........................................................................................22
D. Parameter / Variabel Penelitian.........................................................................27
E. Analisis Data.......................................................................................................30
F. Penyajian Data....................................................................................................32
Daftar Pustaka.............................................................................................................33
Lampiran.....................................................................................................................35
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:1.000.000............................................7
Tabel 2. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:250.000/50.000 – 25.000....................8
Tabel 3. Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir.......................17
Tabel 4. Jenis Tanah Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir..........................18
Tabel 5. Klasifikasi Sub Tipe Iklim Menurut Oldeman.............................................19
Tabel 6. Data Penggunaan Lahan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir......20
Tabel 7. Penggunaan Lahan tahun 2020 Desa Tanjung Bunut...................................20
Tabel 8. Satuan Lahan................................................................................................24
Tabel 9. Titik verifikasi dan sampel...........................................................................25
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rata-rata Jumlah Cuah Hujan Bulanan.....................................................18
Gambar 2. Curah Hujan Tahunan...............................................................................19
Gambar 3. Tahap pembuatan peta verifikasi penggunaan lahan................................23
Gambar 4. Tahap pembuatan peta satuan lahan.........................................................24
Gambar 5. Tahap analisis penentuan zonasi kawasan pertanian................................31
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kriteria Penentuan Zonasi Kawasan Pertanian......................................35
Lampiran 2. Kriteria Kondisi Drainase Bawah Permukaan…………………………36
Lampiran 3. Kelas Lereng…………………………………………………………...37
Lampiran 4. Klasifikasi Tekstur Tanah……………………………………………..38
Lampiran 5. Klasifikasi Kelas Tingkat Bahaya Erosi……………………………….39
Lampiran 6. Kelas Ancaman Banjir/Genangan……………………………………..40
Lampiran 7. Peta Administrasi Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir............1
Lampiran 8. Peta Jenis Tanah Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir......................2
Lampiran 9. Peta Penggunaan Lahan Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir...........3
Lampiran 10. Peta Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut ...............................................4
Lampiran 11. Peta Satuan Lahan..................................................................................5
Lampiran 12. Peta Titik Pengamatan dan Pengambilan Sample..................................6
Lampiran 13. Data Curah Hujan Kecamatan Tayan Hilir 2016 – 2020.......................7
Lampiran 14. Perhitungan Zonasi Iklim……………………………………………...8
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan pertanian mempunyai peran dan fungsi penting serta strategis bagi
masyarakat luas, terutama bagi masyarakat yang mempunyai latar belakang
agraris dimana kelompok masyarakat tersebut menggantungkan hidup pada sektor
pertanian, akan tetapi dewasa kini banyak sekali terjadi aktivitas alih fungsi lahan
yang membuat lahan yang harusnya menjadi kawasan pertanian menjadi non-
pertanian, misalnya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman
adapun selain pemukiman dapat dialihkan menjadi bangunan-bangunan yang
menunjang aktivitas publik guna memenuhi kebutuhan penduduk setempat.
Lahan merupakan sumber daya yang mempunyai fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Segala bentuk intervensi manusia yang secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dari itu lahan harus
dikelola dengan baik. Pengelolaan lahan harus dilakukan secara bertahap dan
terzonasi dengan baik agar tepat sasaran dalam zonasi kawasan pertanian.
Penggunaan lahan didefinisikan oleh tujuan dimana manusia mengeksplorasi
tutupan lahan (Morara, dkk, 2014) dan dikelola oleh rakyat yang ditanami dengan
berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan (Sari dan
Simanungkalit,2013). Penggunaan lahan tidak terlepas dari campur tangan
manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok
sumber daya alam dan sumber daya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan,
dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual,
ataupun kebutuhan kedua-duanya (Kusrini, dkk, 2013).
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik
untuk keperluan pertanian maupun non-pertanian ataupun keperluan lainnya
memerlukan pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan yang
bermanfaat serta paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas dan
sementara itu juga melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan dimasa
yang akan datang, kecenderungan seperti ini mendorong suatu pemikiran akan
perlunya perencanaan atau penataan lahan agar penggunaan lahan dapat
1
dimanfaatkan lebih efisien (Sitorus, 1998:1). Perubahan lahan secara langsung
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, mereka jarang mengikuti teori ekologi standar
(Roy dan Roy, 2010). Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, hal tersebut akan berdampak pada
meningkatnya perubahan penggunaaan lahan.
Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat perkembangan wilayah
suatu desa terutama Desa Tanjung Bunut yang pesat menyebabkan timbulnya
perubahan penggunaan lahan yang dimana bisa terkonversikan, terutama dibagian
aspek perekonomian karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat.
Pertambahan penduduk di suatu wilayah juga mendorong meningkatnya kegiatan
kehidupan sosial dan ekonomi yang selanjutnya menyebabkan kenaikan akan
lahan. Alih fungsi lahan yang dimana artinya perubahan penggunaan lahan, pada
dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaannya. Faktor pertumbuhan
penduduk di Desa Tanjung Bunut yang pesat serta bertambahnya tuntutan
kebutuhan masyarakat desa akan lahan dan sumber dayanya seringkali
berbenturan akan kepentingan atas penggunaan lahan yang mengakibatkan
terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana
peruntukannya, Sedangkan lahan itu bersifat terbatas dan tak bisa ditambah
kecuali dengan kegiatan reklamasi (Sujarto, 1985 dalam Untoro, 2006).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian mengenai pemetaan
perubahan penggunaan lahan untuk zonasi kawasan pertanian menggunakan
sistem informasi geografis Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir tahun
2011-2020 sangat penting untuk dilakukan karena mengingat belum adanya data
yang pernah diberikan mengenai perubahan penggunaan lahan di desa tanjung
bunut, data yang diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dan
acuan pengelolaan zonasi kawasan pertanian yang ada di wilayah desa tanjung
bunut secara berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
Masalah perkembangan wilayah pada saat ini telah menjadi masalah
yang cukup pelik untuk diatasi dan sering memunculkan dugaan negatif pada
beberapa aspek, terutama pada aspek pertanian yang berdampak setelahnya.
