Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : SARI WAHYUNI


NIM : 105961105521
KELAS : AGRIBISNIS 4B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian yang


dilaksanakan pada tanggal 09-11 juni Di Desa Sapanang, Kecamatan
Binamu, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.

Laporan Praktikum penyuluhan dan komunikasi pertanian ini disusun


sebagai tugas akhir menyelesaikan Praktikum penyuluhan dan komunikasi
pertanian dan salah satu syarat lulus mata kuliah PENYULUHAN DAN
KOMUNIKASI PERTANIAN

Mengetahui,
Dosen Pengampuh Penyusun

Akbar, SP., M.Si Sari Wahyuni


NIDN.0931018803 NIM.105961105521

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah serta nikmat-Nya, khususnya bagi kami yang telah
menyelesaikan laporan penyuluhan dan komunikasi pertanian.
Dalam penulisan laporan ini, alhamdulillah kami masih bisa
menyelesaikan laporan ini meskipun ada sedikit kendala dalam
pengerjaannya. Selain itu, ucapan terimakasih kepada segala pihak yang
telah kami libatkan dalam pembuatan laporan ini.
Apabila terdapat kekurangan dalam laporan ini, maka dengan
senang hati kami menerima masukan, kritik, dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun, agar laporan ini dapat menjadi lebih baik
kedepannya. Semoga apa yang kami harapkan dapat tercapai.

Makassar, 13 Juni 2023

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Praktek Lapang...................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
2.1 Intensitas Penyuluhan....................................................................3
2.2 Metode Penyuluhan........................................................................5
2.3 Media Penyuluhan..........................................................................7
2.4 Kinerja Penyuluhan........................................................................8
2.5 Komunikasi Dan Adopsi..................................................................10
2.6 Kelompok Tani................................................................................10
BAB III METODE PRAKTEK LAPANG.....................................................11
3.1 Tempat Dan Waktu.........................................................................11
3.2 Pengambilan Sampel.....................................................................11
3.3 Teknik Pengambilan Data...............................................................11
3.4 Analisis Data...................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................12
4.1 Karakteristik Responden.................................................................12
4.2 Intensitas Penyuluhan....................................................................16
4.3 Metode Penyuluhan........................................................................16
4.4 Media Penyuluhan..........................................................................17
4.5 Kinerja Penyuluhan........................................................................17
4.6 Komunikasi Dan Adopsi..................................................................17
4.7 Kelompok Tani................................................................................18
BAB V PENUTUP.....................................................................................19
5.1 Kesimpulan.....................................................................................19
5.2 Saran..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20
LAMPIRAN............................................................................................... 21
TABULASI DATA......................................................................................22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang berbasiskan pertanian. Hal ini
didukung oleh letak negara yang berada di jalur khatulistiwa, dimana
curahan sinar matahari diperoleh sepanjang tahun. Pertanian di
Indonesia saat ini berkembang lambat, salah satu penyebabnya ialah
semakin terbatasnya lahan pertanian di Indonesia, selain itu
anggapan masyarakat bahwa bertani ialah pekerjaan kaum kelas
bawah juga berperan menghambat perkembangan pertanian di
Indonesia, untuk itu dibutuhkan penyuluh sebagai motivator dan rekan
dalam membangun pertanian Indonesia, sungguh ironis melihat
Indonesia dengan kekayaan alamnya harus mengimpor bahan
pangan dari negara lain. Dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang
salah dengan pertanian Indonesia, salah satu faktornya ialah
berkaitan dengan kegiatan penyuluhan dan tentu saja melibatkan
penyuluh (Deptan, 2009).
Penyuluh pertanian merupakan sarana kebijakan yang dapat
digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian
dilain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima dan
menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan
demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika
perubahan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan petani.
Penyuluh pertanian kedepan adalah penyuluh pertanian yang dapat
menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan
melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai : penyedia jasa
pendidikan (educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan
pendamping petani khususnya petani usaha jagung (Ban dan
Hakwins, 2010) Agar petani dapat melakukan praktek-praktek yang
mendukung usaha tani maka petani membutuhkan informasi inovasi
dibidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara
lain dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) melalui penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan pertanian, sehingganya kehadiran petani dalam
kegiatan penyuluhan pertanian sangat penting. Untuk mendukung
terciptanya kegiatan penyuluhan yang berhasil maka perlu dilakukan
persiapan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan. Tidak hanya itu
saja, untuk mendukung kegiatan penyuluhan yang berkelanjutan
maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan yang
telah dilakukan. Belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian
dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap
penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan

1
penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem
pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja
penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tujuan pengamatan dalam praktek lapang ini untuk
menggambarkan hubungan persepsi petani dengan kinerja Penyuluh
Pertanian di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu Kabupaten
Jeneponto.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktek lapang di Desa Sapanang,
Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto antara lain :
1. Bagaimana intensitas penyuluhan terhadap petani di Desa
Sapanang?
2. Bagaimana metode yang dilakukan penyuluh terhadap petani di
Desa Sapanang?
3. Bagaimana cara penyampaian media tentang materi penyuluhan
petani di Desa Sapanang?
4. Bagaimana kinerja penyuluh terhadap petani di Desa Sapanang?
5. Bagaimana cara komunikasi dan adopsi penyuluh terhadap petani
di Desa Sapanang?
6. Bagaimana kondisi kelompok tani di Desa Sapanang?

