MAKALAH Kelompok II - Kimling II - Geosfer
MAKALAH Kelompok II - Kimling II - Geosfer
KIMIA LINGKUNGAN II
Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah dengan judul
“Geosfer” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan II. Pada isi makalah
disampaikan tentang geosfer bumi dan bagian-bagiannya salah satu nya yaitu tanah dan
seluruh aspek yang terkandung didalamnya sampai kepada pencemaran pencemaran tanah
yang sering kita temui.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah etika. Penulis berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Geosfer Kimia
Lingkungan II ini dapat bermanfaat,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Kimia Tanah.....................................................................................................................7
2.1.1 Definisi Tanah............................................................................................................7
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah.......................................................................................8
2.1.3 Jenis-Jenis Tanah.....................................................................................................10
2.1.4 Profil Tanah.............................................................................................................14
2.1.5 Sifat-Sifat Tanah......................................................................................................16
2.1.6 Manfaat Tanah.........................................................................................................18
2.2 Polutan Tanah.................................................................................................................19
2.2.1 Pengertian Polutan Tanah........................................................................................19
2.2.2 Penyebab Polusi Tanah............................................................................................20
2.2.3 Jenis - jenis Polutan Tanah......................................................................................26
2.2.4 Contoh Kontaminan Tanah......................................................................................31
2.3 Pencemaran Tanah..........................................................................................................32
2.3.1 Pengertian Pencemaran Tanah.................................................................................32
2.3.2 Dampak Pencemaran Tanah....................................................................................33
2.3.3 Sumber Pencemaran Tanah......................................................................................35
2.3.4 Penyakit Akibat Dari Pencemaran Tanah................................................................36
2.3.5 Cara Mengatasi Pencemaran Tanah.........................................................................36
2.3.6 Sampah.....................................................................................................................38
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................42
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................42
3.2 Saran...............................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
8
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman
yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang
produktivitas
9
10
faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan
induk, topografi, dan waktu.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu
dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
fluktuasi suhu tinggi maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah juga cepat.
b. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses
kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus.
Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-
ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan
membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput
membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik
yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh: jenis tanaman cemara akan memberi unsur-
unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah. Akibatnya, tanah di
12
bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan
bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan
membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula. Akibatnya, pencucian asam
silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna
kelabu. Sebaliknya, bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
a. Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit memiliki lapisan tanah yang
lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar memiliki lapisan tanah
yang tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya tidak bagus, seperti sering tergenang, menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan
tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah
muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
13
Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah
laterik.
10. Spodosols.
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11. Ultisols.
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang
menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut di
bentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah laterik cokelat-kemerahan dan tanah podsolik merah-kuning.
12. Vertisols.
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retakan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis
tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74%
dari luas lahan yang ada di Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam/jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur yang terbentuk dari lapukan daun dan
batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Aluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
16
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin.
5. Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung
berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat
dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Contoh: Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran/Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh: Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut/Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh: rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera.
berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih
rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Jika
tanahnya berlapis-lapis maka permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar daripada
untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar
daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah
diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai di bawah dengan huruf : O, A dan E, B, C
dan R.
1. Lapisan O.
Huruf O menunjukkan kata "organik". Lapisan ini disebut juga dengan humus.
Lapisan ini didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang
berasal dari berbagai tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan
dedaunan yang berada di atas tanah yang sesungguhnya bukan bagian dari tanah itu
sendiri.
2. Lapisan A dan E.
Lapisan A adalah lapisan atas dari tanah, sehingga diberi huruf A. Kondisi teknis
dari lapisan A mungkin bervariasi, namun sering kali dijelaskan sebagai lapisan
tanah yang relatif lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini memiliki warna yang lebih
gelap daripada lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak material
organik. Lapisan ini mungkin juga lebih ringan dan mengandung lebih sedikit tanah
liat. Lapisan A dikenal sebagai lapisan yang memiliki banyak aktivitas biologi.
Organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda, nematoda, jamur, dan berbagai
spesies bakteri berkonsentrasi di sini. Bakteri archaea juga berada pada lapisan ini
18
dan sering kali berhubungan dengan akar tanaman. Lapisan E sebagai perantara
lapisan B dan memiliki sifat antara A dan B.
