Dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu Studi Akhir dalam memperoleh gelar
Sarjana Perikanan Universitas Jenderal Soedirman.
Oleh :
Oleh :
Disetujui tanggal
..............................
Mengetahui,
Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA Dr. F.Eko Dwi Haryono,S.Pi., M.Si NIP.
NIP. 19600307 198601 1 003 19640728 199011 1 1001
ii
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................viii
ABSTRAK................................................................................................................................ix
ABSTRACT...............................................................................................................................x
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah...................................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................................4
1.4. Manfaat.....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................42
LAMPIRAN...........................................................................................................................46
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................................49
RIWAYAT HIDUP SINGKAT..........................................................................................51
iv
DAFTAR GAMBAR
gambar halaman
v
DAFTAR TABEL
tabel
halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
lampiran halaman
Lampiran 1. Foto kegiatan..........................................................................................46
Lampiran 2. Data Peta AMS.......................................................................................47
Lampiran 3. Peta Batimetri MSL................................................................................47
Lampiran 4. Peta Batimetri HWS...............................................................................48
Lampiran 5. Data Pasang Surut.................................................................................48
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senatiasa melimpahkan
laporan Kerja Praktek dengan judul “Pemetaan Profil Dasar Laut Pantai
Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah”. Kerja Praktek ini merupakan salah satu
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
I. PENDAHULUAN
berada pada 0º 47’ - 3º 32’ LS dan dan 111º 19’ - 112º 51’ BT. Kabupaten Seruyan
dengan Ibu Kota Kuala Pembuang mempunyai luas wilayah ± 16.404 Km 2 (11,6
kondisi bervariasi, di kawasan Selatan dan tengah adalah pantai yang langsung
berbatasan dengan Laut Jawa dan dataran rendah, sedangkan wilayah sebelah
dari utara ke selatan dan bermuara ke Laut Jawa dengan panjang lebih kurang
400 km yang dapat dilayari lebih kurang 270 km, kedalaman rata-rata 6 m dan
lebar rata-rata adalah 400 m dengan anak sungai, yaitu : Sungai Danau
Sembuluh panjang 76 km, Sungai Kalua Besar panjang 65 km, Sungai Manjul
panjang 50 km, Sungai Salau panjang 30 km, Sungai Pukun panjang 30 km, dan
Sungai Kale panjang 30 km. Sungai masih merupakan prasarana angkutan dan
1
komunikasi dan mobilisasi penduduk antar desa/wilayah sangat tergantung
dengan gelombang, pasut, dan angin. Sutikno (1993) menyatakan bahwa secara
garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat
Beberapa aspek fisik di perairan laut yang meliputi batimetri adalah pasang
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang dibangkitkan pasang
surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa air di perairan pesisir
(Duxbury et al., 2002). Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi
pergerakan massa air serta kaitannya sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
distribusi suatu material di dalam kolom air (Mann dan Lazier, 2006).
2
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
(Romenah, 2002)
Pekerjaan seperti rekayasa laut, jalur aman bagi pelayaran, industri kelautan,
survei rute pipa dan kabel bawah laut, deteksi bahan tambang, pencarian
daerah tangkapan ikan dan pencarian kapal karam harus didukung dengan
peta dasar laut. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas lautan lebih
sebagai berikut :
1.4. Manfaat
Tengah.
