Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAPASITAS TUKAR KATION DAN ANION DI DALAM TANAH


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dasar Ilmu Tanah

Kelompok: 4
Kelas: III A Agribisnis
Disusun Oleh :
Shifa Inayatul Maula (4441160080)
Devi Safitriawati (4441160068)
Luthfi Soni Azi (444116010)
Lidia Yustika (4441160050)
Shelvy Oktarina (444116000)
Aa Itqonul atsna (4441160094)
Nindiyawati (4441160047)
Ahmad Naziullah (4441160067)
Heru Agami (4441160033)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat hidayah dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kapasitas Kation dan
Anion Pada Tanah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar Ilmu Tanah yang
diharapkan berguna untuk menambah wawasan tentang Peran Kapasitas Kation dan Anion Pada
Tanah. Dengan terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Putra Utama, SP .,MP selaku dosen mata kuliah Dasar Ilmu Tanah yang telah
memberikan tugas ini sekaligus dorongan moril kepada kami untuk melaksanakan tugas
ini.
2. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam segi bahasa. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakanmakalah ini dan sebagai pembelanjaran penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
Serang, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1

1.1 Latar belakang............................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1 Kapastias Tukar Kation (KTK) Kapasitas Tukar Anion ............................................................... 3

2.1.1. Perbedaan KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif ............................................. 4

2.2 Kapasitas Tukar Anion ................................................................................................................. 4

2.3 Jenis Jenis Tanah yang Menyerap Unsur Kation ....................................................................... 5

2.4 Peranan KTK Dan KTA Pada Tanah ............................................................................................ 7

2.4.1 Peranan Kapasitas Tukar Kation Dalam Perubahan PH Tanah. ........................................... 7

2.5 Faktor yang mempengaruhi KTK pada tanah ............................................................................... 8

2.6 Keberadaan Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanah ............................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 13

3.2 Saran ........................................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam tanah, gaya-gaya alam bereaksi terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi
sehingga berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik yang
kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak
dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan
biologinya yang menentukan unsur hara yang tersedia.
Unsur hara tanaman tersedia dalam bentuk ion: kation atau anion. Ion diikat oleh
kompleks bermuatan listrik pada permukaannya dan dilepas ke dalam cairan tanah melalui
mekanisme pertukaran ion. Air ditahan di antara lempeng liat dan dalam molekul bahan organik.
Kemampuan kompleks penyangga untuk mempertukarkan kation atau anion dinyatakan sebagai
Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Kapasitas Tukar Anion (KTA); dan jumlah kation-kation
basa terjerap, dalam persen, disebut Persentase Kejenuhan Basa (PKB). Mekanisme pertukaran
ion sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH). Dalam menafsir tingkat kesuburan suatu tanah,
maka nilai KTK, KTA, PKB, dan pH digunakan sebagai parameter.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih
baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation
basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila
didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah.
Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara
tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. KTK pada jenis tanah yang ada berbeda-beda,
dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat. KTK tanah pada umumnya digunakan sebagai
indikator pembeda pada proses klasifikasi tanah.
KPA adalah Kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar anion. Lempung akan
bermuatan positif hanya terjadi dalam kondisi asam, ketika dimana pH tanah dibawah ZPC Clay
atau karena patahnya ikatan mineral lempung (Anonim, 2009b).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian KTA dan KTK pada tanah
2. Apa saja jenis-jenis tanah yang menyerap unsur kation
3. Peranan KTA dan KTK pada tanah
4. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi KTK pada tanah
5. Bagaimana keberadaan unsur hara makro dan mikro pada tanah
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian KTA dan KTK pada tanah
2) Untuk mengetahui jenis jenis tanah yang menyerap unsur kation
3) Untuk mengetahui peranan KTA dan KTK pada tanah
4) Untuk mengetahui peningkatan KTK pada tanah
5) Untuk mengetahui keberadaan unsur hara makro dan mikro pada tanah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kapastias Tukar Kation (KTK) Kapasitas Tukar Anion


Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity (CEC) merupakan jumlah
total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif (Madjid,
2007). Kapasitas tukar kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++,Mg+, K+, Na+,NH4+,
H+, AL3+ dan sebagainya. Di dalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah
atau diserap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat
diserap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100g) dinamakan kapasitas tukar kation
(KTK). (Hardjowigeno,2007). Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan
negatif, KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. KTK koloid anorganik atau KTK liat yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negative,
Nilai KTK liat tergantung dari jenis liat, sebagai contoh:
a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c. Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d. Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
2. KTK koloid organik yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid
oerganik yang bermuatan negatif Karena bahan organik sendiri merupakan sumber koloid
organik yang memiliki banyak keunggulan seperti mampu menyediakan hara makro dan
mikro, dapat menghelat unsur logam yang bersifat racun, meningkatkan kapasitas
menyangga air, meningkatkan nilai KTK (Intan Nariratih dkk,2013) dan
3. KTK total atau KTK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu
tanah baik kation pada permukaan koloid organic (humus) maupun kation pada
permukaan koloid anorganik (liat). (Madjid, 2007).
Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari
pada tanah dengan KTK rendah atau tanah-tanah berpasir.tanah dengan KTK tinggi bila di
dominasi oleh kation basa , Ca, Mg, K, Na ( kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan
kesuburan tanah, tetapi bila di dominasi oleh kation asam Al, H ( kejenuhan basa rendah) dapat

3
mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid
maka unsur unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
Jenis jenis mineral liat juga menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan
mineral liat montmorilonit mempunyai KTK yang lebih besar dari pada tanah dengan mineral
liat kaolinit. Tanah tanah yang tua seperti tanah oxisol mempunyai KTK rendah karena karena
koloidnya banyak terdiri dan seskuiosida.
2.1.1. Perbedaan KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif
Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. KTK Muatan Permanen
KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi
isomorf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan
ukuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini
terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di dalam struktur
lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron.
2. KTK Muatan Tidak Permanen
KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation
yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat
bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme patahan
atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH-
dari larutan tanah. Berdasarkan teknik pengukuran dan perhitungan KTK tanah di
laboratorium, maka nilai KTK dikelompokkan menjadi 2, yaitu KTK Efektif, dan KTK
Total. (Hardjowogeno 2003).
2.2 Kapasitas Tukar Anion

Kapasitas Tukar Anion adalah Kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar anion.
Lempung akan bermuatan positif hanya terjadi dalam kondisi asam, ketika dimana pH tanah
dibawah ZPC Clay atau karena patahnya ikatan mineral lempung. Tempat pertukaran anion
timbul dari protonasi hidroksil pada permukaan laut. Gilosite merupakan oksida liat yang terdiri
dari alumunium dalam koordinasi 6 dengan hidroksil. Dalam lingkungan acidik yang normal,
tanah tropik mengalami pelapukan tinggi, hidroksil mengambil atom hydrogen (proton)
(Anonim, 2009). Jenis Anion : SiO44-, H2PO4-, SO42-, NO3- dan Cl- .

4
Menurut Anonim (2009) kapasitas tukar kation meningkat seperti peningkatan PH tanah
dan kapasitas tukar anion meningkat dengan berkurangnya PH tanah. Di dalam tanah, disamping
pertukaran kation sering ditemukan pula pertukaran anion walaupun dalam jumlah yang jauh
lebih sedikit. Kapasitas tukar anion (KTA) banyak ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat
AL dan Fe-oksida. KTA ditemukan pula pada kaolinit dalam jumlah yang lebih sedikit. Adanya
muatan positif pada mineral liat silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan Kristal atau
akibat penggantian gugusan OH oleh anion-anion lain (Shancez, 1976).
Pada oksida-oksida Fe dan AL timbulnya muatan positif terutama akibat penggantian
gugusan OH- oleh anion-anion lain. Karena koloid-koloid ini bermuatan positif maka terjadilah
pertukaran anion. Secara umum, bila tanah mengandung banyak muatan positif maka:
1. Terjadi penyerapan anion seperti Nitrat (NO3-), chlor (Cl-) dan lain-lain.
2. Kation-kation seperti Ca, Mg, dan K tidak diserap tanah, tetapi tetap dalam larutan tanah
sehingga mudah tercuci dari tanah.
3. Fosfat dan Sulfat dapat difiksasi oleh tanah. Karena tanah mempunyai kemampuan
memfiksasi P dengan sangat kuat maka P tersedia sangat rendah.
Walaupun muatan positif dimiliki oleh mineral lempung, hidroksida, dan senyawa organik,
tetapi muatan negatif jauh lebih besar sehingga kapasitas pertukaran anion (AEC) terlalu kecil
dari pada KTK tanah dan reaksi pertukaran anion kurang penting di bandingkan dengan
pertukaran kation. Kapasitas tukar anion sangat tergantung pada kandungan jenis lempung,
humus, dan hidroksida. Tanah- tanah tropika yang mengandung mineral kaolinit, humus dan
hidroksida.

