Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan
pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas
maupun kuantitas. Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada
yang menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang
menguntungkan alam namun bagi kita kurang menguntungkan dari segi
kualitas maupun kuantitas. Kita harus mengetahui berbagai macam tanam
menanam serta pola tanamanya yang baik bagi kita namun tidak merusak
lingkungan. Pengamatan kualitatif adalah pengamatan yang dilakukan alat
indra tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu, tidak
menggunakan alat ukur. Contohnya pengamatan warna daun, pengamatan rasa
buah-buahan, pengamatan bentuk paruh burung, pengamatan bentuk biji-
bijian. Pengamatan kuantitatif adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang mengacu pada satuan baku tertentu. Contohnya
pengamatan panjang daun, pengamatan lebar daun, pengamatan berat biji,
pengamatan jumlah daun, pengamatan tinggi batang dll.
Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam
pemanfaatanya untuk budidaya tanaman guna mendapat hasil yang sebanyak-
banyaknya secara berkelajutan. Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa
pola tanam agar efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan. Pola
tanam (cropping patten) adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau
bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam
suatu bentuk pola tanam atau suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah
selama satu periode. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan
memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman,
hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pada praktikum kali ini
menggunakan pola tanam polikultur (tumpang sari). Tumpang sari adalah cara
bercocok tanam pada satu petak lahan dengan dua atau tiga tanaman sekaligus.
Cara bercocok tanam semacam ini memberikan beberapa keuntungan antara
lain lahan yang ada bisa dimanfaat dengan sebaik baiknya. Manfaat lainnya

1
adalah dalam satu musim kadang hama menyerang pada salah satu tanaman,
namun tidak menyerang jenis tanaman lainnya sehingga jika satu jenis
tanaman terserang penyakit maka jenis tanaman lainnya masih bisa selamat.
Pada praktikum kali ini budidaya tanam dengan polikultur menggunakan
jagung (Zea mays L.) dengan kacang panjang (Vigna sinensi L.). Jagung bisa
tumbuh dengan baik jika ditanam disela sela tanaman kacang panjang. Jagung
sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi. Disamping itu
juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi, karena
jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat sehingga dapat dijadikan sebagai pengganti beras. Di Indonesia
sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung, sebab jagung memiliki
potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan.
Konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran
jagung masih terbuka lebar).
Budidaya kacang panjang merupakan salah satu tanaman sayuran sebagai
sumber vitamin dan mineral. Pembudidayaan kacang panjang cukup mudah.
Tanaman ini hidup baik di daratan rendah maupun dataran tinggi.
Penanamannya pun dapat dilakukan sepanjang tahun, baik di musim hujan
maupun musim kemarau. Sayur ini banyak mengandung virtamin A, B, dan C
terutama pada polong muda. Pada bijinya mengandung lemak protein dan
karbohidrat. Komoditi ini merupakan sumber protein nabati yang cukup
potensial (Haryanto, Eko, 2007).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
penanaman atau budidaya tanaman yang baik dan agar mendapat hasil yang
optimum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


1. Tanaman Jagung (Zea mays L.)

2
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetative dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generative (Effendi, 1985).
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratassebelum bunga jantan. Tanaman jagung (Zea mays L.)
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanah-tanah dengan kandungan
unsur hara tinggi, kelembaban yang optimal dan faktor-faktor eksternal,
seperti curah hujan, dan temperatur yang optimum bagi pertumbuhan
tanaman dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung (Zea mays L.) (Kuswara, 1982).
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu
(Monoecious) yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada
satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu berdaptasi baik
pada faktor-faktor pembatas seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan
suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman
tinggi disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat-
sifat yang menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain
aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi
sangat rendah, transpirasi rendah, serta efisien dalam penggunaan air
(Muhadjir, 1988).
2. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)
Kacang panjang merupakan salah satu bahan pangan dalam bentuk
sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pada saat
tanaman kacang panjang masih muda berikut daunnya dapat dipakai
sebagai bahan pangan (Pitojo, 2006).
Kacang panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayur
ini banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C terutama
pada polong muda. Bijinya banyak mengandung protein, lemak dan
karbohidrat. Dengan demikian, komoditi ini merupakan sumber protein
nabati yang cukup potensial. Kacang panjang adalah tanaman hortikultura
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang panjang

3
merupakan anggota Famili Fabaceae yang termasuk ke dalam golongan
sayuran dan mengandung zat gizi cukup banyak. Kacang panjang adalah
salah satu jenis sayuran yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia maupun dunia. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
bukan tanaman asli Indonesia. Plasma nutfah tanaman kacang panjang
berasal dari India dan Cina, tetapi ada juga yang menduga berasal dari
kawasan Afrika. Dugaan plasma nutfah kacang panjang berasal dari afrika
karena kacang uci (Vigna umbellata) ditemukan tumbuh liar di daerah
Himalaya India, dan plasma nutfah kacang tunggak (Vigna unguculata)
merupakan asli tanaman dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang
panjang tipe merambat diduga berasal dari daerah tropis dan Afrika,
terutama Abbisinia dan Ethiopia. Kacang panjang adalah sumber protein
yang baik, vitamin A, thiamin, riboflavin, besi, fosfor, kalium, vitamin C,
folat, magnesium, dan mangan. Selanjutnya tanaman kacang panjang
menyebar di daerah Asia Tropika (Haryanto dkk., 2007).

