KELAS 3 B
KELOMPOK 2
Mega Gusliany (4441160060)
Ariajati Mandalika AS (4441160063)
Lia Amelia (4441160066)
Ahmad Naziullah (4441160067)
Puji Lestari (4441160072)
Kamal Syahid (4441160075)
Ari Purwanti (4441160078)
Ulfa Mutia (4441160084)
Lia Fauziah (4441160086)
Nur Iqlima S (4441160087)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
hidayah dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “BP3K KECAMATAN Kasemen”.
Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar-
Dasar Penyuluhan Pertanian yang diharapkan berguna untuk menambah wawasan
tentang Penyuluhan Pertanian BP3K Waringin Kurung. Dengan terselesaikannya
laporan praktikum ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Khaerul Saleh, SP., M.Si selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Penyuluhan Pertanian yang telah memberikan tugas ini sekaligus dorongan
moril kepada kami untuk melaksanakan tugas ini.
2. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian laporan praktikum tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini jauh dari kesempurnaan,
masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam
segi bahasa. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik maupun
saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum
ini dan sebagai pembelanjaran penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
yang menghambat kelancaran penyelenggaraan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Sandubaya. Biaya untuk mengadakan pertemuan kelompok tani
dengan penyuluh pertanian selama ini berasal dari swadaya kelompok tani
dengan tingkat antusias yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok
tani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian. Perhatian pemerintah daerah dan
pihak swasta dalam menyediakan dana masih belum optimal.
laporan praktikum ini menitikberatkan pada kegiatan Penyuluhan
Pertanian yang dilakukan oleh BP3K Kasemen. Penulis tertarik untuk
mengkaji pemaparan diatas karena pentingnya penyuluhan pertanian di
Indonesia khususnya Kecamatan Kasemen.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis mengambil pokok permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Gambaran umum Kecamatan Kasemen ?
2. Bagaimana Programa seperti Keadaan, Masalah dan Tujuan & Sasaran di
Kecamatan Kasemen
3.Metode apa yang digunakan dalam penyuluhan di Kecamatan Kasemen?
4.Apa saja program kerja yang ada di Kecamatan Kasemen?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran umum Kecamatan Kasemen
2. Untuk mengetahui kondisi sumber daya alam yang ada di Kecamatan
Kasemen
3. Untuk mengetahui kondisi sumber daya manusia yang ada di Kecamatan
Kasemen
4. Untuk mengetahui kelembagaan sosial ekonomi petani di Kecamatan
Kasemen
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penyuluhan di
Kecamatan Kasemen
4. Untuk mengetahui program kerja yang ada di Kecamatan Kasemen
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
prinsip mengerjakan, sebanyak mungkin melibatkan masyarakat
untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu,
prinsip akibat, memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat, dan
prinsip asosiasi, dikaitkan dengan kegiatan lainnya atau pengalaman
sebelumnya yang dimiliki oleh petani
2.3 Metode Teknik Penyuluhan Pertanian
Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang
dilakukan oleh seorang agen pembaharu atau penyuluh di bidang pertanian,
yang bertujuan untuk membantu mengubah perilaku petani ke arah yang
lebih baik. Metode dan teknik penyuluhan pertanian akan efektif apabila
digunakan atau diterapkan secara tepat.
Mounder dalam Suriatna (1987) menggolonggakan metode penyluhan
menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat di capai :
1. Metode penyuluhan pertanian secara perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhub ungan dengan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang
termasuk ke dalam metode ini adalah anjangsana, surat-menyurat, kontak
informal, undangan, dan hubungan telepon.
2. Metode penyuluhan pertanian secara kelompok
Dalam hal ini, penyuluh berhubungan denga sekelompok orang yang
menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan kelompok antara
lain ceramah dan diskusi, rapat, demonstrasi, temu karya, temu lapang,
sarasehan, perlombaan, dan pemutaran slide.
