Disusun Oleh:
DEDE SANWANI
Program ini tidak akan dapat berjalan tanpa adanya kerjasama seluruh
pihak terkait. Bagaimanapun, petani adalah pelaksana utama program ini. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya kita memberikan apresiasi yang besar kepada para
petani. dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman pangan ini, masyarakat
petani perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi daripada sebelumnya.
bantuan-bantuan dari pemerintah terhadap para petani yang bersungguh-sungguh
mengikuti program pmerintah perlu diberikan dan dipastikan agar dapat sampai
tepat waktu, kondisi, dan sasaran.
Penyusunan Laporan Tahun 2016 Ini adalah salah satu tugas Mantri Tani
Desa (MTD) yang harus dilakukan sebagai bukti telah melaksanakan
Penyelenggaraan Mantri Tani Desa Dengan agenda , rencana dan hasil yang
diperoleh termasuk pemecahan masalah yang dihadapai
i
PEMERINTAH KABUPATENLEBAK
KECAMATAN SOBANG
KANTOR KEPALA DESA MAJASARI
Alamat : Jl. Raya Cipanas Warungbanten Km.22 Ds. Majasari Kec. Sobang 42365
KATA PENGANTAR………………………………………….................... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR……………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………… 1
2. Tujuan……………………………………………………………… 1
3. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
BAB II RENCANA KERJA PENDAMPINGAN DAN PELAKSANAAN
1. Perencanaan ……………………………………………………….. 3
2. Komunikasi Dan Koordinasi………………………………………. 3
3. Identifikasi Potensi Wilayah………………………………………. 5
4. Kondisi Geografis…………………………………………………. 6
5. Gambaran Umum Demografis…………………………………….. 8
6. Penguatan Kelompok Tani………………………………………… 8
7. Pelaksanaan Program Pendampingan……………………………… 10
8. Penyediaan Alsintan……………………………………………….. 11
9. Penyediaan Dan Penggunaan Benih Unggul………………………. 12
BAB III PENUTUP
1. Keimpulan…………………………………………………………. 15
2. Saran ……………………………………………………………… 15
Lampiran Lampiran
Lampiran 1 Rencana Kerja Tahunan………………………………………. 16
Lampiran 2 Daftar Table…………………………………………………… 18
Lampiran 3 Laporan Angka Tanam……………………………………….. 24
Lampiran 4 Tabel Laporan Hasil Kegiatan ……………………………….. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Pangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012
menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan
berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan
pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Dalam rangka mencapai ketahanan pangan tersebut, negara harus mandiri
dan berdaulat dalam menentukan kebijakan pangannya sesuai dengan sumber
daya yang dimilikinya. Sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dan ketahanan
pangan tersebut, Kementerian Pertanian menjabarkan melalui kebijakan
pembangunan pertanian dalam program “swasembada padi, jagung dan kedelai”.
Kegiatan tersebut dapat terimplementasi dengan bantuan tenaga
pendamping yang berpartisipasi aktif dalam membantu peningkatan kinerja
penyuluh pertanian di daerah yang berpotensi sebagai penyedia pangan nasional.
Oleh karena itu, peningkatan produksi pangan di daerah tersebut dilakukan
dengan proram-program yang mendukung tercapainya swasembada padi, jagung
dan kedelai tahun 2016. Salah satu daerah yang memiliki potensi tersebut adalah
Kabupaten Lebak Dengan mendirikan Mantri Tani Desa (MTD).
2. Tujuan
a. Memberikan petunjuk dan acuan pelaksanaan pengawalan dan
pendampingan secara terpadu upaya khusus peningkatan produksi
padi, jagung, dan kedelai
b. Memberikan pengetahuan cara bercocok tanam yang lebih baik dan
optimal terhadap pencapaiaan yang di harapkan.
c. Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian, dan Mantri Tani Desa
(MTD). dalam melakukan pengawalan dan pendampingan secara
terpadu kepada para petani dalam upaya pencapaian swasembada
secara berkelanjutan
d. Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam pencapaian
swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai
3. Rumusan masalah
a. Keterlibatan bercocok tanam jarwo yang rumit terhadap petani
b. Petani hanya melakukan bertanam sesuai keinginan sendiri tanpa
didasari rasa ingin tau terhadap peningkatan produktivitas
c. Petani hanya dapat menghasilkan produksi sendiri tanpa ingin untung
lebih
d. Petani hanya igin mengandalkan bantuan atau pemberian pemerintah
tapi tidak untuk di pergunakan sebagai mana mestinya.
e. Lahan untuk bertanama hanya terbatas
BAB II
RENCANA KERJA PENDAMPINGAN DAN PELAKSANAAN
1. Perencanaan
Rencana kerja pendampingan disusun oleh Mantri Tani Desa ( MTD)
untuk melakukan pendampingan Berkelanjutan. Beberapa aspek dalam rencana
pendampingan diantaranya adalah:
1. Memantau ketetapan penyaluran bantuan pemerintah kepada kelompok
sasaran;
2. Mengupayakan peningkatan efektivitas pemanfaatan bantuan pemerintah
untuk meningkatkan produktivitas dan produksi;
3. Mengupayakan tatacara bertanam padi secara jajar legowo
4. Pemberdayaan kelembagaan petani melalui penguatan kelompok tani;
5. Membantu penyuluh pertanian dalam mendorong proses inovasi dan difusi
teknologi;
6. Membantu penyuluh pertanian dalam membangun koordinasi dan
komunikasi antar stakeholder untuk mengatasi berbagai kesenjangan;
7. Bersama penyuluh pertanian melakukan Identifikasi Potensi Wilayah
(IPW);
8. Pengembangan jejaring dan kemitraan usaha; dan
9. Pengolahan data dan pelaporan hasil.
Tujuan rencana kerja Mantri Tani Desa ( MTD) adalah untuk memandu
aktivitas Petani selama penanaman berkelanjuatan dilokasi, sehingga pelaksanaan
Mantri Tani Desa ( MTD) dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.
Penduduk
No Kampung Laki-laki Perempuan Jumlah Keterangan
Penggunaan benih ciherang ini ternyata tidak cocok digunakan pada masa
Gaduh atau pada saat curah hujan yang tinggi, pernyataan ini diperkuat dengan
hasil pengamatan POPT dan penyuluh pertanian dan Mantri Tani Desa ( MTD
) bahwa padi ciherang memiliki batang yang mudah busuk jika tergenang air
berlebihan. Banjir yang melanda area sawah di kelompok hanoman, giri harja,sri
mukti, dan citra tani mengakibatkan banyak yang gagal panen.
Bantuan bibit ini berupa bibit yang dialokasikan e klompok tani yang ditentukan
Gapoktan/Poktan setempat. Bantuan penyuluhan dan pemberian materi yang
berkenaan dengan pemilihan jenis padi sangat penting dilakukan menginggat
sebagian besar petani di desa majasari tidak memiliki latar belakang pendidikan
yang mendukung.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Laporan ini merupakan hasil dari pelaksanaan mantra tani desa dengan
cara anjangsono,praktek dan dan kunjungan. Selama satu tahun dan sebagai bahan
bukti bahwa telah melaksanakan tugas yang diberikan oleh pemerintah.
Pada dasarnya mantra tani desa ini membantu dan membina gapoktan,poktan dan
para petani pada perilaku yang modern tidak hanya berprilaku sewena wena.
Namun pada hakikatnya petani juga sadar bahwa yang mereka lakukan belum
sempurna tanpa didassari ilmu sehinnnga kehadiran mantra tani desa ini
mendorong dan memotifasi para petani di ilayah desa majasari ataupun wilayah
binaannya
Pada system pelaksanaan mantra tani desa juga berupaya meningkatkan
produktivitas pertanian khususnya daerh desa majasari umumnyya kecamtan
sobang dan kabupaten lebak untuk mencapai target yang diinginkan dan
alhamdulilah apa yang diharapkan akhirnyya mencapai target sesui pelaturan
daerah kabupaten lebak.
2. Saran
Mantra tani desa mengharapkan kritikan dan saran dari para pelaku utama untuk
mendorong dan menginovasi agar bekerja lebih giat lagi. Mantra tani juga sadar
bahwa tiada kesempurnaan tanpa didasasri dari hati yang iklas menerima kritikan
dan saran khususnya para pelaku pembaca pada laporan ini.
Lampiran 1, Daftar Tabel
A. Data Kelembagaan
Jumlah Kelompok Tani Jumlah Kelompok Tani Jumlah Kelompok Tani
Jumlah Kelompok Tani Dewasa Tani Wanita Taruna Tani
No Nama Desa
Tani
Jlm Kel. Jumlah Jumlah
Jlm Kel. Tani Jumlah Anggota Jlm Kel. Tani
Tani Anggota Anggota
1 MAJASARI 9 9 225 1 25 - -
Jumlah 9 9 225 1 25 - -
1 MAJASARI Maja Karya Ujang Fahrudin Jedril M 250 Padi Sawah 159 822
D. Kepemilikan Alsintan
Kepemilikan
No Nama Desa Jumlah Huller Jumlah Sprayer Motor/Proper Sprayer Traktor
Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik
Petani Dinas Swasta Petani Dinas Swasta Petani Dinas Swasta Petani Dinas Swasta
1 MAJASARI 5 - - 7 - - - - - 5 - -
Jumlah 5 - - 7 - - - - - 5 -
-
E. Produksi Usaha Tani
Biaya
Jenis Tanaman Luas Harga Rata-Rata Prodddddks Jumla
Produksi Rata-rata Keteranga
No Nama Desa Produksi Waktu i Rata-rata h
Tan. Hortikultur Perkebuna Tanama Panen Tiap Ha (Kw) n
Panen/Kw (Rp) Tiap Ha Petani
Pangan a n n (Ha) (Ha) (Ha)
Padi
1 MAJASARI Pisang Manggis - 25 520 4000 1.700.000 794
Sawah
1 MAJASARI Padi Sawah 151 3.775 30.200 - 7.550 - - April - Juli 2016
September-
2 MAJASARI Padi Sawah 151 3.775 30.200 - 7.550 - -
November
PELAKSANAAN KEGIATAN
Program Program ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juni hingga 20 Agustus 2015 di Desa
Sumber Lor dan Desa Kudukeras, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon.
Macam Kegiatan
Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) hanya terdapat di wilayah Desa Sumber
Lor sedangkan Desa Kudukeras tidak ada kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier
(RJIT). Jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi sepanjang 408,96 meter dapat mengairi 48
Ha sawah. Permasalahan lain terkait pasokan air adalah ketersediaan air irigasi yang sangat
terbatas saat musim kemarau sehingga rawan kekeringan.
2. Penyediaan Alat dan Mesin (Alsintan)
Tempat : Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras Kec. Babakan Cirebon
Jumlah keseluruhan alat dan mesin pertanian di Desa Sumber Lor adalah hand traktor
sebanyak 30 buah, pompa air sebanyak 30 buah, power tresher sebanyak 1 buah, pedal tresher
1 buah, dan power sprayer 2 buah. Sedangkan jumlah keseluruhan alat dan mesin pertanian di
Desa Kudukeras adalah hand traktor sebanyak 10 buah dan pompa Air 50 buah. Jumlah ini
mencakup baik dari milik pribadi petani maupun bantuan pemerintah.
Penyediaan dan penggunaan benih unggul di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras berupa
benih padi varietas unggul untuk musim tanam satu (MT 1). Tahun 2015 ini rencananya
bantuan benih akan diberikan kepada kelompok tani Sumber Rejeki I, Sumber Rejeki II, dan
Sumber Rejeki III Desa Sumber Lor serta kelompok tani Tani Mulya I dan Tani Mulya II
Desa Kudukeras. Bantuan benih yang akan diberikan tersebut berupa benih padi varietas
Mekongga sebanyak 625 kg untuk setiap kelompok tani dan digunakan untuk penanaman
bulan November 2015.
Selama ini penyaluran bantuan benih dari pemerintah sudah tepat waktu karena diberikan ke
masing-masing kelompok tani sebelum petani mulai menyemai benih. Bantuan benih unggul
yang diberikan juga selalu digunakan oleh petani karena dapat menurunkan biaya produksi.
Permasalahan lainnya adalah tidak adanya bantuan benih untuk musim tanam dua (MT 2),
kuantitas bantua benih yang masih kurang sehingga penyediaannya harus digilir antar
kelompok tani setiap tahunnya dan terkadang varietas serta kualitas benih masih belum sesuai
dengan keinginan dari petani.
Penyediaan dan penggunaan pupuk berimbang dilakukan dengan pemberian bantuan Pupuk
Organik kepada kelompok tani secara bergilir setiap tahunnya. Pada tahun 2014 bantuan
Pupuk Organik yang diberikan sebanyak 6,000 kg untuk kelompok tani Sumber Rejeki III
Desa Sumber Lor yang digunakan untuk musim tanam 1 (MT 1). Permasalan yang terjadi
adalah penggunaan bantuan yang kurang tepat oleh petani yaitu Pupuk Organik yang
seharusnya digunakan sebagai pupuk dasar padi lebih sering digunakan sebagai penutup benih
saat menanam jagung manis.
Kalender Tanam (KATAM) telah disosialisasikan oleh petugas penyuluh lapangan (PPL) ke
seluruh petani yang ada di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras dan sebagian besar petani
telah menerapkannya. KATAM untuk Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras adalah
November – Maret untuk musim tanam 1 atau rendengan dan bulan April – Agustus untuk
musim tanam 2.
Program GPPTT dilaksanakan di Desa Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras pada Bulan
November tahun 2014 namun masih dengan nama SLPTT. Program yang dilaksanakan di
kedua desa tersebut masing-masing dengan luas tanam dan luas panen 50 Ha. Provitas yang
dicapai di Desa Sumber Lor adalah 7,39 ton/ha dan di Desa Kudukeras adalah 7,08 ton/ha.
Program Perluasan Areal Tanam (PAT) jagung dan kedelai tidak dilaksanakan baik di Desa
Sumber Lor maupun Desa Kudukeras dan secara umum di Kecamatan Babakan tidak ada
program PAT jagung dan kedelai.
Waktu : -
Program POL tidak dilaksanakan di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras namun di
Kecamatan Babakan program POL dilaksanakan di Desa Gembongan.
Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan
Babakan Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Babakan termasuk kedalam
kategori dataran rendah karena berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara.
Secara umum kegiatan ekonomi utama masyarakat di Desa Sumber Lor adalah petani,
sedangkan masyarakat Desa Kudukeras adalah wirausaha. Jumlah petani di Desa Sumber Lor
adalah 2043 KK dengan luas lahan sawah seluas 116 Ha yang keseluruhannya berupa lahan
sawah irigasi teknis. Banyaknya jumlah petani di Desa Sumber Lor menyebabkan masyarakat
petani Desa Sumber Lor mempunyai lahan pertanian yang tersebar hingga ke wilayah desa
lain. Jumlah petani di Desa Kudukeras adalah 845 KK dengan luas lahan sawah seluas 96 Ha
yang terdiri dari 79 Ha sawah irigasi teknis dan 17 Ha sawah irigasi setengah teknis.
Berdasarkan kondisi fisik, sosial budaya, dan ekonomi kedua desa tersebut sesuai unyuk
kegiatan pengembangan di bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena keberadaan hamparan
lahan pertanian yang mendominasi keruangan Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras.
Kegiatan pertanian di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras didominasi oleh pertanian
beberapa komoditas tanaman yaitu padi, jagung manis, bawang merah, dan tebu. Hal ini
disebabkan oleh kondisi topografi kedua desa tersebut yang teletak di dataran rendah.
Komoditas–komoditas tersebut dikembangkan hampir di tiap-tiap blok lahan sawah kedua
desa tersebut. Dalam bidang peternakan, jenis ternak banyak diusahakan oleh masyarakat
antara lain adalah sapi, kerbau, domba, serta unggas.
Produktivitas padi di Desa Summber Lor dan Desa Kudukeras secara umum telah tergolong
cukup tinggi. Rata–rata produktivitas padi sawah di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras
adalah lebih dari 6 ton/Ha. Berdasarkan wawancara dengan petani varietas yang sebagian
besar digunakan oleh para petani adalah varietas Ciherang dan Mekongga. Untuk padi
varietas IR 64 telah jarang digunakan oleh petani setempat karena dianggap lebih rentan
terhadap hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens). Pola tanam yang biasa digunakan
oleh petani di Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras adalah padi-padi-jagung manis. Namun
pada saat musim kemarau ini semakin banyak petani yang lebih memilih untuk memberakan
lahannya untuk menunggu musim tanam padi di musim penghujan karena kendala kekeringan
yang sering melanda saat musim kemarau.
Gambar 1. Lahan jagung manis setelah padi
Gambar 4. Salah satu petani yang mengalami kerugian akibat hama wereng
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap
cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu
bahkan mati. Nimfa dan imago menusukkan alat mulutnya yang berbentuk jarum ke dalam
jaringan tanaman dan mengisap cairan dari bagian floem. Pada keadaan populasi wereng yang
tinggi, serangan menyebabkan tanaman padi mengering seperti terbakar yang disebut
hopperburn. Sawah yang menjelang panen dapat mengalami hopperburn bila dijumpai 400-
500 nimfa per rumpun. Penyebab dedakan wereng batang cokelat umumnya terkait dengan
penaman padi yang terus menerus dan tidak serentak, pemupukan yang berlebihan, serta
Gambar 5. Perbandingan antara tanaman yang sehat dengan yang terserang WBC
Umumnya petani melakukan tindakan pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan
pestisida yang banyak tersedia di kios pertanian setempat. Permasalahan yang terjadi adalah
seringkali hama wereng batang coklat bersifat resisten terhadap berbagai insektisida, sehingga
para petani biasa memberikan dosis insektisida yang berlipat ganda bahkan dengan
mengoplos beberapa merk dagang insektisida sekaligus. Permasalahan lain yang dijumpai di
lapangan adalah masih kurangnya pemahaman petani mengenai prinsip 6 Tepat aplikasi
pestisida yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat sasaran, tepat cara, tepat waktu, dan tepat mutu
sehingga tindakan pengendalian menjadi kurang efektif. Hal ini terus diupayakan solusinya
oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL) dan Petugas Organisme Pengganggu Tumbuhan
(POPT) setempat dengan melakukan penyuluhan secara intensif.
Gambar 5. Penyuluhan lapang bersama petani, mahasiswa, PPL dan POPT
Berdasarkan pengamatan dari segi teknologi budidaya, baik petani di Desa Sumber Lor dan
Desa Kudukeras telah banyak yang mulai menerapkan sistem tanam jajar legowo. Sistem
tanam jajar legowo yang sering digunakan adalah jajar legowo 2:1 dan 4:1. Manfaat
penggunaan sistem jajar legowo sangat dirasakan oleh petani antara lain adalah meningkatnya
produktivitas padi, kemudahan dalam pemupukan dan penyemprotan pestisida. Permasalan
yang dihadapi dalam penerapan teknik jajar legowo ini adalah masih sulitnya mencari buruh
tanam yang mau menanam dengan sistem jajar legowo karena buruh jasa tanam yang lebih
menyukai teknik tanam konvensional (persegi).
Gambar 7. Contoh lahan petani dengan istem jajar legowo
Introduksi teknologi budidaya lain yang masih kurang mendapat tanggapan positif dari petani
adalah pengembalian jerami ke lahan. Petani lebih sering membakar jerami sisa panen mereka
sehingga pembakaran jerami setelah panen merupakan kebiasaan umum dari petani baik di
Desa Sumber Lor dan Desa Kudukeras.
Bantuan lain yang terkait dengan sarana irigasi lainnya adalah bantuan irigasi tanah dangkal
atau lebih dikenal oleh petani sebagai sumur pantek. Pada tahun 2014 Desa Sumber Lor
medapat bantuan sebanyak 2 buah sumur pantek yang diberikan kepada Kelompok Tani
Sumber Rejeki I dengan lokasi Blok Bleng Desa Sumber Lor. Pada tahun 2015 ini bantuan
sumur pantek diberikan kepada Desa Kudukeras sebanyak 1 buah melalui Kelompok Tani
Tani Mulya II. Bantuan irigasi tanah dangkal ini sangat bermanfaat bagi petani khususnya
dalam menghadapi musim kemarau sehingga petani tetap daat mengusahakan lahannya,
namun dari segi jumlah dirasa masih kurang mencukupi.
Hal yang hampir serupa juga dialami di wilayah Blok Bleng yang hanya mengandalkan 1
buah pompa besar untuk menaikkan air. Pompa air tersebut telah ada sejak tahun 2010, saat
ini kondisinya sudah tua sehingga perlu diertimbangkan untuk pengadaan pompa air besar
yang baru. Berbeda dengan wilayah Blok Prigi, di wilayah Blok Bleng telah memiliki
jembatan air sehingga pasokan air irigasinya lebih baik, disamping luas lahannya yang tidak
seluas wilayah Blok Prigi dan telah terdapat bantuan sumur pantek.
Gambar 16. Blok Bleng Desa Sumber Lor
Menurut hasil wawancara dengan para ketua kelompok tani dan PPL serta hasil survey
langsung di lapangan perlu adanya penambahan alsintan karena penambahan bantuan alsintan
ini akan memperlancar kegiatan produksi petani di sawah dan tidak adanya keterlambatan
penanaman yang disebabkan penggunaan alsintan saling bergantian dengan petani lainnya.
Selain itu perlu adanya bantuan mesin pemanen baik itu treasher maupun combine harvester
untuk memperkenalkan teknologi mekanisasi pemanenan kepada para petani sehingga dapat
memperkenalkan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi pemanenan dan menekan
kehilangan hasil saat panen. Hal ini mengingat sebagian besar petani masih menerapkan
sistem panen atas pada padi yang mempunyai potensi kehilangan hasil cukup besar.