3. Lapisan B.
Lapisan B umunya disebut sebagai lapisan tanah bawah dan mengandung lapisan
mineral yang mirip dengan lapisan mineral tanah liat seperti besi, aluminium, atau
material organik yang sampai ke lapisan tersebut melalui suatu proses kebocoran.
Akar tanaman menembus lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat kekurangan
material organik. Lapisan ini umumnya berwarna kecokelatan atau kemerahan
karena terdiri dari tanah liat dan besi oksida yang terbilas dari lapisan A.
4. Lapisan C.
Lapisan C dinamakan C karena berada di bawah lapisan A dan B. Lapisan ini sedikit
dipengaruhi oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini
mungkin mengandung bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan
C juga mengandung material induk.
5. Lapisan R.
Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian pelapukan
bebatuan menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini sangat padat,
keras, dan tidak bisa digali dengan tangan.
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh
reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, dan
pengapuran serta pemupukan. Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar
kation tanah sangat beragam karena jumlah humus dan liat serta macam liat
yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
c. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa
rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100%.
Pada tingkat ini, tanah bersifat alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang
positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi, hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah
dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan akan memberikan
nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi
ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan suatu tanah. Kemudahan
dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat
kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50-80%, dan tidak subur jika kejenuhan basa
< 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan
membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50%.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase:
fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang antaragregat.
Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang
antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran
apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat
apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
8. Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menyimpan air (melindungi tata
air), menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.
9. Memiliki nilai ekonomis, yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau
diperjualbelikan dan mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna
untuk manusia
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi
2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya
rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam
tubuh sampai tingkat yang merusak.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya.
Bio-polutan disebut juga dengan polutan yang berasal dari agen-agen biologi. Agen-agen
biologi ini biasanya dapat berperan sebagai pupuk kompos bagi tanaman di dalam tanah.
Jenis polutan ini berasal dari hasil ekskresi manusia, burung, dan hewan-hewan lainnya.
a) DDT
Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahaya terhadap lingkungan
hidup adalah:
24
- Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak. Makin larut
suatu insektisida dalam lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal
ini merupakan salah satu faktor penyebab DDT sangat mudah menembus kulit.
- Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga cenderung
bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan (foodchain) melalui bahan
lemak jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya DDT bersifat bioakumulatif dan
biomagnifikatif. Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangat
lama di dalam tanah; bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel
tanah. Dalam ilmu lingkungan, DDT termasuk dalam urutan ke 3 dari polutan
organik yang persisten (Persistent Organic Pollutants, POP), yang memiliki sifat-sifat
berikut:
a) Tak terdegradasi melalui fotolisis, biologis maupun secara kimia,
b) Berhalogen (biasanya klor),
c) Daya larut dalam air sangat rendah,
d) Sangat larut dalam lemak,
e) Semivolatile,
f) Di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui jarak jauh,
g) Bioakumulatif.
b) Peptisida
Pestisida adalah racun berupa zat kimia, virus, atau bakteri yang dapat mengenda-
likan pertumbuhan organisme pengganggu tanaman pertanian. Dalam
penggunaannya, pestisida sangat mudah sehingga sering menjadi pilihan petani
dalam memberantas hama. Namun bila penggunaannya melebihi dosis yang
ditentukan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, contohnya: dapat
mengakibatkan keracunan, penyakit kulit, mencemari lingkungan(tanah, udara, dan
perairan), dan munculnya populasi hama sekunder. Petani seringkali menggunakan
perkiraan dalam menetapkan kebutuhan pestisida, sehingga penggunaan pestisida
menjadi overdosis. Hardjowigeno (2003) menyebutkan bahwa hanya 20% pestisida
yang tepat sasaran, 80% pestisida yang diaplikasikan jatuh mengenai tanah. Hal ini
menyebabkan permasalahan bagi tanah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
pestisida menyebabkan kerusakan tanah baik dari fisika, kimia, maupun biologi
tanah (Sutanto, 2001; Setiyo et al, 2011). Pestisida menjadi berbahaya bagi tanah
karena bahan aktifnya merupakan bahan kimia buatan sehingga asing terhadap
25
3. Polutan Radioaktif
Subtansi radioaktif yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti nitrogen, uranium,
thorium, uranium, dan lain-lain. Zat radioaktif tersebut dapat menyumbat tanah dan
memberikan efek toksik bagi makhluk hidup di sekitarnya. Contoh pencemaran dari tipe
polutan ini dapat ditemukan di prefektur Fukushima, Jepang. Gempa bumi dan tsunami
menghantam Fukushima pada tahun 2011. Bencana tersebut menyebabkan meledaknya
reaktor nuklir di PLTN Fukushima sehingga terjadi kebocoran air radioaktif. Kemudian,
zona tersebut menjadi kawasan tertutup karena tingkat kontaminasi radiasi nuklir yang
tinggi.