3. Metode penyuluhan pertanian secara kelompok
Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa). Beberapa
metode yang termasuk dalam golongan itu, antara lain rapat umum, siaran
melalui media massa, pertunjukan kesenian rakyat (pertunra), penerbitan
visual, dan pemutaran film.
Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan
teknik komunikasi dan berdasarkan indra penerimaan sasaran.
7
Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Metode penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan,
langsung bertatap muka dengan sasaran. Misalnya anjangsana, kontak
personal, demonstrasi, dll.
2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang
disampaikan tidak secara langsung dilakaukan oleh penyuluh teteapi
melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan film atau slide,
siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.
Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik
komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-
pernyataan penyuluhan. Mengenai teknik komunikasi ini, Effendy (1986)
mengatakan bahwa teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya
ada tiga yaitu :
1. Komunkasi informatif, yaitu bertujuan untuk memberi informasi
pendekatan pada pikiran. Kalau kita berkomunikasi secara informativ,
informasi-informasi yang kita sampaikan harus faktual dan objektif.
2. Komunikasi persuasif, yaitu bertujuan untuk mengubah atau
memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
3. Komunikasi koersif, yaitu bertujuan untuk merubah sikap, opini atau
tingkah laku seseorang dengan ancaman atau sanksi.
2.4 Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian merupakan sebuah sistem yang terdiri
dari input, proses dan output. Pengkajian dalam konteks input dimulai dengan
mempelajari kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, selanjutnya
ditelusuri proses penyelenggaraan serta dampak yang terjadi.
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring
evaluasi untuk mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Keseluruhan aspek
penyelenggaraan penyuluhan pertanian berdampak terhadap pelaksanaan
penyuluhan pertanian kepada masyarakat tani (Departemen Pertanian, 2004).
8
Komponen-komponen yang merupakan bagian dari penyelenggaraan
penyuluhan pertanian sebagaimana termuat dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan yaitu meliputi programa penyuluhan, mekanisme
kerja dan metode, materi penyuluhan, peran serta dan kerjasama.
1. Programa Penyuluhan Pertanian
Definisi programa penyuluhan pertanian menurut Undang
Undang No.16 Tahun 2006 adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan.
Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa untuk mengetahui seberapa
jauh perencanaan program yang dirumuskan itu telah baik, maka beberapa
acuan tentang pengukurannya mencakup hal-hal sebagai berikut:
Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil
analisis fakta dan keadaan yang lengkap yang menyangkut keadaan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, tersedianya
sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial,
keamanan, dan stabilitas politik.
Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan
Perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata
yang telah dirasakan masyarakat. Artinya, perumusan masalah
hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai
penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan nyata masyarakat yang
telah dapat dirasakan oleh mereka.
Jelas dan menjamin keluwesan
Perencanaan program harus jelas sehingga tidak menimbulkan
keragu-raguan dan kesalahpengertian dalam pelaksanaannya.
Setiap perencanaan juga harus luwes (memberikan peluang untuk
dimodifikasi) sebab jika tidak, program tersebut tidak dapat
dilaksanakan dan pada gilirannya justru tidak dapat mencapai
tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan masyarakat.
9
Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan
kepuasan
Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan
kesejahteraan atau kepuasan masyarakat penerima manfaatnya.
Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin menggerakkan
motivasi masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya.
Menjaga keseimbangan
Setiap perencanaan program harus mampu mencakup kepentingan
sebagian besar masyarakat dan bukan demi kepentingan
sekelompok kecil masyarakat saja.
Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program, harus merumuskan prosedur dan tujuan
sasaran kegiatan yang jelas, yang mencakup : masyarakat penerima
manfaatnya; tujuan, waktu, dan tempat; metode yang akan
digunakan; tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang
terkait; pembagian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh setiap kelompok personel; serta ukuran-ukuran yang
digunakan untuk evaluasi kegiatannya
Proses yang berkelanjutan
Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut
(kegiatan yang harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus
dinyatakan dalam suatu rangkaia kegiatan yang berkelanjutan.
