Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI KOMUNIKASI DALAM


MEGADOPSI INOVASI TRAKTOR RODA DUA DI KABUPATEN
MANDAILING NATAL

OLEH:

RONY RAHMAT HIDAYAT HASIBUAN 2021662001

PRODI ILMU PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah “PERENCANAAN DAN
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEGADOPSI INOVASI TRAKTOR
RODA DUA DI KABUPATEN MANDAILING NATAL” Makalah ini disusun
guna memenuhi Ujian Tengah Semester perencanaan dan strategi komunikasi
pembangunan. Penulis berharap makalah tentang perencanaan dan strategi
komunikasi dalam mengadopsi inovasi traktor roda dua di Kabupaten Mandailing
Natal untuk dapat menjadi referensi bagi pembaca untuk meningkatkan hasil perta
nian yang berkualitas dan membantu pembangunan yang berkelanjutan.

Penulis menyadari makalah bertema perencanaan dan strategi komunikasi


dalam mengadopsi inovasi traktor roda dua ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik
dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis
memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata semoga tulisan dalam
makalah ini bermanfaat.

i
II

DAFTAR ISI

Halaman
KATAPENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II. KAJIAN TEORITIS…................................................................. 5
BAB III.METODE PENULISAN MAKALAH……................................. 10
BAB IV. PEMBAHASAN……………….................................................... 11
BAB V. PENUTUP....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
21

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia dan hak asasi manusia yang
harus diwujudkan setiap orang. Di Indonesia, pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk sampai tingkat individu dituangkan didalam Undang-Undang Pangan
No. 18 Tahun 2012. Dalam hal ini, mewujudkan pangan pokok utama menjadi
fokus utama didalam pembangunan ekonomi pada semua tahapan pembangunan
nasional. Dalam pemerintahan kabinet kerja 2015-2019, pembangunan ekonomi
nasional mengacu pada nawacita (9 agenda prioritas dalam pembangunan
nasional), salah satunya merupakan mewujudkan kedaulatan ekonomi, yang
termasuk didalamnya kedaulatan pangan masyarakat. Dalam mewujudkan
kedaulatan pangan, pemenuhan kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri
menjadi prioritas pembangunan pertanian. Di antara berbagai pangan yang
menjadi prioritas dalam kabinet kerja, tujuan pencapaian swasembada beras yang
berkelanjutan.
Komoditi padi sawah merupakan salah satu tanaman pangan yang
terpenting didalam kehidupan, dengan posisi yang strategis dan dapat digunakan
sebagai sumber kebutuhan pokok ataupun makanan pokok yang berupa nasi.
Beras sangat erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat dan dapat digunakan
sebagai alat politik. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan
permintaan besar semakin meningkat pula. Namun produksi beras cenderung
stagnan dan bisa juga naik atau bahkan menurun produksinya, konidisi
kesejahteraan petani sendiri pun terus menurun (Mariyah, 2008).

Sumatera utara merupakan salah satu sentra penghasil padi yang ada di
Indonesia, hal ini dikarenakan luasnya lahan yang dimiliki oleh wilayah Sumatera
Utara untuk dijadikan lahan tanaman pangan, masyarakat Sumatera Utara juga
mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok sehari-hari. Pada tahun 2017
2

produksi padi di Sumatera Utara 84.387.035 dengan luas lahan yang dimilki
826.695 Ha. Kabupaten Mandailing Natal menrupakan salah satu sentra pengahsil
padi terbesar di Sumatera Utara. Berikut ini adalah tabel produksi padi di
Kabupaten Mandailing Natal selama 6 tahun terakhir:

Tabel 1. Prduksi dan Luas Lahan di Kabupaten Mandailing Natal

No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. 2016 52.806 262.072

2. 2017 48.716 324.836

3. 2018 20.161 91.162

4. 2019 19.937 82.658


Sumber: BPS Kab. Mandailing Natal 2020

Dari tabel diatas terlihat penurunan produksi padi terjadi pada tahun 2017
sampai dengan 2019. Dari tabel diatas produksi padi pada tahun 2017 sebesar
324.836 ton, produksi padi pada tahun 2018 sebesar 91.162 ton dan pada tahun
2019 sebesar 82.658 ton terjadi penurunan produksi padi yang signifikan di
Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan kejadian yang dilihat dilapangan
Penurunan produksi padi tersebut karena luas lahan di Kabupaten Mandailing
Natal semakin turun, selain permasalahan luas lahan masih rendahnya
pengetahuan petani tentang inovasi traktor roda dua yang menyebabkan
penanaman padi yang tidak serentak mengakibatkan serangan hama burung dan
tikus terhadap padi dan terjadilah gagal panen yang membuat produksi padi
rendah di Kabupaten Mandailing Natal sehingga perlunya komunikasi didalam
mengadopsi inovasi traktor roda dua diantara petani dengan kelompok tani,
kelompok tani dengan kelompok tani diluar agar dalam proses adopsi inovasi
merata.
Dalam mengatasi masalah penurunan produksi padi di Mandailing Natal
dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Mandailing Natal, diperlukan
teknologi prasarana yang menunjang dalam usaha tani padi sawah. Salah satu
teknologi yang dapat menunjang usaha tani petani adalah traktor roda dua yang
3

dapat mempercepat dalam pengolahan lahan sawah untuk dilaksanakannya


penanaman padi. Penggunaan teknologi pertanian baik didalam kegiatan prapanen
dan pasca panen merupakan faktor penentu dalam menentukan kecukupan kualitas
hasil pangan.

Traktor roda dua merupakan salah satu teknologi mesin dan alat pertanian
yang telah banyak digunakan oleh petani untuk menggantikan manusia dan hewan
dalam mengolah lahan sebelum penanaman padi sawah. Di Jepang, Korea Selatan,
India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Filiphina China dan usaha kecil yang
mempunyai lahan yang sempit, para petani memiliki permintaan yang besar untuk
traktor roda dua. Traktor roda dua memliki 5 komponen utama yaitu: 1) motor
listrik, 2) braket motor dengan titik sambung, 3) rumah gigi transmisi dengan titik
sambung, 4) titik pemasangan belakang dan 5) tuas kontrol roda dua dengan setir
mobil. Traktor roda dua dilengkapi dengan bajak dan garu sisir (Sitompul, 1998).

Ketersediaan traktor roda dua di Kabupaten Mandailing Natal dalam


mengolah lahan sawah disajikan pada Tabel 2.
4

Tabel 2. Alat Mesin Pertanian Traktor Roda Dua di Kabupaten Mandailing Natal

No Tahun Ketesediaan Traktor

1. 2016 30
2. 2017 51
3. 2018 72
4. 2019 14
Sumber: Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Sumatera Utara

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting didalam mengadopsi


inovasi traktor roda dua dikarenakan didalam komunikasi petani dapat
memperoleh informasi-informasi yang berhubungan dengan traktor roda dua baik
dari segi keuntungan, cara pemakaiannya, efisiensi dalam penggunaan traktor roda
dua tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Komunikasi dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian


Traktor Roda dua?

2. Bagaimana Tingkat Adopsi Inovasi petani terhadap teknologi Traktor roda dua
di Kabupaten Mandailing Natal?

2. Perencanaan dan Strategi dalam mengkomunikasikan inovasi traktor roda dua?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Peran Komunikasi Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Traktor


Roda dua

2. Mengetahui perencanaan dan startegi fasilitator dalam mengkomunikasikan


inovasi traktor roda

BAB II
KAJIAN TEORITIS
5

A. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Tingkat Adopsi


Inovasi Teknologi Pertanian
Menurut keterampilan komunikasi interpersonal Spitzberg dan
Cupach dalam Suryanto (2015), komunikasi yang efektif merupakan salah satu
jenis keterampilan interpersonal. Kemampuan tersebut, misalnya pengetahuan
tentang konteks (interaksi orang), pengetahuan tentang "aturan" perilaku non-
verbal, interaksi antarpribadi memiliki pesan sebagai ide atau pemikiran, yang
akan dikodekan oleh pengirim atau diterjemahkan oleh penerima, dan
Komunikasi interpersonal memiliki pengaruh atau hasil dari proses komunikasi
tersebut, seperti sikap dan tingkah laku orang yang dijadikan sasaran
komunikasi sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan seperti personal
opinion, public opinion dan mayoritty opinion.
Berdasarkan dari hasil Penelitian Faqih (2018) menyebutkan
bahwa semakin tinggi komunikasi interpersonal yang dilakuakan oleh
fasilitator dalam memberikan informasi semakin tinggi pula minat petani
dalam mengdopsi inobvasi teknologi pertanian tersebut dan informasi yang
didapatkan oleh petani semakin banyak dan luas.
Hasil penelitian Anuar Rasyid (2012) juga menyebutkan dalam
kegiatan penyuluhan pada petani dilaksanakan dengan menggunakan sistem
latihan dan kunjungan. Kunjungan dilakukan di sekretariat poktan maupun
gapoktanmaupun sawah yang dimiliki petani dan menanyakan masalah apa
yang dihadapi petani, kemudian permasalahan itu dikomunikasikan secara
interpersonal dengan petani dan meyelesaiakan permasalahan tersebut.
Cahyono (2008), sebagai komunikasi antara orang-orang secara
tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secaraverbal maupun nonverbal. Komunikasi
demikian menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak
yang dekat, saling mengirim dan menerima pesan baik verbal maupun
nonverbal secara simultan dan spontan.
6

B. Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi


Teknologi Pertanian
Komunikasi kelompok dalam Wiryanto (2005) dan Suryanto
(2015) merupakan interaksi tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan
tujuan agar lebih dikenal luas, seperti saling berbagi informasi, mengurus diri
sendiri, memecahkan masalah, sehingga anggota dapat mengingat kepribadian
mereka dengan tepat. Dengan hati-hati anggota lain, kelompok adalah metode
penyuluhan yang sangat penting karena menciptakan peluang untuk
mempengaruhi perilaku peserta.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan Faqih (2018) meyebutkan
semakin tinggi komunikasi yang terjadi didalam kelompok semakin tinggi pula
kelompok dalam menerima informasi dan perubahan yang dialami kelompok
juga semakin tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anuar Rasyid (2012) yang
mengungkapkan komunikasi kelompok lebih efektif dibandingkan dari
komunikasi lainnya karena petani dibimbing dan diarahkan secara
berkelompok untuk melakukan kegiatan yang lebih produktivitas atas dasar
kerjasama. Bentuk komunikasi kelompok lebih menguntungkan karena
memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi
kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap anggota yang
lainnya.
B. Curtis, James J. Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005) dalam
Suryanto (2015) menyatakan bahwa komunikasi kelompok terjadi ketika tiga
orang atau lebih bertatap muka, biasanya dibawah pengarahan seorang
pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi
satu sama lain. Mereka menjabarka sifat-sifat komunikasi kelompok, yaitu
berkomunikasi melalui tatap muka, memiliki sedikit partisipan, bekerja
dibawah arahan seorang pemimpin, membagi tujuan atau sasaran bersama dan
anggota kelompok memiliki pengaruh satu sama lain.
7

C. Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian


Adopsi inovasi dalam bidang pertanian merupakan hasil kegiatan
dari pertukaran komunikasi dalam pertanian. Karena komunikasi pertanian
melibatkan interaksi sosial antar komunitas, maka proses adopsi inovasi terkait
dengan interaksi individu kelompok, anggota masyarakat, kelompok
masyarakat dan terjadi juga antara interaksi kelompok. Dampak didalam
masyarakat, pada prinsipnya proses adopsi inovasi dalam kelompok tani
merupakan proses kumulatif adopsi individu, sehingga tahapan adopsi inovasi
individu ini berlaku juga terhadap proses adopsi inovasi kelompok (Soekartiwi,
2005).
Menurut Rogers (1983), dapat dilakukan klasifikasi apakah petani
ataupun kelompok tani mengadopsi inovasi teknologi baru secara cepat
menurut kurva distribusi normal. Klasifikasi tingkat adopsi inovasi dibagi
menjadi 5 kelompok yaitu: 1) inovator, 2) pengadopsi awal, 3) pengadopsi wal
atau mayoritas awal, 4) pengadopsi terlambat atau mayoritas akhir dan 5)
kolot. Berdasarkan distribusi frekuensi normal dengan menggunakan standar
deviasi sebagai pembagi menghasilkan daerah terletak disebelah kiri mean, 1)
2,5% individu yang pertama kali mengadopsi disebut perintis, 2) 13,5% disebut
pelopor, 3) 34% pengikut dini, 4) 34% pengikut akhir dan 5) 16% lainnya
pengikut kolot.
Selain itu, Rogers dan Shoemaker (1983) meyakini bahwa sebelum
inovasi diterima didalam masyarakat, selalu ada pemimpin opini yang berperan
sebagai pemegang kunci atau filter sebelum inovasi tersebut menyebar
kedalam sistem sosial masyarakat luas. Karakteristik utama dari setiap
kelompok pengadopsi dijelaskan sebagai perbandingan antara anggota sistem
sosial yang kurang inovatif dengan anggota sistem sosial yang lebih inovatif
serta antara inovator dan konservatif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian telah
mengubahn sistem pertanian yang tradisional menjadi sistem pertanian
modern. Penemuan varietas baru, herbisida, fungisida dan isnektisida serta obat
kimia lainnya telah membuat hasil yang komersial dan cemerlang di bidang
8