4. Limbah Urban
Jenis polutan ini dihasilkan dari rumah tangga dan sebagai hasil aktivitas manusia di
perkotaan. Polutan tersebut antara lain sampah plastik, limbah domestik maupun
komersial, dan materi-materi buangan lainnya. Salah satu contoh dari hasil aktivitas yang
sering kita temukan adalah sampah dan penggunaan deterjen.
26
Sampah
Sampah menjadi contoh pencemaran tanah yang masuk ke dalam kategori
permasalahan pelik di Indonesia. Ribuan ton sampah selalu menjadi bencana yang
diproduksi setiap hari. Di Indonesia, pengelolaan sampah belum terbilang baik. Hal
ini disebabkan sampah yang digunakan setiap hari belum mendapat banyak perhatian
dari masyarakat. Misalnya saja banyak sampah yang saat proses pembuangannya
tidak digolongkan dengan baik berdasarkan jenisnya.
Sampah yang tidak gampang terurai banyak ditemukan sudah menyatu dengan
sampah sampah lain. Jenis sampah yang tidak mudah terurai seperti popok, pembalut,
kaleng alumunium, kaca, sol sepatu karet dan styrofoam sangat mudah ditemukan.
Hal tersebut sudah jelas jika dibiarkan berlama-lama akan menyebabkan pencemaran
tanah yang menimbulkan berbagai dampak seperti wabah penyait, merusak estetika
lingkungan, merusak ekosistem hingga pencemaran udara.
Detergen
Detergen ialah cempuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergen dapat
membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis detergen sulit sekali diuraikan
oleh enzim-enzim bakteri pengurai sehingga akan tetap utuh dan berbusa. Limbah
detergen yang tidak dapat diurai dalam waktu yang singkat ini menyebabkan
penurunan tingkat kesuburan tanah dan juga menyebabkan polusi udara karena
baunya yang tidak sedap. Menurut Petra Widmer dan Heinz Frick menyatakan bahwa,
detergen terurai dalam hitungan minggu hingga bulanan sedangkan persyaratan
ekolabel memberikan jangka waktu peruraian limbah detergen di lingkungan alam
27
hanya dua hari. Selain itu detergen dalam air buangan dapat meresap ke air tanah atau
sumur-sumur di masyarakat. Air yang tercemar limbah detergen tidak baik bagi
kesehatan karena dapat menyebabkan kanker. Kanker ini diakibatkan oleh
menumpuknya surfaktan di dalam tubuh manusia.
Bahan lain yang terkandung dalam detergen adalah filler (pengisi). Filler adalah
bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya
cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Sedangkan aditif adalah
bahan suplemen atau tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna. Bahan aditif ini sebenarnya tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci detergen. Aditif ditambahkan untuk komersialisasi produk
atau agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Contoh dari aditif adalah enzim,
boraks, Natrium klorida, Carboxy methyl cellulose (CMC). Sayangnya diantara zat-
zat tersebut ada yang tidak bisa dihancurkan oleh mikroorganisme sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah detergen juga menyebabkan
pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan
tanaman serta membuat cacing menjadi mati. Padahal cacing berfungsi untuk
menguraikan limbah organik maupun non organik dan menyuburkan tanah. Ketika
suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk
ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
d) Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.