Proses belajar dan mengajar
Semua pihak yang terlibat dalam perumusan, pelaksanaan dan
evaluasi program perlu mendapat kesempatan “belajar” dan
“mengajar”.
Proses koordinasi
Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan harus
melibatkan dan mau mendengarkan kepentingan semua pihak di
dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya koordinasi
untuk menggerakkan semua pihak untuk berpartisipasI
didalamnya.
10
Memberikan kesempatan evalusi proses dan hasilnya
Perencanaan program harus memuat dan memberi kesempatan untuk dapat
dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun hasilnya.
1. Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian
Mekanisme adalah susunan atau hubungan dari bagian sesuatu yang
diadaptasikan untuk menghasilkan sebuah efek (Brainy Media, 2009).
Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan
pertanian dilakukan dalam satu kesatuan jalur vertikal dari tingkat
pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan beserta keluarganya
melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai Penyuluhan
Pertanian. Penanggung jawab penyelenggara penyuluhan pertanian
dari pusat sampai daerah adalah sebagai berikut :
a) Di tingkat pusat adalah Menteri Pertanian Pelaksanaan sehari-
hari, wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan kepada
Kepala Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan
Pertanian/Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional yang
disingkat KPPN.
b) Di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I adalah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Pelaksanaan sehari-hari selaku penanggung
jawab koordinasinya dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Pertanian/Ketua Forum Koordinasi
Penyuluhan Pertanian Propinsi Daerah Tingkat I (FKPP I).
c) Di tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II adalah Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Pelaksana sehari-hari selaku penanggung
jawab koordinasinya dilimpahkan kepada Ketua Pelaksana
Harian BIMAS/Ketua Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian
Kabupaten Daerah Tingkat II (FKPP II).
d) Di tingkat Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian
(WKBPP) adalah Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP),
setelah dikoordinasikan dengan Camat dan Kepala
Desa/Kelurahan setempat
11
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
Tabel 1. Data Wilayah Binaan dan Penyuluhan Pertanian di
Kecamatan Tahun 2016
No Wilayah Kelurahan Nama Jumlah Kelp. Keterangan
Binaan Petugas/Penyuluh Tani
Kasemen Poktan22
1 Kasemen Kasunyutan Kursin Pokdakatan4
Margaluyu Pglh hsl ikan1
Banten KWT 6
2 Terumbu Terumbu Poktan 27
Abdul Rosyid, Pokdakan 10
Sawah Luhur S.PKP KWT 5
3 Bendung Bendung Poktan 16
Majsid Abdul Rosyid,
Priyayi SPKP KWT 2
4 Warung Warung Jaud E.Susi Silistiawati, Poktan 18
Jaud Kilasah SP Pglh hslikan 1
KWT 2
85 Poktan
2 orang PPL 14 Pokdakan
