Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT

Pemetaan Dan Perhitungan Kawasan Wilayah Dengan Menggunakan Software


Arc.GIS 10.3

Disusun Oleh :
NAMA : IMADUDDIN SALIM
NIM : 175080207111022
KELOMPOK : 7

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMETAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT

DISUSUN OLEH :
NAMA : IMADUDDIN SALIM
NIM : 175080207111022
KELOMPOK : 7
ASISTEN : YULIANITA FATMASARI

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT

Sebagai salah satu syarat umum untuk LULUS mata kuliah


Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya 2019

Disusun Oleh :
Nama : Imaduddin Salim
Nim : 175080207111022
Kelas : P02
Program studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Malang, 25 April 2019


Mengetahui, Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Valerie Astrid Immanuella Yulianita Fatmasari


NIM. 165080601111063 NIM. 165080200111005

Menyetujui,
Dosen Pengampu Praktikum

Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT.


NIP. 197807172005021004
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya, maka laporan Praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati
Laut ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir Praktikum
Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut yang ditugaskan oleh Tim Asisten Praktikum
Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut. Oleh Karena itu, laporan ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas dari Praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut. Inti dari
;aporan akhir ini adalah hasil dari apa yang didapatkan pada saat praktikum.
Kami sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih perlu
banyak diperbaiki lagi. maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diterima. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini. Besar harapan kami bahwa laporan ini akan
bermanfaat bagi masyarakat di masa mendatang.

Malang, 17 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3


2.1 Peta............................................................................................................ 3
2.2 GPS ........................................................................................................... 3
2.3 Google Earth .............................................................................................. 4
2.4 ArcGIS 10.3................................................................................................ 5
2.5 Georeferencing .......................................................................................... 5
2.6 Digitasi ....................................................................................................... 6
2.7 Layouting ................................................................................................... 7

III. METODOLOGI ............................................................................................... 8


3.1 Skema Pembuatan Peta............................................................................. 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9


4.1 Peta Wilayah Universitas Brawijaya ........................................................... 9
4.2 Peta Kabupaten atau Kota ....................................................................... 10
4.3 Hasil Groundcheck ................................................................................... 11

V. PENUTUP ..................................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
5.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

iii
LAMPIRAN ........................................................................................................ 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Pembuatan Peta ............................................................................................. 8
2. Peta Wilayah Universitas Brawijaya ......................................................................... 9
3. Peta Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara...................................................... 10

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Groundcheck .................................................................................................... 12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Foto Groundcheck ..................................................................................................... 17

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut ICA (International Cartographic Association) peta adalah
gambaran abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan
permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan
pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Menurut Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional, peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan
penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para
perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan
pembangunan. Peta apa pun jenisnya, masing-masing mempunyai manfaat,
antara lain (1) Penunjuk arah, letak, luas, jarak, dan bentuk permukaan bumi, (2)
Alat informasi, informasi dapat diketahui melalui simbol-simbol dalam peta, (3)
Alat pembelajaran, dalam hal ini peta dimasukkan dalam beberapa mata
pelajaran seperti sejarah, geografi dan sebagainya, (4) Peta dapat digunakan
untuk menjelaskan kondisi lingkungan suatu tempat, dengan peta dapat
diketahui suatu wilayah berada di daerah tropis, daerah kutub, atau daerah
sedang, (5) Melalui peta tematik kita dapat memperoleh data, misalnya melalui
peta kita dapat mengetahui tentang kepadatan penduduk suatu daerah, (6)
Melalui peta juga kita dapat memperkirakan kemungkinan usaha yang dilakukan
di suatu daerah tersebut (Prihatmaji et al., 2013).
Pemetaan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan
kerja (pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data), serta melibatkan
beberapa disiplin ilmu (surveying, fotogrametri, pengindraan jauh, kartografi)
yang satu sama lain berkaitan. Pemetaan digital merupakan proses kompilasi
data dalam bentuk gambar digital. Fungsi utamanya untuk menghasilkan peta
yang memberikan representasi akurat dari daerah tertentu. Pemetaan dapat
dilakukan menggunakan aplikasi komputer, seperti Google Earth, Global
Positioning System (GPS). Peta digital memiliki fungsi dasar yang sama seperti
peta analog, mereka memberikan "pandangan virtual" dari jalan umum digariskan
oleh medan yang meliputi daerah sekitarnya. Peta digital dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti, informasi lalu lintas (Lail dan Arief, 2015).
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi. atau peta adalah gambaran suatu