2.2 Botani dan Sistematis


1. Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung (Zea mays. L) merupakan tanaman semusim yang
menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Tanaman jagung
merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut
(Iriany et al., 2007):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas
terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas
berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh
(bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam
lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-

4
lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang
begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi
di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah (Subekti et al.,
2007).
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun
yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku
batang. Jumlah daun umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata
munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol tergantung varietas.
Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan
(tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Rambut
jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang
pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30.5 cm atau
lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung
bergantung pada panjang tongkol dan kelobot. Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-
16 baris biji yang jumlahnya selalu genap (Subekti et al., 2007).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe
akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal
tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang.
Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah
permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua
atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah, dan keadaan air tanah.
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri dari
beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas
dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm. Daun jagung
memanjang dan keluar dari buku-buku batang,. Jumlah daun terdiri dari 8-
48 helaian, tergantung varietas. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak
daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus
batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula.

5
Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk
ke dalam kelopak daun dan batang (Rudi Hartono, 2005).
2. Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)
Menurut Haryanto (2007), klasifikasi botani tanaman kacang
panjang adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae/Leguminosae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar,
semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak,
silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya
majemuk, lonjong, berseling, panjang 6 - 8 cm, lebar 3 - 4,5 cm, tepi rata,
pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini
terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang
lebih 12 cm, berwarna hijau keputihan, mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2
cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu (Hutapea, 1994).
Memiliki akar tunggang berwarna coklat muda. Bunga kacang
panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangkai bunga keluar dari ketiak daun,
dan setiap ibu tangkai mempunyai 3 - 5 bunga. Warna bunganya ada yang
putih, biru, atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri, tetapi
penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan
kemungkinan 10%. Tidak setiap bunga dapat menjadi polong, hanya 1 - 4
bunga yang dapat menjadi polong. Buahnya berbentuk polong bulat,
panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10 - 80 cm. Warna polong
hijau muda sampai hijau keputihan. Setelah tua warna polong putih
kekuningan. Polong yang muda sifatnya renyah dan mudah patah. Setelah
tua polong menjadi liat. Pada satu polong dapat berisi 8 20 biji kacang
panjang (Haryanto, 2007).

6
Ciri-ciri polong muda yang siap dipanen adalah ukuran polong telah
maksimal, mudah dipatahkan, dan biji-bijinya di dalam polong tidak
menonjol. Waktu panen yang paling baik pada pagi atau sore hari. Umur
tanaman siap panen 3,5 - 4 bulan. Produksi polong muda per satuan luas
dapat mencapai minimal 2,0 ton per ha (Rukmana, 1995).

2.3 Syarat Tumbuh


Kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi
dengan ketinggian antara 0 1500 mdpl. Kacang panjang biasanya
digolongkan dalam sayuran dataran rendah sebab tanaman ini tumbuh lebih
baik dan banyak diusahakan di dataran rendah pada ketinggian kurang dari
600 mdpl. Kacang panjang dapat ditanam setiap musim, baik musim kemarau
maupun musim penghujan. Waktu bertanam yang baik adalah pada awal atau
akhir musim hujan. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman ini adalah
tanah bertekstur liat berpasir. Kacang-kacangan peka terhadap alkalin atau
keasaman tanah yang tinggi. Untuk pertumbuhan yang optimal diperlukan
derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5 6,5. Tanah yang terlalu asam dengan
pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni
garam aluminium (Al) yang larut dalam tanah. Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pengapuran (Haryanto dkk., 2007).
Suhu rata-rata harian agar tanaman kacang panjang dapat beradaptasi
baik adalah 20 300C dengan suhu optimum 250C. Tanaman ini membutuhkan
banyak sinar matahari. Tempat yang terlindung (teduh) menyebabkan
pertumbuhan kacang panjang agak terlambat, kurus dan berbuah jarang atau
sedikit, sedangkan curah hujan yang dibutuhkan adalah antara 600 - 1500
mm/tahun (Rukmana, 1995).
Tanaman kacang panjang tumbuh dengan baik didaerah beriklim hangat,
dengan kisaran suhu antara 20oC 30oC. Didaerah bersuhu rendah, yakni
dibawah 20 0 C pertumbuhannya relatif lambat dan jumlah polong yang
terbentuk hanya sedikit. Tanaman kacang panjang peka terhadap pengaruh
suhu dingin dan dapat mati kalau terkena frost (suhu dibawah 4 0 C) (Pitojo,
2006).
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga
subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-500 LU

7
hingga 0-400 LS. Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari
yang penuh. Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21-340 C. Curah hujan
yang ideal untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan
hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Tanaman
jagung ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 mdpl. Sedangkan
daerah yang optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl
( Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase
yang baik, pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung
antara lain andosol, latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk
tanaman tersebut (Rukmana, 1995).

2.4 Pola Tanam


Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan
dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam
ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan
untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan
tumbuh antara kedua tanaman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati
kesamaan. Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun
dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang
sepernuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun
curah hujan (Francis, 1986).
1. Sistem Pola Tanam Monokultur
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya
di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal.
Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di
dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial.
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian

8
dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam
(Catharina, 2009).
2. Sistem Pola Tanam Polikultur/Tumpangsari
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa
dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan
pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur. Misalnya jagung
dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingungan
yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah,
sinar matahari dan hama penyakit (Francis, 1986).