2
Perkembangan wilayah membutuhkan lahan sebagai tempat hidup penduduk
dengan aktivitasnya, mempengaruhi kawasan pertanian sebagai sentra produksi.
Adanya perubahan penggunaan lahan membuat hasil produksi pertanian
berkurang, seiring dengan berkurangnya hasil produksi lahan tersebut.
Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir memiliki lahan yang
berdekatan dengan sungai Kapuas. Selain itu, kondisi lereng juga cenderung datar
sehingga kondisi lahan sangat dipengaruhi pasang surut air sungai. Bagi petani
lokal perkiraan cuaca perlu diperhatikan dan yang paling terpenting adalah
meningkatnya pertumbuhan kependudukan sehingga segala aspek yang masuk
dalam kebutuhan masyarakat menjadi meningkat pula, salah satu dampak
meningkatnya pertumbuhan penduduk ini adalah lahan yang terkonversi.
Masyarakat desa yang berprofesi menjadi petani serta meningkatnya kebutuhan
masyarakat membuat lahan potensial pertanian berubah menjadi lahan
pemukiman, ini membuat lahan pertanian di masa yang akan datang menjadi
berkurang sehingga hasil produksi pertanian menjadi rendah dan kawasan
pertanian juga semakin sempit. Penelitian ini diharapkan bisa memberi arahan
penggunaan lahan agar produksi hasil pertanian tetap berkelanjutan. Sehingga
penelitian “Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Zonasi Kawasan
Pertanian Menggunakan Sistem Informasi Geografis Desa Tanjung Bunut
Kecamatan Tayan Hilir Tahun 2011-2020” ini sangat diperlukan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2011 – 2020
2. Mengidentifikasi karakteristik fisik dan kimia tanah di Desa Tanjung Bunut
3. Menentukan luasan kawasan pertanian pada tahun 2020
4. Memberikan saran arahan untuk perkembangan zonazi kawasan pertanian
Desa Tanjung Bunut
3
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanah
Tanah merupakan bagian yang terdapat pada inti/kerak bumi yang
terdapat susunan atas mineral dan bahan organik, merupakan salah satu
penunjang yang berfungsi membantu kehidupan semua makhluk hidup yang
ada di bumi. Tanah sangat berperan penting dalam menyediakan hara dan air
setiap tanaman yang ada di bumi, tak hanya itu didalam tanah juga menjadi
tempat hidup bagi makhluk hidup didalam tanah yakni tempat hidup berbagai
mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak
semua makhluk hidup yang ada di muka bumi.
Dalam dunia pertanian, tanah dapat diartikan menjadih lebih khusus
yakni media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan
batuan yang tercampur dengan sisa – sisa bahan organik dan vegetasi ataupun
hewan yang hidup di atas atau di dalamnya, selain itu di dalam tanah terdapat
pula udara dan air.( Hardjowigeno,2015).
Jenis tanah yang terdapat di Desa Tanjung Bunur terdiri dari tanah
Ultisol, Inceptisol dan Histosol.
a. Ultisols
Tanah Ultisols merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan
organik yang sangat rendah, sehingga warna tanahnya merah
kekuningan, reaksi tanah masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang
tinggi dan tingkat produktivitas yang rendah. Tanah ini memiliki tekstur
liat hingga liat berpasir (Sipayung, et al.,2014)
b. Inceptisols
Inceptisols disebut juga tanah muda karena pembentukannya agak
cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk. Inceptisols mempunyai
kandungan liat yang rendah, yaitu <8% pada kedalaman 20-50 cm. Jenis
tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercucui karena pengaruh
musim basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan
(Ketaren, et al,.2014).
4
c. Histosols
Tanah Histosols atau tanah gambut merupakan tanah yang
terbentuk dari akumulasi bahan organik dan sisa-sisa jaringan tumbuhan
yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya
tanah gambut selalu jenuh air dan terendam, kecuali jiika di drainase.
Secara alami tanah gambut terdapat pada lapisan paling atas, dan pada
lapisan bawahnya merupakan tanahaluvial dengan kedalaman bervariasi
(Sihite, et al.,2013).
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan (land use) adalah modifikasi lahan yang dilakukan
oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun
seperti lapangan, pertanian dan pemukiman. Penggunaan lahan didefinisikan
sebagai “jumlah dari pengaturan aktivitas dan input yang dilakukan manusia
pada tanah tertentu” (FAO,1997). Sementara menurut Arsyad 1989,
penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik
materil maupun spiritual.
Penggunaan lahan (land use) mengandung aktifitas pemanfaatan lahan
oleh manusia dan juga penggunaan lahan (land use) berhubungan dengan
kegiatan manusia pada bidang lahan.Penggunaan lahan (land use) dapat
dibedakan menjadi penggunaan lahan pedesaan dan penggunaan lahan
perkotaan hal ini dititik beratkan pada tujuan nya masing-masing.