1
permukaan bumi pada bidang datar dan diperkecil dengan menggunakan skala.
Peta diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu peta umum dan peta khusus. Peta
umum yaitu peta yang menggambarkan seluruh ketampakan yang ada di
permukaan bumi, baik keadaan alam maupun budaya, seperti jalan, pemukiman,
dan sungai. Peta Khusus yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi
berdasarkan tema-tema tertentu seperti peta geologi, peta persebaran bahan
tambang, peta penggunaan lahan. Pemetaan merupakan proses yang terdiri dari
beberapa tahapan kerja serta melibatkan beberapa ilmu yang satu sama lain
berkaitan. Pemetaan digital merupakan proses penggabungan ataupun
pembuatan data dalam bentuk gambar digital. Pemetaan dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi komputer, seperti Google Earth, bahkan Global
Positioning System (GPS).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut, yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengenali alat dan software pemetaan
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan alat dan software pemetaan
3. Mahasiswa mampu membuat peta

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Pemetaan Sumber Hayati Laut dilaksanakan sebanyak tiga
kali. Praktikum 1 dengan materi pengenalan alat dan proses Georeferencing
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 April 2019 pukul 09.15 WIB. Praktikum
2 dengan materi Digitasi dan Layouting dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9
April 2019 pukul 09.15 WIB. Praktikum 3 mengenai materi penggunaan GPS
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2019 pukul 16.45 WIB. Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Pemetaan di gedung A lantai 2 Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peta
Peta merupakan alat utama di dalam ilmu geografi, selain foto udara dan
citra satelit. Melalui peta seorang dapat mengetahui permukaan bumi secara
lebih luas dari batas pandang manusia. Menurut ICA (International Cartographic
Association) peta adalah suatu gambaran representasi unsur-unsur ketampakan
abtrack yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitanya dengan permukaan
bumi atau benda-benda angkasa. Pada umunya, peta digambarkan pada suatu
bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Peta dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis yaitu peta umum dan peta khusus. Peta umum adalah peta yang
menampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah, seperti peta jalan dan
gedung wilayah Yogyakarta. Sedangkan peta khusus adalah peta yang
menampakkan suatu kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan
daerah bumi, seperti peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta
pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya (Hanafi, 2015).
Peta adalah gambaran atau represen-tasi unsur-unsur ketampakan
abstrak yang dipilih dari permukaan bumi. Terdapat kaitannya dengan
permukaan bumi atau benda angkasa, yang pada umum-nya digambarkan pada
suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan mendefinisikan peta sebagai wahana penyimpanan dan penyajian
data kondisi lingkungan. Peta merupakan sumber informasi bagi para perencana
dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. Dalam
hal ini, peta merupakan media atau alat bantu bagi seseorang yang dapat
memperlihatkan gambaran konkret tentang muka bumi dengan cara detail dan
jelas, sehingga pengguna dapat memahaminya (Maharani dan Enok, 2015).