1.3 Tujuan Praktek Lapang


Tujuan dari kegiatan praktek lapang pengamatan dan wawancara
yang dilakukan di Desa Sapanang, yaitu:
1. Untuk Mengetahui intensitas penyuluhan terhadap petani di Desa
Sapanang
2. Untuk Mengetahui metode yang dilakukan penyuluh terhadap
petani di Desa Sapanang
3. Untuk Mengetahui cara penyampaian media tentang materi
penyuluhan petani di Desa Sapanang
4. Untuk Mengetahui kinerja penyuluh terhadap petani di Desa
Sapanang
5. Untuk Mengetahui cara komunikasi dan adopsi penyuluh terhadap
petani di Desa Sapanang
6. Untuk mengetahui kondisi kelompok tani di Desa Sapanang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intensitas Penyuluhan


2.1.1 intensitas
Intensitas merupakan pengadopsian kata dari bahasa
Inggris yaitu “Intensity” yang berarti kuat, keras, atau hebat.
Dalam bahasa Indonesia kata Intensive selanjutnya dikenal
dengan kata Intensif atau Intensitas yang mempunyai arti
sungguh-sungguh, giat, atau hebat dalam melakukan suatu hal.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyatakan bahwa intensitas merupakan keadaan tingkat atau
ukuran intens.” Dalam istilah penggunaannya diartikan sebagai
suatu hal yang mempergunakan suatu pemakaian, cara, proses,
perbuatan, serta menggunakan sesuatu. Sedangkan
penggunaan yaitu “proses atau cara menggunakan sesuatu”.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
intensitas merupakan suatu keadaan tingkatan dengan ukuran
keseringannya atau biasa disebut dengan kata intensif. (A.W.
Van Den Ban dan Hawkins ,2010)
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keintensifan adalah sebagai berikut:
1) Motivasi
Keadaan yang dapat mendorong manusia maupun
organisme yang lainnya untuk melakukan sesuatu sering
disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat
memberikan daya untuk melakukan sesuatu secara terarah.
Motivasi dibagi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Munculnya suatu tindakan yang
berasal dari dalam diri individu yang disertai rasa suka dan
membutuhkan merupakan pengertian dari motivasi intrinsik.
Sementara munculnya tindakan yang berasal dari luar
individu merupakan pengertian dari motivasi ekstrinsik.
Sebagai contoh dengan adanya pujian maupun hadiah.
Selain itu motivasi tidak dapat dipisahkan dari kata intensitas
karena keduanya saling berkaitan erat.
2) Durasi Kegiatan
“Durasi kegiatan merupakan seberapa lama
kemampuan penggunaan untuk melakukan kegiatan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa motivasi dapat terlihat dari
kemampuan seseorang dalam menggunakan waktunya
untuk melakukan kegiatan.”

3
3) Frekuensi
Kegiatan Frekuensi merupakan keseringan atau
kejarangan kegiatan dilakukan. Yang dimaksud dalam
frekuensi kali ini adalah kegiatan yang dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh
dengan adanya kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
secara terus menerus-menerus yaitu selama tiga kali dalam
satu bulan.
4) Presentasi
Presentasi yang dimaksud dalam hal ini adalah
harapan, gairah atau keinginan yang kuat untuk menjalankan
rencana, cita-cita, target, maupun sasaran-sasarannya agar
dapat tercapai. Hal tersebut dapat dilihat dari anggota
kelompok yang memiliki keinginan kuat mengikuti kegiatan
UPPKS.
5) Arah Sikap
Kesiapan mental yang terjadi dalam diri seseorang untuk
bertidak dalam menyikapi keadaan disekitarnya adalah
pengertian dari sikap. Dengan demikian maka seseorang
perlu mengarahkan sikapnya sesuai dengan keadaan yang
terjadi dilingkungan sekitarnya.
6) Minat
Munculnya minat apabila individu memiliki ketertarikan
pada satu atau beberapa hal dikarenakan adanya makna
pada hal tersebut. Minat berkaitan erat dengan kepribadian
seseorang. Keterkaitan tersebut mempunyai unsur kemauan,
afektif, dan kognitif. Hal tersebut mengartikan bahwa ketika
individu cenderung tertarik pada suatu hal maka pengalaman
psikis lainnya seringkali terabaikan.
2.1.2 penyuluhan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan adalah meningkatkan
kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan masyarakat
mengenai hal-hal tertentu yang diusahakan oleh pemerintah
maupun swasta. Seseorang yang terlibat secara sadar dalam
menyampaikan informasi yang bertujuan untuk membantu
masyarakat dalam mengambil keputusan secara tepat.
peningkatan pengetahuan masyarakat tani dilakukan dalam
bentuk penyuluhan untuk memberikan pemahaman dan
membuka wawasan para petani tentang pentingnya
pengembangan tersebut. Pengertian penyuluhan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal
dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang

4
lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah
masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ ide/
konsep yang di didikkan, lembaga/ badan/ pihak yang
memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan,
tenaga penyebar ide/ konsep yang dimaksud, dan anggota
masyarakat baik secara individu maupun keseluruhan yang
menjadi sasaran dari kegiatan penyuluhan tersebut. (A.W. Van
Den Ban dan Hawkins ,2010)
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
kesadaran, pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap
masyarakat untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan.

2.2 Metode Penyuluhan


Metode penyuluhan pertanian adalah cara menyampaikan
materi penyuluhan kepada sasaran pada tempat dan waktu tertentu
dengan menggunakan media sesuai situasi dengan tujuan agar materi
yang disampaikan dapat berdaya guna dan berhasil guna. Metode
penyuluhan menurut Mardikanto, 2007 pertanian terdapat berbagai
macam, sehingga dilakukan penggolongan untuk mempermudah
penyuluh memilih dan menerapkan metode penyuluhan.
Penggolongan metode penyuluhan dapat didasarkan pada;
a. Jumlah sasaran Penggolongan berdasarkan jumlah sasaran
dibagi menjadi tiga,
1) Individu
Penyuluhan secara individu atau perorangan yaitu
penyuluh berhubungan langsung/tak langsung dengan
sasaran yang berjumlah satu atau dua orang. Penyuluhan
individu dapat dilakukan dengan kunjungan ke rumah atau
tempat usahatani, surat, telepon, sms, BBM, dan sebagainya.
2) Kelompok
Penyuluhan dengan metode kelompok berarti penyuluh
menyampaikan materi kepada kelompok tani,sasaran
terorganisasi dengan jumlah 3 sampai jumlah tertentu yang
diketahui jumlahnya serta adanya interaksi atau umpan balik
antara penyuluh dengan sasaran. Contoh metode ini adalah
kursus tani, magang, studi banding, pertemuan kelompok,
demontrasi, temu karya, pelatihan, temu usaha, temu lapang,
temu wicara, karya wisata, dan sebagainya.

5
3) Massal
Penyuluhan secara massal adalah penyuluhan dengan
jumlah sasaran banyak yang tidak dapat diketahui jumlahnya
dan tidak terjadi komunikasi timbal balik antara penyuluh
dengan sasaran. Contoh pemutaran film di lapangan,
pameran, penyebaran/penempelan poster di papan
pengumuman, siaran TV, siaran radio, koran, dan sebagainya.
Penyuluh tidak tahu jumlah orang yang telah membaca poster,
orang yang mendengarkan radio, membaca koran, melihat
pameran dan sebagainya. Umpan balik dari sasaran kepada
penyuluh tidak terjadi.
b. Jenis metode yang dapat diterapkan lebih dari satu maka perlu
dilakukan pengulangan, urutan atau kombinasi antara lain :
1) Kunjungan Anjangsana merupakan kunjungan terencana
penyuluh kepada sasaran baik di rumah atau ditempat
usahatani sasaran dengan tujuan menumbuhkan
kepercayaaan diri petani dan keluarganya. Anjangsana
merupakan kegiatan terencana yang berarti bahwa
anjangsana ini dilakukan dengan persiapan yang matang.
Persiapan sebelum anjangsana meliputi waktu kunjungan,
tempat, koordinasi dengan sasaran, materi, alat peraga dan
alat bantu, alat dan bahan penyuluhan, dan lain-lain.
2) Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di
lapangan untuk memperlihatkan / membuktikan secara nyata
tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian
yang telah terbukti menguntungkan bagi petani –nelayan.
Demonstrasi cara merupakan bentuk metode penyuluhan
dengan tujuan agar peserta mengetahui praktek menerapkan
teknologi baru. Tujuan demonstrasi cara adalah mengenalkan
adanya teknologi baru yang dapat memberikan keuntungan
pada petani, meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu cara
kerja tertentu akan berguna dan praktis, memberi kesempatan
kepada petani untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan demonstrasi cara, membandingkan perubahan cara
kerja teknologi yang selama ini diterapkan dengan teknologi
baru yang dikenalkan, mengetahui dan dapat langsung
mempraktekkan cara kerja teknologi baru, dan
mengembangkan teknologi yang ada untuk disesuaikan
dengan kondisi petani.