Penggunaan lahan perkotaan dititik beratkan pada tujuan untuk tempat
tinggal, sedangkan penggunaan lahan pedesaan dititik beratkan pada produksi
pertanian (Ernawati, 2008).
Penggunaan lahan (land use) menurut Arsyad dalam Syafrudin dan
Rossie (2004) diartikan sebagai bentuk intervensi atau campur tangan
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
material maupun spiritual. Secara garis besar penggunaan lahan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan untuk
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Sawah, ladang, kebun
5
campuran, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung adalah termasuk
jenis penggunaan lahan pertanian. Sedangkan pemukiman, perindustrian,
perdagangan, jasa transportasi dan pertambangan adalah jenis penggunaan
lahan bukan pertanian.
Menurut versi BPN dalam pengklasifikasian penggunaan lahan yakni
penggunaan lahan perkotaan dan penggunaan lahan perdesaan. Skala yang
digunakan adalah skala peta 1:50.000 dan 1:25.000 yang terdiri dari
perkampungan, industri, pertambangan, persawahan, pertanian tanah kering
semusim, kebun, perkebunan, padang, hutan, perairan darat, tanah terbuka,
lain-lain terdiri dari jalan, saluran, bendungan, ketinggian, batas administrasi.
Sedangkan untuk perkotaan dengan skala 1:20.000, 1:10.000, 1:2.500 terdiri
dari 9 item yakni tanah perumahan, tanah perusahaan, tanah
industri/pergudangan, tanah jasa, tanah tidak ada bangunan, taman, perairan,
jalan dan batas administrasi
Penggunaan lahan (landuse) berbeda dengan tutupan lahan (land
Cover). Terminologi penggunaan lahan (land use) dengan tutupan lahan
(land cover) seringkali digunakan dengan secara bersama-sama, padahal
kedua terminologi tersebut berbeda. Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka
tahun 1979 kurang lebih berkata: “penutupan lahan berkaitan dengan jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan
berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut”. Selanjutnya,
Townshend dan Justice pada (1981) juga memiliki pendapat mengenai
penutupan lahan, bahwa “penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik
(visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di
permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek
tersebut”. Sementara itu, Barret dan Curtis, tahun 1982 mengatakan bahwa
“permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan
lahan) seperti vegetasi dan salju, sedangkan sebagian lagi berupa kenampakan
hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan)“.
Penggunaan lahan (landuse) perlu ditata dan direncanakan sesuai
fungsi dan karakteristik lahan, ini berguna sebagai terciptanya ruang yang
aman, nyaman dan produktif dan berkelanjutan. Banyak contoh kasus dan
6
kejadian kerugian yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan.
Salah satu contoh dampak dari ketidak sesuaian penggunaan lahan adalah
masalah banjir yang timbul sebagai akibat dari ketidaksesuaian penggunaan
lahan, misalnya lahan yang seharusnya diperuntukkan bagi daerah resapan air
digunakan bagi pembangunan pemukiman. Perencanaan penggunaan lahan
seperti ini dikenal dengan nama perencanaan tata guna lahan yang merupakan
salah satu bentuk perwujudan fisik dan perencanaan tata ruang. Tidak terlepas
dari itu salah satu model perencanaan penggunaan lahan adalah
pengembangan lahan. Pengembangan lahan adalah peningkatan kemanfaatan,
mutu dan penggunaan suatu bidang lahan untuk kepentingan penempatan
suatu kegiatan fungsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
kegiatan usaha secara optimal dari segi ekonomi, sosial, fisik dan aspek legal
lainnya (Sujarto, 1989)
7
Tabel 2. Klasifikasi Penutupan Lahan Skala 1:250.000/50.000 – 25.000
8
diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang secara garis besar mencakup keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Perubahan penggunaan lahan merupakan peralihan suatu bentuk dan
lokasi penggunaan lahan yang lama menjadi yang baru. Perubahan
penggunaan lahan dalam penelitian ini meliputi penggunaan lahan pertanian
menjadi non pertanian dan strategi kedepannya agar dimasa mendatang
kawasan pertanian tetap ada dimana walaupun dengan maraknya konversi
lahan atau alih fungsi lahan.
Berbagai fenomena perubahan penggunaan lahan telah terjadi dari
waktu ke waktu. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi sejalan dengan
semakin meningkatnya pertambahan jumlah penduduk yang secara langsung
berdampak pada kebutuhan terhadap lahan yang semakin meningkat.
Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga peningkatan kebutuhan
lahan. Karena lahan tidak dapat bertambah, maka yang terjadi adalah
perubahan penggunaan lahan yang cenderung menurunkan proporsi lahan-
lahan yang sebelumnya merupakan penggunaan lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian.
Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan
terjadinya perubahan tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan
penutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan
pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan
berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaaan bumi, sedangkan
penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu (Lillesand dkk, 1993).
Dalam Arsyad (2006) menyatakan bahwa perubahan penggunaan
lahan memiliki dampak potensial besar terhadap lingkungan bio-fisik dan
sosial ekonomi. Menurut Darmawan (2002) salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah factor sosial
ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia
utamanya masyarakat sekitar kawasan. Tingginya tingkat kepadatan
9
penduduk di suatu wilayah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru
untuk digunakan sebagai permukiman ataupun lahan-lahan budidaya.
Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap hutan.
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan
usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.
10
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dimana
menggunakan device komputer dan mumpuni untuk menangani data yang
bersifat geografis atau teknologi Spatial dimana tercakup pemasukan,
manajemen data (penyimpanan daya dan pemanggilan data), manipulasi dan
analisis serta pengembangan produk percetakan (Aronoff, 1989). Dasar-dasar
konsep SIG ini meliputi pemetaan, sistem koordinat, dan representasi dari
pekerjaan yang memanfaatkan fitur-fitur geografis. (Pusat Data dan Informasi
Pertanian, 2008 dalam Wibowo, T.J., 2010).
11
informasi ditampilkan. Metode untuk sebuah aplikasi biasanya bersifat
spesifik dan kadang berbeda antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya.
d. Manusia adalah komponen yang mengendalikan dan mengoperasikan
aplikasi SIG. Manusia di dalam SIG dapat berperan sebagai
operator/pengguna SIG dan pengembang SIG. Pengguna SIG adalah orang
yang menggunakan SIG untuk melaksanakan pengambilan keputusan SIG
Data geografis merupakan data yang terdiri oleh dua komponen besar
yang sangat penting yakni data spasial dan data atribut, data spasial sendiri
mempunyai dua bagian penting yaitu informasi lokasi dan informasi atribut
yang dapat dijelaskan sebagai informasi lokasi/informasi spasial. Contoh
umum adalah infromasi lintang dan bujur, termasuk informasi datum dan
proyeksi. Contoh lainnya dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi misalnya adalah kode pos. informasi deskriptis
(atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa
atribut atau properti yang berkaitan dengannya, contohnya jenis tutupan laha,
penggunaan lahan, vegetasi, populasi, dsb.
Data spasial terbagi ke dalam dua model data yaitu model data raster
dan model data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain
itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang
akan dihasil.
12
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Kawasan
peruntukan pertanian meliputi kawasan yang mencakup kawasan budidaya
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Kenapa penetapan kawasan pertanian sangat penting, ini karena
penepatan kawasan pertanian diperlukan untuk memudahkan dalam
pertumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian mulai dari penyediaan
sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta
kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan.
Manfaat penetapan kriteria zonasi kawasan pertanian untuk :
a. Meningkatkan daya dukung lahan baik kawasan pertanian yang telah ada
maupun melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian.
b. Meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk
pertanian dan mengendalikan alih fungsi lahan dan pertanian ke non
pertanian agar ketersediaan lahan tetap berkelanjutan.
d. Memberikan kemudahan dalam mengukur kinerja program dan kegiatan
pertumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian.
e. Mendorong pengembangan sumber energi terbarukan dan meningkatkan
ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
f. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional dan daerah,
melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan sebagai
kawasan agropolitan dan agrowisata.
Kriteria teknis peruntukan kawasan pertanian dimaksudkan sebagai
dasar dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang
peruntukan pertanian oleh Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Bertujuan untuk mengembangkan
kawasan pertanian dengan tingkat ketersediaan air, mempertahankan kawasan
pertanian secara berkelanjutan dan mendukung ketahanan pangan
13
8. Ruang Lingkup Zonasi Kawasan Pertanian
Penelitian ini hanya dibatasi menjadi tiga zonasi karakteristik kawasan
peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan
pertanian lahan kering dan kawasan pertanian tanaman tahunan. Karakteristik
kawasan peruntukan pertanian yang terdiri dari tiga zonasi diatas, masing
masing karakteristik kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria
teknis seperti yang ditunjukkan pada lampiran 1.
a. Kawasan pertanian lahan basah
Kawasan pertanian lahan basah mencakup :
1. Pola tanam : Monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir
2. Tindakan konservasi berkaitan dengan :
a. Vegetatif : Pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman
panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai
yaitu 5 -20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi,
suhu 23 - 30°C, oksigen larut 3 – 7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan
pH 5 – 7
b. Mekanik : pembuatan pematang dan teras saluran drainase
b. Kawasan pertanian lahan kering
Kawasan pertanian lahan kering mencakup :
1. Kemiringan 0 – 6%, tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa
tindakan konservasi secara mekanik
2. Kemiringan 8 – 15%
a. Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu
pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau,
pengembalian bahan organik, tanaman penguat keras
b. Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai
tanaman penguat keras
c. Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan
interval tinggi 0,75 – 1,5m dilengkapi tanaman penguat dan
saluran pembuang air ditanami rumput.
3. Kemiringan 15 – 40%
14
a. Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman,
penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk
kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat
teras dan rokrak.
b. Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang
dilengkapi tanaman, atau batu penguat teras rokrak, saluran
pembuangan air ditanami rumput
c. Kawasan pertanian tanaman tahunan
Kawasan pertanian tanaman tahunan mencakup :
1. Kemiringan 0 – 6%
Pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau
campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan
konservasi secara mekanik
2. Kemiringan 8 – 15%
a. Pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran
b. Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal
c. Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak
teras bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput
3. Kemiringan 25 – 40%
a. Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran
b. Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal
c. Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak
teras individu.