pertanian. Perkembangan irigasi, penggunaan pupuk dan pengguanaan alat


mesin pertanian telah memberikan kontribusi ekonomi terhadap perkembangan
mekanisasi pertanian. Penemuan teknologi ini dapat meningkatkan hasil per
satuan luas dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha tani (Adjid,
2001).
Mosher (1970) menyebutkan ada 5 faktor yang selalu hadir dan
mutlak agar petani dapat mengadopsi inovasi tersebut: 1) teknologi yang baru,
2) adanya pasar, 3) adanya suplai sarana produksi pertanian yang cukup, 4)
adanya sistem transportasi dan 5) adanya rangsangan produksi. Mosher juga
menyebutkan ada 5 faktor sebagai pelancar di terimanya inovasi sebagai
berikut: 1) Penyuluh pertanian, 2) Kredit Produksi, 3) Pengembangan Lahan,
4) Perencanaan Program dan 5) Tahap Pembangunan Pertanian.
Sitompul (1988) menyebutkan bahwa traktor tangan sudah banyak
sekali diproduksi oleh industri alat dan mesin pertanian baik didalam maupun
diluar negeri. Petani telah menggunakan traktor tangan dalam mengelola usaha
tani pada saat pembukaan lahan sebagai pertimbangan sebagai berikut:
a. Traktor roda dua mengantisipasi petani didalam mengantisipasi
berkurangnya tenaga manusia dan hewan dalam pembukaan lahan sawah.
b. Traktor roda dua dapat mempercepat pengolahan lahan sehinga pada saat
penanaman dapat disesuaikan dengan musim tanam
c. Kualitas pengolahan lahan dengan traktor roda dua lebih sempurna karena
kedalaman pembajakan dapat diatur dan hasilnya dapat lebih seragam
d. Untuk pekerjaan pembajakan petani lebih ringan didalam mengelola lahan
sebelum penanaman dibandingkan dengan cangkul dan bajak
e. Biaya dalam menggunakan traktor tangan lebih murah dibandigkan dengan
biaya secara konvensional.

D. Model Perencanaan Komunikasi dalam Mengadopsi Inovasi Teknologi


Pertaniuan (Cultip dan Center)
9

Empat proses pokok menurut Scoot M.Cultip dan Allen H. Center


mengenai menyatakan bahwa proses perencanaan komunikasi yaitu menjadi
landasan atau acuan untuk melakukan pelaksanaan, yaitu:
a. Penemuan Fakta (Fact Finding)Langkah pertamaini melibatkan pengkajian
dan pemantauan pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku yang terkait dengan
tindakan dan kebijakan organisasi. Langkah menentukan “Apa yang sedang
terjadi sekarang?”
b. Perencanaan (Planning)Informasi yang terkumpul pada langkah pertama
digunakan untuk membuat keputusan mengeni public, sasaran, tindakan dan
strategi komunikasi, taktik, dan tujuan program. Langkah kedua ini menjawab,
“Kita telah mempelajari situasi ini berdasarkan apa–apa yang harus diubah,
dilakukan, atau dikatakan”.
c. Komunikasi (Communication) Langkah ketiga melibatkan implementasi
program dari tindakan dan komunikasi yang telah didesain untuk mencapai
tujuan spesifik bagi setiap public untuk mencapai sasaran program. Pertanyaan
pada langkah ini, “Siapa yang akan melakukan dan memberitahukan program
ini, serta kapan, dimana, dan bagaimana”.
d. Evaluasi (Evaluation)Tahap ini terakhir pada proses ini melibatkan kesiapan
penilaian, implementasi, dan hasil dari program terimplementasi berdasarkan
umpan balik evaluasi mengenai bagaimana program tersebut berhasil atau
tidak. Program dapat dilanjutkan atau dihentikan berdasarkan pertanyaan
“Bagaimana yang telah kita kerjakan”

BAB III

METODE PENULISAN MAKALAH


10

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penulisan makalah ini dilaksanakan pada tanggal 13 Februari – 16 Maret


2021 di Kecamatan Panyabungan II Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penulisan makalah ini Laptop, Alat tulis,
Handphone. Bahan yang digunakan dalam penulisan makalah ini jurnal jurnal
tentang komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pertanian Traktor roda dua.