2.5 Pupuk dan Pemupukan


Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia, biologi sehingga lebih subur bagi pertumbuhan tanaman (Rasmarkam,
2002).
Pupuk adalah bahan-bahan organik ataupun anorganik yang diberikan
pada tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapi
substansi anorganik esensial bagi tanaman (Santoso, 2006).
Pupuk adalah bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman, zat
makan (hara) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan mempertahankan pertumbuhannya (Sudarmoto,
1997).
Perbedaan pupuk organik dan pupuk anorganik menurut Mulyani (2008) :
Pupuk Organik Pupuk Anorganik
Berasal dari sisa-sisa makhluk Tidak berasal dari sisa-sisa
hidup makhluk hidup
Mengandung ikatan karbon Berasal dari bahan kimia
sintetik
Kandungan unsur haranya tidak Tidak mengandung ikatan
jelas karbon
Bahan baku sulit didapat karena Kandungan unsur haranya jelas
saingan dengan pakan ternak

9
Baunya menyengat Mudah didapat
Tidak praktis dalam Praktis dalam pemakaian
pengangkutan
Biaya produksi lebih mahal Biaya produksi lebih murah
karena ketika dicampur dengan
pupuk anorganik maka
biayanya akan menjadi lebih
banyak
Tidak tahan lama Dapat disimpan lama
Membutuhkan lebih banyak Membutuhkan sedikit tenaga
tenaga kerja kerja
Kandungan nutrisi yang Dapat langsung diaplikasi ke
diaplikasi ke tanah tidak jelas tanah
Menyediakan kebutuhan unsur Jika overdosis dapat merusak
hara secara perlahan tanaman
Memperbaiki struktur tanah, Mencemari lingkungan
membantu mencegah erosi pada
tanah lapisan atas dan
meningkatkan kesuburan tanah
Pemupukan adalah penambahan pupuk ke dalam tanah agar tanah
menjadi lebih subur. Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahan-
bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Contoh penambahan pasir
pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pengapuran
dan sebagainya. Dalam ilmu memupuk bertujuan untuk menyelidiki tentang
zat-zat apakah yang perlu diberikan kepada tanah sehubugan dengan
kekurangan zat-zat tersebut yang terkandung di dalam tanah yang perlu guna
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam rangka produksinya agar
tercapai hasil yang timggi. Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki
kesuburan tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
mencukupkan handungan zat-zat mineralnya, menambah kandungan bahan-
bahan organik. Pemupukan dilakukan apabila tanah mengalami kemunduran
artinya berkurang kesuburannya akibat penghanyutan hara oleh erosi,
pencucian hara , dan terangkut pada saat panen (Kartasapoetra, 1987).

10
2.6 Organisme Pengganggu Tanaman
Pengendalian hama penyakit dimaksukkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain
membunuh hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga.
Jadikanlah pestisida sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada
jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah
penggerek daun penghisap daun (Warsana, 2009).
Penyakit tanaman merupakan suatu pertumbuhan abnormal baik dari
sebagian atau seluruh bagian tanaman tersebut yang disebabkan gangguan
abiotik (alam) dan biotik (jamur, bakteri, virus, dan nematoda). Secara
sederhana penyakit tumbuhan dapatlah diberi batasan : sebagai kerusakan
proses fisiologi, yang disebabkan oleh rangsan yang terus menerus dari
penyebab utama, melalui terhambatnya aktifitas seluler, dan diekspresikan
dalam bentuk karakter patologi yang khas yang disebut symptom atau gejala
(Sastrahidayat, 1991).
Organisme yang menyebabkan penyakit disebut sebagai pathogen. Suatu
jasad saprofit mungkin mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin,
dengan toksin ini jasad tadi mampu menyebabkan penyakit; maka jasad
tersebut dikatakan patogen, walaupun prosesnya tidak langsung. Patogen
dapat menyebabkan penyakit dengan cara (Sastrahidayat, 1991) :
1. Mengkonsumsi isi sel tumbuhan;
2. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin,
enzim, atau zat tumbuh;
3. Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk digunakan sendiri;
4. Memblokir jaringan pembuluh (Sastrahidayat, 1991).
Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Panjang. Kendala utama pada
budidaya tanaman kacang panjang adalah adanya gangguan dari hama dan
penyakit. Hama penting yang dilaporkan menyerang kacang panjang antara
lain, tungau merah Tetranychus bimaculatus (Acarina: Tetranychidae), kutu
kebul Bemisia tabaci (Hemiptera : Aleyrodidae), penggerek polong Riptortus
linearis (Hemiptera: Alydidae), dan kutu daun Aphis craccivora (Hemiptera :
Aphididae. Keberadaan hama/penyakit di areal pertanaman kacang panjang
biasanya tidak sampai menyebabkan kegagalan panen namun dapat

11
mengakibatkan berkurangnya hasil dan penurunan kualitas kacang panjang
yang dihasilkan. Upaya yang banyak dilakukan untuk mengendalikan hama-
hama tersebut adalah dengan melakukan pergiliran tanaman, melakukan
pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya yaitu
kumbang Scymnus sp. (Anwar dkk., 2005).
Kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat serangan penyakit lebih parah
dibandingkan dengan serangan hama. Tinjauan secara umum dampak
penyakit terletak pada akibat serangan penyakit, sedangkan untuk hama
tanaman terletak pada luas serangan, walaupun dalam tempo yang sangat
singkat. Pada jagung penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora
maydis dikenal sebagai penyakit terpenting pada daerah pertanaman jagung,
dapat menyerang tanaman jagung yang berumur 2-3 minggu, 3-5 minggu dan
pada tanaman dewasa, selain itu ada juga penyakit bercak daun yang
disebabkan oleh Helminthosporium turcicum dan penyakit karat pada
tanaman yang sudah tua yang disebabkan oleh Puccinia sorghi (AAK, 1993).
Penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang diantaranya layu
cendawan (Fusarium sp.), antraknosa (Colletotricum lindemuthianum), puru
akar (Meloidogyne sp.), penyakit sapu (Cowpea Witches-broom
Virus/Cowpea Stunt Virus), layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan
penyakit mosaik yang disebabkan oleh Bean common mosaic potyvirus
(BCMV), Bean yellow mosaic potyvirus (BYMV) dan Cowpea aphid borne
mosaic potyvirus (CABMV) (Karismayati, 2017).