B. Kerangka Konsep
Kecamatan Tayan Hilir memiliki beragam penggunaan lahan, hal ini
menandakan adanya pengaruh perbedaan jenis tanah dan topografi di daerah ini,
pengaruh perbedaan jenis tanah dan topografi ini membuat penggunaan lahan
menjadi berbeda dalam segi hasil produksi, lahan yang sudah ada dari dulu dari
15
tahun ke tahun mengalami perbedaan, perbedaan yang terjadi dinilai dari adanya
perubahan penggunaan lahan yang terjadi, dalam hal ini fungsi SIG/Sistem
Informasi Geografis berperan dengan memetakan daerah daerah pemetaan mana
saja yang telah berubah.
Permasalahan perubahan penggunaan lahan di Desa Tanjung Bunut
berdampak dari adanya ahli fungsi lahan yang membuat lahan berubah dari
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (terkonversi), penggunaan lahan
yang ada di Desa Tanjung Bunut saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal,
masih banyak penggunaan lahan yang belum sesuai penempatan kawasan
tersebut sehingga akan memungkinkan ketidak tepatan penggunaan lahan serta
potensi lahan tersebut, oleh karena ini dibutuhkan adanya arahan penggunaan
lahan yang sesuai dengan potensi lahan tersebut agar tepat dan tetap terjaga
untuk jangka waktu yang panjang
16
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
B. Topografi
Lokasi penelitian memiliki kelas lereng datar – agak datar < 3 %, hingga
bergelombang 3 – 8 %. Kelas lereng Desa Tanjung Bunut dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut Kecamatan Tayan Hilir
17
C. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
meliputi tanah Ultisol, Inceptisol dan Histosol. Luas keseluruhan dan jenis tanah
Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir dapat dilihat pada Tabel 4.
C. Keadaan Iklim
Kecamatan Tayan Hilir mempunyai iklim tropis yang terbagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Berdasarkan data
curah hujan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Kelas II Mempawah selama 5 (lima) tahun terakhir 2016 – 2020 di Kecamatan
Tayan Hilir memiliki curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3324,2 mm/tahun
dan 277,61 mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan dan tahunan dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar 2.
18
450
392
400
350 334.2 332.8
284.2 301.8 282.8 282
300 254.8
244.4 238.6 250.6
250
200
150 126
100
50
0
ri ri et ril ei ni li us r er r r
ua rua ar ap m ju ju st be ob be be
n b m u m t m m
ja fe ag pt
e ok ve se
se no de
Tahunan
3550
3419
3355
3140 3157
19
C C1 5-6 Bulan 0-1 Bulan
C2 5-6 Bulan 2-3 Bulan
C3 5-6 Bulan 4-6 Bulan
C4 5 Bulan 7 Bulan
D D1 3-4 Bulan 0-1 Bulan
D2 3-4 Bulan 2-3 Bulan
D3 3-4 Bulan 4-6 Bulan
D4 3-4 Bulan 7-9 Bulan
E E1 0-2 Bulan 0-1 Bulan
E2 0-2 Bulan 2-3 Bulan
E3 0-2 Bulan 4-6 Bulan
E4 0-2 Bulan 7-9 Bulan
E5 0-2 Bulan 10-12 Bulan
Sumber : As-Syakur, 2010
Berdasarkan kriteria bulan basah dan bulan kering dalam klasifikasi
Oldeman dapat diketahui lima tahun terakhir Kecamatan Tayan Hilir memiliki
satu bulan lembab yaitu Agustus. Sebelas bulan lainnya termasuk bulan basah
dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm. Dapat disimpulkan Kecamatan
Tayan Hilir termasuk dalam zona A dengan klasifikasikan A1 yaitu bulan basah,
perhitungannya terdapat pada lampiran.
D. Penggunaan Lahan
Data penggunaan lahan di Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir,
Kabupaten Sanggau tahun 2011 dan 2020, dibawah ini pada tahun 2011
memiliki 4 jenis penggunaan lahan. Data penggunaan lahan dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 6. Data Penggunaan Lahan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
20
Tabel 7. Penggunaan Lahan tahun 2020 Desa Tanjung Bunut
21
memiliki kependudukan yang padat adalah desa pulau tayan utara yaitu 1940,71
jiwa/km². sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terkecil adalah desa
lalang yaitu sebesar 10,10 jiwa/km² (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau,
2018).
22
Printer dan Kamera untuk dokumentasi lapangan serta alat tulis menulis,
Microsoft Office, Microsoft Excel, Avenza Maps.
2. Bahan
Bahan utama penelitian adalah peta penggunaan lahan tahun 2011, peta
administrasi, peta kelas lereng, peta jenis tanah, peta titik pengamatan peta dan
data curah hujan Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir 10 tahun
terakhir, yang didapat dari berbagai sumber seperti Citra Satelit, USGS.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Persiapan dan pengumpulan data
2. Survei Pendahuluan
3. Penentuan Titik Pengamatan
4. Tahap survei lapangan
23
Gambar 3. Tahap pembuatan peta verifikasi penggunaan lahan
b. Pembuatan Peta Satuan Lahan
Persiapan awal yang dilakukan sebelum turun ke lapangan ialah
menyiapkan peta, yakni peta administrasi, peta kelas lereng, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan , setelah itu dilakukan proses overlay
(tumpang tindih) peta jenis tanah dan peta kelas lereng untuk membuat
peta satuan lahan, peta ini berfungsi sebagai dasar titik pengambilan
sample di lapangan, pada penelitian ini proses overlay dilakukan
menggunakan software ArcGis 10.4 dan mendapatkan 8 satuan lahan
terdapat pada tabel 8.