C. Metode atau Rancangan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini dilakukan dengan mencari dan membaca jurnal-


jurnal yang terkait dengan tem dalam makalah kemudian mereview jurnal tersebut
agar didapat inti dari jurnal itu dan seterusnya dituliskan didalam word dalam
format makalah yang disajikan. Selain mereview jurnal jurnal yang berkaitan
dengan makalah penulis juga mewawancarai sedikit petani tentang traktor roda
dua dalam penggunaannya.

D. Pelaksanaan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini dilaksanakan di rumah di Kabupaten Mandailing Natal


dengan mencari jurnal-jurnal komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi
pertanian traktor roda dua dan juga melakukan wawancara singkat dengan petani
sebagai pelaku pelaksana usaha tani.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


11

A. Peran Komunikasi dalam Adopsi Inovasi Teknologi pertanian Traktor


Roda Dua

Kreitner dan Kinicki (2005) mengemukakan bahwa komunikasi


merupakan pertukaran informasi antara pengirim dan penerima, dan
merupakan kesimpulan (persepsi) tentang makna antar individu.

Menurut penelitian Daft (2006), komunikasi merupakan proses dari


dua orang atau lebih yang saling bertukar dan memahami informasi, biasanya
untuk merangsang atau mempengaruhi perilaku. Setiap komunikasi memiliki
tujuannya. Oleh karena itu, menurut Effendy (2006), empat peran komunikasi
dalam memberikan informasi teknologi pertanian traktor roda dua, yaitu: (1)
mengubah sikap, (2) mengubah pandangan atau pendapat, (3) mengubah
perilaku, (4) mengubah masyarakat, yang sama dengan Levis ( Wiryanto
(1996)) menetapkan tujuan komunikasi, meliputi: (1) informasi, yaitu
menggunakan cara berpikir untuk memberikan informasi; (2) persuasif, yaitu
membangkitkan perasaan penerima; (3) mengubah perilaku seseorang dalam
mengubah sikap peserta terhadap pembangunan (4) Meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan bisnis secara efektif di bidang komersial,
dapat memberikan manfaat dalam jangka waktu yang tidak pasti, dan (5)
mewujudkan aktif partisipasi masyarakat didalam pembangunan kedepannya.
Menurut Effendy ada empat fungsi utama didalam kegiatan komunikasi yaitu:

1. Memberikan informasi (to inform). merupakan memberikan informasi


kepada masyarakat, dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai
peristiwa yang sedang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain,
serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2.Mendidik (to educate) merupakan komunikasi sarana pendidikan, dengan


komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang
lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
12

3.Menghibur (to entertaint). Adalah komunikasi selain berguna, untuk


menyampaikan komunikasi, pendidikan,mempengaruhi juga berfungsi untuk
menghibur orang banyak.

4. Mempengaruhi (to Influence) adalah fungsi untuk mempengaruhi jalan


pikiran manusia, tentunya merubah sikap dan pola pikir seseorang didalam
menentukan pilihannya.

Berdasrakan Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Andriaty


et al., (2012) meneliti mengenai ketersediaan sumber informasi teknologi
pertanian di beberapa kabupaten di Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk mempercepat penyampaian informasi teknologi pertanian dapat
dilakukan dengan mengubah paradigma dari konvensional ke arah yang lebih
maju dan cepat dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi atau
media. Penerapan inovasi teknologi oleh petani dipengaruhi oleh berberapa
faktor, antara lain potensi individu untuk menerapkan inovasi, peran sumber
informasi dalam menyediakan dan mendiseminasikan inovasi, serta faktor-
faktor eksternal yang memungkinkan pengguna menerapkan inovasi teknologi.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan secara


sederhana peran komunikasi didalam kelompok tani untuk mengadopsi inovasi
traktor roda dua sudah sangat berperan dalam mengubah pola perilaku petani
dalam mengadopsi inovasi tersebut. Komunikasi juga sudah mengubah
pendapat petani tentang teknologi yang akan diadopsinya dan pola pikir si
petani juga sudah diubah dalam
13

B. Tingkat Adopsi Inovasi Petani terhadap Teknologi Pertanian Traktor


Roda Dua

Berdasarkan wawancara singkat yang dilaksanakan di Kabupaten Mandailing


Natal tentang tingkat adopsi inovasi petani terhadap teknologi traktor roda dua
tergolong sedang petani melaksanakan sesuai dengan anjuran pemerintah dan
fasilitator dalam mengadopsi inovasi tersebut.