6
2.3 Media Penyuluhan
Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian
kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tersebut bisa
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan dapat
digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan
disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti media
cetak, media audio, media audio visual, media berupa obyek fisik atau
benda nyata. (Mardikanto, 2007).
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau
pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. The
Association for Educational Communications Technology (AECT),
menyebutkan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. mengatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan sasaran
yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan ”penyuluhan”
berasal dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi
penerang. Jadi media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas
sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada
sasaran, agar sasaran dapat menyerap pesan dengan mudah dan
jelas. (Mardikanto, 2007).
Disamping itu kegiatan penyuluhan pertanian berhadapan dengan
keterbatasan keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh,
keterbatasan dipihak sasaran , misalnya tingkat pendidikan formal
petani yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar
bagi petani. Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan
dan penggunaan media penyuluhan pertanian. Melalui media
Penyuluhan Pertanian petani dapat meningkatkan interaksi dengan
lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak
berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. (Mardikanto,
2007).
Peranan media penyuluhan pertanian dapat ditinjau dari beberapa
segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi
peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan dari
peragaan dalam proses belajar.dan dari peragaan. (Mardikanto,
2007).
a. Peranan Media Penyuluhan Pertanian Sebagai Saluran
Komunikasi (Channel) Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian

7
1) Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator
kepada sasaran yakni petani dan keluarganya sehingga
sasaran dapat menerapkan pesan dengan kebutuhannya.
2) Menyalurkan ”feed back”/umpan balik dari sasaran/komunikan
kepada sumber/ komuniukator sebagai bahan evaluasi untuk
perbaikan/ pengembangan dalam penerapan tehnologi
selanjutnya.
3) Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat dalam
jangkauan yang luas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera.
b. Peranan Media Penyuluhan Pertanian Sebagai Media Belajar
Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian
1) Memberi pengalaman belajar yang integral dari kongkrit ke
abstrak. Petani belajar dimulai dari situasi nyata dilapangan
melalui pengalam langsung sebagai contoh, kegiatan sekolah
lapangan (SL) dalam rangka memasyarakatkan Pengendalian
hama terpadu (PHT) tanaman padi.Petani secara
berkelompok belajar mengamati hama/penyakit tanaman
langsung dari runpun padi sawah. Cara belajar tersebut
disebut cara belajar Lewat pengalaman (CBLP). Hasil
pengamatan dicatat oleh petani, kemudian didiskusikan
bersama secara priodik.
2) Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus
menerus dan berkelanjutan.

2.4 Kinerja Penyuluhan


Kinerja penyuluh pertanian merupakan capaian hasil kerja
penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya, didasarkan atas kemampuan, pengalaman dan
kesungguhan serta penggunaan waktu (Mardikanto, 2007). Kinerja
seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang; Pertama
bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu.
Karakteristik tersebut merupakan variabel penting yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang termasuk penyuluh pertanian.
Dengan demikian karakter penyuluh dapat juga mempengaruhi
motivasi, produktivitas kerja yang pada gilirannya tercermin dalam
performance atau kinerja. Kedua bahwa kinerja merupakan pengaruh-
pengaruh dari situasional diantaranya terjadi perbedaan pengelolaan
dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten yang
menyangkut beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program
penyelenggaraan dan pembiayaan.(Mardikanto T, 2009).

8
Manfaat yang diperoleh dengan diketahuinya kinerja penyuluh
pertanian, antara lain:
1) Tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan
kebutuhan petani,
2) Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja
masingmasing,
3) Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata
sesuai dengan kebutuhan petani,
4) Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dan pengusaha yang
saling menguntungkan dan
5) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-
masing wilayah
Indikator penilaian kinerja penyuluh pertanian adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan Penyuluhan Pertanian
a. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;
b. Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan
RDKK;
c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan
kecamatan;
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian
(RKTPP).
2) Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
a. Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan
sesuai kebutuhan petani;
b. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di
wilayah binaan;
c. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses
informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan
pembiayaan;
d. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi
petani dari aspek kuantitas dan kualitas;
e. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi
petani dari aspek kuantitas dan kualitas;
f. Meningkatnya produktivitas dibandingkan produktivitas
sebelumnya dan berlaku untuk semua sub sektor.
3) Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;
b. Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.

9
2.5 Komunikasi Dan Adopsi
Komunikasi adalah proses pertukaran pesan oleh 2 otang atau
lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim
dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang
disampaikan oleh semua pihak. Keefektifan suatu komunikasi sangat
menentukan diterimanya suatu inovasi, sehingga perlu diketahui
sistim komunikasi yang efekifagar suatu inovasi dapat terdiseminasi.
(Mardikanto T, 2009).
Adopsi adalah suatu keputusan individu untuk menggunakan
inovasi sebagai sarana tindakan. Keputusan untuk mengadopsi suatu
teknologi terj adi dalam diri individu. Difusi adalah proses dimana
inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu dari waktu ke
waku diantara anggota sistem sosial. Pengambilan keputusan untuk
sampai pada mengadopsi suatu inovasi baru melalui lima langkah
proses, yaitu kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan penggunaan
yang diulangi maupun penolakan. Seorang petani dapat melihat
perlumbuhan varietas baru atau baru dapat melihat yang sedang
digunakan oleh petani lain tanpa untuk tertarik pada mereka. unsur-
unsur penting untuk perasaan tertarik atau percaya bahwa inovasi
adalah pantas untuk dia, dan suatu kepercayaan yang tinggi bahwa
hal itu dapat melakukan. (Mardikanto T, 2009).

