DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
Dosen Pengampuh Penyusun
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah serta nikmat-Nya, khususnya bagi kami yang telah
menyelesaikan laporan penyuluhan dan komunikasi pertanian.
Dalam penulisan laporan ini, alhamdulillah kami masih bisa
menyelesaikan laporan ini meskipun ada sedikit kendala dalam
pengerjaannya. Selain itu, ucapan terimakasih kepada segala pihak yang
telah kami libatkan dalam pembuatan laporan ini.
Apabila terdapat kekurangan dalam laporan ini, maka dengan
senang hati kami menerima masukan, kritik, dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun, agar laporan ini dapat menjadi lebih baik
kedepannya. Semoga apa yang kami harapkan dapat tercapai.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Praktek Lapang...................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
2.1 Intensitas Penyuluhan....................................................................3
2.2 Metode Penyuluhan........................................................................5
2.3 Media Penyuluhan..........................................................................7
2.4 Kinerja Penyuluhan........................................................................8
2.5 Komunikasi Dan Adopsi..................................................................10
2.6 Kelompok Tani................................................................................10
BAB III METODE PRAKTEK LAPANG.....................................................11
3.1 Tempat Dan Waktu.........................................................................11
3.2 Pengambilan Sampel.....................................................................11
3.3 Teknik Pengambilan Data...............................................................11
3.4 Analisis Data...................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................12
4.1 Karakteristik Responden.................................................................12
4.2 Intensitas Penyuluhan....................................................................16
4.3 Metode Penyuluhan........................................................................16
4.4 Media Penyuluhan..........................................................................17
4.5 Kinerja Penyuluhan........................................................................17
4.6 Komunikasi Dan Adopsi..................................................................17
4.7 Kelompok Tani................................................................................18
BAB V PENUTUP.....................................................................................19
5.1 Kesimpulan.....................................................................................19
5.2 Saran..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20
LAMPIRAN............................................................................................... 21
TABULASI DATA......................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem
pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja
penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tujuan pengamatan dalam praktek lapang ini untuk
menggambarkan hubungan persepsi petani dengan kinerja Penyuluh
Pertanian di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu Kabupaten
Jeneponto.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3) Frekuensi
Kegiatan Frekuensi merupakan keseringan atau
kejarangan kegiatan dilakukan. Yang dimaksud dalam
frekuensi kali ini adalah kegiatan yang dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh
dengan adanya kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
secara terus menerus-menerus yaitu selama tiga kali dalam
satu bulan.
4) Presentasi
Presentasi yang dimaksud dalam hal ini adalah
harapan, gairah atau keinginan yang kuat untuk menjalankan
rencana, cita-cita, target, maupun sasaran-sasarannya agar
dapat tercapai. Hal tersebut dapat dilihat dari anggota
kelompok yang memiliki keinginan kuat mengikuti kegiatan
UPPKS.
5) Arah Sikap
Kesiapan mental yang terjadi dalam diri seseorang untuk
bertidak dalam menyikapi keadaan disekitarnya adalah
pengertian dari sikap. Dengan demikian maka seseorang
perlu mengarahkan sikapnya sesuai dengan keadaan yang
terjadi dilingkungan sekitarnya.
6) Minat
Munculnya minat apabila individu memiliki ketertarikan
pada satu atau beberapa hal dikarenakan adanya makna
pada hal tersebut. Minat berkaitan erat dengan kepribadian
seseorang. Keterkaitan tersebut mempunyai unsur kemauan,
afektif, dan kognitif. Hal tersebut mengartikan bahwa ketika
individu cenderung tertarik pada suatu hal maka pengalaman
psikis lainnya seringkali terabaikan.