24
Tabel 8. Satuan Lahan
Satu
an
Laha Lere Penggunaan
No n ng Lahan Jenis Tanah Luas %
Badan air /
1 <3 Sungai / 360,77
- % Tubuh Air Danau 76 5%
Pertanian Lahan
Kering Acrudoxic
8- Bercampur Kandiudult
2 SL1 15 % Semak s 2975 41%
Acrudoxic
<3 Kandiudult 34,656
3 SL2 % Tanah Terbuka s 43 0%
Pertanian Lahan
Kering Aquic
<3 Bercampur Kanhaplud 144,16
4 SL3 % Semak ults 26 2%
Fluvaquenti
c
<3 Endoaquept 515,32
5 SL4 % Pemukiman s 07 7%
Pertanian Lahan
Kering Typic
<3 Bercampur Haplohemis
6 SL5 % Semak ts 1540 21%
Typic
<3 Haplohemis 521,31
7 SL6 % Rawa ts 26 7%
Pertanian Lahan
Kering
<3 Bercampur Typic 387,53
8 SL7 % Semak Hapludults 03 5%
Pertanian Lahan
Kering Typic
15 - Bercampur Kandiudult 827,60
9 SL8 25 % Semak s 66 11%
100
Total 7306 %
Gambar 4. Tahap pembuatan peta satuan lahan
D. Studi Pustaka
25
Studi Pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi dan
mempelajari kepustakaan yang mempunyai adanya relefansi dengan
penelitian.
2. Survei Pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
suatu daerah yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk persiapan
penelitian. Pelaksanaan survei dilakukan dengan tujuan untuk konsultasi
dengan pemerintah daerah setempat dan melakukan orientasi lapangan
untuk memperoleh gambaran umum daerah survei. Kegiatan ini meliputi
pengecekan beberapa satuan lahan terkait sebaran landfrom, karakteristik
tanah, serta penentuan titik pengambilan sampel. Selanjutnya menyelesaikan
administrasi dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura terkait surat
menyurat.
3. Penentuan Titik Pengamatan dan Titik Pengambilan Sample Tanah
Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan bahan
penelitian yakni peta penggunaan lahan Desa Tanjung Bunut tahun 2011,
dimana berdasarkan peta penggunaan lahan tersebut pada tiap penggunaan
lahan yang ada dilakukan penentuan titik pengamatan menggunakan ArcGis
10.4 dan diverifikasi menggunakan GPS dan Avenza Maps.
Penentuan titik pengambilan sample dilakukan dengan cara overlay
peta jenis tanah dan peta kelas lereng yang menghasilkan peta satuan lahan,
penentuan peta titik pengambilan sample tanah dilakukan untuk mengetahui
koordinat dan letak titik pengambilan sampel berdasarkan kesamaan bentang
alam (fisiografis).
Tabel 9. Titik verifikasi dan sampel
Kode
No Titik Kordinat BT Koordinat LU Keterangan
1 V1 110,191888964484 -0,09997688840 Verifikasi
2 V2 110,176479052267 -7,625486157257 Verifikasi
3 V3 110,172260914578 -7,934740763048 Verifikasi
4 V4 110,168073063207 -7,515955626021 Verifikasi
5 V5 110,151259400101 -8,562489976924 Verifikasi
6 V6 110,239176517183 -0,115152480802 Verifikasi
7 V7 110,153171366865 -6,430521431411 Verifikasi
8 V8 110,141433000033 -6,168929962143 Verifikasi
26
9 V9 110,127806199896 -5,49147003530 Verifikasi
10 V10 110,157159268727 -5,86619599531 Verifikasi
11 V11 110,11045838072 -5,56162498656 Verifikasi
12 V12 110,10841950016 -5,5306499894 Verifikasi
13 V13 110,190286442112 -0,12910415809 Verifikasi
14 V14 110,174528300441 -6,20020001920 Verifikasi
15 V15 110,162514134679 -0,06811647858 Verifikasi
16 V16 110,227241833744 -0,13892515257 Verifikasi
17 V17 110,24488699968 -0,1195400000 Verifikasi
18 V18 110,162727334386 -0,0656740729 Verifikasi
19 S1 110,209219493203 -0,1150570264 Sampel Tanah
20 S2 110,164089049459 -6,7330326338 Sampel Tanah
21 S3 110,174955254719 -0,0643956577 Sampel Tanah
22 S4 110,134980309821 -5,8526320616 Sampel Tanah
23 S5 110,176303615956 -0,1027842953 Sampel Tanah
24 S6 110,162889801112 -7,9868499531 Sampel Tanah
25 S7 110,201570319223 -0,1178161436 Sampel Tanah
26 S8 110,187103196307 -0,1251924727 Sampel Tanah
27
Pengambilan sampel tanah menggunakan sample tanah
agregat dan, pengambilan sampel dilakukan pada setiap titik
pengamatan. Sampel tanah diambil dengan satu kedalaman
yakni 0 – 30 cm, sample tanah agregat dimasukkan kedalam plastik
lalu diberi label, sampel tersebut digunakan untuk analisis sifat kimia
tanah dan tekstur.
d. Profil Tanah
Profil Tanah dibuat berdasarkan lokasi yang telah ditentukan
berdasarkan data pengeboran. Dalam pengamatan profil tanah
dilakukan pengamatan yakni: horison, tekstur, struktur, konkresi,
pori, kematangan, konsistensi, karatan, warna, bahan organik,
kedalaman perakaran, pengamatan ini dilakukan guna menentukan
jenis tanah pada tingkat sub-grup dari data hasil pengeboran tanah
28
Pengukuran lereng dilakukan pada areal yang telah ditentukan
menjadi titik pengambilan sampel, alat yang digunakan untuk
mengetahui kemiringan lerengnya menggunakan alat Klinometer.
d. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi dapat ditentukan dengan melihat kerusakan
tanah yang terjadi pada areal sekitar titik pengamatan
e. Horison
ditentukan melalui batas horizon dinyatakan dalam kejelasan
dan bentuk topografi.
f. Warna
warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah
tersebut dengan warna standar pada buku munsell soil color chart.
g. Tekstur
perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat
ditetapkan dilapangan dengan membasahi, memirit, merasakan,
membentuk bola membuat pita dan sebagainya atau dianalisis di lab.
i. Bahan organik :
biasanya diukur jika ada tingkat kematangan dengan cara
memeras tanah gambut, ketebalan gambut, atau kedalaman tanah.
j. Konkresi
konkresi/bahan kasar adalah masa dalam tanah berukuran 0,2
- 2 cm, terdiri dari konkresi, kerikil, gumpalan garam, yang
berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
k. Struktur
merupakan gumpalan kecil butir tanah yang terikat satu sama
lain oleh perekat bahan organik, oksida besi, jamur dan sebagainya
yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang
berbeda-beda
l. Pori
29
adalah bagian yang tidak terisi bahan padatan tanah (terisi
udara dan air) pengamatan pori dilakukan dengan bantuan kaca
pembesar.
m. Kematangan
kematangan diukur dengan cara meremas tanah dengan
tangan.
n. Konsistensi
menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah, atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain konsistensi tanah lembab atau
kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah.
o. Karatan
karatan dalam penampang tanah dicatat mengenai jumlah
(kadar), ukuran, bandingan (kontras), batas, bentuk, dan warnanya.
p. Perakaran
jumlah perakaran dicatat berdasarkan jumlah setiap ukuran
masing-masing perakaran per satuan luas
1. Pengamatan di laboratorium
a. pH Tanah
pengukuran pH tanah di laboratorium menggunakan pelarut
Aquades dengan pH meter perbandingan 1:5
b. Kejenuhan Basa
Perhitungan dengan menggunakan ekstraksi NH4OAC 1 N pH
7 dengan satuan %
c. Kapasitas Tukar Kation
Pengukuran menggunakan ekstraksi NH4OAC 1 N pH 7
dengan satuan (cmol/kg)
d. C-Organik
Pengukuran ditentukan dengan metode walky dan black
dengan satuan persen (%)
30
E. Analisis Data
Data Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan dan hasil analisis
laboratorium diolah secara deskriptif. Adapun analisis data yang dilakukan
yaitu:
1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan
e. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 2011-2020
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan penggunaan
lahan yang terjadi, Overlay merupakan proses penyatuan data dari
lapisan layer yang berbeda yang secara sederhana overlay disebut sebagai
operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik, bahan agar analisis tumpang tindih ini bisa
terjadi adalah dengan menggabungkan peta penggunaan lahan tahun
2010 dan 2020 yang dimana output-nya adalah peta penggunaan lahan
terbaru, dari hasil analisis ini lah perubahan penggunaan lahan beserta
luasan nya dapat diketahui, input data spasial yang di tumpang tindihkan
dalam penelitian ini adalah : Penggunaan Lahan Tahun 2010 dan
Penggunaan Lahan Tahun 2020
f. Analisis Data Atribut
Data Atribut merupakan data yang memberikan deskripsi atau
penjelasan yang berhubungan dengan hasil analisis tumpang tindih
penggunaan lahan yang dimana data yang dikeluarkan direpresentasikan
dalam bentuk kata – kata, angka didalam suatu tabel.
31
dilihat pada Lampiran 1, untuk mendukung penentuan zonasi kawasan
pertanian analisis data yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut :
a. Editing Atribut
Memasukkan data hasil pengamatan di lapangan dan hasil
analisis laboratorium tiap satuan lahan menjadi kelas – kelas sesuai
rentang nilai parameter iklim, fisika tanah, kimia tanah, bahaya erosi,
bahaya banjir dan penyiapan lahan sesuai dengan kriteria untuk pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan.
b. Rating berdasarkan kondisi sosial
Rating dilakukan menggunakan wawancara langsung dilapangan
kepada pemilik lahan/petani, parameter – parameter lahan yang sama
akan dikelaskan menjadi kawasan pertanian berdasarkan hasil wawancara
atau kondisi sosial petani.
F. Penyajian Data
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan serta data hasil
pengukuran yang akan diolah dan dibandingkan secara deskriftif maka disajikan
dalam bentuk peta, tabel4, grafik dan gambar. Penyajian data berupa peta yang
dihasilkan yakni :
1. Peta perubahan penggunaan lahan skala 1 : 50.000
32
2. Peta zonasi pemanfaatan kawasan pertanian skala 1 : 50.000
BAB V
33
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2018. Kecamatan Tayan Hilir Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik ( BPS)
Sanggau.
BPS. 2020. Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik ( BPS)
Sanggau.
34
Darmawan, A. (2002). Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau
Bogor. Bogor: Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan,
IPB.
Djaenudin, D. 2008. Perkembangan Penelitian Sumber Daya Lahan dan
Kontribusinya untuk Mengatasi Kebutuhan Lahan Pertanian di Indonesia.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor.
FAO. 1999. Land Evaluation and Farming System Analysis for Land Use Planning.