2.7 Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik
dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman. Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia kebutuhan
tanaman primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya baik

12
selama pertumbuhan maupun untuk berproduksi, penyedia kebutuhan
sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya
berlangsung optimum, dan habitat biota tanah baik yang berdampak positif
maupun yang berdampak negatif (Hanafiah, 2004).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan
organisme membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapisan batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini
membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horison. Setiap horison dapat menceritakan asal dan proses-
proses kimia, fisika dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut
(Pirwowidodo, 1991).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya. Pada umumnya penelaahan lapisan-lapisan pembentuk tanah
ditekankan pada ketebalan solum tanah (medium pada pertumbuhan tanaman)
yang diukur ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke
permukaan tanah. Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat
ditentukan tebalnya lapisan atas tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub
soil) yang satu dengan lainnya akan menunjukkan perbedaan atau kekhususan
yang mencolok (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Setiap tanah itu, horison-horisonnya mencirikan dan sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Pada suatu profil tanah
yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah.
Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan
yang tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong entisol, disini
lapisan-lapisan merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat
lain (Brady, 1974).
Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan
dinamis dengan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya).
Tanah tersusun atas 5 komponen yaitu (Sutedjo,1988) :
a. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan
batuan dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi;

13
b. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang dan
berbagai hasil kotoran binatang;
c. Air;
d. Udara tanah, dan
e. Kehidupan jasad renik

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Budidaya Tanaman (Zea mays L.) dan Kacang Panjang (Vigna
sinensi L.) ini dilaksanakan pada hari Selasa, 07 Maret-02 April 2017 pukul
07.30 09.10 WIB. Bertempat di Kp. Cikuya Karangkitri, Desa Sindangsari
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang Provinsi Banten.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman (Zea mays L.)
dan Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) ini ialah cangkul, kored, garpu tanah,
arit, patok dari bambu atau kayu, tempat penyiraman (emrat), tali rapia, ajir
dari bambu setinggi 2 meter, sampel, penggaris, dan alat tulis. Sedangkan

14
bahan yang digunakan ialah benih, air, pupuk kompos, pupuk kandang,
furadan, dan pupuk NPK.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays
L.) dan Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) ini :
3.3.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan Lahan untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays
L.) dan Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini
yaitu :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk budidaya
tanaman jagung dan kacang panjang
2. Lahan diukur sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu 3x3
meter
3. Digemburkan tanah menggunakan cangkul dan garpu tanah lalu
dibuat gundukan tanah dilahan 3x3 meter
4. Diberi pupuk organik (pupuk kompos) dengan takaran yang
secukupnya jika bedengan sudah jadi dan sudah gembur
5. Diukur lahan dengan jarak tanam untuk tanaman jagung yaitu
75x50 cm dan untuk jarak tanam tanaman kacang panjang yaitu
50x30 cm dengan menggunakan tali rapia yang diikatkan pada
bambu
6. Tanah yang sudah diolah disiram dengan air secukupnya agar tanah
tidak kering
3.3.2 Penanaman
Penanaman untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini yaitu :
1. Lahan disiram air terlebih dahulu menggunakan emrat
2. Setelah diukurnya jarak tanam tanaman jagung dengan ukuran
75x50cm dan kacang panjang dengan ukuran 50x30 cm
menggunakan penggaris pada ukuran lahan 3x3 meter lalu ditandai
dengan menggunakan patok
3. Dihubugkannya patok yang sudah dihitung dengan menggunakan
tali rapia
4. Benih jagung dan benih kacang panjang direndam pada air untuk
dipilih benih yang bagus dan unggul

15
5. Benih jagung dan benih kacang panjang ditanam pada lahan dengan
kedalam sekitar 1 ruas jari dengan masing-masing satu lubang
tanam berisi 2 benih jagung dan 3 benih kacang panjang
6. Furadan disebar pada lahan yang sudah ditanami benih jagung dan
benih kacang panjang
7. Lahan kembali disiram air secukupnya dengan menggunakan
emrat.
3.3.3 Pengukuran
Pengukuran untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini yaitu :
1. Setelah 1 MST, bibit tanaman jagung dan kacang panjang di sulam
atau dipindahkannya yang awalnya di dalam masing-masing satu
lubang terdapat 3 bibit tanaman jagung dan kacang panjang
menjadi satu bibit tanaman pada setiap lubangnya
2. Dipasangkan 5 sampel untuk tanaman jagung dan 5 sampel untuk
tanaman kacang panjang
3. Kemudian dipasangkan juga ajir untuk tanaman kacang panjang
yang sudah tumbuh
4. Diukur tinggi pada tanaman jagung dan tanaman kacang panjang,
5. Kemudian dihitung jumlah daun dan jumlah bunga pada tanaman
jagung dan kacang panjang.
3.3.4 Pemupukan
Pemupukan untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini yaitu :
1. Pada 2 MST, diberikan pupuk kandang pada tanaman jagung dan
tanaman kacang panjang
2. Dipasangkan pagar dari bambu agar tanaman jagung dan tanaman
kacang panjang aman dari serangan hewan liar
3. Pada 3 MST, diberikan pupuk NPK pada tanaman jagung dan
tanaman kacang panjang
4. Pada 4 MST sampai 6 MST dilakukan pemeliharaan seperti
disiram,dicabuti gulma yang tumbuh disekitar lahan dan diukur
tinggi jumlah daun serta jumlah bunga pada tanaman jagung dan
tanaman kacang panjang.
3.3.5 Pemanenan
Pemanenan untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini yaitu :
1. Pada 7 MST, dilakukannya pemanenan