No Peran Komunikasi dalam Kelompok Tani Kategori

1. Akses Informasi

1. Mencari Informasi Sedang

2. Meyebarkan Informasi Sedang

3. Mengumpulkan Informasi Rendah

4. Menyediakan Infromasi Rendah

2. Sinergi Kerjasama

1. Melakukan Kerjasama dengan Melakukan


PPL/Pemerintah

2. Melakukan Kerjasama dengan


LSM/Swadaya Melakukan
14

3. Kerjasama yang dilakukan Melakukan


menguntungkan

3. Intensitas Diskusi

1.Mengadakan pertemuan pada waktu Sedang


tertentu secara
Sedang
2.Mendiskusikan permasalahan yang terjadi
sesama anggota

3.Mencari solusi permasalahan dengan Sedang


musyawarah

Adopsi merupakan sebuah proses dalam mengubah pikiran


seseorang dalam mengambil keputusan dalam mengadopsi inovasi yang
terbaru. Penerima disini diartikan tidak sekedar tahu tetapi sampai kepada
memakai alat teknologi pertanian kedalam usaha tani yang dilaksanakannya,
pengamatan bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
seseorang dalam megadopsi inovasi teknologi pertanian tersebut. Menurut
Subagyo et al., (2005) proses adopsi merupakan proses pelaksanaan secara
sistematis sehingga mendapatkan kuntungan secara ekonomis didalam
melaksanakan usaha taninya. Pengambilan ataupun penolakan suatu inovasi
tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan suatu petani dalam
mengadopsi tergantung kepada apakah inovasi tersebut menguntungkan atau
merugikan petani dalam melaksanakan usaha taninya.

Pengambilan keputusan diambil oleh ketua dan sekretaris didalam


suatu kelompok yang secara informal mewakili oleh petani petani yang akan
mengadopsi inovasi tersebut. Penggunaan sarana produksi teknologi pertanian
traktor roda dua tergolong sedang di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan
hasil wawancara sederhana yang dilaksanakan. Hal ini mengambarkan petani
telah melaksanakan usaha taninya menggunakan traktor roda dua. Terkait
dengan dengan komponen teknologi yang di introdusikan, petani menillai
komponen inovasi apakah menguntungkan atau merugikan didalam
15

pemaakaiannya. Untuk penilaian bersarkan pengalaman berusaha tani, luas


pemilikan lahan.

Sikap petani responden dalam memilih, yakin dan berani untuk


mengadopsi teknologi baru pada kegiatan Upsus di Kabupaten Mandailing
Natal tergolong kategori rendah.Hal ini disebabkan petani merasa ada
perhatian dari pemerintah dan ada keinginan berubah dalam usaha tani untuk
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Keyakinan yang tinggi pada usaha
tani yang baru ini karena menggunakan sistem pertanian terpadu dan diberikan
pendampingan. Tingkat keberanian mengambil risiko merupakan salah satu
faktor psikologis petani responden dalam menghadapi berbagai kemungkinan
atas keputusan yang diambil dalam kegiatan usaha tani. Keterampilan yang
tinggi disebabkan petani sudah terbiasa dengan kegiatan usaha tani dan petani
selalu mengikuti pelatihan serta penyuluhan, petani yang belum paham
biasanya langsung belajar kepada petani yang sudah terampil. Adanya
keinginan petani untuk bisa melakukan kegiatan usaha tani yang baru
disebabkan adanya keinginan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatannya.

C. Perencanaan dan Strategi dalam Mengkomunikasikan Adopsi Inovasi


Teknologi Pertanian Traktor Roda Dua

Dalam mengantisipasi kegagalan dalam penerapan teknologi


adalah lebih mudah daripada mengatasi masalah kegagalan penerapan
teknologi oleh petani, karena kegagalan seringkali berakibat pada hilangnya
kepercayaan. Kegagalan dalam penerapan teknologi seperti dikemukakan di
atas, lebih banyak ditimbulkan oleh lemahnya antisipasi kemungkinan
kegagalan yang diwujudkan dalam bentuk strategi komunikasi yang tepat.
Faktor yang sangat penting adalah pada khalayak sasaran yang lebih banyak
dijadikan obyek daripada subyek pembangunan. Pemahaman terhadap
khalayak, baik karakteristik personal, harapan-harapan dan keinginan-
16

keinginannya, seringkali diabaikan oleh pelaku komunikasi pembangunan


(baik peneliti maupun penyuluh).