2.2 GPS
GPS adalah sebuah singkatan dari Global Positioning System. GPS
merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan
menggunakan satelit dan metode Triangulasi. Sistem tersebut merupakan sistem
yang pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika yang
awalnya diperuntukan bagi kepentingan militer. Satelit GPS yang mengorbit bumi
seluruhnya berjumlah 24 buah, 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah
cadangan. Satelit ini bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang

3
ditransmisikan oleh stasiun-stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga
informasi waktu berketelitian tinggi (jam atom di satelit), dan memancarkan sinyal
serta informasi secara kontinyu ke perangkat penerima (Susilo et al., 2014).
GPS (Global Positioning System) merupakan sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi menggunakan satelit.. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah
posisi tiga dimensi yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System)
1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static
positioning) ataupun bergerak. Ketelitian penentuan posisi dengan GPS
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan parameter. Salah satu faktor tersebut
adalah strategi pemrosesan data (Gunawan et al., 2016).

2.3 Google Earth


Google Earth adalah aplikasi yang sangat berguna dalam bidang ilmu
kebumian, geografi dan juga bahkan pada bidang ilmu sosial. Aplikasi ini dapat
memperlihatkan bentuk permukaan bumi, termasuk bentuk pegunungan, bentuk
lika-liku sungai, jalan, dan juga bahkan kedalam air laut. Aplikasi Google Earth
sangat mempermudah untuk menganalisa suatu permukaan bumi dengan tidak
melakukan survey lapangan yang dapat menghabiskan banyak dana, banyak
waktu, energi dan juga dapat menyebabkan terancam nya keselamatan tim
survey tesebut. Selain untuk keperluan geografis bumi, Google Earth juga
menawarkan tool pengukuran jarak suatu tempat ketempat lainnya. Jarak ini bisa
di ukur dalam satuan yang diinginkan, asalkan diberikan lokasi dua tempat.
Google Earth juga sangat membantu dalam bidang geomorfologi dan analisa
permukaan. Google Earth juga bisa sebagai pendeteksian dan penghitungan
cadangan air yang ditampung pada cekungan dengan mudah (Islami, 2017).
Google Earth merupakan aplikasi pengembangan dalam bidang
pengolahan citra yang dikembangkan oleh Google Corp. Google Earth
membantu kita untuk memberikan informasi keadaan permukaan bumi dengan
berbagai skala pembesaran. Jumlah penduduk khususnya di Indonesia ini setiap
tahunnya terus meningkat hal ini menyebabkan bertambah banyak pula jumlah
hunian dengan ukuran dan tipe-nya masing-masing seperti, apartemen, rumah
mewah, rumah kos, maupun rumah sederhana. Bangunan rumah-rumah
tersebutlah yang nantinya akan diambil citranya melalui Google Earth. Gambar-
gambar dari Google Earth ini yang nantinya akan diolah untuk mendapatkan
perkiraan jumlah hunian di suatu kawasan. Aplikasi ini kita dapat mendeteksi
bangunan rumah pada suatu kawasan atau area blok perumahan tertentu agar

4
dapat menghitung secara cepat jumlah bangunan yang ada di perumahan
tersebut, sehingga dapat mempermudah menentukan kepadatan jumlah
bangunan suatu daerah (Sarie et.al., 2016).

2.4 ArcGIS 10.3


ArcGIS merupakan salah satu perangkat lunak yang terbilang besar.
Perangkat lunak ini menyediakan kerangka kerja yang bersifat scalable (bisa
diperluas sesuai kebutuhan) untuk mengimplementasikan suatu rancangan
aplikasi SIG; baik bagi pengguna tunggal (single user) maupun bagi lebih dari
satu pengguna yang berbasiskan desktop, menggunakan server, memanfaatkan
layanan web, atau bahkan yang bersifat mobile untuk memenuhi kebutuhan
pengukuran di lapangan. ArcGIS adalah produk sistem kebutuhan software yang
merupakan kumpulan dari produk-produk software lainnya dengan tujuan untuk
membangun sistem SIG yang lengkap. Maka pihak pengembang ArcGIS
merancangnya sedemikian rupa hingga terdiri dari beberapa framework yang
siap berkembang terus. Hal tersebut digunakan dalam rangka mempermudah
pembuatan aplikasi SIG yang sesuai dengan kebutuhan (Novitasari et.al., 2015).
ArcGIS adalah perangkat yang sangat populer dan andal dalam
melakukan tugas-tugas Sistem Informasi Geografis (GIS). Dalam ArcGis terdapat
beberapa aplikasi sistem informasi geografis yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Di antaranya adalah ArcView, ArcMap, ArcCatalog dan ArcReader). Meskipun
cukup banyak perangkat lunak alternatif yang lebih murah dan bahkan gratis,
tetapi ArcGIS masih menjadi perangkat lunak GIS yang utama. Keandalan
ArcGIS tidak saja dalam hal membuat peta, melainkan yang lebih utama adalah
membantu praktisi SIG melakukan analisis, pemodelan, dan pengelolaan data
spasial secara efektif dan efisien (Putranto dan Kevin, 2017).