16
2. Dicabutnya 5 sampel tanaman jagung dan 5 sampel tanaman
kacang panjang
3. Dipisahkan antara akar, batang, daun, bunga, dan buah.
3.3.6 Penimbangan
Penimbangan untuk Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) pada praktikum kali ini yaitu :
1. Tanaman yang baru dipanen selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk ditimbang bobot berat basah dan bobot berat kering
2. Tanaman yang sudah dipisahkan antara akar, batang, daun, bunga,
dan buah selanjutnya ditimbang dengan neraca analitik dan neraca
digital untuk mengetahui bobot berat basah. Kemudian hasil jangan
lupa dicatat dalam bentuk tabel
3. Setelah itu, dibungkus dengan koran pada akar, batang, daun,
bunga, dan buah lalu dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
4. Setelah 24 jam, akar, batang, daun, bunga dan buah ditimbang di
atas neraca analitik untuk mengetahui bobot berat kering. Hasil
dicatat dalam bentuk tabel juga
5. Hasil tersebut dibuat dalam bentuk laporan.

3.4 Parameter Pengamatan


Adapun parameter pengamatan dari praktikum Budidaya Tanaman (Zea
mays L.) dan Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) ini :
1. Tinggi Tanaman
2. Jumlah Daun
3. Jumlah Bunga
4. Jumlah Polong
5. Bobot Basah
6. Bobot Kering

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

17
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Minggu Pengamatan (cm) Rata-
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
rata
1 11 25,1 33 25,5 45 83,5 122 345,1 86,28
2 9,2 24,1 23 60 82,5 100 100 398,8 99,7
3 11,5 21 25,5 43,5 65 87 144 397,5 99,38
4 12,9 21,2 32 68 87 100 122 443,1 110,78
5 9,7 18,9 26 57,5 68,5 93,5 116 390,1 97,53
Jumlah 54,3 110,3 139,5 254,5 348 464 604

Rata- 18,1 36,77 46,5 84,83 116 154,67 201,33


rata

4.1.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

4.1.2 Tabel Tinggi tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)


Minggu Pengamatan (cm)
Sampel Jumlah Rata-
1 2 3 4 5 6 7 rata
1 5 13,4 13,5 22,5 47,5 65,5 148 315,4 78,85
2 5,2 15,8 17,5 95,5 112 130 222,7 598,7 149,68
3 6,8 18,8 17 46 67 90 109 354,6 88,65
4 7 14,4 11,5 23 55 82 120 312,9 78,23
5 8,2 16,6 18 79 92,5 117 145 476,3 119,08

18
Jumlah 32,2 79 77,5 266 374 484,5 744,7

Rata- 10,73 26,33 25,83 88,67 124,67 161,5 248,23


rata

4.1.2 Grafik Tinggi tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)

4.1.3 Tabel Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.)


Minggu Pengamatan (cm) Rata-
Sampel Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 rata
1 3 4 3 6 6 9 10 41 10,25
2 3 3 4 6 6 7 7 36 9
3 3 4 3 5 6 7 8 36 9
4 3 4 4 6 7 7 8 39 9,75
5 3 4 3 5 7 7 8 37 9,25
Jumlah 15 19 17 28 32 37 41

Rata- 5 6,33 5,67 9,33 10,67 12,33 13,67


rata

4.1.3 Grafik Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.)

19
4.1.4 Tabel Jumlah Daun Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)
Minggu Pengamatan (cm)

1 2 3 4 5 6 7
Sampel Jumlah Rata-rata
1 2 2 3 5 8 10 13 43 10,75

2 2 3 4 7 10 15 21 62 15,5

3 2 2 3 6 8 8 10 39 9,75

4 2 3 3 5 9 13 17 52 13

5 2 3 4 7 7 8 8 39 9,75

Jumlah 10 13 17 30 42 54 69

Rata-rata 3,33 4,33 5,67 10 14 18 23

4.1.4 Grafik Jumlah Daun Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)

20
4.1.5 Tabel Jumlah Bunga Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Minggu Pengamatan (cm)

1 2 3 4 5 6 7
Sampel Jumlah Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

2 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

3 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

4 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

5 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

Jumlah 0 0 0 0 0 0 5

Rata-rata 0 0 0 0 0 0 1,67

4.1.5 Grafik Jumlah Bunga Tanaman Jagung (Zea mays L.)

21
4.1.6 Tabel Jumlah Bunga Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)
Minggu Pengamatan (cm)
1 2 3 4 5 6 7
Sampel Jumlah Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 1 0 1 0,25
Jumlah 0 0 0 0 0 1 1

Rata-rata 0 0 0 0 0 0,33 0,33

4.1.6 Grafik Jumlah Bunga Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)

22
4.1.7 Tabel Jumlah Polong Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)
Minggu Pengamatan (cm)

1 2 3 4 5 6 7
Sampel Jumlah Rata-rata
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 1 1 0,25

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 1

Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0,33

4.1.7 Grafik Jumlah Polong Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.)

23
4.1.8 Tabel Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Jagung (Zea mays
L)

Bobot Basah (gram) Bobot Kering (gram)


Samp-
Bat- Bun- Bat- Bu-
el Akar Daun Akar Daun
ang ga ang nga
sampel 355,1 150 80 40 6,25 27,29 34,14 13,60 3,82
1
sampel 195,51 40 50 17,58 13,40 8,90 56,51 6,34 2,78
2
sampel 326,71 27,13 140 50 4,70 16,50 77,60 1,67 9,11
3
sampel 269,63 40 60 50 8,30 22,77 58,44 23,46 6,66
4
sampel 276,91 35 90 55 4,25 13,94 55,48 19,36 3,88
5

4.1.8 Grafik Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Jagung (Zea mays
L.)

24
4.1.9 Tabel Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensi L.)