2.1. Laut
Laut merupakan Perairan yang lebih sempit dari samudra dan terdiri
atas laut pedalaman, laut pertengahan, dan tepi laut. Berdasarkan proses
terjadinya, laut dibedakan menjadi laut transgresi dan laut insgrsi. Berdasarkan
kamus sains bergambar yang disebut dengan laut merupakan sesuatu yang
4
hidup di air laut, misalnya bahari, dan ekologi, 0,2 % magnesium sulfat, 0,1 %
Laut berdasarkan letaknya dibedakan atas laut pedalaman, laut tepi, laut
tengah, dan samudra. Laut yang paling luas di seluruh dunia adalah Laut Cina
Serawak (Selatan), dan Cina (Utara). Lautan atau samudra paling luas adalah
samudra pasifik terdiri dari 45,8% dari seluruh bagian samudra di dunia seluas
165.250.000 km2. Letaknya di antara ketiga benua yaitu benua Amerika dan
Kepulauan Aleut, Laut Jepang yang dipisahkan oleh kepulauan Jepang, Laut
Koral yang disebelah Timur Australia, dan Laut Cina yang dipisahkan oleh
laut yang terletak diantara dua benua atau lebih”. Contohnya Laut Tengah,
Laut Merah dan Laut-Laut Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan
Australia.
Contohnya Laut Hitam, Laut Kaspia, Laut Mati. Sedangkan “Laut ingresi
adalah laut yang disebabkan terjadinya penurunan dasar laut. Hal ini
5
2.2. Dasar Laut
wilayah darat. Bentuk dasar dari dasar laut terdiri dari cekungan, lembah dan
keseluruhan baik dari aspek luas, kedalaman, maupun potensinya. Dasar laut
Dalam kawasan yang terbatas ini boleh dikatakan semua tipe topografi
dasar laut bisa ditemukan seperti paparan (shelf)yang dangkal, depresi yang
dalam dengan berbagai bentuk (basin, palung), berbagai bentuk elevasi berupa
punggung (rise, ridge), gunung bawah laut (seamont), terumbu karang dan
Dasar laut adalah permukaan bumi yang ada di dalam laut. Seperti relief
daratan, relief dasar laut juga mempunyai kontur yang tidak berbeda dengan
yang ada pada relief daratan. Dataran tinggi lembah pematang juga di temukan
tersebut berbeda. Misalnya celah yang dalam pada relief daratan disebut
lembah, sedangkan pada relief dasar laut disebut palung, dan masih banyak
Bentuk dasar laut menurut Hutabarat dan Evans (1985) terdiri dari :
• Ridge and Rise, adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di
atas laut (sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di
daratan.
6
• Trench, yaitu bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran
menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan benua besar
Lautan Pasifik.
• Atol, yaitu daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian
pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang memiliki struktur laut dangkal
karena adanya paparan sunda yang stabil dan memiliki endapan dari lumpur
pembentukan Indonesia Bagian Timur, juga struktur dasar laut lebih kompleks
dipisahkan oleh laut dalam yang mempunyai palung maupun gunung bawah
laut dan memiliki endapan lumpur asal darat maupun lumpur vulkanik
(Nontji, 2007).
Laut kawasan Indonesia ditemukan semua tipe topografi dasar laut,
seperti paparan (shelf) yang dangkal, depresi yang dalam dengan berbagai
7
bentuk (basin, palung), berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge),
lempeng (plate tectonic) yaitu bahwa kerak bumi terdiri atas lempeng-lempeng
litosfer yang plastis dan berbenturan.Salah satu dari lempeng akan tertekan
Dangkalan (Shelf), yaitu bagian dari benua dengan lereng yang tidak
begitu curam. Letaknya di dekat pantai atau di tepi benua dan tergenang air
laut kurang dari 200 meter. Shelf adalah relief dasar laut paling tepi, yang
kemiringan ke arah laut umumnya kurang dari satu derajat. Pada beberapa
lembah sungai, shelf merupakan bukti bahwa suatu ketika shel tersebuit
0 sampai 1.200 km terhitung dari garis pantai. Dangkalan yang luas terdapat di
Dangkalan Korea (Laut Kuning), dan Dangkalan Laut Barents (Pantai Arktik
Eropa).