2.1.2 penyuluhan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan adalah meningkatkan
kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan masyarakat
mengenai hal-hal tertentu yang diusahakan oleh pemerintah
maupun swasta. Seseorang yang terlibat secara sadar dalam
menyampaikan informasi yang bertujuan untuk membantu
masyarakat dalam mengambil keputusan secara tepat.
peningkatan pengetahuan masyarakat tani dilakukan dalam
bentuk penyuluhan untuk memberikan pemahaman dan
membuka wawasan para petani tentang pentingnya
pengembangan tersebut. Pengertian penyuluhan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal
dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang
4
lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah
masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ ide/
konsep yang di didikkan, lembaga/ badan/ pihak yang
memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan,
tenaga penyebar ide/ konsep yang dimaksud, dan anggota
masyarakat baik secara individu maupun keseluruhan yang
menjadi sasaran dari kegiatan penyuluhan tersebut. (A.W. Van
Den Ban dan Hawkins ,2010)
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
kesadaran, pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap
masyarakat untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan.
5
3) Massal
Penyuluhan secara massal adalah penyuluhan dengan
jumlah sasaran banyak yang tidak dapat diketahui jumlahnya
dan tidak terjadi komunikasi timbal balik antara penyuluh
dengan sasaran. Contoh pemutaran film di lapangan,
pameran, penyebaran/penempelan poster di papan
pengumuman, siaran TV, siaran radio, koran, dan sebagainya.
Penyuluh tidak tahu jumlah orang yang telah membaca poster,
orang yang mendengarkan radio, membaca koran, melihat
pameran dan sebagainya. Umpan balik dari sasaran kepada
penyuluh tidak terjadi.
b. Jenis metode yang dapat diterapkan lebih dari satu maka perlu
dilakukan pengulangan, urutan atau kombinasi antara lain :
1) Kunjungan Anjangsana merupakan kunjungan terencana
penyuluh kepada sasaran baik di rumah atau ditempat
usahatani sasaran dengan tujuan menumbuhkan
kepercayaaan diri petani dan keluarganya. Anjangsana
merupakan kegiatan terencana yang berarti bahwa
anjangsana ini dilakukan dengan persiapan yang matang.
Persiapan sebelum anjangsana meliputi waktu kunjungan,
tempat, koordinasi dengan sasaran, materi, alat peraga dan
alat bantu, alat dan bahan penyuluhan, dan lain-lain.
2) Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di
lapangan untuk memperlihatkan / membuktikan secara nyata
tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian
yang telah terbukti menguntungkan bagi petani –nelayan.
Demonstrasi cara merupakan bentuk metode penyuluhan
dengan tujuan agar peserta mengetahui praktek menerapkan
teknologi baru. Tujuan demonstrasi cara adalah mengenalkan
adanya teknologi baru yang dapat memberikan keuntungan
pada petani, meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu cara
kerja tertentu akan berguna dan praktis, memberi kesempatan
kepada petani untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan demonstrasi cara, membandingkan perubahan cara
kerja teknologi yang selama ini diterapkan dengan teknologi
baru yang dikenalkan, mengetahui dan dapat langsung
mempraktekkan cara kerja teknologi baru, dan
mengembangkan teknologi yang ada untuk disesuaikan
dengan kondisi petani.
6
2.3 Media Penyuluhan
Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian
kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tersebut bisa
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan dapat
digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan
disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti media
cetak, media audio, media audio visual, media berupa obyek fisik atau
benda nyata. (Mardikanto, 2007).
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau
pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. The
Association for Educational Communications Technology (AECT),
menyebutkan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. mengatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan sasaran
yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan ”penyuluhan”
berasal dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi
penerang. Jadi media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas
sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada
sasaran, agar sasaran dapat menyerap pesan dengan mudah dan
jelas. (Mardikanto, 2007).
Disamping itu kegiatan penyuluhan pertanian berhadapan dengan
keterbatasan keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh,
keterbatasan dipihak sasaran , misalnya tingkat pendidikan formal
petani yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar
bagi petani. Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan
dan penggunaan media penyuluhan pertanian. Melalui media
Penyuluhan Pertanian petani dapat meningkatkan interaksi dengan
lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak
berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. (Mardikanto,
2007).
Peranan media penyuluhan pertanian dapat ditinjau dari beberapa
segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi
peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan dari
peragaan dalam proses belajar.dan dari peragaan. (Mardikanto,
2007).
a. Peranan Media Penyuluhan Pertanian Sebagai Saluran
Komunikasi (Channel) Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian
7
1) Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator
kepada sasaran yakni petani dan keluarganya sehingga
sasaran dapat menerapkan pesan dengan kebutuhannya.