2.3 Jenis Jenis Tanah Terhadap Kapasitas Tukar Kation

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep sebagai
media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri memiliki jenis dan
sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain : Regosol, Andisol, Vertisol, Latosol, dan
masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur kimia tertentu dan fase-fase reaksi kimia
tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan tanah, kembali pada konsep bahwa tanah sebagai
media alami pertumbuhan tanaman.

5
1. Regosol : belum banyak mengalami perkembangan profilnya. Mengandung bahan yang
belum atau masih mengalami pelapukan. Tanah ini berwarna kelabu, coklat, atau coklat
kekuningan. Tekstur tanah biasanya kasar, yaitu pasir hingga lempung berdebu, struktur
remah, konsistensi tanah lepas sampai gembur dan pH 6-7. Umumnya cukup mengandung
unsure P dan K yang masih segar dan belum siapuntuk diserap tanaman, tetapi kekurangan
unsur N. (Dharmawijaya, 1992)
2. Vertisol : Tanah ini bertekstur liat yang berwarna kelam yang bersifat fisik berat.. Tanah ini
kaya akan kapur dan pH tanahnya agak alkalis. Sifat tanah vertisol yang dijadikan tanah
pertanian adalah tanah dengan kadar asam fosfat rendah, vertisol muda berbahan napal
sehingga kaya akan fosfat. Kapasitas tukar kation tanah tergantung dari kandungan bahan
organik, jumlah dan jenis mineral liat. Tanah Vertisol didominasi oleh mineral liat smektit
memiliki nilai KTK paling tinggi. Sedangkan tanah lainnya (Inceptisol, Oxisol, dan Andisol)
didominasi oleh mineral liat kaolinit memiliki nilai KTK yang lebih rendah (Dedi
Nursyamsi, 2005). Kadar smektit dalam fraksi liat tanah berkait-an erat dengan nilai KTK
tanah, dimana semakin tinggi kadar smektit maka semakin tinggi pula nilai KTK
tanahnya(D.Nursyamsi, 2007)
3. Latosol : Latosol meliputi tanah yang melakukan pelapukan yang intensif dan
perkembangan tanah yang lebih lanjut. Keadaan ini meyebabkan pelindian unsure basa,
bahan organic, dan silica dengan meninggalkan sesquoksida sebagai sisa berwarna merah.
Umumnya kandungan unsure hara dari rendah sampai sedang. Tekstur tanah liat, struktur
remah dan konsisitensi gembur. unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid
maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari
pada tanah-tanah dengan adar bahan organik rendah atau berpasir. (Hasmana Soewandita,
2008)
4. Daya menahan air cukup baik sehingga tidak rentan terhadap erosi. Reaksi pH berkisar
antara 4,5-6,5. Kapasitas pertukaran katiion rendah. Secara umum, tanah ini memiliki sifat
fisik yang baik, namun sifat kimia agak buruk.
5. Andisol : Tanah andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, kelabu sampai coklat tua.
Tekstur tanah ini adalah debu, lempung berdebu sampai lempung. Sedangkan struktur rema,
konsisitensi gembur. Mengandung bahan organik yang tinggi. Terdapat alofan yang

6
menyebabkan KPK dalam tanah tinggi. Reaksi tanah cukup baik, berkisar dari pH 5-7, asam
sampai netral. Meskipun demikian, tanah ini rentan terhadap erosi.
6. Oksisol : Tanah Oksisol walaupun memiliki kadar bahan organik lebih tinggi daripada
Inceptisol tapi KTK Oksisol lebih rendah daripada Inceptisol karena tanah Oksisol, selain
mengandung mineral liat kaolinit juga