Berdasarkan wawancara secara sederhana yang telah dilakukan


fasilitator dalam menyusun strategi dalam mengkomunikasikan traktor roda
dua melalui pendekatan dan memperhatikan sifat – sifat inovasi yang
dihasilkan melalui kajian secara konseptual. Strategi ini diharapkan menjadi
pengarah terpadu berbagai pihak terkait dalam mencapai tujuan dan menjadi
pedoman dalam pengembangan teknologi inovasi dalam bidang pertanian.
Strategi percepatan adopsi dan inovasi adalah menggunakan kriteria-kriteria
sebagai berikut:

1. Traktor Roda dua tersebut Merupakan kebutuhan oleh adopter. Jika inovasi
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi khalayak sasaran sesuai
kebutuhan, maka khalayak sasaran akan dengan mudah menerima inovasi.
Para petani sangat perlu menggunakan traktor roda duaa tersebut, karena dapat
menghemat waktu tanam, hanya 6 hingga 7 jam per hektar lahan, dan biaya
tanam yang rendah. Tapi harga tertinggi 20 juta. Sangat Sulit bagi petani untuk
memiliki alat tersebut. Selama ini mereka baru menggunakan mesin traktor
roda dua dari kelompok tani yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten
Mandailing Natal.

2. Traktor roda dua telah membawa manfaat bagi pengadopsinya. Hal pertama
yang dilihat fasilitator target dalam mengadopsi inovasi adalah manfaat yang
akan didapat oleh pengadopsi. Mwirigi et al. (2009) mengemukakan bahwa
dalam proses diseminasi inovasi kepada pengadopsi harus dilakukan
penyesuaian sesuai dengan kondisi lingkungan pengadopsi, sehingga
pengadopsi dapat melihat manfaat dari inovasi tersebut. Pemakaian traktor
roda dua merupakan teknologi yang mempermudah petani dalam pengolahan
lahan sebelum penanaman dan banyak sekali memberikan keuntungan
terhadap petani dalan usaha taninya.
17

3. Traktor roda dua harus memiliki kesesuaian atau konsistensi, dan


konsistensi antara inovasi dengan kebiasaan, pengalaman dan nilai khalayak
sasaran menjadi tolak ukur dalam mengadopsi inovasi. Inovasi teknologi yang
diharapkan muncul adalah kelanjutan dari teknologi lama, teknologi harus
sejalan dengan penggunanya, dan teknologi tersebut memiliki hubungan sosial
budaya. Dalam menggunakan traktor roda dua petani yang berada di
Kabupaten Mandailing Natal masih kesulitan didalam pemakaiannya.

4. Penggunaan tarktor roda dua merupakan dari sumber daya yang ada.
Sumber daya di sekitar mereka mendukung penggunaan inovasi ini. Petani
tidak perlu mengubah kebiasaan dalam menggunakan tenaga kerja dalam
mengolah lahannya. Karena dalam pengolahan lahan yang mengemudikan
traktor roda dua merupakan tenaga kerja untuk mempercepat penanaman padi.

5. Traktor roda dua harus terjangkau secara finansial petani, sederhana,


sederhana dan mudah dibuktikan. Teknologi yang mudah digunakan menjadi
prioritas bagi khalayak sasaran untuk mengadopsi inovasi. Harga sebuah
traktor roda dua termasuklah mahal tetapi manfaatnya sangat besar bagi petani
dalam usaha taninya dan meningkatkan kesejahteraan petani.

6. Inovasi traktor roda dua mudah diamati, sehingga banyak pengadopsi dapat
menggunakannya dengan meniru prosedur penerapannya tanpa harus bertanya
kepada ahlinya. Oleh karena itu akan terjadi proses adopsi, sehingga jumlah
adopter akan bertambah. Petani yang menggunakan traktor roda dua akan
mengalami kesulitan saat menggunakannya karena berbeda dengan kegiatan
bertani mereka. Tapi mereka tetap mencoba menggunakannya.diakrenakan
traktor roda dua ini dapat megolah lahan pertanian dengan cepat tanpa
menunggu berhari-hari didalam pengolahannya. Menurut Musyafak dan
Ibrahim (2005), jika teknologi yang berhasil mudah diamati dan banyak petani
yang mudah ditiru tanpa bertanya kepada petani terkait, maka proses adopsi
akan terjadi dan jumlah petani yang diadopsi akan meningkat.
18

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh fasilitator dialam


mengkomunikasikan inovasi traktor roda dua adalah dengan menggunakan
media seprti televisi, brosur dan lain lain, selain dengan media fasilitator juga
mengkomunikasikan melalui kelompok dan masing masing individu petani
dikomunikasikan oleh fasilitator.