Limbah dalam bentuk cair umumnya dihasilkan dari kegiatan industri berupa
polutan kimia berbahaya. Selain menyebabkan polusi tanah, limbah cair juga dapat
mencemari air tanah dan air permukaan
https://www.seluncur.id/contoh-limbah-cair/
2. Limbah Padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat dari kegiatan domestik adalah limbah
padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.. Contoh dari limbah padat dari
kegiatan industri yaitu hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll. Penanganan limbah padat bisa
dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang
dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti
plastik, tekstil, potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau
ditimbun begitu saja. Limbah yang tidak bisa dimanfaatkan ini dapat menyebabkan
pencemaran tanah jika tidak diolah dengan benar. Tidak hanya menghasilkan limbah
30
cair, proses produksi pada pabrik juga dapat menghasilkan limbah berbentuk padat
yang dapat mencemari tanah, seperti potongan besi dan bahan-bahan sisa produksi
https://materibelajar.co.id/limbah-padat/
3. Limbah Organik
Limbah organik adalah jenis limbah yang dapat terurai secara alami dengan bantuan
mikroorganisme pengurai yang ada di dalam tanah. Dilihat dari asalnya, Limbah organik
merupakan limbah yang berasal dan alam. Segala jenis makanan yang berasal dari alam
merupakan limbah yang termasuk dalam golongan organik. Limbah ini mudah busuk dan
diuraikan sehingga lebih mudah untuk diolah
Untuk karakteristiknya, limbah yang berasal dari bahan organik biasanya akan
menimbulkan bau. Hal ini memang bisa terjadi karena limbah ini memang bisa dengan
mudah membusuk. Bahkan tanpa dilakukan pengolahan bahan ini dapat menghilang dengan
sendirinya.
Untuk Cara pengolahannya, limbah organik, limbah ini merupakan kebalikan dari
limbah anorganik dari sisi struktur kimia. limbah organik merupakan limbah dengan struktur
kimia yang stabil. Struktur kimia yang di kembalikan ke alam stabil pada limbah organik ini
menyebabkannya dapat menjadi bahan yang baik ketika diolah dan dikembalikan ke alam.
Ketika dikembalikan ke alam bentuk dari limbah organik adalah bentuk kompos Kompos bisa
berasal dari sisa sampah organik rumah tangga yang kemudian di busukkan. Tapi setelah
berubah menjadi kompos limbah organik tidak menjadi bau dan dapat menjadi penyubur
untuk tanah
Contoh limbah organik adalah pestisida, bahan kimia industri, obat-obatan, alpha beta
hexachlorocyclohexane, bromodiphenyl eter, chlordecon, lindane, dan beberapa zat kimia
yang tidak sengaja. Meski sampah organik tidak terlalu berbahaya, namun apabila terjadi
31
akumulasi yang berlebihan akan menyebabkan tanah tercemar. Contohnya adalah tanah pada
tempat pembuangan sampah akhir.
1. Limbah Anorganik
Berbanding terbalik dengan limbah organik, jenis limbah anorganik adalah sampah yang
sulit dan membutuhkan waktu lama untuk terurai. Dilihat dari asalnya Limbah anorganik
merupakan limbah yang biasanya berasal dari pabrikan Mereka dibuat dari bahan-bahan
kimia atau bahan alam yang dicampurkan dengan bahan kimia Biasanya mereka lebih sulit
untuk diurai atau diurai dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan tanah menjadi
kurang subur.
Untuk karakteristiknya Limbah anorganik tidak akan hilang dan terural ketika dibiarkan
begitu saja. Hal ini disebabkan karena limbah ini memang memiliki struktur kimia yang tidak
stabil untuk lingkungan sehingga tidak bisa terurai.Contohnya adalah plastik, botol minuman,
dan kaleng bekas yang membutuhkan waktu ratusan tahun agar terurai secara alami.Yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
adalah Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang
dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan
makanan untuk berkembang.
2. Limbah Pertanian
Sistem pertanian dapat menimbulkan polusi tanah dan polusi air akibat zat-zat kimia
yang digunakan sebagai pupuk, anti hama dan anti penyakit. Tanah persawahan yang telah
jenuh akan kandungan kimia tidak akan menghasilkan hasil panen yang maksimal. Pupuk
yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga
mengakibatkan pencemaran tanah. Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida
tersebut.
32
4. Bencana Alam
Faktor bencana alam juga dapat menyebabkan pencemaran tanah. Contohnya saat banjir,
lapisan unsur hara tanah akan hilang terbawa arus air sehingga membuat tanah tersebut
tercemar. Saat gunung berapi meletus, tanah akan tertutup abu vulkanik, pasir, dan material
lainnya yang membuat tanah menjadi kering. Tetapi saat kembali ke keadaan normal, tanah
yang tertutup tersebut akan menjadi subur. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (Ph)
sekitar 4 – 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki
kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5. Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur
jika memiliki tingkat keasaman (Ph) sebesar 6 – 7.Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini
akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik
akan mengalami penurunan produktivitas lahan jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian.
Begitupun tsunami maupun tanah longsor yang juga menjadikan tanah berubah
kandungannya
5. Kebakaran Hutan
Selain menyebabkan pencemaran udara karena asap kebakaran. Terbakarnya hutan
juga akan merusak kandungan dalam tanah sehingga menyebabkan tanah tak lagi subur dan
sulit ditumbuhi oleh pepohonan. Pembakaran lahan di tanah mineral seperti podsolik merah
33
kuning akan mengakibatkan struktur tanah (agregat) menjadi rusak sehingga akan
menyebabkan menurunnya permeabilitas tanah dan akan meningkatnya laju erosi dan aliran
permukaan. Erosi tanah yang terjadi akan berakibat hilangnya lapisan atas (top soil) yang
subur. Praktek pembakaran hutan umumnya untuk memperbaiki kesuburan tanah pada tanah-
tanah tua seperti tanah podsolik merah kuning (Hardjowigeno, 1989; Soepardi, 1992;
Saharjo, 1995). Kebakaran lahan diatas tanah juga akan merugikan yaitu dengan hilangnya
plasma nutfah seperti matinya jasad renik tanah, hal ini karena temperatur yang sangat
ekstrim pada saat terjadinya kebakaran.
Pembakaran lahan berdasarkan analisa laboratorium telah menyebabkan
menurunnya sifat biologi tanah seperti total mikroorganisme, total fungi dan C-mic.
Kondisi tersebut tentunya sangat merugikan karena mikroorganisme yang dapat
meningkatkan prooduktifitas lahan seperti keberadaan bakteri penambat nitrogen dan
bakteri pelarut fosfat yang membantu ketersediaan unsur hara tanah dapat hilang.
Pembakaran lahan juga telah menyebabkan terjadinya pemadatan tanah, hal ini
terlihat dengan meningkatnya bulk densiti (kerapatan limbak) pada ketiga lokasi
perusahaan kelapa sawi (perkebunan). Demikian juga pembakaran lahan telah
meningkatkan porositas tanah pada ketiga lokasi perkebunan.
Herbisida / Insektisida – Zat ini berasal dari kegiatan pertanian dan perkebunan
Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) – Zat ini bersumber dari pembakaran
batubara. emisi kendaraan, asap rokok, kebakaran hutan, dan pembakaran kayu
Semua tanah, tercemar atau tidak tercemar, mengandung berbagai senyawa
(kontaminan) yang secara alami ada. Kontaminan tersebut meliputi logam, ion
anorganik dan garam (misalnya fosfat, karbonat, sulfat, nitrat), dan banyak senyawa
organik (seperti lipid, protein, DNA, asam lemak, hidrokarbon, PAH, alkohol, dll.).
Senyawa ini terutama terbentuk melalui aktivitas mikroba tanah dan dekomposisi
organisme (mis., Tumbuhan dan hewan).
Selain itu, berbagai senyawa masuk ke dalam tanah dari atmosfer, misalnya
dengan air hujan, juga oleh aktivitas angin atau jenis gangguan tanah lainnya. Bisa
pula dari badan air permukaan dan air tanah dangkal yang mengalir melalui tanah.
Bila jumlah kontaminan tanah melebihi tingkat alami (apa yang alami ada di berbagai
tanah), polusi dihasilkan.
kualitas atau produktivitas tanah sebagai tempat ideal untuk kegiatan konstruktif seperti
pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Menurut Encyclopaedia Britannica, polusi tanah adalah
deposisi bahan limbah padat atau cair di darat atau bawah tanah yang dapat mencemari tanah
dan air tanah, mengancam kesehatan masyarakat dan menyebabkan kondisi dan gangguan
yang tidak sedap dipandang.
Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi yang telah tercemar.
Jumlah pencemaran yang meningkat akibat kegiatan manusia, dan alam tidak mampu
mengembalikan kondisi ke seperti semula maka alam kehilangan kemampuan untuk
mengembalikan/memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat seperti plastik, DDT,
deterjen dll yang tidak ramah lingkungan dapat memperparah kondisi rusaknya alam
Regulasi yang mengatur tentang pencemaran tanah adalah :
Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah satu komponen
lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan
organic serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
Tanda-tanda tanah tercemar :
Kriteria Fisik. Kriteria fisik meliputi pengukuran tentang warna, bau, suhu, dan
radioaktivitas.
Kriteria Kimia. Kriteria kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH,
keasaman, kadar logam, dan logam berat dengan cara dilakukan tes dan
pengecekan.
Kriteria biologi. Terdapat organisme yang peka dan ada pula yang tahan terhadap
kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka akan mati karena pencemaran
dan organisme yang tahan akan tetap hidup disebut indikator biologis. Planaria
merupakan contoh hewan yang peka pencemaran sehingga tanah tersebut aman.
Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup di
lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun spesies hewan yang lain telah mati
disebut indikator pencemaran zat organik.
36
Mengganggu aktivitas wisata Sebuah daerah akan kehilangan daya tarik bila tempat
pembuangan sampah tidak dikelola dengan baik. Akibatnya, pemerintah daerah setempat
akan kehilangan pendapatannya.
Adanya bahan kimia beracun/berbahaya dapat melakukan perubahan kimia pada
tanah yang radikal, dimana tanah radikal dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tanah dan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan yang berakibat terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut.
Konsentrasi rendah efek kimia pada piramida bawah lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Misal konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anak burung
dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut
Penurunan hasil pertanian dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi
tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
- ( Arsen dikaitkan sebagai penyebab kanker pada bagian kulit, paru-paru, kandung
kemih, ginjal, dan hati. Beberapa penelitian mengungkap bahwa paparan arsenik
dalam jangka panjang atau dosis yang besar dapat meningkatkan risiko terkena
kanker paru-paru, kanker kulit, kanker prostat dan kandung kemih, serta kanker hati.
C. Timbunan dari limbah domestik ( Limbah Cair)
Limbah cair dapat berasal dari deterjen, oli bekas, cat. Jika limbah tersebut diserap
oleh tanah, akan merusak kandungan air dalam tanah.
Limbah Industri
Limbah industri ( Limbah Padat)
Hasil buangan industri berupa padatan, lumpur
Limbah industri ( Limbah Cair)
Hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, seperti sisa-sisa pengolahan
industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
Limbah pertanian ( Pupuk Sintetik)
Penggunaan pupuk yang secara terus-menerus dalam pertanian dapat merusak
struktur tanah, dan apabila struktur tanah sudah rusak maka kesuburan tanah akan
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman karena hara di tanah semakin
berkurang.
Disentri sering menyebar melalui makanan yang terkontaminasi, dapat terjadi apabila
manusia memakan daging/sayur yang telah terpapar polutan tanah.
Penyakit kulit
Limbah nuklir yang diserap oleh tanah, apabila terkena kulit dapat menyebabkan lecet
pada kulit bahkan bisa menyebabkan kanker pada kulit manusia.
Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang
c. Recycle : Mengolah kembali pemanfaatan berang bekas yang berpotensi menjadi
limbah menjadi barang-barang baru yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari
Contoh :
Tutup botol plastic digunakan untuk membuat tas belanja, sapu dan lain
sebagainya
Mendaur ulang kertas
Melakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos
Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).
2.3.6 Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah yang
dikelola berdasarkan UU terdiri atas :
a. Sampah rumah tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
sampah spesifik
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Sampah sejenis sampah rumah tangga tetapi berasal dari kawasan komersial, industry,
kawasan khusus, fasilitas social, fasilitas umum, dan lain-lain.
c. Sampah spesifik
41
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri
atas :
a. Pengurangan sampah
Pembatasan timbunan sampah
Pendauran ulang sampah
Pemanfaatan kembali sampah
b. Penanganan sampah
Penanganan sampah meliputi :
1. Pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah
dan/atau sifat sampah)
2. Pengumpulan (dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
42
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah maka bertambah pula
volume sampah yang dihasilkannya, dan menjadi masalah ketika sampah tersebut tidak
terkelola dengan baik dan benar. Pengelolaan sampah dengan baik dan benar pada
kenyataannya tidak hanya dikelola dari aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek nonteknis.