Bobot Basah (gram) Bobot Kering (gram)


Sam-
Ak- Bata- Bu- Ak- Bata
pel Daun Daun Buah
ar ng ah ar -ng
sampel
1 25,56 1,10 4,47 15,56 0,41 1,37 2,65
sampel
2 61,14 4,19 15,89 22,27 9,62 1,17 3,01 4,16 0,83
sampel
3 12,62 1,33 3,90 5,13 0,39 0,83 1,04
sampel
4 40,09 1,61 11,19 20,70 0,54 2,13 3,92
sampel
5 21,05 2,86 5,78 8,62 0,93 1,21 1,65

4.1.9 Grafik Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensi L.)

25
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kempompok kami bertugas untuk menanam tanaman
jagung dan kacang panjang dilahan dan waktu yang bersamaan. Penanaman
ini dinamakan system penanaman polikultur. Dengan demikian, pola tanam
sistem polikultur adalah suatu bentuk pola tanam yang melibatkan lebih dari
satu jenis tanaman pada satu areal lahan dalam waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Terdapat beberapa
keuntungan sistem polikultur yaitu memperoleh hasil yang maksimal dengan
lahan yang sempit karena panen bisa beberapa kali dengan usia panen dan
jenis tanaman yang berbeda, hemat biaya pengolahan lahan dan perawatan
yang khusus, hemat biaya pemupukan, hemat waktu dan tenaga, mendapatkan
keuntungan hasil jual yang lebih karena setiap tanaman memiliki nilai jual
yang berbeda, menekan resiko kerugian karena hasil jual setiap jenis tanaman
saling menguntungkan atau menggantikan, mengurangi erosi, meningkatkan
efisiensi penggunaan faktor lingkungan serta efisiensi penggunaan air dan
menekankan serangan gulma; penyakit; hama. System penanaman ini
memungkinkan terpenuhinya seluruh lahan budidaya dan meningkatkan hasil
panen. Namun, disamping kelebihan pasti ada kekurangan. Kekurangan yang
sangat terlihat pada sistem tanam ini adalah perawatan lahan budidaya yang
sulit karena terdapat lebih dari satu jenis tanaman yang ditaman. Pola tanam

26
memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman pola tanam sistem.
Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan
keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Untuk dapat melaksanakan
pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air,
kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Francis (1986).
Pada praktikum kali ini terlihat dari data serta grafik pada pertumbuhan
dan perkembangan beberapa sampel tinggi tanaman jagung maupun kacang
panjang terlihat mengalami perbedaan tinggi dari minggu ke minggu
berikutnya. Hal ini diduga karena saat penanaman dari beberapa benih jagung
maupun kacang panjang terlalu dalam atau kemungkinan benih-benih tersebut
ditutupi oleh tanah terlalu tebal sehingga benih jagung maupun kacang
panjang lambat dalam berkecambah atau sulit tumbuh bahkan beberapa benih
ada yang menjadi busuk dan menjadi tidak tumbuh maka diganti dengan bibit
jagung dan kacang panjang dengan umur penanaman yang sama, sebab saat
budidaya di lahan sisa dari benih jagung dan kacang panjang di tanam di
tempat lain sebagai cadangan tanaman alternatif jika sewaktu-waktu tanaman
tersebut mati sehingga menyebabkan perbedaan tinggi dari beberapa sampel
jagung dan kacang panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anwar (2005)
penutupan lubang tanam jangan terlalu tebal, karena bisa memperlambat
perkecambahan bahkan benih bisa mengalami kebusukan. Pergantian
tanaman ini terjadi pada tanaman jagung dan kacang panjang yang menjadi
sampel tanam. Yaitu pada tanaman jagung sampel 1 pada minggu ke 4
setelah tanam dan sampel 2 pada minggu ke 3 setelah tanam. Pergantian
sampel tanaman juga terjadi pada sampel 3 dan 4 pada tanaman kacang
panjang pada minggu ke 3 setelah tanam. Atau diduga dalam pemupukan
yang kurang efektif seperti pemberian pupuk organik maupun pupuk NPK
yang tidak merata terhadap terhadap tanaman jagung dan tanaman kacang
panjang sebab pemupukan yang efektif pemupukan yang berfungsi
menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sedikit dalam
tanah. Dampak pemupukan yang efektif akan terlihat pada pertumbuhan yang
optimal dan keuntungan usaha tani yang naik dengan signifikan. Unsur N itu

27
sendiri merupakan unsur hara yang memegang peranan sangat penting karena
merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman seperti meningkatkan pertambahan ruas batang (merangsang
pertumbuhan organ-organ vegetatif tanaman). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Tamewu, dkk (2012). Dan sangat dianjurkan pemupukan juga
menggunakan pupuk organik karena penggunaan pupuk organik diperlukan
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk anorganik,
karena untuk satuan kandungan hara yang sama diperlukan pupuk organik
dalam jumlah yang sangat tinggi dibanding pupuk anorganik dan
penyediannya terbatas. Hal ini pun sesuai dengan pernyataan Rukmana
(1995) bahwa pupuk organik memiliki kandungan yang sangat baik pada
tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat tinggi.
Pada kegiatan budidaya tanaman jagung dan kacang panjang, terdapat
beberapa kendala dalam proses pengerjaannya. Seperti keterbatasan air.
Keterbatasan air menyebabkan sulitnya tanaman mendapatkan pasokan atau
persediaan air yang cukup, dan menyebabkan beberapa tanaman mengalami
kekeringan. Kekeringan ini tentunya dapat menyebabkan tanaman menjadi
layu dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Lalu selanjutnya
adalah keterbatasan alat yang ada, keterbatasan ini membuat proses
pengerjaan penglahan lahan dan penyiraman menjadi terganggu. Seperti
keterbatasan alat cangkul, garpu rumput, dan emprat. Keterbatasan ini juga
menyebabkan kegiatan budidaya menjadi tidak efektif karena banyak
praktikan yang tidak bisa melaksanakan kegiatan dengan baik. Dan kendala
yang terakhir mengenai jarak lahan dengan tempat tinggal kita yang
menyebabkan dalam pemeliharaan tanaman jagung dan tanaman kacang
panjang kurang efektif seperti pada penyiraman, seharusnya penyiraman
dilakukan dalam 2 kali sehari yaitu pagi dan sore namun kita terbentur
dengan segala aktivitas perkuliahan dan mengharuskan adanya kendaraan
untuk menuju ke lahan sehingga penyiraman dilakukan sehari hanya satu kali.
Oleh sebab itu, pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman jagung dan
kacang panjangpun menjadi terhambar dan kurang subur. Hali ini sesuai
dengan pernyataan Rasmarkam (2002).

28
Terdapat masalah pada tanaman jagung dan kacang panjang yaitu pada
daunnya terlihat yang berwarna hijau agak kekuning-kuningan selanjutnya
berubah menjadi kuning lengkap. Hal ini diduga karena kurangnya nutrisi
juga pada salah satu unsur N (nitrogen) sehingga menyebabkan daun jagung
dan daun kacang panjang menguning dan akhirnya menggugurkan daunnya
kemudian atau kerontokan daun sehingga praktikan harus mencabuti daun
yang sudah berwarna kuning dan akhirnya jumlah daun pada jagung dan
kacang panjang menjadi berkurang. Sebab pada saat pemberian pupuk NPK
penyebaran pupuk NPKnya pun tidak merata sehingga ada tanaman yang
tidak mendapatkan unsur N yang penting bagi tanaman tersebut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mangel and Kirby (1987) yang menyatakan bahwa
gejala kenampakan daun juga dapat menjadi kriteria yang penting terhadap
kecukupan N dalam jaringan tanaman karena N memegang peranan penting
sebagai penyusun klorofil, sehingga akan nampak berwarna hijau. Masalah
selanjutnya terjadi dari tanaman itu sendiri diduga karena dari beberapa
tanaman jagung dan kacang panjang ada yang terserang hama ataupun
terkena penyakit. Serangan hama menyebabkan bolongnya daun pada
tanaman, baik itu tanaman jagung maupun kacang panjang. Serangan hama
dilakukan oleh beberapa serangga seperti belalang yang memakan daun dari
tanaman tersebut selain itu terdapat semut dengan jenis yang besar terkadang
memakan daun dari tanaman tersebut juga bahkan mengambil nutrisi yang
dibutuhkan dari tanaman tersebut. Penanganan hama ini dapat dilakukan
dangan pemberian pestisida dengan takaran tertentu atau meletakan predator
alami hama di area lahan budidaya tersebut. Dan penyakit yang menyerang
tanaman jagung yaitu penyakit bulai jagung, hal ini disebabkan oleh jamur
Peronosclerospora maydis P,apabila jika tidak ditanggulangi menyebabkan
kerugian yang fatal pada tanaman jagung tersebut. Gejala tersebut yaitu
timbul sekilas mirip seperti tanaman kekurangan nutrisi karena pucat, dan
pada daerah perakaran kalau dicabut terlihat menggerompol tidak
berkembang, sehingga ini mengganggu proses transfer nutrisi ke daun dan
keseluruh bagian tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat,
termasuk pada pembentukan tongkol, daun menggulung. Namun serangan