2.6 Kelompok Tani


Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Jadi secara nyata manusia
menjalin hubungan dan membentuk kelompok atas kesadaran untuk
terbentuknya kelompok maupun terbentuk secara tidak sadar
terbentuknya kelompok. Kelompok ini yang menjadikan masyarakat
lebih dinamis bergerak di dalam masyarakat. Kelompok tani adalah
kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial,ekonomi,sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkaan usaha anggota. Keanggotaan kelompoktani
berjumlah 20-25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masyarakat dan usaha taninya. Kelompok tani adalah sekumpulan
orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau
wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan
kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan
pimpinan seorang kontak tani. (Mardikanto T, 2009).

10
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG

3.1 Lokasi Dan Waktu


Praktek kerja lapang ini dilaksanakan pada tanggal 09-11 juni 2023
di Dusun Sapanang, Desa Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten
Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dalam praktek lapang ini adalah
masyarakat petani yang ada di Desa Sapanang. Pengambilan sampel
5 orang secara acak sederhana (simple random sampling), karena
setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel.

3.3 Teknik Pengambilan Data


Metode praktek lapang yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Observasi
Tahap awalan dari kegiatan praktek lapang yaitu mengamati
secara langsung atas keadaan ekonomi yang terjadi disekitar Desa
Sapanang.
2. Tahap Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pembuktian data yang
didasarkan pada jenis apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan,
ataupun gambar. Teknik pelengkap praktek lapang
3. Tahap Wawancara
Mahasiswa mendatangi responden untuk memperoleh
informasi data yang objektif. Data penunjang dapat diperoleh dari
responden baik mengenai kondisi ekonomi Desa Sapanang.

3.4 Analisis Data Berupa Deskriptif


Analasis data yang digunakan berupa deskriptif dari hasil
pengamatan dan wawancara praktek lapang. Tahap ini dengan cara
mengumpulkan data, menyederhanakan data, menyusun data dan
memberikan kesimpulan dari data yang didapatkan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


4.1.1 Umur
Karakteristik umur petani yang saya dapatkan di Desa
Sapanang melalui 5 responden, umur petani 26-36 tahun
sebesar 40 persen, umur 37-47 tahun sebesar 20 persen dan
umur 48-58 tahun sebesar 40 persen (Tabel 1) Skema umur
petani diwilayah yang dominan diumur 26-36 tahun dan 48-58
tahun sebesar 40 persen Pada umur tersebut tergolong dalam
masa produktif seseorang untuk mengikuti penyuluhan Tingkat
peluang keberhasilan dan kesuksesan penyuluhan lebih besar
untuk masa yang akan datang, karena masih tergolong muda
dan tergolong tua.
Tabel. 1 Karakteristik Responden Menurut Umur Di Desa
Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto

Kategori Umur Jumlah (orang) Presentase (%)


(Th)

26-36 2 40

37-47 1 20

48-58 2 40

Umur petani mempengaruhi kemampuan kerja fisik dan


kematangan psikologisnya Petani yang berumur muda
mempunyai daya kerja fisik yang kuat namun jika tidak dibarengi
dengan kematangan psikologis sering membuat keputusan
gegabah dan merugikan dirinya sendiri. Seperti mudahnya
terpancing untuk menerapkan input pertanian jenis baru yang
belum teruji kualitasnya pada skala luas. Jika petani sudah tua
juga cenderung kurang inovatif Petani setengah baya cenderung
yang paling tinggi adopsi inovasinya, karena kekuatan fisik dan
kematangan psikologisnya saling mendukung Sejalan dengan
pendapat Soekartawi (1988) tersebut, maka dapat dijelaskan
bahwa umur responden cenderung kepada petani dewasa yang
siap menerima inovasi dari pihak luar untuk diadopsi Sebagian
besar petani yang menjadi responden tergolong dalam usia
produktif sebesar 40 persen, berkategori umur antara 26 - 36
tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat Fachrista dan