1. Strategi ini ditujukan kepada khalayak petani umum tanpa adanya hubungan
personal antara fasilitator dengan audien (Adam, 1988). Beberapa startegi
yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui TV, radio, koran,
pamflet, dan lain-lain. Diantara kelebihan startegi fasilitator dalam
menggunakan media massa adalah (a) mempunyai jangkauan sasaran luas, (b)
tidak terlalu bergantung pada infra struktur (jalan, sarana transportasi), (c)
biaya per kapita relatif murah jika dibandingkan dengan besarnya kelompok
sasaran.

2. Startegi ini ditujukan kepada kelompok tertentu dan memerlukan pertemuan


tatap muka antara fasilitator dengan para petani (Adam, 1988). Beberapa
strategi yang digunakan dalam metode ini antara lain ceramah, widyakarya,
diskusi kelompok, pelatihan, demontrasi/peragaan teknologi. Kelebihan
metode kelompok adalah (a) petani dapat berpartisipasi aktif, (b) umpan balik
dapat diperoleh secara langsung dari petani, (c) topik pembahasan langsung ke
permasalahan spesifik yang dihadapi petani lokal, (d) hasil akhir merupakan
kesepakatan dari berbagai pihak.
19

Tabel 2. Hasil Wawancara Terkait Strategi yang sudah Dilaksanakan

No. Startegi yang Dilaksanakan Fasilitator Sudah diterpakan/belum


diterapkan

1. Menggunakan Media Sudah Diterapkan

2. Mengkomunikasinnya didalam Kelompok Sudah Diterapkan

3. Mengkomunikasikan Kepada Individu- Sudah Diterpakan


Individu
20

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.       Peran komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pertanian traktor roda dua
sudah sangat berperan terhadap petani mulai dari mengubah pola pikir petani
dalam mengadopsi inovasi tersebut, kemudian komunikasi juga sangat berperan
dalam memberikan informasi yang terbaru dalam inovasi yang baru. Didalam
komunikasi juga merubah perilaku masyarakat dalam menggunakan inovasi.

2. Tingkat Adopsi Inovasi teknologi pertanian traktor roda dua di Kabupaten


Mandailing Natal tergologong sedang dalam pemakainnya dalam mengolah tanah
untuk usaha tani mereka.

3. Strategi dalam mengkomunikasikan traktor roda dua melalui pendekatan dan


memperhatikan sifat – sifat inovasi yang dihasilkan melalui kajian secara
konseptual. Selain dari strategi itu fasilitaor juga mengkomunikasikan kepada
petani melalui media massa dan berkolompok didalam penyampaiannya.

B. Saran
Saran didalam penulisan ini agar tingkat adopsi inovasi teknologi
pertanian traktor roda dua agar ditingkatkan lagi dan pemerintah juga harus lebih
lagi dalam mengkomunikasikan inovasi tersebut agar semua petani dapat
mengadopsi inovasi tersebut dan meningkatkan kesejahteraannya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Adjid, D. A. 2001. Membangun pertanian Modern. Pengembangan Sinar tani.


Jakarta.

Andriaty E, Setyorini E. 2012.Ketersediaan Sumber Informasi Teknologi


Pertanian di Beberapa Kabupaten di Jawa.
JurnalPerpustakaanPertanian21(1): 30-35.

Anuar, Rasyid. 2007. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah. Jurnal
Ilmu Komunikasi, Volume 1 No. 1

Cahyono. 2008. Efektivitas Komunikasi Partisipatif Dalam Pelaksanaan Prima


Tani Di KecamatanSungai Kakap Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.
Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol. 06 No.1.

Kreitner R,KinickiA. 2005. Perilaku Organisasi. Salemba empat, Jakarta.

Mariyah. 2009. Pengaruh Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat Terhadap


Pendapatan dan Efesiensi Usaha Tani Padi Sawah di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan, Vol. 6 No. 1,
Mei 2011

Mosher, A.T. 1970. Getting Agricultural Moving. New York: Praeger

Rangkuti. 2007. Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi


Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari,
Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat).
Bogor: Tesis Institut Pertanian Bogor.

Rogers, E. M. 1983. Diffusion Of Innovations Third Edition. New York: The Free

Rogers, E. M. dan Floyed, F. Shoemaker. 1971. Communication Of Innovations A


Cross Cultural Approach. New York: The Free Press

Rogers, E. M. dan Kincaid, D. L. 1981. Communication Network: Toward a New


Paradigm for research. London: The Free Press.

Sitompul, R. G. dkk. 1998. Traktor Roda Dua. Laboratorium Alat dan Mesin
Budidaya Pertanian. Bogor: FATETA IPB.

Soekartiwi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
22

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : CV Pustaka Setia.


23

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai