OLEH:
Penulis menyadari makalah bertema paradigma baru pertanian ini masih perlu
banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka
terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun
konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapatbermanfaat.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................. Ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
4
BAB III. METODA PENULISAN MAKALAH........................................
14
BAB IV. PEMBAHASAN………………....................................................
15
BAB V. PENUTUP.......................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
23
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
adalah salah satu tanaman pangan yang sangat penting dan strategis
kedudukannya sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok yaitu berupa
beras. Beras berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat banyak dan dapat
dijadikan sebagai alat politik. Jumlah penduduk yang semakin meningkat
menyebabkan kebutuhan akan beras pun semakin meningkat. Namun, produksi
padi cenderung stagnan bahkan menurun dan kondisi kesejahteraan petani itu
sendiri juga terus mengalami penurunan (Mariyah, 2008). Dari permasalahan
diatas Untuk meningkatkan pembangunan di Mandailing Natal perlu diberikan
pembelajaran melalui paradigma baru pertanian yang diberikan oleh penyuluh.
Mengingat adanya begitu banyak perubahan yang telah dan sedang terjadi
di ling-kungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat
daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan
pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang
situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian.
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip
penyuluhan tetapi untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul
dari situasi baru itu. Paradigma baru yang perlu diterapkan dalam menghadapi
tantangan-tantangan usaha tani di Mandailing Natal seperti 1. Jasa informasi, 2.
Lokalitas, 3. Beriorentasi Agribisnis dan sebagainya.
2
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal
masa orde baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian
orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi.
Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan
harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
4
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya
IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
5
Repelita II ini juga perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal
irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan
jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
6
mengikuti bimbingan dari para penyuluh pertanian yang disebut Intensifikasi
massal (Inmas) dan Bimbingan massal (Bimas). Bukan hanya lewat tatap muka,
tetapi juga disiarkan melalui radio dan televisi bahkan juga sejumlah media cetak
menyediakan halaman khusus untuk koran masuk desa dengan muatan materi
siaran yang khas pedesaan, membimbing petani. Hasilnya Indonesia berhasil
swasembada beras. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO
(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Hal ini merupakan
prestasi besar bagi Indonesia.
7
memberikan kontribusi penting terhadap penyediaan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan petani, mendorong pemerataan pendapatan dan pemerataan
kesempatan berusaha dan pelestarian sumber daya alam. Mengingat paradigma
pembangunan berkelanjutan berupaya memenuhi kebutuhan masa kini, tanpa
mengurangi kebutuhan generasi masa depan.
8
b) Program dan pelaksanaan pembangunan tidak berdasarkan batas administrasi
pemerintah (Provinsi/kabupaten/kecamatan), melainkan batas agroekologi.
c) Pewilayahan atau zonasi wilayah sasaran dalam satu kesatuan hamparan
(economy of scale).
d) Pembangunan pertanian menggunakan pendekatan sistem usaha tani.
e) Perhatian terhadap pelestarian sumber daya alam tanah, air dan sumberdaya
hayati serta keterkaitan antara daerah aliran sungai (DAS) hulu-tengah-hilir.
f) Penerapan prinsip KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergis) antara
instansi yang berwenang.
g) Penerapan hukum secara konsekuen.
9
Dengan adanya konsep strategi Agricultural-demand-led industrialization (ADLI),
Proses pembangunan industri didasari atas teknologi padat karya dengan sektor
pertanian sebagai sektor pemimpin yang akan menciptakan pertumbuhan seiring
dengan perluasaan kesempatan kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan
pendapatan petani.
(a) Munculnya kawasan Asia Pasifik sebagai kekuatan ekonomi baru yang
potensial bagi pemasaran produk pertanian Indonesia,
(b) Adanya penurunan peranan beberapa negara produsen pertanian pesaing
Indonesia yang berartimeningkatkan kapasitas kompetitif Indonesia,
10
(c) Adanya kemungkinan penurunan proteksi baik yang dilakukan oleh negara-
negara majumaupun oleh negara-negara berkembang sehingga akan memperluas
pasar ekspor komoditi pertanian Indonesia,
(d) Masih adanya kesempatan untuk meningkatkan produksi melalui pemanfaatan
IPTEK, perluasan areal tanam, dan peningkatan indeks pertanaman,
(e) Tersedianya plasma nutfah untuk sumber perbaikan varietas, baik untuk lahan
subur maupun lahan marginal,
(f) Iklim Indonesia yang tropis memberikan kesempatan untuk mengusahakan
berbagai tanaman sepanjang tahun,
(g)Ekosistem yang beragam antardaerah dengan keunggulan komoditi
setempatnya dapat menghasilkan berbagai produk untuk perdagangan antardaerah,
(h) Penekanan kehilangan hasil dan peningkatan mutunya melalui perbaikan
teknologi pascapanen dan pendekatan pemuliaan tanaman,
(i) adanya kemauan politik pemerintah untuk memperbaiki kinerja pertanian,
(j) Penggunaan produk pertanian yang semakin beragam, yakni untuk pangan
manusia dan bahan baku industri dan pakan ternak.