2) Menyalurkan ”feed back”/umpan balik dari sasaran/komunikan
kepada sumber/ komuniukator sebagai bahan evaluasi untuk
perbaikan/ pengembangan dalam penerapan tehnologi
selanjutnya.
3) Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat dalam
jangkauan yang luas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera.
b. Peranan Media Penyuluhan Pertanian Sebagai Media Belajar
Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian
1) Memberi pengalaman belajar yang integral dari kongkrit ke
abstrak. Petani belajar dimulai dari situasi nyata dilapangan
melalui pengalam langsung sebagai contoh, kegiatan sekolah
lapangan (SL) dalam rangka memasyarakatkan Pengendalian
hama terpadu (PHT) tanaman padi.Petani secara
berkelompok belajar mengamati hama/penyakit tanaman
langsung dari runpun padi sawah. Cara belajar tersebut
disebut cara belajar Lewat pengalaman (CBLP). Hasil
pengamatan dicatat oleh petani, kemudian didiskusikan
bersama secara priodik.
2) Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus
menerus dan berkelanjutan.
8
Manfaat yang diperoleh dengan diketahuinya kinerja penyuluh
pertanian, antara lain:
1) Tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan
kebutuhan petani,
2) Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja
masingmasing,
3) Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata
sesuai dengan kebutuhan petani,
4) Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dan pengusaha yang
saling menguntungkan dan
5) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-
masing wilayah
Indikator penilaian kinerja penyuluh pertanian adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan Penyuluhan Pertanian
a. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;
b. Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan
RDKK;
c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan
kecamatan;
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian
(RKTPP).
2) Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
a. Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan
sesuai kebutuhan petani;
b. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di
wilayah binaan;
c. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses
informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan
pembiayaan;
d. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi
petani dari aspek kuantitas dan kualitas;
e. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi
petani dari aspek kuantitas dan kualitas;
f. Meningkatnya produktivitas dibandingkan produktivitas
sebelumnya dan berlaku untuk semua sub sektor.
3) Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;
b. Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.
9
2.5 Komunikasi Dan Adopsi
Komunikasi adalah proses pertukaran pesan oleh 2 otang atau
lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim
dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang
disampaikan oleh semua pihak. Keefektifan suatu komunikasi sangat
menentukan diterimanya suatu inovasi, sehingga perlu diketahui
sistim komunikasi yang efekifagar suatu inovasi dapat terdiseminasi.
(Mardikanto T, 2009).
Adopsi adalah suatu keputusan individu untuk menggunakan
inovasi sebagai sarana tindakan. Keputusan untuk mengadopsi suatu
teknologi terj adi dalam diri individu. Difusi adalah proses dimana
inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu dari waktu ke
waku diantara anggota sistem sosial. Pengambilan keputusan untuk
sampai pada mengadopsi suatu inovasi baru melalui lima langkah
proses, yaitu kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan penggunaan
yang diulangi maupun penolakan. Seorang petani dapat melihat
perlumbuhan varietas baru atau baru dapat melihat yang sedang
digunakan oleh petani lain tanpa untuk tertarik pada mereka. unsur-
unsur penting untuk perasaan tertarik atau percaya bahwa inovasi
adalah pantas untuk dia, dan suatu kepercayaan yang tinggi bahwa
hal itu dapat melakukan. (Mardikanto T, 2009).
10
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26-36 2 40
37-47 1 20
48-58 2 40
12
Sarwendah (2014) bahwa sebagian besar petani berusia 48-58
tahun termasuk usia produktif dan mempunyai kemampuan yang
lebih baik dalam menerima inovasi teknologi baru.