12
Sarwendah (2014) bahwa sebagian besar petani berusia 48-58
tahun termasuk usia produktif dan mempunyai kemampuan yang
lebih baik dalam menerima inovasi teknologi baru.
Lebih lanjut dapat dicermati dalam Tabel 1 bahwa, tingginya
persentase usia muda kurang dari 26-36 tahun dan 48-58
sebesar 40 persen menunjukkan bahwa regenerasi petani
berjalan cepat. Masyarakat usia muda lebih banyak bekerja di
sektor pertanian ni Dengan banyaknya petani usia muda ini
diharapkan ni berdampak positif pada perkembangan
penyuluhan pertanian selanjutnya di Kabupaten Jeneponto
khususnya di Desa Sapanang Regenerasi dapat berjalan dengan
baik dan selanjutnya diharapkan inovasi pertanian akan dapat
diadopsi dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan da
bahwa petani di Desa Sapanang memiliki usia yang cukup baik
dalam menerima inovasi.
4.1.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah sebanyak
40 persen, SD 20 persen, SMP 20 persen, dan SMA 20 persen,
(Tabel 2) Artinya tingkat pendidikan petani lebih didominasi oleh
lulusan SMA yaitu sebanyak 20 persen Tingkat pendidikan
formal petani berkategori sedang karena sudah menempuh
pendidikan menengah atas. Secara teoritis semakin tinggi
pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah untuk
memahami informasi yang diterima Secara mental pendidikan
formal berfungsi untuk menyiapkan seseorang menghadapi
tantangan hidup yang selalu berubah-ubah. Hal ini pendidikan
merupakan salah satu faktor pelancar dalam pembangunan
pertanian. faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempercepat perubahan sikap manusia tradisional
menjadi manusia modern.
Tabel.2 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Di Desa
Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto

Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

Tidak Sekolah 2 40

SD 1 20

SMP 1 20

SMA 1 20

13
Tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir,
daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin tinggi
pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang
berpendidikan tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga
memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola
usahataninya. Soekartawi (1988), bahwa mereka yang
berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, mereka
yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan
adopsi inovasi dengan, umumnya orang yang cepat berhenti dari
penggunaan inovasi itu salah satunya karena pendidikannya
kurang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
berkembang pola berpikirnya sehingga dapat dengan mudah
mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu dengan baik
termasuk keputusan dalam mengelola pertanian tanaman
pangan. Hal ini akan berdampak pada partisipasi responden
dalam kegiatan penyuluhan selanjutnya yang diharapkan dapat
berkesinambungan dan berkelanjutan.
4.1.3 Pengalaman Usahatani
Pengalaman berusahatani dari 5 responden sebanyak 3-15
tahun sebesar 40 persen berkategori rendah atau sudah
mempunyai pengalaman kurang dari 15 tahun, sebanyak 16-28
tahun sebesar 20 persen, berkategori sedang atau sudah
mempunyai pengalaman mulai dari 16-28 tahun dan sebanyak
29-35 tahun sebesar 40persen berkategori tinggi atau memiliki
pengalaman lebih dari 29 tahun (Tabel 3). Artinya dari segi
pengalaman petani berkategori rendah dan tinggi lebih banyak
dengan pengalaman mulai dari 3-15 tahun dan 29-35 tahun
dalam melakukan kegiatan usahataninya. Pengalaman diperoleh
para petani sangat bervariasi berdasarkan pengalaman usaha.
Tabel. 3 Karakteristik Responden Menurut Pengalaman
Usahatani Di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu,
Kabupaten Jeneponto

Pengalaman usahatani Jumlah Presentase (%)


(Th) (orang)

3-15 2 40

16-28 1 20

29-35 2 40

14
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengalaman
usahatani responden didapatkan melalui orang tua atau secara
turun temurun Pengalaman secara turun temurun menjadi
tantangan dan perjuangan penyuluh untuk bisa melakukan
sinergi antara petani dan penyuluh dengan inovasi baru yang
dibawa oleh penyuluh sehingga bisa dilakukan adopsi oleh
petani. Pengalaman secara turun temurun ini sudah menjadi
perilaku petani dalam melakukan usahatanı.
4.1.4 Luas Lahan
Sebaran luas penguasaan lahan responden mayoritas
berkategori sempit yakni 0,10 - 0,50 Ha atau sebesar 60 persen
(Tabel 4). Penguasaan lahan tersebut ada yang berada pada
satu lokasi dan lebih dari satu lokasi Luas lahan ini dimanfaatkan
oleh seluruh petani untuk melakukan budidaya usahatani.
Tabel. 4 Karakteristik Responden Menurut Luas Lahan Di Desa
Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto

Luas Lahan (ha) Jumlah (orang) Presentase (%)

0,10-0,50 3 60

0,51-1,00 1 20

1,01-2,00 1 20

Menurut Mardikanto (1993), petani yang menguasai lahan


sawah yang luas akan memperoleh ini hasil produksi yang besar
dan begitu pula sebaliknya Menurut Indraningsih (2016),
salahsatu faktor yang mempengaruhi persepsi petani adalah luas
lahan Luas penguasaan dan sempitnya lahan sawah yang
dikuasai oleh petani akan sangat menentukan tingkat kehadiran
petani dalam kegiatan penyuluhan dan pendapatan yang
diperoleh petani Luas lahan yang diusahakan relatif sempit
seringkali menjadi kendala untuk dapat melakukan usahatani
secara lebih efisien sehingga mengurangi motivasi petani untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan.
4.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 5-6 orang. Selain itu, sebagian anggota
keluarga sudah bisa hidup mandiri. Namun demikian, adapula
responden yang masih memiliki jumlah tanggungan keluarga 5-6
orang. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah tanggungan
keluarga sebanyak itu karena mereka memiliki cucu yang juga