2.5 Georeferencing
Georeferensi adalah suatu proses memberikan koordinat peta pada citra
yang sesungguhnya sudah planimetris. Sebagai contoh, pemberian sistem
koordinat suatu peta hasil digitasi peta atau hasil scanning citra. Hasil digitasi
atau hasil scanning tersebut sesungguhnya sudah datar (planimetri), hanya saja
belum mempunyai koordinat peta yang benar. Dalam hal ini, koreksi geometrik
sesungguhnya melibatkan proses georeferensi karena semua sistem proyeksi
sangat terkait dengan koordinat peta. Registrasi citra ke citra melibatkan proses
georeferensi apabila citra acuannya sudah di georeferensi. Oleh karena itu,

5
Georeferensi semata-mata merubah sistem koordinat peta dalam file citra,
sedangkan grid dalam citra tidak berubah (Ihda et al., 2015).
Georeferencing adalah proses menetapkan lokasi ke objek geografis
dalam kerangka referensi geografis dan menentukan hubungan geometris antara
data gambar dan dunia nyata. Georeferencing digunakan baik untuk membangun
hubungan antara gambar raster dan koordinat, dan untuk menentukan lokasi
spasial fitur geografis lainnya. Ini juga digunakan dipenentuan parameter
orientasi eksterior dari penginderaan jauh (RS) dan data sensor pada saat
perekaman dan pemulihan adegan dari data gambar. Georeferensi peta yang
dipindai tergantung pada banyak faktor seperti; skala peta, resolusi gambar,
jumlah titik kontrol (NCP), yang metode transformasi koordinat terpilih (CTM),
metode produksi peta, dan beberapa faktor yang tidak terkontrol seperti
pengalaman pengguna dan kondisi kerja dll. Jika faktor-faktor ini memiliki efek
individu atau bersama pada georeferensi dapat diselidiki menggunakan desain
eksperimental kecuali faktor yang tidak terkontrol (Sisman, 2014).

2.6 Digitasi
Digitasi merupakan bagian dari proses pemetaan digital. Secara umum
dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital.
Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain yang sebelumnya
dalam format raster maka menjadi objek-objek vektor. Pada sebuah citra satelit
resolusi tinggi dapat diubah ke dalam format digital dengan proses digitasi yang
bisa dilakukan dengan dua cara yaitu digitasi menggunakan digitizer dan digitasi
onscreen di layar monitor. Digitasi menggunakan digitizer (zaman dulu tetapi kini
hampir tidak lagi) dalam proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau
digitizer. Digitasi onscreen di layar monitor merupakan digitasi onscreen paling
sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan
peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan.
Digitasi onscreen biasanya dilakukan pada/dibantu oleh suatu base-layer yang
punya referensi spasial, misalnya citra satelit (Sitepu et al., 2017).
Digitasi adalah merupakan proses pembentukan data yang berasal dari
data raster menjadi data vektor. Dalam sistem informasi geografis dan pemetaan
digital, data vektor banyak digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai
proses. Digitasi pada Arcview dilakukan pada dokumen view dan disimpan di
dalam sebuah shapefile (file .shp). Oleh karena itu, proses digitasi didahului

6
dengan pembuatan sebuah shapefile kosong. Peta hasil digitasi selanjutnya
dapat digunakan dalam proses overlay (Nugroho dan Wahyu, 2018).