Lebih lanjut dapat dicermati dalam Tabel 1 bahwa, tingginya
persentase usia muda kurang dari 26-36 tahun dan 48-58
sebesar 40 persen menunjukkan bahwa regenerasi petani
berjalan cepat. Masyarakat usia muda lebih banyak bekerja di
sektor pertanian ni Dengan banyaknya petani usia muda ini
diharapkan ni berdampak positif pada perkembangan
penyuluhan pertanian selanjutnya di Kabupaten Jeneponto
khususnya di Desa Sapanang Regenerasi dapat berjalan dengan
baik dan selanjutnya diharapkan inovasi pertanian akan dapat
diadopsi dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan da
bahwa petani di Desa Sapanang memiliki usia yang cukup baik
dalam menerima inovasi.
4.1.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah sebanyak
40 persen, SD 20 persen, SMP 20 persen, dan SMA 20 persen,
(Tabel 2) Artinya tingkat pendidikan petani lebih didominasi oleh
lulusan SMA yaitu sebanyak 20 persen Tingkat pendidikan
formal petani berkategori sedang karena sudah menempuh
pendidikan menengah atas. Secara teoritis semakin tinggi
pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah untuk
memahami informasi yang diterima Secara mental pendidikan
formal berfungsi untuk menyiapkan seseorang menghadapi
tantangan hidup yang selalu berubah-ubah. Hal ini pendidikan
merupakan salah satu faktor pelancar dalam pembangunan
pertanian. faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempercepat perubahan sikap manusia tradisional
menjadi manusia modern.
Tabel.2 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Di Desa
Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto
Tidak Sekolah 2 40
SD 1 20
SMP 1 20
SMA 1 20
13
Tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir,
daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin tinggi
pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang
berpendidikan tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga
memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola
usahataninya. Soekartawi (1988), bahwa mereka yang
berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, mereka
yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan
adopsi inovasi dengan, umumnya orang yang cepat berhenti dari
penggunaan inovasi itu salah satunya karena pendidikannya
kurang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
berkembang pola berpikirnya sehingga dapat dengan mudah
mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu dengan baik
termasuk keputusan dalam mengelola pertanian tanaman
pangan. Hal ini akan berdampak pada partisipasi responden
dalam kegiatan penyuluhan selanjutnya yang diharapkan dapat
berkesinambungan dan berkelanjutan.
4.1.3 Pengalaman Usahatani
Pengalaman berusahatani dari 5 responden sebanyak 3-15
tahun sebesar 40 persen berkategori rendah atau sudah
mempunyai pengalaman kurang dari 15 tahun, sebanyak 16-28
tahun sebesar 20 persen, berkategori sedang atau sudah
mempunyai pengalaman mulai dari 16-28 tahun dan sebanyak
29-35 tahun sebesar 40persen berkategori tinggi atau memiliki
pengalaman lebih dari 29 tahun (Tabel 3). Artinya dari segi
pengalaman petani berkategori rendah dan tinggi lebih banyak
dengan pengalaman mulai dari 3-15 tahun dan 29-35 tahun
dalam melakukan kegiatan usahataninya. Pengalaman diperoleh
para petani sangat bervariasi berdasarkan pengalaman usaha.
Tabel. 3 Karakteristik Responden Menurut Pengalaman
Usahatani Di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu,
Kabupaten Jeneponto
3-15 2 40
16-28 1 20
29-35 2 40
14
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengalaman
usahatani responden didapatkan melalui orang tua atau secara
turun temurun Pengalaman secara turun temurun menjadi
tantangan dan perjuangan penyuluh untuk bisa melakukan
sinergi antara petani dan penyuluh dengan inovasi baru yang
dibawa oleh penyuluh sehingga bisa dilakukan adopsi oleh
petani. Pengalaman secara turun temurun ini sudah menjadi
perilaku petani dalam melakukan usahatanı.
4.1.4 Luas Lahan
Sebaran luas penguasaan lahan responden mayoritas
berkategori sempit yakni 0,10 - 0,50 Ha atau sebesar 60 persen
(Tabel 4). Penguasaan lahan tersebut ada yang berada pada
satu lokasi dan lebih dari satu lokasi Luas lahan ini dimanfaatkan
oleh seluruh petani untuk melakukan budidaya usahatani.