Permasalahan yang terkait dengan penyedian bantuan benih unggul adalah tidak adanya
bantuan benih untuk musim tanam dua (MT 2), dan terkadang varietas serta kualitas benih
kadang-kadang masih belum sesuai dengan keinginan dari petani. Menurut kondisi di
lapangan sebaiknya bantuan benih padi tidak hanya diberikan saat MT 1 saja namun juga MT
2, dengan varietas IR 64 karena karakteristik padi IR 64 yan umurnya lebih pendek sehingga
dapat mempercepat pemanenan dan menghindari resiko kekeringan saat kemarau panjang.
Kualitas benih bantuan juga sebaiknya lebih ditingkatkan misalnya dengan pemberian
bantuan benih hasil produksi pabrik Sang Hyang Seri.
Bantuan pupuk anorganik seperti Urea, NPK, dan SP 36 hanya diberikan terbatas pada lahan-
lahan yang dijadikan lahan percontohan untuk SLPTT tahun 2014. Untuk mencukupi
kebutuhan pupuk tersebut para petani membelinya di kios pertanian resmi yang mempunyai
wilayah pemasaran di masing-masing desa. Menurut hasil survey baik kepada para petani dan
pemilik kios pertanian, penyaluran pupuk bersubsidi umumnya lancar setiap musimnya.
Walaupun kadang-kadang pernah juga terjadi kelangkaan pupuk di Desa Sumber Lor, hal ini
dipicu karena banyak petani Desa Sumber Lor yang mempunyai lahan pertanian di luar desa
namun mereka lebih memilih membeli pupuk di kios Desa Sember Lor dengan alasan lebih
efektif dan efisien dari segi waktu sehingga menyebabkan stok pupuk bersubsidi untuk Desa
Sumber Lor sendiri menjadi menipis.
Permasalahan lainnya adalah petani belum menggunakan sistem pemupukan Urea
berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun) sehingga petani cenderung mengaplikasikan pupuk
Urea dengan dosis tinggi. Hal ini tentu berdampak buruk bagi lingkungan dan dapat
menyebabkan tanaman padi menjadi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Permasalah yang dihadapi dalam penerapa Kalender Musim Tanam adalah kondisi cuaca dan
iklim yang semakin sulit diprediksi dan diantisipasi sehingga jadwal musim tanam
berdasarkan kalender musim tanam tersebut dapat berubah-ubah setiap tahunnya.
Petani di Desa Sumber Lor dan Kudukeras lebih memilih untuk menanam komoditas jagung
manis atau bawang merah di lahan mereka sebagai komoditas unggulan disamping padi.
Menurut para petani keunggulan jagung manis dibandingkan dengan jagung pipil adalah umur
panennya lebih pendek, dapat dipanen 2 kali dalam bentuk baby corn, serta pasar dan harga
yang relatif lebih terjamin.
Kesimpulan
Kegiatan UPSUS PAJALE memberikan petunjuk dan acuan pelaksanaan pengawalan serta
pendampingan secara terpadu upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai
untuk mencapai swamsembada pangan. Desa Sumber Lor dan Kudukeras mendapatkan
kegiatan UPSUS PAJALE berupa RJIT, bantuan alsintan, bantuan benih unggul, bantuan
pupuk berimbang, dan penggunaan KATAM. Permasalahan utama yang terdapat di kedua
desa tersebut adalah terbatasnya pasokan air saat musim kemarau.
Saran
Pelaksanaan program UPSUS PAJALE sebaiknya tetap melihat potensi wilayah masing-
masing daerah. Hal ini karena setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda-beda terkait
dengan pengembangan komoditas pertanian. Selain itu program UPSUS PAJALE sebaiknya
juga berfokus pada kesejahteraan para pelaku usaha di bidang pertanian utamanya para petani
dan buruh tani. Hal ini karena petani merupakan ujung tombak dalam penyediaan pangan
negara dan mereka juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan. Peran
dan jasa para penyuluh pertanian pun sebaiknya tidak dipandang sebelah mata oleh
pemerintah karena para penyuluh berada di garda terdepan dalam mensukseskan upaya
peningkatan produksi pertanian dan sekaligus berperan sebagai jembatan penghubung dalam
diseminasi inovasi teknologi budidaya kepada para petani. Selain itu perlu diadakannya
demfarm sebagai percontohan penerapan teknologi dari pemerintah dan perguruan tinggi
sehingga dapat menjadi bukti nyata bagi para petani yang umumnya masih sulit menerima hal
baru.