29
bulai yang terjadi pasca terbentuknya tongkol, biasanya tidak begitu
berpengaruh dan hanya menampakkan daun yang agak
menguning.Peningkatan suhu dan kelembapan juga akan mempercepat
perkembangbiakan juga penyebaran spora bulai, baik melalui media udara,
tanah maupun benih. Penyakit ini dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu
dengan pemilihan benih yang bagus serta unggul. Mengingat bahwa penyakit
ini dapat menyebar melalui benih. Sebelum ditanam, benih jagung dapat
terlebih dahulu direndam dengan air bercampur dengan bahan fungisida aktif
selama 15-30 menit lalu ditiriskan dan diangin-anginkan ditempat teduh.
Perlakuan ini bertujuan untuk menghambar pertumbuhan spora
Peronosclerospora maydis P. Pencegahan penyakit bulai juga dapat dilakukan
saat pegolahan tanah atau lahan. Gulma pada lahan harus dibersihkan atau
dicabuti karna dapat menjadi salah satu sarana dalam penyebaran spora
Peronosclerospora maydis P. Penyemprotan fungisida berbahan aktif seperti
acrobat juga harus dilakukan secara serempak pada lahan untuk menghambat
pertumbuhan serta penyebaran spora jamur penyebab penyakit bulai secara
tuntas.
Pada tanaman kacang panjang diduga merupakan penyakit karat daun,
dengan melihat gejalanya yaitu adalah timbulnya seperti bintik-bintik kecil,
sedikit menonjol, kuning atau putih di atas bahkan di bawah permukaan daun.
Bintik-bintik kemudian memperbesar dan membentuk pustul-cokelat
kemerahan atau berwarna karat. Penyakit ini disebabkan oleh suburnya
cendawan Uromyces appendiculatus. Spora pada cendawan ini menginfeksi
bagian daun tanaman dalam bentuk urediniospora dan teliospora. Akibatnya,
buah kacang panjang akan mengalami kerusakan berupa nekrosis berwarna
hitam, bahkan buahnya pun ikut menghitam. Melihat dari gejala tersebut dapat
dicocokkan dengan gelaja yang timbul pada tanaman kacang panjang di lokasi
lahan budidaya tersebut. Atau diduga oleh cendawan Cercospora canescens
sebab terdapat gejala umumnya adalah bercak berbentuk bulat dengan
diameter 1-5mm. Bercak pada permukaan bagian daun kacang panjang
berwarna kekuning cokelatan, sedangkan pada permukaan bawah tampak
berwarna hitam. Penyakit ini tentunya harus segera diatasi untuk mengurangi

30
kerugian yang ditimbulkannya. Pengendalian dari serangan penyakit ini dapat
dilakukan dengan mengontrol pasokan atau pengairan ke lahan, agar kondisi
lahan tidak lembab. Hal ini mengingat bahwa penyakit ini dapat berkembang
dengan cepat dalah kondisi yang lembab. Kemudian pengendalian penyakit
dapat dilakukan dengan praktek budidaya seperti rotasi tanaman (2-3 tahun)
untuk menurunkan potensi penyebaran. Dan tanaman yang sudah terinfeksi
parah harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi penyebaran penyakit ke tanaman yang lain. Penggunaan
fungisisda juga dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida untuk
mengambat pertumbuhan cendawan Uromyces appendiculatus. Contoh
fungisida yang dapat digunakan adalah zoxystrobin (Quadris), boscalid
(Endura) dan pyraclostrobin (Headline).
Dan pada data bobot basah dan bobot kering tanaman jagung dan kacang
panjang terlihat perbedaan dari bobot basah dan bobot kering. Hal ini terlihat
massa berat bobot basah jauh lebih besar nilainya karena belum melewati fase
pemanasan panas kering (belum di oven), hal inipun juga bobot basah masih
terkandung banyak kadar air di dalam bagian-bagian dari tanamannya tersebut
seperti bagian akar, batang, daun, bunga bahkan buah. Sedangkan pada bobot
kering memiliki nilai yang jauh lebih kecil ketimbang bobot basah
dikarenakan sudah melewati fase pemanasan dengan menggunakan oven
selama 24 jam sehingga kadar air di dalam akar, batang, daun, bunga bahkan
buah menjadi lebih sedikit bahkan tidak terkandung sama sekali jika kita lebih
lama lagi dalam pemanasan di oven tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

31
Dapat disimbulkan bahwa pola tanam memiliki arti penting dalam sistem
produksi tanaman pola tanam system. Pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman jagung dan kacang panjang mengalami kenaikan jika dilihat dari
data-data yang sudah ada dikarenakan tanaman jagung dan kacang panjang
telah menyerap unsur hara pada pupuk atau unsur hara dari lainnya secara
baik. Namun, terdapat kendala selama berlangsungnya kegiatan budidaya
jagung dan kacang panjang yakni dari segi ketersediaan air, peralatan selama
budidaya tersebut, bahkan jarak antara lahan dengan tempat tinggal ataupun
dari segi waktu yang kurang memadai untuk pemeliharaan selanjutnya.
Bahkan terdapat masalah terhadap tanaman jagung dan kacang panjang itu
sendiri dari terserang hama ataupun terkena penyakit dan karena faktor
lainnya seperti kekurangan unsur nitrogen ataupun pemupukan yang kurang
merata pada tanaman jagung dan kacang panjang. Ditinjau secara luasnya
yaitu salah satu sumber daya dalam tanah yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah ketersediaan unsur hara pada media tanam di
lahan, terutama nitrogen yang merupakan unsur hara makro penting bagi
tanaman yang diperlukan dalam pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti akar, batang dan daun serta pembentukan klorofil dan
protein. Dan juga terdapat faktor lain dari tinggi dan jumlah daun pada jagung
dan kacang panjang yaitu dalam perlakuan saat pemberian pupuk dasar
nitrogen tidak memberikan pengaruh secara nyata dan singkat pada peubah
tinggi tanaman maupun jumlah daun pada jagung dan kacang panjang pada
semua umur pengamatan karena selama pengamatan berlangsung temperatur
pada siang hari tinggi, sehingga penguapan dari tanah dan tanaman atau
evapotranspirasi yang tinggi mengakibatkan pupuk yang diberikan belum
tersedia secara cukup bagi tanaman tetapi pupuk sudah hilang karena
penguapan dan menjadi percuma terbuang sia-sia. Itulah, hal/faktor lain yang
menyebabkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
jagung dan tanaman kacang panjang.
5.2 Saran

32
Diharapkan agar praktikan dapat lebih teliti dalam memperhatikan dan
mengamati pertumbuhan tanaman agar hasil yang diperoleh terperinci dan
akurat dan agar tidak terjadi kegagalan saat penanaman.

33

Anda mungkin juga menyukai