2.7 Layouting
Pengaturan layout meliputi penyajian muka dan informasi tepi. Semua
informasi tepi yang ditampilkan pada layout diatur agar dapat memberikan
informasi kepada pengguna dengan baik ketika ditampilkan dalam format cetak
(hardcopy). Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan layout
adalah penulisan sistem koordinat, baik Universal Transverse Mercator (UTM)
untuk Indonesia maupun Rectified Skew Orthomorphic (RSO) Borneo atau
BRSO untuk Malaysia. Selain pengaturan koordinat, dilakukan pula pengaturan
indeks peta agar sesuai dengan nomor sheet yang disajikan. Hasil perhitungan
deklinasi magnetik disajikan lengkap dengan informasi deklinasi magnetik rata-
rata serta perubahan deklinasi magnetik tahunan (Susetyo et al., 2014)
Layout adalah tampilan peta, bagan, tabel dan data grafis (asli maupun
import). Layouting dilakukan setelah proses analisis perubahan garis pantai
selesai tahap berikutnya adalah layout (tampilan peta). Layout merupakan hasil
akhir yang akan ditampilkan dalam bentuk peta. Layout merupakan tahap akhir
dari kesuluruhan proses pengelolaan data dengan menampilkan output berupa
peta garis pantai. Peta yang ditampilkan merupakan hasil garis pantai tahun
2005, 2007, 2009, 2011, 2013, dan 2015, legenda peta, arah mata angin (North
Arrow), skala text, scala bar dan sumber peta (Raihansyah et al., 2016).

7
III. METODOLOGI

3.1 Skema Pembuatan Peta


Berikut adalah skema kerja atau proses pembuatan peta pada praktikum
Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut :

Gambar 1. Skema Pembuatan Peta

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peta Wilayah Universitas Brawijaya

Gambar 2. Peta Wilayah Universitas Brawijaya


Pada pembuatan peta wilayah Universitas Brawijaya, didapatkan hasil
peta dengan skala 1 : 4.000. Pada pembuatan peta terdapat arah mata angin
dan legenda dengan komponen titik tracking, gedung FPIK, tracking, jalan, area
Universitas brawijaya, dan area luar Universitas Brawijaya. Pengunaan point
pada penandaan gedung FPIK menggunakan lambang lingkaran warna hitam,
lalu pengunaan polyline pada penandaan jalan utama Univeristas Brawijaya
mengunakan garis merah, dan Pengunaan polygon pada penandaan area luar
Universitas Brawijaya menggunakan warna kuning dan luasan area Universitas
Brawijaya diwarnai biru muda dengan luas area 47.82949 Ha (Hektar) yang
didapatkan melalui perhitungan calculate geometry. Selanjutnya terdapat inset
sebagai gambaran peta asli yang diolah.
Dari hasil praktikum pemetaan sumberdaya hayati laut, telah dibuat peta
tracking di Universitas Brawijaya. Dari hasil pembuatan peta ini, didapatkan
bahwa luasan dari Universias Brawijaya adalah 47.82949 Ha. Daerah yang
berwarna kuning di peta ini adalah wilayah yang tidak termasuk wilayah

9
Universitas Brawijaya, dan daerah berwarna biru di peta ini adalah wilayah
Universitas Brawijaya. Skala yang digunakan di peta ini adalah 1 : 4.000.
Panjang tracking yang dilakukan oleh Shift 1 di daerah Universitas Brawijaya
adalah 280 m. Jalur tracking ditandai dengan garis berwarna hitam. Tracking
dimulai dari depan Gedung B Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melewati
jalan diantara hutan MIPA dan Fakultas Peternakan kemudian berhenti di Graha
Sainta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4.2 Peta Kabupaten atau Kota

Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara

Pada pembuatan peta wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara,


didapatkan hasil peta dengan skala 1 : 250.000. Pada pembuatan peta terdapat
arah mata angin dan legenda dengan komponen Ibukota Kabupaten Minahasa
Tenggara, tracking jalan, area Kabupaten Minahasa Tenggara, dan area luar
Kabupaten Minahasa Tenggara. Pengunaan point pada penandaan Ibukota
lambang persegi warna merah dengan titik putih di bagian tengah, lalu
pengunaan polyline pada penandaan jalan utama Provinsi Sulawesi Utara
mengunakan garis kuning dengan garis hitam di bagian tengah, penggunaan
polygon pada penandaan laut menggunakan warna biru muda, pengunaan
polygon pada penandaan area luar Kabupaten Minahasa Tenggara dan luasan

10
area Kabupaten Minahasa Tenggara diwarnai hijau muda dengan luas area
743874224.579 Ha (Hektar) yang didapatkan melalui perhitungan calculate
geometry. Sedangkan luasan wilayah Provinsi Sulawesi Utara 1294076.60457
Ha. Selanjutnya terdapat inset sebagai gambaran peta asli yang diolah.
Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan kabupaten pemekaran dari
Kabupaten Minahasa Selatan. Kabupaten ini diresmikan pada tahun 2007
dengan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Ratahan. Kabupaten
Minahasa Tenggara memiliki luas wilayah sebesar 730,62 Km2 dengan batas--
batasnya sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Amurang Timur dan Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa
dan Laut Maluku. Sebelah Selatan barbatasan dengan Laut Maluku dan
Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow. Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo dan Kecamatan Kumelembuai
Kabupaten Minahasa Selatan. Pada tahun 2017, rata-rata suhu udara tertinggi di
kabupaten Minahasa Tenggara terjadi pada bulan Oktober yang mencapai
34,6oC sedangkan rata-rata suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari
yang mencapai 32,0oC. Tercatat untuk curah hujan selama tahun 2017 sebanyak
3.047 mm/tahun dengan hari yang paling banyak diguyur hujan terjadi pada
bulan Januari, yaitu sebanyak 23 hari (BPS, 2018).

4.3 Hasil Groundcheck


Pada penandaan lokasi titik koordinat peta wilayah, kelompok 1
menggunakan 4 titik sebagai tanda lokasi, dimana 2 titik koordint berada pada
wilayah Universitas Brawijaya dan 2 titik lainnya berada diluar wilayah
Universitas Brawijaya.

11
Tabel 1. Hasil Groundcheck

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


LOKASI
(Jl.Watuaji) (Jl.Kertoleksono) (Lab Biomol) (Gedung Kimia)
Koordinat
25%
Titik 1
Koordinat
25% TOTAL
Titik 2
Koordinat
25%
Titik 3
Koordinat
25%
Titik 4
TOTAL 100%
Tabel diatas merupakan hasil dari groundcheck dari empat titik koordinat.
Empat titik koordinat tersebut dibagi menjadi 2 titik koordinat berada di
Universitas Brawijaya dan 2 titik koordinat yang lainnya berada di luar Universitas
Brawijaya. Dua titik koordinat yang berada di wilayah Universitas Brawijaya yaitu
di Laboratorium Biomol dan Gedung Kimia, sedangkan dua titik koordinat yang
berada di luar wilayah Universitas Brawijaya yaitu di jalan Watuaji dan Jalan
Kertoleksono. Berdasarkan tabel diatas, ketepatan antar koordinat dengan lokasi
sebenarnya bernilai 25% dengan total nilai 100%. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat keakuratan sangat tinggi dengan berdasarkan total nilai 100%.

12
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari Praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati
Laut, yaitu:
1. Pada praktikum diperlukan alat dan software sebagai pendukung jalannya
praktikum. Alat yang digunakan pada praktikum Pemetaan Sumberdaya
Hayati Laut adalah laptop, mouse, kabel rol, alat tulis, dan GPS. Sedangkan
software yang digunakan adalah Google Earth, ArcGIS, dan BaseCamp.
2. Pada praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut, kita dapat mengetahui
fungsi pada alat dan software yang digunakan. Fungsi dari alat tersebut
diantaranya : Laptop sebagai Hardware dalam mengolah data pada berbagai
macam aplikasi. Kabel roll sebagai tempat charger atau pengisi daya bagi
laptop. Alat tulis untuk mencatat materi dan prosedur dalam pembuatan peta
saat praktikum. GPS untuk menentukan titik koordinat dan menandai jalur
tracking. Sedangkan fungsi software yang digunakan antara lain: ArcGIS
10.3 aplikasi untuk pembuatan peta dalam bentuk digital. Google Earth
aplikasi untuk menandai titik lokasi peta dan mencari tahu titik koordinat.
Basecamp aplikasi untuk melihat peta, rute yang direncanakan, serta
menandai titik-titik koordinat dalam perjalanan, dan tracks.
3. Pada pembuatan peta dilakukan berbagai langkah-langkah. Pertama
dilakukan penandaan titik wilayah di Google Earth. Penandaan tersebut
dibuat empat titik yang simetris di wilayah tersebut. Kedua dilakukan
georeferencing yaitu proses memasukkan koordinat dari Google Earth di
ArcGIS. Kemudian dilakukan digitasi yaitu merubah tampilan yang ada pada
peta ke dalam format digital. Proses ini menggunakan layer polygon, polyline,
dan point. Terakhir dilakukan proses layouting yaitu penambahan unsur-
unsur pada peta seperti judul, skala, arah angin, inset, dan lain-lain. Hasil
proses pembuatan peta ada 3, yaitu peta wilayah Universitas Brawijaya
dengan luas 47.82949 Ha beserta panjang tracking 280 m, peta Kabupaten
minahasa Tenggara dengan luasan area 743874224.579 Ha (Hektar), dan
peta Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 1294076.60457 Ha.

13
5.2 Saran
Pelaksanaan Praktikum Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut pada
praktikum pertama, kedua dan ketiga telah berjalan dengan baik. Penyampaian
materi juga sudah bagus dan mudah dimengerti oleh praktikan. Harapan saya
kedepannya untuk jalannya praktikum seperti ini sebaiknya tetap dijaga dan lebih
ditingkatkan lagi agar praktikum mata kuliah Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut
dapat mudah dipahami dan disukai oleh para praktikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Daerah Minahasa Tenggara 2018. ISBN :
978-602-5494-78-9

Gunawan, D., Bambang, D.Y., dan Bandi S. 2016 Analisis Pengolahan Data Gps
Menggunakan Perangkat Lunak RTKLIB. Jurnal Geodesi Undip. 5(2):
34-43. ISSN : 2337-845X.

Hanafi. 2015. Aplikasi Pemantauan Keberadaan Lokasi Dan Kecepatan Pada


Kendaraan Dengan Menggunakan Teknologi Mobile Data Dan Gps
Dengan Digitalisasi Peta. Jurnal Teknologi. 8(2): 143-150.

Ihda, E., Bambang, S., dan M, A. 2015. Analisis Ketertiban Tata Letak
Bangunan Terhadap Sempadan Sungai Di Sungai Banjir Kanal Timur
Kota Semarang (Studi Kasus : Sepanjang Banjir Kanal Timur dari
Muara Sampai Jembatan Brigjend Sudiarto (STA 0-STA 7)) . Jurnal
Geodesi Undip. 4(3): 86-94. ISSN : 2337-845X.