Sumber daya pertanian seperti lahan dan air menjadi suatu yang sangat
penting dalam pertanian karena konversi lahan secara besar-besaran menyebabkan
lahan produktif di Indonesia menjadi berkurang sedangkan air menjadi sangat
sulit saat ini ketika industri-industri membutuhkan air dengan jumlah yang begitu
besar sehingga perlu upaya dari pemerintah untuk membuat regulasi yang adil
terhadap kedua sumberdaya tersebut.
11
taninya. Pada saat ini bukan lagi hanya terkait dengan kebutuhan pertanian, tetapi
telah menjadi kebutuhan atau milik sektor perekonomian yang ada di negara kita.
Bertambahnya peminat yang ingin memanfaatkan air mendorong terjadinya
persaingan. Umumnya sektor pertanian menjadi sektor yang relatif lemah dalam
kancah persaingan tersebut, birokrasi umumnya melihat industri lebih maju dari
agraris sehingga mendapat prioritas untuk mendapatkan hak atas air.
Terkait dengan akses terhadap bibit, seperti halnya air, bibit merupakan salah
satu sarana produksi utama dalam produksi pertanian. Petani semestinya
memperoleh akses bibit yang murah, hal ini dapat dicapai bila pemerintah
memberikan kembali hak kepada petani untuk memproduksi bibit bagi
kepentingan komunitas pertanian mereka. Departemen Pertanian hendaknya
melakukan penelitian bersama petani di lapangan atau di lahan petani dan dapat
difokuskan dalam program penangkaran benih desa yang dapat mendukung
otonomi petani dalam menyediakan bibit. Kedua, masalah pertanian tersebut
berkaitan dengan masalah kedua, yakni bagaimana membangun suatu pertanian
yang dapat menjamin adanya suatu sistim ketahanan pangan baginegara-negara
yang sedang berkembang. Ketiga, bagaimana kita dapat melindungi dan
memanfaatkan kekayaan alam yang berupa plasma nuftah yang dimiliki oleh
negara-negara sedang berkembang, tidak hanya untuk kepentingan pembangunan
sektor pertanian, tetapi juga sektor-sektor yang lain dalam perekonomian nasional
negara-negara tersebut, demi kesejahteraan rakyat.
12
Sejak akhir tahun 1980’an kajian dan diskusi untuk merumuskan
konseppembangunan bekelanjutan yang operasional dan diterima secara universal
terus berlanjut. Pezzy (1992) mencatat, 27 definisi konsep berkelanjutan dan
pembangunan berkelanjutan, dan tentunya masih ada Banyak lagi yang luput dari
catatan tersebut. Walau banyak variasi definisi pembangunan
berkelanjutan,termasuk pertanian berkelanjutan, yang diterima secara luas ialah
yang bertumpupada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi (Munasinghe, 1993).
13
BAB III
Alat yang digunakan dalam penulisan makalah ini Laptop, Alat tulis, Handphone.
Bahan yang digunakan dalam penulisan makalah ini jurnal jurnal tentang
penyuluhan, laporan dari penyuluh di Kabupaten Mandailing Natal.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Mengingat adanya begitu banyak perubahan yang telah dan sedang terjadi di
ling-kungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat
daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan
pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang
situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian.
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip
penyuluhan tetapi untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul
dari situasi baru itu. Slamet (2001) mengajukan sembilan ciri paradigma baru
dalam penyuluhan. Menurutnya, paradigma baru yang dikembangkan bukan untuk
mengubah prinsip-prinsip, tetapi diperlukan untuk lebih mampu merespon
tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi. Paradigma baru itu mencakup
sebagai berikut:
1. Jasa Informasi.
Bertani adalah profesi para petani, dalam keadaan bagaimanapun petani akan
tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan selalu berusaha dapat bertani dengan
lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu yang mereka perlukan adalah informasi
baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya. Apakah itu informasi
baru tentang teknologi budidaya pertanian, tentang sarana-sarana produksi,
permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan dan ancaman hama dan penyakit,
berbagai alternatif usahatani lain, dan lain sebagainya. Informasi adalah bahan
mentah untuk menjadi pengetahuan, dan pengetahuan itu sangat diperlukan untuk
bisa mempertahankan hidupnya, apalagi untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Dunia petani tidak lagi sebatas desanya, tetapi sudah meluas ke semua daerah di
negaranya bahkan ke manca negara. Oleh karena itu para petani juga semakin
memerlukan informasi tentang dunianya yang semakin luas itu. Kalau
kebutuhannya akan berbagai macam informasi itu tidak terpenuhi maka itu berarti
15
para petani itu terkendala untuk maju. Penyuluhan pertanian seyogyanya dapat
berfungsi melayani kebutuhan informasi para petani itu.
2. Lokalitas.
Akibat dari adanya desentralisasi dan kemudian otonomi daerah, penyuluhan
pertanian harus lebih memusatkan perhatian pada kebutuhan pertanian dan petani
di daerah kerjanya masing-masing. Ekosistem daerah kerjanya harus dikuasai
dengan baik secara rinci, ciri-ciri lahan dan iklim di daerahnya harus dikuasai
dengan baik, informasi-informasi yang disediakan haruslah yang sesuai dengan
kondisi daerahnya, teknologi yang dianjurkan haruslah teknologi yang sudah
dicoba dan berhasil baik di daerah yang bersang-kutan, pokoknya semua
informasi dan anjuran harus yang benar-benar sesuai dengan kondisi daerah dan
ini diketahui karena sudah melalui ujicoba setempat.
3. Berorientasi agribisnis.
Usahatani adalah bisnis, karena semua petani melakukan usahatani dengan
motif mendapatkan keuntungan. Kebutuhan keluarga petani pada saat ini telah
sangat berkembang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Hampir semua
kebutuhan perlu dibeli ataupun dibayar dengan uang. Kebutuhan keluarga ini akan
terus berkembang seiring dengan meningkatnya taraf kehidupan mereka, se-
hingga para petani memerlukan pendapatan yang semakin banyak dari usaha-
taninya. Untuk mendapatkan itu para petani perlu mengadopsi prinsip-prinsip
agribisnis agar mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari hasil
usahataninya. Penyuluhan dimasa lalu lebih menekankan perlunya meningkatkan
produksi usahatani, dan kurang memperhatikan pendapatan atau keuntungan .
Oleh karena itu di masa depan penyuluhan pertanian harus berorientasi agribisnis,
memperhatikan dan memperhitungkan dengan baik masalah pendapatan dan
keuntungan itu.
16
4. Pendekatan Kelompok .
Pendekatan kelompok ini disarankan bukan hanya karena pendekatan ini lebih
efisien, tetapi karena pendekatan itu mempunyai konsekuensi dibentuknya
kelompok-kelompok tani, dan terjadinya interaksi antar petani dalam wadah
kelompok-kelompok itu.Terjadinya interaksi antar petani dalam kelompok-
kelompok itu sangat penting sebab itu merupakan forum komunikasi yang
demokratis di tingkat akar rumput (grass root). Forum kelompok itu merupakan
forum belajar sekaligus forum pengambilan keputusan untuk memperbaiki nasib
mereka sendiri. Melalui forum-forum semacam itulah pemberdayaan
ditumbuhkan yang akan berlanjut pada tumbuh dan berkembangnya kemandirian
rakyat petani, dan tidak menggantungkan nasib dirinya pada orang lain, yaitu
penyuluh sebagai aparat pemerintah. Melalui kelompok-kelompok itu
kepemimpinan di kalangan petani juga akan tumbuh dan berkembang dengan baik
melalui pembinaan penyuluh per-tanian.
6.Pendekatan humanistik-egaliter.
Agar berhasil baik penyuluhan pertanian harus disajikan kepada petani dengan
menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan
diperlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang
memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri,
17
dan martabat. Mereka harus dihargai sebagaimana layaknya orang lain yang
sejajar dengan diri penyuluh.
7. Profesionalisme
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas atau pertanggung-jawaban, maksudnya setiap hal yang dila-
kukan dalam rangka penyuluhan pertanian harus difikirkan, direncanakan, dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar proses dan hasilnya dapat dipertang-
gung-jawabkan. Sistem pertanggung-jawaban itu harus ada dan mengandung
konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi penyuluh-penyuluh yang bersangkutan,
apakah itu berupa konsekuensi positif (penghargaan) ataupun negatif (hukuman).
9. Memuaskan Petani
Apapun yang dilakukan dalam penyuluhan pertanian haruslah membuah-kan
rasa puas pada para petani yang bersangkutan dan bukan sebaliknya kekece-waan.
Petani akan merasa puas bila penyuluhan itu memenuhi sebagian ataupun semua
18
kebutuhan dan harapan petani. Ini berarti kegiatan penyuluhan haruslah di-
rencanakan untuk memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhan dan harapan
petani. Sebagian besar prinsip yang telah dikemukakan di atas sebenarnya bisa
diartikan untuk memuaskan petani juga, tetapi rangkuman dari semua prinsip itu
haruslah tetap bernuansa memuaskan petani. Karena itulah prinsip memuaskan
petani itu dikemukakan di sini sebagai prinsip tersendiri.
Berbagai ahli dan lembaga memberikan berbagai definisi tentang falsafah
dan prinsip penyuluhan pertanian. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di
atas, dapat ditarik suatu hal yang mendasar falsafah dan prinsip penyuluhan
pertanian, yaitu falsafah penyuluhan pertanian merupakan landasan atau dasar-
dasar pemikiran dalam penyuluhan, sebagai pengarah dan pedoman dalam
memberikan kegiatan penyuluhan dengan benar. Beberapa paradigma baru
penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut: (1) Jasa Informasi, (2) lokalisasi, (3)
Berorientasi Agribisnis, (4) Pendekatan kelompok, (5) Fokus Pada Kepentingan
petani, (6) Pendekatan humanistik, (7) Profesionalisme, (8) Akuntabilitas , (9)
memuaskan petani. Sedangkan 6 Falsafah Pendidikan yg dikembangkan dalam
falsafah penyuluhan, sebagai berikut:
1. Falsafah mendidik
2. Falsafah demokrasi
3. Falsafah pentingnya individu
4. Falsafah Membantu diri sendiri
5. Falsafah kerjasama
6. Falsafah Kontinu (terus menerus)
19
B. Penerapan Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Terhadap Usaha Tani di
Kabupaten Mnadailing Natal
Penerapan paradigma baru di Kabupaten Mandailing Natal belum
semuanya terjalankan hanya sebagian dari paradigma baru tersebut yang sudah
dijalankan antara lain paradigma yang sudah banyak di laksanakan jasa informasi
menurut penyuluh informasi yang diberikan tentang usaha tani sudah banyak
sekali diberikan kepada petani melalui brosur dan melalui penyuluhan juga sudah
diberikan informasi lewat facebok juga sudah diberikan untuk informasi usaha
tani mereka yang kedua pendekatan kelompok sudah dilaksanakan di Kabupaten
Mandailing Natal tetapi masih sebagian daerah yang adanya pendekatan
kelompok oleh penyuluh kepada petani yang ketiga penyuluh sudah fokus kepada
permasalahan ataupun kepentingan petani yang ada di daearh ini. Adapun
paradigma baru yang belum terlaksana orientasi agribisnis dikarenakan masih
banyak penyuluh yang belum mengerti tentang pengelolaan agribisnis
dikarenakan penyuluh hanya tammatan smk pertanian yang kedua pendekatan
belum adanya pendekatan humanitik egaliter dari penyuluh terhadap petani.
20
5. Terbatasnya akses Pelaku Agribisnis terutama Pelaku Utama kepada
Lembaga Keuangan dalam mendukung permodalan, teknologi dan
informasi pasar.
6. Umumnya pelaksanaan program-program sektor pertanian (daerah dan
nasional) masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dan terlaksana
secara berkesinambungan.
7. Umumnya perencanaan program belum bersifat bottom-upakibat masih
rendahnya partisipasi masyarakat lapisan bawah (grass root) dalam
perencanaan dan rendahnya kualitas penyuluh dalam menyusun
perencanaan yang partisipatif sesuai dengan kebutuhan spesifik lokal.
8. Masih rendahnya daya dukung teknologi dan informasi dalam penentuan
komoditi unggulan setempat.
9. Masih minimnya anggaran yang tersedia sehingga pencapaian tujuan dan
sasaran penyuluhan juga masih rendah.
10. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dalam penyelenggaraan
penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006.
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Yustina, Ida dan Sudrajat, Adjat (Penyt.), 2003, Membentuk Pola Perilaku
Manusia Pembangunan : Didedikasikan Kepada Prof. Dr. H.R. Margono
Slamet, IPB Press : Bogor.
23