Bagian palung laut adalah lembah yang dalam, sempit, dan memanjang
di dasar laut. Tepi atau tebing sangat curam, kondisi tersebut terjadi karena
lipatan kulit bumi atau patahan kulit bumi, berikut adalah bagia-bagian palung
yang ada di Indonesia. Palung Sunda di selatan Pulau Jawa (kedalaman 7.450
Puerto Rico (kedalaman 9.175 m) dan Palung Bartlet (kedalaman 7.204 m).
melintang berbentuk huruf U karena memiliki tebing yang curam dan dasar
yang mendatar, contoh lubuk adalah lubuk laut di Eropa Barat, Canary, Cape
Indonesia, adalah Lubuk Laut Sulu (5.000 m), Lubuk Laut Halmahera (2.030 m),
Lubu Laut Sulawesi (6.220 m), Lubuk Laut Aru (3.680 m), Lubuk laut Sangihe
(3.820 m).
pegunungan di dasar laut juga punggung muncul di atas permukaan laut. Dua
9
2.4. Batimetri
suatu ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kedalaman lautan, laut atau
Navigating” atau yang lebih dikenal dengan nama sounding (Nontji 2002).
perpaduan berbagai macam ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu lain yang
termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah, ilmu bumi, ilmu fisika, ilmu kimia,
berhubungan juga dengan beberapa faktor penting (aspek fisika laut) seperti
lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman
air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transceiver yang terpasang pada
10
lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang
kolom air. Energi akustik memancarkan gelombang suara sampai dasar laut
hanya mendapatkan gambaran mengenai bentuk dari dari dasar perairan dan
tidak sampai dengan kandungan material ataupun biota yang hidup disana
(Poerbandono, 2005).
dipengaruhi oleh pasang surut (pasut) dan zona gelombang pecah. Perubahan
kedudukan garis pantai akibat pasut mengakibatkan adanya posisi garis pantai
(Anonim, 2014)
pengenalan adanya gusung karang, beting karang, gobah dan struktur lainnya
(Stumpf et al., 2003). Pemetaan variabilitas struktur tersebut pada skala detail
11
akan memudahkan upaya karakterisasi habitat, baik untuk terumbu karang
juga pada pemetaan kondisi habitat karang dan pendugaan potensi pemutihan
1998).
tali bandul terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan
utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam
satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi
instansi lainnya baik instansi pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu data
memodelkan peta batimetri Indonesia yang lebih akurat dan resolusi yang
(hermawan, 2007).
12
Kedalaman bawah air dan studi tiga dimensi laut dikenal sebagai
batimetri. Peta batimetri menunjukkan relief dasar atau dataran laut dengan
Muka surutan peta atau biasa disebut dengan chart datum merupakan
menggunakan data pasang surut air laut. Fenomena pasang surut air laut
selanjutnya dalam paper ini disebut dengan pasut. Pasang surut air laut atau
pasut adalah naik turunnya permukaan air laut disertai gerakan horizontal
massa air, dan gejala ini mudah dilihat secara visual. Naik turunnya muka air
laut biasa disebut vertical tide dan gerakan horizontal disebut tidal current
(arus pasang surut).Data pasang surut dapat diperoleh dari hasil pengamatan
mencantumkan nilai air terendah pada pasang (Penzance Sailing Club, 2014).
Kallo (2016) menyatakan bahwa, muka surutan peta merupakan satu referensi
13
2.5.1. Metode Admiralty
bantuan tabel, dimana untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan harus
perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Excel, yang akan
perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan
yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun ( Korto, et al.,2015). Tahap
menentukan nilai elevasi, serta dapat digunakan dalam peramalan lebih lanjut,
seperti nilai MSL (Mean Sea Level). MSL dapat didefinisikan sebagai hasil rata-
rata tinggi permukaan laut setiap saat (Rahmadeni, et al., 2017) dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam membuat muka surutan peta / chart datum.
Data Pengamatan
14
1
Data Pengamatan
Disusun menurut
-Skema 1- 2
Tabel 2
-Skema 2- 3
4 Tabel 5
-Skema 3- 5
6
-Skema 4-
7 Tabel 7
8
-Skema 5&6- 1
0
9 Tabel nilau f,u,w
1
-Skema 7&8- 1
1. Lowest Possible Low Water (LPLW) atau juga bisa disebut air terendah yang
mungkin terjadi. Datum ini digunakan oleh negara Prancis untuk keperluan
peta lautnya. Level ini tidak dapat diuraikan secara eksak oleh rumus
15
𝐶�=𝑆�−1.2 �2+𝑆2+�2....................................................................(1)
Keterangan:
So = Kedudukan Muka Laut Rata- Rata (MSL)
CD = Kedudukan chart datum
M2, S2, K2 = Amplitudo komponen pasang surut M2, S2, K2
2. Indian Spring Low Water (ISWL), merupakan datum pertama kali yang
Keterangan:
3. Mean Spring Low Water (MSLW), merupakan rata-rata air terendah pada saat
Keterangan:
Indonesia.
Keterangan :
16
Ai = Amplitudo 7 komponen pasut utama yaitu (O1,P1, K1, M2, -
N2, S2, K2)
Keterangan :
metode yang umum digunakan yaitu menggunakan metode akustik dan citra
sattelit.
pulsa, intensitas), faktor lingkungan atau medium, dan kondisi target. Metode
ini mengukur waktu tempuh pulsa gelombang akustik yang dipancarkan oleh
perairan didapat dari setengah perkalian antara cepat rambat gelombang suara
dikali selang waktu gelombang suara pada saat dipancarkan dan diterima
17
akustik aktif dan sistem akustik pasif. Guna penentuan batimetri digunakan
sistem akustik aktif, berupa sinyal akustik yang diemisikan dan direfleksikan
oleh dasar laut. Waktu yang diperlukan untuk pergerakan gelombang akustik
secara vertikal ke dasar laut dan kembali ke permukaan merupakan data yang
adalah biaya yang diperlukan menjadi relatif rendah. Teknis dapat disesuaikan
data lainnya untuk memberikan resolusi yang lebih tinggi. (Wilke, 2007)
Pengambilan gambar di area yang luas dengan citra satelit atau foto
metode tersebut makan citra satelit dan foto udara faktor penting untuk
Citra satelit dan foto udara dewasa ini telah diaplikasikan bersama
dengan teknik batimetri lainnya untuk pemetaan batimetri yang lengkap. Citra
satelit dan udara umumnya memiliki resolusi rendah, dan tidak dapat
telah membantu penilaian yang lebih kuantitatif dari batimetri. Pada periode
kapal dan kapal, atau melekat pada kendaraan yang dioperasikan jarak jauh
(ROV). Namun, menangkap citra lengkap habitat benthik dengan metode ini
tersebut, maka teknik pendeteksian yang lebih luas, digunakan survei teknis
Laser Line Scanning (LLS) adalah teknik pendeteksian antara sonar dan
fotografi / video, dengan ruang lingkup yang sederhana dan resolusi tinggi,
biasanya 0,1-1 cm. Namun, teknologi ini masih baru dan dalam tahap uji coba,
dan belum tersedia secara luas. Semua teknik cahaya dan pencitraan
bergantung pada kejernihan air dan jarak fokus. Dengan demikian, semua
teknik cahaya dan pencitraan rentan terhadap kesalahan akibat air keruh.
(Wilke, 2007).
bahwa GIS adalah seperangkat alat yang memungkinkan kita untuk mengolah
data spasial menjadi informasi yang berkaitan dan digunakan untuk membuat
19
kebijakan tentang muka bumi. Paryono (1994) mengemukakan bahwa sistem
lanjut dinyatakan bahwa SIG memerlukan data masukan agar dapat berfungsi
dan memberikan informasi. Data masukan tersebut diperoleh dari dua sumber
yaitu :
b) Data peta. Informasi yang terekam pada peta kertas atau file dikonfirmasikan
ke dalam bentuk digital. Apabila data sudah terekam dalam bentuk peta,
atau rujukan lokasi. Rujukan lokasi dimaksud berupa sitem baku (koordinat,
bidang rujukan dan proyeksi) atau sistem lokal (dermaga, kantor kelurahan
data pengindraan jarak jauh dan hasil model numeris akan mempunyai
Digitasi merupakan proses alih media cetak atau analog ke dalam media
digital atau elektronik melalui proses scanning, digital photography, atau teknik
mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke format digital. Dalam
20
prosesnya, digitasi memerlukan waktu, tenaga, biaya dan menurut adanya
Pada dasarnya untuk mengubah sebuah peta kertas menjadi peta digital
ada dua metode yang digunakan, Digitasi langsung dan digitasi tidak langsung
(Sasrimita, 2015).
1. Digitasi Langsung
ini, gambar dari peta garis analog (di atas media kertas) dipindahkan ke media
ulang dari peta garis/analog menjadi peta digital dengan bantuan alat
memiliki kelemahan. Hasil digitasi peta yang di-scan tidak terhindarkan dari
kesalahan akibat skala dan generalisasi. Tidak hanya kesalahan akibat skala
mempengaruhi hasil digitasi peta tersebut. Misalnya saja posisi peta yang akan
di-scan miring dan itu tidak disadari oleh petugas, kesulitan baru muncul
ketika peta tersebut akan didigitasi. Keadaan peta yang cukup lama juga dapat
mempengaruhi hasil digitasi peta. Jika keadaan peta yang akan didigitasi tidak
21
benar-benar utuh atau ada sobekan disana-sini. Hal ini cukup menyulitkan
2.8.2. Pemetaan
adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata),
peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka bumi yang
1. Metode Teresteris
Pada dasamya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan,
alat ukur jarak; serta peralatan modem lainnya (GPS, total station dan lainya).
digambarkan di atas bidang datar dalam skala tertentu. Yang dimaksud dengan
22
kerangka pemetaan adalah jaringan titik kontrol (X, Y) dan (h) yang akan
2. Metode Fotogrametris
udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah
setiap foto udara. Titik kontrol tersebut dapat dihasilkan dari proses
memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol minor) beradasarkan titik kontrol
Pada setiap kali pemotretan luas daerah yang tercakup sangat sempit
dibandingkan dengan luas daerah yang akan dipotret. Agar seluruh daerah
tertutupi dengan foto maka pemotretan harus dilakukan secara periodik dan
jernih, diketahui bahwa kedalaman air dapat diestimasi dengan cara yang sama
oleh citra satelit, merupakan fungsi dari panjang gelombang dan kecerahan
24
III. MATERI DAN METODE
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam Kerja Praktek ini ditampilkan pada Tabel 1
dibawah ini:
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dlam Kerja Praktek ini ditampilkan pada Tabel 2
dibawah ini:
3 Peta Dasar Tahun 2017 Google Earth 2015 Peta yang diolah
3.2. Metode
observasi berdasarkan data sekunder, berupa data sounding dari P3GL (pusat
yang diperoleh kemudian diolah dengan software GIS dan ditampilkan dalam
referensi.
26
Hasil interpolasi kemudian dilakukan visualisasi serta dibandingkan dengan
hasil pengukuran manual dan kemudian dianalisis dan dibuat peta kedalaman
data kedalaman
Pantai Seruyan
Kalimantan
Tengah
Buka di ms.excel
Masukan data
Pasut
layout
Peta Batimtri
(pemeruman) agar kapal tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan.
27
Penentuan posisi pada lajur pemeruman, diaplikasikan dengan sistem navigasi
satelit, yaitu GPS (Global Positioning System). Data yang dikoleksi oleh
sekunder yang dikoleksi oleh PPPGL, Bandung, berupa data sounding, data
Kalimantan Tengah tahun 2014, peta Dishidros TNI-AL dan peta AMS Kuala
paralel, yaitu: pola dimana arah sounding tegak lurus dan cenderung sejajar
dengan garis yang longitude atau sesuai dengan pola sounding paralel
(Haryono, 2001 dalam Satriadi, 2012). Pada tahap pemeruman dilakukan sesuai
pemeruman.
28
2. Melakukan percobaan pemeruman atau kalibrasi alat agar peralatan yang
4. Pada saat air pasang dilakukan pemeruman untuk mendapatkan garis nol
kedalaman.
5. Melakukan intervestigasi jika tedapat daerah yang kritis, yaitu daerah yang
data) dibuat format data yang sesuai dengan spesifikasi input data perangkat
MapInfo 10.0. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam program MapInfo 10.0
adalah Interpolasi.
Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut
secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan
dan matahari terhadap massa air laut di bumi (Triatmodjo, 1999). Sedangkan
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
sebagai berikut:
Keterangan :
D = dT – rt………………………………………………… (2)
Keterangan :
• D : kedalaman sebenarnya
• dT : kedalaman terkoreksi transducer
• rt : reduksi (koreksi) pasang surut laut
Mercator (UTM) yaitu Easting (X) dan Northing (Y) serta nilai kedalaman
1. mengunduh data sekunder berupa data sounding dari tim fungsional PPPGL
Map Source. Data yang telah di download dari Map Source. Setelah itu
disimpan dalam bentuk *txt, agar dapat dibuka dan diolah pada software Ms.
Excel.
2. Membuka file *txt tersebut pada software Ms. Excel
3. Pengoreksian data kedalaman dilakukan dengan cara clearing dan cleaning
menyederhanakan data sehingga data yang tersisa hanya data berupa angka,
hal ini dikarenakan aplikasi MapInfo 10.0 dapat membaca data berupa angka,
dalam hal ini termasuk titik koordinat yang digunakan, hanya dapat
tersebut.
5. Langkah selanjutnya mengelompokan data koordinat (x dan y), kedalaman
berbentuk exel Selanjutnya data diolah di software map info dan disimpan
atur proyeksi → pilih kolom yang terdapat data x dan y (koordinat). Setelah
titik sounding terbuka simpan dalam file baru dengan nama lain. Data yang
structure → dan hapus kolom yang tidak dibutuhkan. Maka titik – titik hasil
31
7. Pembuatan kontur kedalaman dengan bantuan computer, sorot vertical
Pengaturan kontur berupa region, pilih grid → contour → atur interval dan
gradient kontur dan hasilnya. Setelah data kontur fix, masukkan peta dasar
Kabupaten Seruyan.
8. Melakukan digitasi garis area tutupan lahan, perlu dibuat atribut polyline
9. Setelah peta berhasil dibuat, maka peta harus diberikan keterangan (legenda)
agar pembaca dapat mengerti dan memahami apa maksud atau isi yang
nama peta, legenda, arah mata angin, skala, peta indeks, dan beberapa info
32
Gambar 2. Peta Lokasi
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Batimetri
pasang surut di perairan Seruyan, diperoleh nilai LWS, MSL, dan HWS yang
berasal dari perhitungan nilai minimum untuk LWS; nilai rata-rata untuk MSL;
dan nilai makasimum untuk HWS seperti pada Tabel 3. Fungsi dalam
pantai, pelabuhan dan vegetasinya. Perbedaan nilai terjadi karena adanya gaya
tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut
di bumi. Gaya tarik menarik ini tergantung dari jarak bumi dengan benda
langit dan massa benda langit itu sendiri (Utami dan Nur, 2017).
kedalaman tranduser terhadap muka air, tinggi muka air laut pada saat
et al, 2017).