Tabel. 4 Karakteristik Responden Menurut Luas Lahan Di Desa
Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto
0,10-0,50 3 60
0,51-1,00 1 20
1,01-2,00 1 20
15
ditanggung kehidupannya oleh kepala keluarga (responden)
maupun memiliki jumlah anak yang banyak. Banyaknya jumlah
tanggungan keluarga tersebut menjadi tanggung jawab kepala
keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota
keluarganya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, petani
lebih banyak terlibat dalam kegiatan usaha tani maupun di
kelompok tani, artinya petani menjadi lebih banyak waktu untuk
terlibat dalam pelaksanaan usaha tani. Penelitian ini sejalan
dengan pernyataan Rayuddin et al. (2010), bahwa umumnya
petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga petani
memberi indikasi bahwa ada peluang alokasi waktu dan
frekuensi petani untuk terlibat, berpartisipasi dan berperan dalam
pembangunan pedesaan.
Tabel. 5 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tanggungan
Di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten
Jeneponto
1-2 1 20
3-4 1 20
5-6 3 60
4.3 Metode
Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
metode yang sering dilakukan oleh penyuluh antara lain demonstrasi
dan ceramah. Dimana metode yang paling disenangi oleh petani itu
metode demonstrasi karena metode tersebut sangat detail
memperlihatkan langsung hasil, tata cara penggunaan, bisa
dipraktekkan secara langsung, dan mudah dipahami. Pendekatan
yang sering dilakukan para penyuluh menurut semua responden saya
antara lain pendekatan perkelompok dan pendekatan massal. Para
penyuluh menggunakan pendekatan perkelompok karena para
penyuluh bisa memperlihatkan langsung kepada beberapa anggota
16
kelompok secara spesifik, adapun penyuluh menggunakan metode
pendekatan massal dengan alasan menyampaikan informasi-
informasi yang penting kepada banyak orang.
4.4 Media
Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
materi-materi apa saja yang disampaikan oleh para penyuluh antara
lain cara budidaya tanaman, memperkenalkan alat pertanian dan tata
cara penggunaan alat tersebut. Para petani sangat mudah memahami
materi yang diberikan oleh penyuluh karena bahasa yang dilakukan
bahasa yang lokal, memperlihatkan dan mempraktekkan langsung
cara pemakaian, kegunaan, dan hasil sehingga para petani sangat
mudah memahami penyampaia para penyuluh. Adapun media yang
digunakan para penyuluh untuk membantu menyampaikan materi
yang akan dibawakan mengunnakan LCD.
17
mencoba menggunakan apa yang penyuluh sampaikan kepada petani
karena itu adalah tujuan para penyuluh untuk menyampaikan apa
yang belum diketahui oleh petani.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan wawancara di Desa Sapanang,
Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Intensitas penyuluh
terhadap petani dilakukan satu kali sebulan di rumah warga atau di
Kantor Desa. Metode yang sering digunakan para penyuluh untuk
petani itu metode demonstrasi dan ceramah. metode yang paling
disenangi petani yakni metode demonstrasi karena kebih gampang
memahaminya dan bisa mempraktekkan langsung. Penyuluh
menyampaikan materi tentang budidaya dan memperkenalkan ala-alat
dan cara penggunaanya dengan cara memperlihatkannya melalui
media LCD. Kinerja penyuluh terhadap petani sangat baik karena para
penyuluh mampu bekerja sama dengan petani dengan baik.
Komunikasi dan adopsi yang dijalin oleh penyuluh dan petani itu
sangat baik karena mampu beradaptasi dan penyuluh dan petani
saling menguntungkan dalam melaksanakan kegiatan. petani di Desa
Sapanang juga bergabung didalam kelompok petani untuk
mengetahui hal-hal/ide terbaru didalam dunia pertanian.
5.2 Saran
1. Bagi Petani
Bagi para petani Desa Sapanang diharapkan untuk masuk
dalam anggota kelompok tani dan selalu menghadiri kegiatan
penyuluhan.
2. Bagi Pemerintah
Masyarakat desa Sapanang mengharapkan para pemerintah
bisa mendatangkan penyuluh dan memperbanyak kegiatan
penyuluh di Desa Sapanang.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
Gambar.5 Wawancara Dengan Bapak Juanda
TABULASI DATA
22
23