Islami, Nur. 2017. Bagaimana Google Earth Mengukur Jarak. Jurnal Geliga
Sains. 5(1): 41-46. ISSN 1978-502X.

Lail, J., dan Arief R.K. 2015. Peta Digital Dusun Sentono. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan. 4(1): 50-53. ISSN: 2089-3086.

Maharani, W., dan Enok, M. 2015. Peningkatan Spatial Literacy Peserta Didik
Melalui Pemanfaatan Media Peta. Jurnal Pendidikan Geografi. 15(1):
46-54.

Novitasari, N.Y., Arief L.N., dan Andri S. 2015. Pemetaan Multi Hazards Berbasis
Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Demak Jawa Tengah.
Jurnal Geodesi Undip. 4(4): 181-190. ISSN: 2337-845X.

Nugroho, A., dan Wahyu, A. K. 2018. Sistem Informasi Geografis Pemetaan


Lokasi Bird Contest Kota Malang Berbasis Android. Jurnal Sistemasi.
7(3): 212-219. ISSN: 2302-8149.

Prihatmaji, Y.P., Wahyu A.P., dan Faisal R. 2013. Penyuluhan Dan Pemetaan
Lokasi Rumah. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 2(1): 20-22.
ISSN: 2089-3086.

15
Putranto, T.T., dan Kevin, A. 2017. Aplikasi Geospasial Menggunakan ArcGIS
10.3 dalam Pembuatan Peta Daya Hantar Listrik Di Cekungan
Airtanah Sumowono. Jurnal Presipitasi. 8(1): 15-23. ISSN: 2550-
0023.

Raihansyah, T., Ichsan, S., dan Thaib, R. 2016. Studi Perubahan Garis Pantai Di
Wilayah Pesisir Perairan Ujung Blang Kecamatan Banda Sakti
Lhokseumawe. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah. 1(1): 46-54.

Sarie, L.D., Bambang H., dan Ratri D.A. 2016. Deteksi Banyak Bangunan Rumah
Melalui Citra Satelit Google Earth Berbasis Pengolahan Citra Digital.
e-Proceeding of Engineering. 3(1): 512-518. ISSN : 2355-9365.

Sisman, A. 2014. An Experimental Design Approach On Georeferencing. Boletim


de Ciências Geodésicas. 20(3): 548-561. ISSN: 1982-2170.

Sitepu, I., Yudo, P., dan Fauzi, J., A. 2017. Analisis Aspek Morfologi Jalan
(Layout Of Streets) Kota Semarang Terhadap Pertumbuhan Tata
Ruang Dan Wilayah Menggunakan Metode Digitasi Citra Resolusi
Tinggi Dan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip. 6(1):
21-30. ISSN: 2337-845X.

Susetyo, D.B., Yofri, F.H., I, W.K.A., dan Rofiatul, A. 2014. Aspek Kartografi Peta
Joint Border Mapping (Jbm) Republik Indonesia-Malaysia. Jurnal
Ilmiah Geomatika. 20(1): 31-36.

Susilo, Y.S., Hartono, P., dan Albert, G. 2014. Sistem Pelacakan dan
Pengamanan Kendaraan Berbasis Gps dengan Menggunakan
Komunikasi Gprs. Jurnal Ilmiah Widya Teknik. 13(1): 21-32. ISSN
1412-7350.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Groundcheck


1. Jl. Watuaji (Latitude : -7.9517760, Longitude : 112.6107490)
UTARA SELATAN

TIMUR BARAT

2. Jl. Kertoleksono. (Latitude : -7.9509330, Longitude : 112.6107490)


UTARA SELATAN

17
TIMUR BARAT

3. Lab. BIOMOL (Latitude : -7.9509330, Longitude : 112.6116020)


UTARA SELATAN

TIMUR BARAT

18
4. Gedung Kimia (Latitude : -7.9517760, Longitude : 112.6116020)
UTARA SELATAN

TIMUR BARAT

19

Anda mungkin juga menyukai