34
Data kedalaman yang telah dikoreksi selanjutnya diinterpolasikan
metode Natural Neighbour. Hasil dari interpolasi ini kemudian di Grid menjadi
bahkan antar jarak titik pemeruman sangat halus (Li et al, 2014).
pantai, tutupan lahan tersebut sangat berpengaruh terhadap proses abrasi dan
akresi yang terjadi di pantai seruyan. Garis isodepth (garis khayal yang
20 km dari pantai. Kedalaman perairan laut dangkal rerata pada kisaran 0,5 – 4
Seruyan hanya berkisar 0,7-2,0 m pada tanggal 15-20 Maret 2015. Setelah hasil
35
pemeruman dikoreksi dengan data kedalaman dan data pasang surut,
perairan Pantai Seruyan ketika pasang terendah dapat dilihat pada Gambar 4
yaitu berkisar 0,15 – 15,20 meter. Data kisaran tersebut merupakan data
pasang rendah.
Kedalaman perairan Pantai Seruyan pada kondisi air laut pasang sedang
pada saat pengamatan yang telah ditambahkan nilai mean sea level (MSL), data
36
37
Gambar 3. Peta Batimetri Perairan Pantai Seruyan (LWS)
Tampilan dari hasil peta kedalaman dapat dibatasi bahwa garis kontur
dengan kedalaman yang lebih kecil dari 5 m terlihat sangat rapat garis
perairan ini termasuk di daerah continental shelf yaitu topografi landai yang
Perbedaan alat menyebabkan interpetasi data yang berbeda pula. Alat yang
digunakan dalam survei ini adalah singlebeam echosounder dan alat yang
jumlah beam yang dipancarkan lebih dari satu pancaran. Setiap beam
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
dangkal dan memiliki gradasi landai. Hal ini diketahui dari data dimana
kedalaman perairan Pantai Seruyan berkisar antara 0,38 – 19,10 meter pada
5.2. Saran
Perlu dilakukan uji lapangan (ground check) untuk memastikan
keakuratan data yang telah di analisis melalui pemetaan agar hasil yang
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2014). " Tide Times for Merauke , Irian Jaya ." diakses 9 September
2014, dari http://www.tide-forecast.com/
Asdak dan Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 101 hal
Awaludin, A., Zainuri, M., Sugianto, Denny, N. 2017. Pemetaan Batimeteri dan
Sedimen Dasar Segara Anakan Kabupaten Cilacap. Jurnal Oseanografi.
6(3): 396-404.
Hediarto, Mohamad, A., Satriadi, A., Saputro, Siddhi. 2017. Kondisi Batimetri
dan Sedimen Dasar di Pelabuhan Syahbandar, Pulau Karimun,
Kabupaten Jepara. Jurnal Oceanografi. 6(3): 467-474
Hutabarat, S., dan Evans, S.M. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press. 159
hal.
Jatmiko, S.S. 2011. Pengembangan Peta Tiga Dimensi Interaktif Gedung Teknik
Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Menggunakan
Unreal Engine. Undergraduate Thesis, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya. 176 hal.
Kallo, E. 2016. Kamus Properti Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
101 hal.
Korto, J., Jasin, Ihsan, M., Mamoto, Jefrry, D. 2015. Analsis Pasang Surut di
Pantai Nuangan (Desa Iyok) Boltim dengan Metode Admiralty. Jurnal
Sipil Statik. 3(6): 2337-6732
Kusumawati, Elok, D., Handoyo, G., Hariadi. 2015. Pemetaan Batimetri untuk
Mendukung Alur Pelayaran di Perairan Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Jurnal Oseanografi. 4(4): 706-712
40
Larson, T.M.J. 2002. Kriging Water Levels with a Regional-Linear and Point
Logarithmic Drift. Ground Water. 33(1): 338-35
Li, W., Franklin, R., Magalhães, V.G., Andrade, Marcus, V.A. 2014. Restricted
Bathymetric Tracklines Interpolation. Semantic Scholar. 3(2): 1-2
Mumby, P. J., Clark, C. D., Green, E.P., Edwards, A. J. 1998. Benefits of water
column correction and contextual ed¬iting for mapping coral reefs. Int.
J. Remote Sens. 19: 203 – 210.
Penzance Sailing Club. 2014. Chart datum and height definitions – DS & YM.
https://pzsc.org.uk/shorebased/datum/ (On-line) Diakses tanggal 25 Oktober
2018
Pradipta, N.D., Prasetyo, Y., Wijaya, A.P. 2015. Analisis Pasang Surut Air Laut
Menggunakan Data IOC (Intergovermental Oceanographic Comission)
untuk menentukan Chart Datum di Perairan Cilacap. Jurnal Geodesi
Undip. 4(2): 101-109
Prananda, A.R.A., Merci, A.C., Huda, A.N., Amalia, A., Nastiti, A.W.G., Alfi,
H.N.Y., Lalu, D.P. 2017. Pembuatan Peta Batimetri dengan
Menggunakan Metode Hidroakustik Studi Kasus Sebagian Sungai
Cijulang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Proceedings of 5th
Geoinformation Science Symposium UGM. 5(1): 47-59
41
Rahmadeni, H.A., Setiyono, H., Widada, S. 2017. Studi Karakteritik Pasang
Surut di Perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Jurnal Oseanografi. 6(4): 666-671
Satriadi, A. 2012. Studi Batimetri dan Jenis Sedimen Dasar Laut di Perairan
Marina, Semarang, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi Marina. 1(2): 53-62
Utami, T,W., Nur, I.M. 2017. Permodelan Mean Sea Level (MSL) di Kota
Semarang dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Deret Fourirer.
Prosiding dalam Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat “Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual. 3(1): 49-61
Wibowo, Y.A. 2012. Studi Perubahan Garis Pantai di Muara Sungai Porong.
[Skripsi]. Universitas Hang Tuah Surabaya. Hal 103
42
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 2. Data Peta AMS
45
Lampiran 4. Peta Batimetri HWS
46
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
Kalimantan Tengah”. Berkat doa, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak
orang tua, Bapak (Dadang) dan Ibu (Lise) yang senantiasa medoakan dan
3. Bapak Dr. F. Eko Dwi Hariyono, S. Pi., M. Si. selaku dosen pembimbing
4. Ir. Yusuf Adam Priohandono, M.Sc dan Dr. Ir. Hananto Kurnio, M.Sc.
5. Kharisma Z.P, Lutfi Tri Hendriawan, Istiqomah, Adini Safitri dan Okto
Oktavianus yang menjadi rekan dan guru selama pengambilan data Kerja
Praktek.
6. Chevien, Nugie, Jhodi, Kice, Rudi, Fathin, Ruli, Doni, Usdek, Andre teman-
48
RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Rifky Raihady Danu Putra merupakan anak dari keluarga Dadang danu
SP.d dan Lise Suartika Noor SP.d. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 1 Manonjaya pada
tahun 2003-2009. Kemudian melanjutkan di SMP Al-muttaqin Tasikmalaya
pada tahun 2009-2012. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2
Tasikmalaya pada tahun 2012-2015. Setelah lulus penulis diterima dalam
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) di program studi Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan non-
akademik di KM – Tasikmalaya.
Selama kuliah, penulis pernah melakukan kegiatan diluar waktu
perkuliahan yaitu pada tahun 2017 dan 2018 melakukan kegiatan magang kerja
dan kerja praktek di P3GL (Pusat Pengamatan dan Penelitian Geologi
Kelautan). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal
Soedirman, penulis melaksanakan Kerja Praktek dengan judul: “Pemetaan
Kontur Dasar, Batimetri Perairan Pantai Kabupaten Seruyan, Kalimantan
Tengah " di bawah bimbingan bapak Dr. Florensius Eko Dwi Haryono, M.Si.
Penulis Berharap Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat untuk pembaca
atau dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
49
50