15
ditanggung kehidupannya oleh kepala keluarga (responden)
maupun memiliki jumlah anak yang banyak. Banyaknya jumlah
tanggungan keluarga tersebut menjadi tanggung jawab kepala
keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota
keluarganya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, petani
lebih banyak terlibat dalam kegiatan usaha tani maupun di
kelompok tani, artinya petani menjadi lebih banyak waktu untuk
terlibat dalam pelaksanaan usaha tani. Penelitian ini sejalan
dengan pernyataan Rayuddin et al. (2010), bahwa umumnya
petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga petani
memberi indikasi bahwa ada peluang alokasi waktu dan
frekuensi petani untuk terlibat, berpartisipasi dan berperan dalam
pembangunan pedesaan.
Tabel. 5 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tanggungan
Di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu, Kabupaten
Jeneponto

Tnaggungan Keluarga Jumlah (orang) Presentase (%)


(Orang)

1-2 1 20

3-4 1 20

5-6 3 60

4.2 Intensitas Penyuluhan


Hasil praktek lapang dan wawancara yang saya dapatkan bahwa
pengadaan penyuluhan kepada petani dalam satu bulan di Desa
Sapanang dilaksanakan sebanyak satu kali sebulan dan penyuluhan
dilakukan di kantor desa dan dirumah warga.

4.3 Metode
Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
metode yang sering dilakukan oleh penyuluh antara lain demonstrasi
dan ceramah. Dimana metode yang paling disenangi oleh petani itu
metode demonstrasi karena metode tersebut sangat detail
memperlihatkan langsung hasil, tata cara penggunaan, bisa
dipraktekkan secara langsung, dan mudah dipahami. Pendekatan
yang sering dilakukan para penyuluh menurut semua responden saya
antara lain pendekatan perkelompok dan pendekatan massal. Para
penyuluh menggunakan pendekatan perkelompok karena para
penyuluh bisa memperlihatkan langsung kepada beberapa anggota

16
kelompok secara spesifik, adapun penyuluh menggunakan metode
pendekatan massal dengan alasan menyampaikan informasi-
informasi yang penting kepada banyak orang.

4.4 Media
Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
materi-materi apa saja yang disampaikan oleh para penyuluh antara
lain cara budidaya tanaman, memperkenalkan alat pertanian dan tata
cara penggunaan alat tersebut. Para petani sangat mudah memahami
materi yang diberikan oleh penyuluh karena bahasa yang dilakukan
bahasa yang lokal, memperlihatkan dan mempraktekkan langsung
cara pemakaian, kegunaan, dan hasil sehingga para petani sangat
mudah memahami penyampaia para penyuluh. Adapun media yang
digunakan para penyuluh untuk membantu menyampaikan materi
yang akan dibawakan mengunnakan LCD.

4.5 Kinerja Penyuluh


Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
kinerja penyuluh untuk menyelesaikan permasalahan para petani
dalam usahatani dan pasca panen antara lain mendatangkan para
penyuluh yang berpengalaman dalam mengatasi masalah para petani
sehingga penyuluh memberikan solusi-solusi ide kreatif dan terbaru.
Hal ini para penyuluh menjalin kerja sama dengan petani karena para
penyuluh sangat ramah dam mudah berbaur terhadap masyarakat
dalam bekerja sama. Para penyuluh dan petani menjalin kerja sama
dan saling menguntungkan karena para petani bisa mendapatkan
bantuan bibit dan pengetahuan ide-ide dalam pertanian, para
penyuluh juga bisa melaksanakan tugasnya dengan baik dengan
tujuan untuk memberikan informasi-informasi terbaru tentang
pertanian dan bisa membantu masyarakat petani.

4.6 Komunikasi Dan Adopsi


Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
para penyuluh dapat berkomunikasi dengan petani dengan baik
karena para penyuluh sangat ramah, dan menggunakan bahasa lokal
sehingga para petani sangat senang karena mudah memahami apa
yang disampaikan para penyuluh. Para penyuluh juga memberikan
ide-ide terbaru yang ada dalam usahatani dan memberikan ide yang
kreatif dan inovatif. Para petani juga mengadopsi langsung apa yang
disampaikan oleh penyuluh dengan cara mempraktekkan langsung
dan diterapkan. Penyuluh juga memberikan dorongan-dorongan untuk

17
mencoba menggunakan apa yang penyuluh sampaikan kepada petani
karena itu adalah tujuan para penyuluh untuk menyampaikan apa
yang belum diketahui oleh petani.