2.4 Peranan KTK Dan KTA Pada Tanah


KTK mempunyai hubungan dengan tekstur dan bahan organik. Jika tekstur makin halus,
maka KTKnya akan semakin besar. KTK biasanya dinyatakan dalam C mol (+) kg-1 tanah atau
lempung.Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif di dalam tanah, misalnya H+, Al3+,
Ca++, Mg++, dll.Kation-kation ini diserap pada permukaan koloid mineral dan ataupun organik
dengan ikatan elektrostatik yang tidak terlalu kuat, sehingga dapat dilepaskan ataupun
dipertukarkan. Nilai KTK tanah sangat beragam dipengaruhi jumlah dan jenis kandungan
lempung, kadar, dan takaran dekomposisi bahan organik serta pH tanah. Peran kapasitas anion
mengabsobsi anion Ion-ion netral dan klor. Kation seperti kalsium, magnesium, dan kalium
ditolak dan tetap sangat rentan terhadap pencucian dalam larutan tanah.
2.4.1 Peranan Kapasitas Tukar Kation Dalam Perubahan PH Tanah.
Diperkirakan tanah tepat digunakan untuk menggambarkan teori kebutuhan kapur yang
mempunyai kapasitas kation dua kali lebih besar : 26 dari 13, dengan menggunakan persamaan
yang menghubungkan PH dengan kejenuhan basa seseorang menemjkan bahwa pada PH 5,5 ;
tanah yang mempunyai kejenuhan basa 53% dibandingkan dengan 50 untuk tanah dengan
kapasitas tukar kation 13 hal ini berarti bahwa konsentrasi H+ yang sama dalam larutan tanah
(pH sama) dihasilkan hanya dengan perbedaan persentase H atau kejenuhan basa yang tidak
begitu jelas. Tanah dengan kapasitas tukar kation 26 mempunyai H dapat ditukar hamper dua
kalinya dari tanah dengan kapasitas tukar kation 13, bila keduannya mempunyai pH 5,5.
Kesamaan tanah mempunyai dua komponen yaitu H+ aktif atau larutan H+ dan Kesamaan yang
mampu bertukar atau tersedia kedua bentuk ini cenderung diianggap seimbang.

Sehingga suatu perubahan pada salah satunya menghasilkan satu perubahan pada lainnya.
Bila basa ditambahkan pada tanah asam, larutan H dinetralisir dan beberapa H yang mampu
tertukar terionisasi. Untuk memperbaiki kembali keseimbangan tersebut. Bila basa
ditambahkan pada tanah asam, larutan H yang mampu tertukar perlahan-lahan dikurangi larutan

7
H dari pH perlahan-lahan meningkat. Ketahanan pH tanah terhadap Perubahan menimbulkan
peristiwa penahanan dalam tanah. Tanah dengan kapasitas tukar kation paling besar
menunjukkan ketahanan yang terbesar terhadap perubahan pH dan sebagian besar bertahan
dengan kuat.

Pengapuran menghasilkan perubahan pH yang kecil jika kapasitas tukar kation terutama
tergantung pH. Keadaan ini dihasilkan dari penigkatan kapasitas tukar kation seperti kapur
menetralkan keasaman tanah.

2.5 Faktor yang mempengaruhi KTK pada tanah


Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar
kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1..Reaksi tanah
2.Tekstur atau jumlah liat
3.Jenis mineral liat
4..Bahan organik dan,
5.Pengapuran serta pemupukan.
Sedangkan Menurut Hakim,et al. (1986) besar KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri
tanah yang antara lain: reaksi tanah atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis mineral liat;
bahan organik; pengapuran dan pemupukan. Pada pH tanah yang rendah, KTK tanah akan relatif
rendah, karena misel liat dan bahan organik banyak menyerap ion-ion H+ atau Al3+. Kation-
kation yang terjerap dalam tanah akan dapat dilepaskan dari tanah dan ditukar tempatnya oleh
ion-ion H+ yang dilepaskan oleh akar tanaman. Kation-kation yang berupa unsur hara itu
kemudian larut dalam air tanah dan diisap oleh tanaman.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena
jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
Nilai KTK tanah (me/100g) dikelomp3okkan dalam lima kategori berikut:
1. Sangat rendah untuk nilai KTK (me/100 g) < 5,
2. Rendah untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 5 s/d 16,
3. Sedang untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 17 s/d 24,
4. Tinggi untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 25 s/d 40, dan
5. Sangat tinggi untuk nilai KTK (me/100g) > 40.

8
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno, 2007)
2.6 Keberadaan Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanah
Hidrogen (H+)
Hidrogen adalah unsur kimia pada table periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom
1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non logam,
bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang mudah terbakar. Hidrogen juga
merupakan unsure yang paling melimpah dengan persentase kira-kira 75 % dari total massa
unsur alam semesta. Senyawa hydrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi,
dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana.
Hydrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini mahal
daripada produksi hydrogen dari gas alam.
Nitrogen (N)

Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3, NH4+, dan NO2. Namun ion mana yang
diserap dulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7, maka ion NH4+ yang lebih
cepat diserap. Sedangkan bila kondisi larutan tanah mempunyai pH dibawah 7, maka ion yang
cepat diserap adalah NO3. Hal ini disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH
sehingga bersaing dengan ion NO3 yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada
pH rendah dengan larutan tanah bersifat masam banyak terdapat ion H+ yang akan bersaing
dengan NH4+ yang samam-sama memiliki muatan positif, sehingga peluang peluang on NO3
lebih besar untuk diserap.

Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3, NH4+, dan NO2. Namun ion mana yang
diserap dulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7, maka ion NH4+ yang lebih
cepat diserap, sedangkan bila kondisi larutan tanah mempunyai pH dibawah 7, maka ion yang
cepat diserap adalah NO3. Hal ini disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH
sehingga bersaing dengan ion NO3 yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada
pH rendah dengan larutan tanah bersifat masam banyak terdapat ion H+ yang akan bersaing
dengan NH4+ yang sama-sama memiliki muatan positif, sehingga peluang peluang ion NO3
lebih besar untuk diserap.

9
Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang bermuatan. Selain mutlak
dibutuhkan, ia dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidak
tersediaan N dari tanah dapat melalui proses pencucian (leaching) NO3, denitrifikasi NO3
menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3+, terfiksasi oleh mineral atau dikonsumsi oleh
mikroorganisme tanah.
Phospor (P)
Phospor merupakan unsur macro yang dibutuhkan tanaman untuk menyusun protoplasma
dan intisel. Unsur ini oleh tanaman diserap dalam bentuk H2PO4 dan HPO4. Fungsi utama dari
unsur ini adalah mempercepat pertubuhan akar semia, mempercepat dan memperkuat
pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji
serta meningkatkan produksi biji.
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur utama yang dibutuhkan tanaman.. Unsur Kalium diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Dalam beberapa sumber dijelaskan, bahwa peranan K yang penting dalam
tanaman diantaranya sebagai elemen penting yang bersifat higroskopis (muddah menyerap dan
menahan air). Unsur K biasanya terdapat pada stomata daun. Dengan sifatnya yang higroskopis
tersebut, Kalium mampu membuat persediaan air yang ada dan dibutuhkan dalam proses
transpirasi, fotosintesis, absorpsi, maupun transportasi unsur hara dalam tanaman tersebut
menjadi optimal.
Natrium (Na)

Natrium atau sodium adalah unsure kimia dalam table periodic memiliki symbol Na dan
nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin. Termasuk
dalam logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam. Sangat reaktif, memiliki api
berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air sehingga harus
disimpan dalam bentuk minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir tidak ditemukan dalam
bentuk unsure murni.
Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Unsur Kalsium diambil/diserap tanaman dalam bentuk Ca2+. Memiliki fungsi dalam
tanaman antara lain :
1. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar.

10
2. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman.
3. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji.
4. Menetralisir asam-asam organic yang dihasilkan pada saat metabolisme.
5. Menetralisir senyawa atau keasaman tanah (pada daun dan batang).
Unsur Magnesium diambil/diserap tanaman dalam bentuk Mg2+. Memiliki fungsi dalam
tanaman antara lain :
1. Merupakan bagian tanaman dari klorofil.
2. Salah satu enzim yang disebut Organic pyrophosphate dan Carboxy peptisida.
3. Berperan dalam pembentukan buah.
Rendahnya kandungan basa seperti Ca, Mg dan K menyebabkan terganggunya
pertumbuhan tanaman dan KTK dalam kemampuannya untuk menyerap hara berkurang.
(Endang Saptiningsih, 2015)
Alumunium (Al)
Alumunium sebenarnya merupakan unsur beracun bagi tanaman. Walaupun demikian,
tanaman mempunyai daya ketegangan tertentu terhadap alumunium. Dalam keadaan tertentu
tanaman dapat membatasi serapan alumunium, sehingga terhindar dari keracunan. Tanaman
dapat membentuk dinding tebal pada akar rambut dengan ujung akar yang membengkak
menyerupai kail. Kelarutan alumunium sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Dalam keadaan sangat
masam (pH<3,5) banyak alumunium menjadi larut dan dijumpai dalam bentuk kation (Al3+) dan
hidroksi Al. Bentuk Al3+ merupakan bentuk aluminium yang paling dominan pada pH<4.0,
sedangkan bentuk Al(OH)2+ mulai terbentuk pada pH antara 4.0 5.0 dan pada pH>5.5
pengaruh Al bentuk Al3+ sudah dapat diabaikan. Keracunan Al merupakan salah satu faktor
utama yang membatasi pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah masam. dengan mempengaruhi
pengambillan hara dan air. Terhambatnya pertumbuhan akar oleh keracunan Al dapat
mengurangi kemampuan akar dalam menyerap hara dan air sehingga dapat menginduksi zat
hara dan kepekaan terhadap kekeringan.
Besi (Fe)
Besi merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun ferro
(Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik) sehingga
pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa diigunakan adalah Fe-EDTA, Fe-
DTPA, dan khelat lain. Fe dalam tanaman sekitar 80 % yang terdapat dalam khloroplas atau

11
sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan
lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Fungsi Fe antara lain sebagai
penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan dalam kloroplas. Fungsi
lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan elektron dalam proses metabolisme. Proses tersebut
misalnya reduksi N2,redukktase sulfat, reduktase nitrat..

Mangaan
Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn2+. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat
diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun.
Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat, dan silikat. Kadar Mn
dalam tanah berkisar antara 300 sampai 200 ppm. Bentuk Mn dapat berupa Mn2+ atau mangaan
oksida baik bervalensi dua atau empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan
oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn. Salah satu sifat kimia tanah yang terkait
dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indicator kesuburan tanah adalah Kapasitas
Pertukaran Kation. KPK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KPK adalah milli equivalent
kation dalam 100 gram tanah.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk menjerap dan melepas
kembali kation dan larutan tanah
2. Luas permukaan tanah mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation , dimana semakin
luas permukaan tanah semakin besar kationnya.
3. KTK tanah berhubungan dengan kesuburan tanah. Tanah yang memiliki KTK tinggi
mampu menyerap dan menyediakan unsur hara dari pada tanah yang memiliki KTK
rendah
4. Muatan tanah di pengaruhi oleh mineral lempung dan bahan organic
5. Semakin besar kadar lempung suatu tanah dan semakin besar kandungan bahan
organiknya, maka kapasitas pertukaran kation akan semakin tinggi
6. Kapasitas Tukar Anion adalah Kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar
anion. Lempung akan bermuatan positif hanya terjadi dalam kondisi asam, ketika
dimana pH tanah dibawah ZPC Clay atau karena patahnya ikatan mineral lempung

3.2 Saran
Kami kelompok 4 menyadari dalam penyajian makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu Kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimbing dan
teman-teman semua.

13
Daftar Pustaka

Anonim. 2009a. Reaksi Tanah. http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/reaksi-tanah. (diakses 18


November 2017).
Anonim 2009b. Pengukuran PH Tanah. http://parurean.wordpress.com/2009/ 07/
06/pengukuran-ph-tanah. (Diakses 18 November 2017).
Dedi Nursyamsi. 2005.Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta Kaitannya dengan
Kebutuhan Pupuk untuk Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays), dan Kedelai (Glycine
max). Jurnal Bul. Agron. (33) Vol(3) 40 47.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=84178&val=194&title=
(didownload 18 November 2017)
Dedi Nursyamsi. 2007. Sifat-Sifat Tanah Dominan Yang Berpengaruh Terhadap K Tersedia
Pada Tanah-Tanah Yang didominasi Smektit . Jurnal Tanah Dan Iklim No.26/2007 .
https://media.neliti.com/media/publications/132533-ID-none.pdf ( DIUNDUH 18
November 2017)
Endang Saptiningsih.2015.Kandungan Selulosa Dan Lignin Berbagai Sumber Bahan Organik
Setelah Dekomposisi Pada Tanah Latosol. Vol. Xxiii
No.2.https://media.neliti.com/media/publications/69211-ID-kandungan-selulosa-dan-
lignin-berbagai-s.pdf.
Dharmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Hasmana Soewandita, 2008. Studi Kesuburan Tanah Dan Analisis Kesesuaian Lahan Untuk
Komoditas Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Bengkalis . Jurnal Sains Dan Teknologi
Indonesia Vol.10 No. 2 . https://media.neliti.com/media/publications/129812-ID-studi-
kesuburan-tanah-dan-analisis-keses.pdf .

Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Intan Nariratih Dkk.2013.Ketersediaan Nitrogen Pada Tigajenis Tanahakibat Pemberian Tiga

14
Bahan Organik Dan Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol.1, No.3. https://media.neliti.com/media/publications/94978-ID-
none.pdf ( didownload 18 November 2017)

Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. <http://dasarilmutanah.blogspot.com>. Diakses

tanggal 8 Mei 2011.

Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John Willey and

Sons. New York.


Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor

15

Anda mungkin juga menyukai