FAO Working Document. 3rd Edition. FAO, Rome.
Lillesand, Thomas M dan Ralph W Kiefer. 1979. Remote Sensing and Image
Interpretation. John Willey & Sons. New York.
Lestari, T. (2009). Dampak konversi lahan pertanian bagi taraf hidup petani.
Makalah Kolokium. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sihite, L, W. P. Marbun dan Mukhlis. Klasifikasi Tanah Gambut Topogen Yang
Dijadikan Sawah Dan Dialihfungsikan Menjadi Pertanaman Kopi Arabika
Dan Hortikultura. 2013. Jurnal Online Agroteknologi 2(1):1-12. Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155.
Sipayung, E, S. G, Sitanggang dan M., M., B Damanik. Perbaikan Sifat Fisik Dan
Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan
Pemberian Pupuk Organik Supernasa Dan Rockphosphit Serta Pengaruhnya
Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Jurnal Online
Agroteknologi 2(2):1-12. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian USU, Medan 20155
Putri, AA. 2017. Skripsi : Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Formasi Geologi
Qvb, Kompleks Volkan Tua Bayah Sukabumi. Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
35
Rajamudin, UA. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan Persawahan
di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J. Agroland
16 (1) : 45 – 52, Maret 2009.
36
Lampiran
Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75
Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt & 350 - 600 1200 - 1600
Ferguson, 1951)
Sifat Fisik Tanah:
Drainase agak baik s/d agak baik s/d agak baik s/d agak
terhambat terhambat terhambat
Tekstur: h, ah, s h, ah, s h, ah, s
Retensi Hara:
Toksisitas:
Bahaya Banjir:
Keterangan:
Tekstur Tanah ak Bahaya Erosi sr Kelas Bahaya Banjir
= agak = sangat (F)
kasar s = ringan r = ringan F0 Tanpa
sedang sd = sedang F1 Ringan
ah = agak b = berat sb F2 Sedang
halus h = halus = sangat F3 Agak Berat
k = berat F4 Berat
kasar
37
Lampiran 2. Kriteria Kondisi Drainase Bawah Permukaan
D0: Baik : Tanah mempunyai peredaran udara baik, seluruh profil tanah
dari atas sampai bawah berwarna terang yang seragam dan
tidak terdapat bercak-bercak.
D1: Agak Baik: Tanah mempunyai perdaran udara baik, tidak terdapat bercak-
bercak warna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan
bagian atas lapisan bawah.
D2: Agak Buruk: Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu,
bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah.
D3: Buruk: Lapisan tanah atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak- bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
D4: Sangat Buruk: Seluruh permukan lapisan tanah berwarna kelabu dan tanah
berwana kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat dan
kekuningan.
38
Lampiran 3. Kelas Lereng
39
Lampiran 4. Klasifikasi Tekstur Tanah
No Kriteria Ciri-ciri
Tekstur liat berpasir, liat berdebu
1 T1 = Tanah bertekstur halus
dan liat.
Tekstur lempung liat berpasir,
2 T2 = Tanah bertekstur agak halus lempung berliat dan lempung liat
berdebu.
Tekstur lempung, lempung berdebu
3 T3 = Tanah bertekstur sedang
dan debu.
Tekstur lempung berpasir, lempung
4 T4 = Tanah bertekstur agak kasar berpasir halus dan lempung berpasir
sangat halus.
5 T5 = Tanah bertekstur kasar Tekstur pasir berlempung dan pasir.
Sumber: Arsyad (2006)
40
Lampiran 5. Klasifikasi Kelas Tingkat Bahaya Erosi
41
Lampiran 6. Kelas Ancaman Banjir/Genangan
No Kriteria Ciri-ciri
1. 00 Tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak
pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam.
Kadang-kadang banjir yang menutupi tanah lebih dari
2. 01 24 jam terjadinya tidak teratur dalam periode kurang
dari satu bulan.
Selama waktu satu bulan dalam waktu setahun tanah
3. 02 secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih
dari 24 jam.
Selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara
4. 03 teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari
24 jam.
5 04 Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda
banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.
Sumber: Arsyad (2006)
42
Lampiran 7. Peta Administrasi Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
1
Lampiran 8. Peta Jenis Tanah Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
2
Lampiran 9. Peta Penggunaan Lahan Tanjung Bunut, Kecamatan Tayan Hilir
3
Lampiran 10. Peta Kelas Lereng Desa Tanjung Bunut
4
Lampiran 11. Peta Satuan Lahan
5
Lampiran 12. Peta Titik Pengamatan dan Pengambilan Sample
6
Lampiran 13. Data Curah Hujan Kecamatan Tayan Hilir 2016 – 2020
7
Lampiran 14. Perhitungan Zonasi Iklim
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des jumlah rata-
rata
2016 459 400 463 146 170 206 195 23 215 276 476 326 3355 279,6
2017 134 294 252 303 332 185 182 274 353 177 308 346 3140 261,7
2018 428 148 235 322 486 245 58 77 263 282 570 305 3419 284,9
2019 324 368 197 220 151 305 492 88 201 429 231 544 3550 295,8
2020 326 211 362 231 275 252 326 168 242 246 375 143 3157 263,1
jumlah 1671 1421 1509 1222 1414 1193 1253 630 1274 1410 1960 1664
rata- 277,016
rata 334,2 284,2 301,8 244,4 282,8 238,6 250,6 126 254,8 282 392 332,8 3324,2 7