Jumlah 10 Kelurahan 1 orang PPOT 2 Pglh hasil Jumlah total
ikan 116 Kelp
15 KWT
14
Tabel 3. Jumlah Baku Lahan di Kecamatan Kasemen tahun 2016
Luas Baku Lahan (Ha) Keterangan
No Kelurahan
Lahan Lahan Jumlah
Basah Kering
1 Kasemen 269 399 668
2 Kasunyutan 262 120 382
3 Margaluyu 410 122 532
4 Banten 40 456 496
5 Kilasah 670 108 778
6 Warung 228 194 482
Jaud
7 Terumbu 593 113 706
8 Sawah 800 860 1660
Luhur
9 Bendung 371 130 501
10 Masjid 152 158 310
Priyayi
Jumlah 3855 2660 6515
2. Jumlah Lahan Berdasarkan Peruntukan
Tabel 4. Jumlah Lahan Berdasarkan Peruntukan
No Kelurahan Jenis Peruntukan
3 Margaluyu 45 470 - 8 3 3
5 Kilasah 35 713 - 13 5 12
6 Warung 43 406 - 14 5 14
jaud
7 Terumbu 38 644 - 11 3 10
8 Sawahluruh 55 1570 - 15 5 15
15
9 Bendung 28 443 - 12 4 14
10 Mesjid 38 239 - 14 4 15
Priyayi
Jumlah 468 5716 42 124 44 121
4 Banten 40 - - - - 40
10 Mesjid 59 - - - 93 152
Priyayi
Jumlah 3022 833 3855
b. Lahan Kering
Tabel 6. Jenis Penggunaan Lahan Kering
Jenis Penggunaan Lahan Kering (Ha)
No Kelurahan Ladang Kolam Empang Kebun Lain-lain
1 Kasemen 322 - - - 15
2 Kasunyutan
16
Tabel 7. Data Pemilikan Lahan Sawah
Jumlah Lahan
No Kelurahan Sawah Jumlah Petani Rata-rata
1 Kasemen 269 199 1,35
d. Data Klasifikasi Pemilikan Lahan Sawah/Penggarapan
Tabel 8. Data Klasifikasi Pemilikan Lahan Sawah/Penggarapan
Klasifikasi Pemilikan/ Garapan ( Orang )
No Kelurahan 0.1-0.25 0..26-0.5 0.6-0.75 0.76-1 1.1-1.9 >2
1 Kasemen 95 45 30 15 10 4
17
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel. 10 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian
Jenis Mata Pencaharian
No Kelurahan Tani Dagang Buruh Tukang PNS TNI Jasa BUMN
1 Kasemen 527 612 360 85 59 7 264 337
2 Kasunyatan 582 211 255 78 21 5 186 162
3 Margaluyu 1005 45 152 85 30 15 85 102
4 Banten 773 520 575 200 120 10 239 210
5 Kilasah 360 238 107 63 18 - 43 89
6 Warung 789 459 81 49 26 - 31 71
Jaud
7 terumbu 1335 201 97 40 11 - 17 55
8 Sawah 1280 145 379 95 45 2 73 136
Luhur
9 Bendung 508 289 205 65 21 2 39 110
10 Mesjid 644 315 104 56 45 2 58 211
Priyayi
Jumlah 8272 3035 2315 816 396 43 1035 1412
18
5 Kilasah 804 - 25 - 829
6 Warung Jaud 749 - 40 - 789
7 Terumbu 1288 - 47 - 1335
8 Sawah Luruh 1215 - 30 35 1280
9 Bendung 658 - 20 - 678
10 Mesjid Priyayi 729 - 25 - 754
Jumlah 7189 - 260 1098 8552
Berdasarkan Tabel tersebut di atas menunjukann bahwa
jenis usaha pertanian penduduk di Kecamatan sebagian besar pada
usaha tani tanaman pangan, dimana wilayah Kecamatan Kasemen
sebagai sentra produksi beras Kota Serang.
Dengan demikian perlu adanya upaya peningkatan usaha
pertanian bagi pelaku utama dan usaha yang mengarah pada
agribisnis dan penekanan analisa usaha tani. Serta peningkatan
kapasitas kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam
pemgelohan hasil, dimana produk yang dijual bukan berupa gabah
akan tetapi beras produksi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
yang ada diwilayah Kecamatan Kasemen guna meningkatan nilai
jual dan tambah.