4.7 Kelompok Tani


Hasil praktek lapang dan wawancara di Desa Sapanang bahwa
para petani tersebut bekerja sama dengan para penyuluh. Hal ini para
petani mendapatkan ide-ide terbaru dalam pertanian, para penyuluh
juga bisa memecahkan masalah yang terjadi dipetani, dan petani
mendapatkan bantuan bibit, dll. Adapun mamfaat masuk dalam
kelompok tani menurut petani itu mereka bisa mendapatkan ide-ide
terbaru dalam hal pertanian, mengetahui cara budidaya, mendapatkan
bibit, dan para petani bisa mengupdate kembali dengan lebih baik
dengan cara mendengarkan penyampaian para penyuluh. Kelompok
tani yang ada di Desa Sapanang tidak saling bekerja sama karena
masing-masing memiliki program kerja yang berbeda. Ketua dari
kelompok tani membagi secara adil dan sesuai kemampuan para
anggota petani. Hal ini dimaksudkan agar para anggota menjalin
kekompakan sesama. Kelompok tani di Desa Sapanang tersebut tidak
bergabung didalam GAPOKTAN.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan wawancara di Desa Sapanang,
Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Intensitas penyuluh
terhadap petani dilakukan satu kali sebulan di rumah warga atau di
Kantor Desa. Metode yang sering digunakan para penyuluh untuk
petani itu metode demonstrasi dan ceramah. metode yang paling
disenangi petani yakni metode demonstrasi karena kebih gampang
memahaminya dan bisa mempraktekkan langsung. Penyuluh
menyampaikan materi tentang budidaya dan memperkenalkan ala-alat
dan cara penggunaanya dengan cara memperlihatkannya melalui
media LCD. Kinerja penyuluh terhadap petani sangat baik karena para
penyuluh mampu bekerja sama dengan petani dengan baik.
Komunikasi dan adopsi yang dijalin oleh penyuluh dan petani itu
sangat baik karena mampu beradaptasi dan penyuluh dan petani
saling menguntungkan dalam melaksanakan kegiatan. petani di Desa
Sapanang juga bergabung didalam kelompok petani untuk
mengetahui hal-hal/ide terbaru didalam dunia pertanian.

5.2 Saran
1. Bagi Petani
Bagi para petani Desa Sapanang diharapkan untuk masuk
dalam anggota kelompok tani dan selalu menghadiri kegiatan
penyuluhan.
2. Bagi Pemerintah
Masyarakat desa Sapanang mengharapkan para pemerintah
bisa mendatangkan penyuluh dan memperbanyak kegiatan
penyuluh di Desa Sapanang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ban, A.W., V.D Dan Hawkins. 2010. Penyuluhan Pertanian.


Yogyakarta; Kanisius.
Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Kerja Tim Penyuluh
Lapangan. Jakarta; .Sekretariat Badan Pengendali Bimas
Departemen Pertanian.
Mangkunegara. A.A, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber
Daya Manusia. Bandung; PT. Refika Aditama.
Fachrista IA, Sarwendah M. 2014. Persepsi dan Tingkat Adopsi
Petani Terhadap Inovasi Teknologi Pengelolaan Tanaman
Terpadu Padi Sawah. Agriekonomika. Yogyakarta;
Jurnal.instiperjogja.ac.id.
Indraningsih KS. 2016. Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan
petani dalam adopsi inovasi Iteknologi usahatani terpadu. Agro
Ekonomi. Yogyakarta; Jurnal.instiperjogja.ac.id.
Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta (ID):
Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS dan UNS Press.
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta
(ID): Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS dan UNS
Press.
Mardikanto. 2007. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Penerbit
Sebelas Maret University Press, Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press.
Rayuddin, Zau T dan Ramli. 2010. Partisipasi Petani dalam
Pembangunan Pedesaan di Kabupaten Konawe. Jurnal
Penyuluhan. Bandung; Jurnal.untirta.ac.id.
Soekartawi 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian Jakarta (ID):
Indonesia University Press

20
LAMPIRAN

Gambar.1 Responden Bapak Gambar.2 Wawancara Dengan Ibu


Bakhtiar Dengan Pewawancara Intan

Gambar.3 Wawancara Dengan Ibu Gambar.4 Wawancara Dengan


Samsia Lantik Bapak Alamsyah

21
Gambar.5 Wawancara Dengan Bapak Juanda

TABULASI DATA

No Nama Umur Pendidikan Pengalam- Luas Jumlah


Responden (Th) an Lahan Tanggu-
Usahatani (Ha) ngan
(Th) (Orang)
1 Bakhtiar 48 Tidak 30 2,00 6
Sekolah
2 Intan 35 Tidak 35 0,70 4
Sekolah
3 Samsia 40 SD 20 0,30 2
Lantik
4 Alamsyah 36 SMP 15 0,50 5
5 Juanda 26 SMA 3 0,40 5

22
23

Anda mungkin juga menyukai