Sejauh ini, paradigma pengelolaan sampah yang dilakukan di kota di Indonesia masih
berpegang pada prinsip 3P (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan). Maksudnya,
sampah dikumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian diangkut secepat-cepatnya dan
dibuang sejauh-jauhnya. Sampah masih dianggap sebagai sisa hasil kegiatan manusia yang
tidak memiliki nilai dan harus segera dijauhkan atau dibuang serta jika perlu dimusnahkan
(Kuncoro, 2009). Pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma 3P memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan TPA (Wibowo, 2009) karena dalam
43
pengelolaan sampah dengan model 3P tidak ada proses pengurangan timbulan sampah mulai
dari sumbernya. Akibatnya dibutuhkan sarana angkut sampah yang banyak dan lahan TPA
yang luas. Tidak hanya itu, penanganan sampah di TPA menjadi lebih berat dan dibutuhkan
biaya yang besar untuk menanganinya. TPA dengan sistem lahan urug saniter yang ramah
lingkungan terbukti tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena membutuhkan biaya tinggi
untuk investasi, konstruksi, operasi, dan pemeliharaannya.
Cara kerja paradigma lama dengan paradigma baru dalam pengelolaan sampah dapat
dilihat pada gambar seperti sebuah piramida yang menunjukkan kegiatan yang paling banyak
harus dilakukan adalah di pembuangan akhir. Inilah paradigma 3P
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan). Sebagai konsekuensinya dibutuhkan biaya
investasi dan operasional yang tinggi, termasuk untuk mengatasi dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Penerapan pengelolaan sampah kota yang menekankan semua bentuk buangan
padat merupakan residu yang harus dibuang ke tempat pemrosesan akhir tidak mendukung
bagi pembangunan yang berkelanjutan. Karena paradigma dalam pengelolaan sampah yang
lebih menekankan pada penanganan sampah di akhir banyak menimbulkan masalah,
kemudian muncul paradigma baru dalam pengelolaan sampah, yaitu paradigma 4P
(pemilahan, pengolahan, pemanfaatan, dan pembuangan residu). Paradigma baru ini lebih
menekankan pada proses pengurangan sampah pada sumbernya sehingga sampah yang
dibuang ke TPA seminimal mungkin. Model pengelolaan sampah semacam ini akan
mengurangi bia
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik, dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan
mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah
dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan
organik terdiri dari sisa-sisa biomassa tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau
pembusukan. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Pencemaran tanah adalah adanya bahan kimia beracun (polutan atau kontaminan)
dengan konsentrasi yang cukup tinggi di dalam tanah sehingga berpotensi menimbulkan
dampak gangguan kesehatan manusia dan atau ekosistem. Polusi tanah merupakan
pengendapan bahan limbah padat atau cair di permukaan atau bawah tanah yang dapat
mencemari tanah dan air tanah, mengancam kesehatan masyarakat, dan menyebabkan kondisi
dan gangguan yang tidak sedap dipandang.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah, serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat
(illegal dumping).
3.2 Saran
Untuk lebih memahami semua tentang tanah dan pencemaran tanah, disarankan para
pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan untuk penyusun dan pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian tanah.
44
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ruangguru.com/blog/5-polutan-penyebab-pencemaran-tanah
https://lingkunganhidup.co/pengertian-pencemaran-tanah-penyebab-akibat-solusi/√
Pencemaran Tanah: Penyebab, Sumber, Akibat, Solusi, Contoh, Kasus (yuksinau.id)
https://rimbakita.com/polusi-tanah/
http://mmi.manbaul-huda.com/2019/09/14/dampak-limbah-air-detergen-terhadap-kesuburan-
tanah/file:///C:/Users/ASUS/Downloads/224-Article%20Text-896-1-10-20171026.pdf
https://dlh.semarangkota.go.id/ini-dia-penyebab-terjadinya-pencemaran-tanah/
https://faktualnews.co/2019/03/28/manfaat-dan-dampak-abu-vulkanik-bagi-
pertanian/131446/file:///C:/Users/ASUS/Downloads/315-798-3-PB.pdf
http://lelyria.lecture.ub.ac.id/files/2015/09/P4.-Pencemaran_tanah.pdf
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
https://ihwatinurcahyani.wordpress.com/2012/04/06/makalah-sifat-kimia-tanah/
https://www.academia.edu/9975673/MAKALAH_KIMIA_LINGKUNGAN_TANAH_Kimia
_Tanah2013_SAR_USD_IPB.pdf
45