19
Jumlah 23572 33704 12228 97 102 119 -
20
4.2 Masalah
A. Tanaman Pangan
Beberapa permasalah yang merupakan faktor penentu teknis, social dan
ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Padi Sawah
28% petani belum menggunakan Benih Berlabel
32% petani belum menggunakan pupuk sesuai dosisi anjuran
32% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
21% petani belum melaksanakan prontokan sesuai cara anjuran
2. Jagung
43% petani belum menggunakan varietas benih sesuai anjuran
42% petani belum menggunakan pupuk sesuai dosis anjuran
50% petani belum melaksanakan cara pemusnahan OPT anjuran
3. Kacang Hijau
29% petani belum menggunakan sesuai anjuran
38% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
20% petani belum menggunakan pembuatan dranase sesuai anjuran
4. Kacang panjang
29% petani belum mengggunakan benih sesuai anjuran
37% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
25% petani belum melaksanakan perbaikan pasca panen
35% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
5. Mentimun
29% petani belum menggunakan benih sesuai anjuran
34% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
25% petani belum melaksanakan perbaikan secara panen
35% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
21
6. Cabe
34% petani belum menggunakan benih sesuai anjuran
37% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
25% petani belum melaksanakan perbaikan secara panen
35% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
B. Perkebunan
1. Kelapa
25% petani belum menggunakan benih sesuai anjuran
25% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
25% petani belum melaksanakan perbaikan secara panen
25% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
2. Melinjo
40% petani belum menggunakan benih sesuai anjuran
40% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
40% petani belum melaksanakan perbaikan secara panen
25% petani belum melaksanakan pengamtan OPT
3. Tebu
40% petani belum menggunakan benih sesuai anjuran
40% petani belum menggunakan pupuk secara berimbang
40% petani belum melaksanakan perbaikan secara panen
30% petani belum melaksanakan pengamatan OPT
C. Pertenakan
1. Ayam Buras
20% petani belum menggunakan bibit sesuai anjuran
40% petani belum menggunakan pakan secara teratur
40% petani belum menggunakan pemasaran secara anjuran
40% petani belum menggunakan pengendalian hama dan penyakit
ternak
22
2. Ayam pendaging
20% petani belum menggunakan bibit sesuai anjuran
35% petani belum melaksanakan sanitasi kandang
35% petani belum melaksanakan pemasaran yang sesuai anjuran
35% petani belum melaksanakan pengendalian hama dan penyakit
ternak
3. Itik
20% petani belum menggunakan bibit sesuai anjuran
40% petani belum memberikan pakan tambahan
40% petani belum melaksanakan pemasaran yang sesuai
40% petani belum melaksanakan pengendalian penyakit ternak
4. Kambing
20% petani belum menggunakan bibit yang sesuai
40% petani belum melaksanakan perkandangan yang sesuai
anjuran
40% petani belum melaksanakan sanitasi kandang
40% petani belum melaksanakan pengendalian penyakit ternak
D. Aspek Sosial
55% petani dalam mencari informasi keluar masih rendah
55% petani dalam dalam pembagian tugas rendah
45% petani dalam kerjasama rendah
E. Ekonomi
60% petani dalam pemupukan modal rendah
60% petani dalam penyediaan sarana produksi rendah
50% petani dalam menentukan harga jual masih ditentukan oleh
tengkulak
23
4.3 Tujuan dan Sasaran
A. Tujuan Umum
1. Meningkatkan Produktivitas dan mutu produksi Usaha tani melalui
Intensifikasi Rehabilitasi dan Konservasi
2. Meningkatkan pendapatan riil petani dari usahatani dan nelayan
3. Meningkatkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang merata
untuk mencapai pemerataan pendapat
4. Memelihara dan meningkatkan kelestarian Produktivitas sumberdaya
alam dan lingkungan
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan Penerapan Teknologi Usahatani Tanaman pangan
a. Mengikatkan rata – rata tingkat penerapan teknologi padi sawah
meliputi
Penggunaan benih berlabel dari 72% menjadi 75%
Penggunaan pupuk sesuai anjuran dari 68% menjadi 71%
Pelaksanaan pengamtan OPT dari 68% menjadi 71%
Pelaksanaan perontokan padi dari 79% menjadi 80%
b. Meningkatan rata-rata tingkat penerapan teknologi jagung meliputi
Penggunaan vaerietas benih anjuran dari 57% menjadi 65%
Penggunaan pupuk sesuai anjuran dari 58% menjadi 63%
Penggunaan pengendalian OPT dari 50% menjadi 60%
c. Meningkatan rata-rata tingkat penerapan teknologi Kacang hijau
meliputi
Penggunaan benih dari 75% menjadi 78%
Penggunaan pupuk berimbang dari 63% menjadi 70%
Pembuatan draenase dari 65% menjadi 70%
24
2. Meningkatan Penerapan teknologi Usahatani Tanaman Perkebunan
a. Meningkatkan rata-rata tingkat peningkatan teknologi tanaman
kelapa meliputi
Penggunaan benih dari 75% menjadi 80%
Penggunaan pupuk berimbang dari 75% menjadi 80%
Penerapan pasca panen dari 75% menjadi 80%
Pengendalian Hama Terpadu dari 75% menjadi 80%
b. Meningkatkan rata-rata tingkat penerapan teknologi tanaman
melinjo meliputi
Penggunaan benih dari 55% menjadi 60%
Penggunaan pupuk berimbang dari 55% menjadi 60%
Penerapan pasca panen dari 60% menjad 70%
Pengendalian hama terpadu dari 70% menjadi 75%
c. Meningkatan rata-rata tingkat penerapan teknologi tanaman tebu
meliputi
Penggunaan benih dari 55% menjadi 70%
Penggunaan pupuk berimbang dari 55% menjadi 70%
Penerapan pasca panen dari 60% menjadi 70%
Pengendalian hama terpadu dari 70% menjadi 75%
3. Meningkatkan Penerapan Teknologi Usahatani Pertenakan
a. Meningkatakan rata-rata tingkat penerapan teknologi ayam buras
meliputi
Penggunaan bibit dari 75% menjadi 80%
Penggunaan pemberian pakan dari 55% menjadi 60%
Penerapan pemasaran dari 50% menjadi 55%
Pengendalian hama terpadu dari 50% menjadi 60%
b. Meningkatkan rata-rata tingkat penerapan teknologi kambing
meliputi
Penggunaan bibit dari 75% menjadi 80%
Penggunaan pemberian pakan dari 55% menjadi 60%
25
Penerapan pemasaran dari 50% menjadi 55%
Pengendalian hama terpadu dari 50% menjadi 60%
C. Sasaran
1. Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah dari 58 kw/ha menjadi
70kw/ha
2. Meningkatkan produktivitas jagung dar 50kw/ha menjadi 60kw/ha
3. Meningkatkan produktivitas Ubi Kayu dari 70kw/ha menjadi
120kw/ha
4. Meningkatkan produktivitas kacang hijau dari 9.5kw/ha menjadi
15kw/ha
5. Meningkatkan produktivitas mentimun dari 80kw/ha menjadi
120kw/ha
6. Meningkatkan produktivitas cabe dari 35kw/ha menjadi 45kw/ha
7. Meningkatkan produktivitas melinjo dari 5kg/pohon menjadi
15kg/pohon
8. Meningkatkan produktivitas kelapa dari 20 kg menjadi 35 kg/pohon
26
sebagai berikut :
1. Ceramah/ diskusi
2. Kunjungan Kelompok/Anjang sono
3. Demotrasi cara
4. Temu lapang
5. Demplot/Kaji terap
6. SL-PTT/SL-PHT
7. Temu usaha
8. Temu tugas
Untuk lebih jelas dapat dilihat dihalaman Lampiran
Jumlah penyuluh di Kecamtan Kasemen berjumlah 3 orang, 2 orang sudah
PNS dan 1 orang honorer. Penyuluhan dilakukan kadang perminggu kadang
perbulan karena keterbatasan SDM.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Di Kecamatan Kasemen terdapat 10 Kelurahan, dalam 10 kelurahan
terdapat 2 orang PPL, 1 PPOPT, 85 poktan, 14 pokdatan, 15 KWT
2. Metodologi yang disampaikan para penyuluh tergantung pada kebutuhan
petani, yaitu dengan cara: praktek, ceramah, diskusi, pemutaran film
tentang pertanian.
3. Sebagian besar masyarakatnya petani
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dari praktikum
PenyuluhanPertanian maka diperoleh saran:
1. bagi masyarakat khususnya petani di Kecamatan Kecamatan bisa ikut
berpartisipasi dalam mendukung dan memotivasi tugas penyuluh.
2. Diharapkan kedepannya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
memenuhi sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan penyuluh
dalam mengemban tugasnya, serta mengawasi pelaksanaan tugasnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius