Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH GEOSFER

KIMIA LINGKUNGAN II

Dosen Pengajar :

1) Ir. NETTI HERLINA, MT


2) SARAH PATUMONA MANALU,SKM.,M.Sc

Disusun Oleh :

1. Lulu Syifa (200407074) 9. Sonia Simarmatha (200407042)


2. Batara Timothy (200407054) 10. Eyzekita Repiansa (170407037)
3. Cici Humaira (200407003) 11. Aura Mayhani (200407022)
4. Reysandro (200407039) 12. Brooklyn Valentino (200407032)
5. Al-Kautsar (200407053) 13. Willyater (200407045)
6. Sanya Aulia (180407048) 14. Lila Yuwalita (200407081)
7. Lita ruth (200407035) 15. Cinty Rani (200407073)
8. Andi Pranata (200407029)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah dengan judul
“Geosfer” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan II. Pada isi makalah
disampaikan tentang geosfer bumi dan bagian-bagiannya salah satu nya yaitu tanah dan
seluruh aspek yang terkandung didalamnya sampai kepada pencemaran pencemaran tanah
yang sering kita temui.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah etika. Penulis berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Geosfer Kimia
Lingkungan II ini dapat bermanfaat,

Medan, 08 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Kimia Tanah.....................................................................................................................7
2.1.1 Definisi Tanah............................................................................................................7
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah.......................................................................................8
2.1.3 Jenis-Jenis Tanah.....................................................................................................10
2.1.4 Profil Tanah.............................................................................................................14
2.1.5 Sifat-Sifat Tanah......................................................................................................16
2.1.6 Manfaat Tanah.........................................................................................................18
2.2 Polutan Tanah.................................................................................................................19
2.2.1 Pengertian Polutan Tanah........................................................................................19
2.2.2 Penyebab Polusi Tanah............................................................................................20
2.2.3 Jenis - jenis Polutan Tanah......................................................................................26
2.2.4 Contoh Kontaminan Tanah......................................................................................31
2.3 Pencemaran Tanah..........................................................................................................32
2.3.1 Pengertian Pencemaran Tanah.................................................................................32
2.3.2 Dampak Pencemaran Tanah....................................................................................33
2.3.3 Sumber Pencemaran Tanah......................................................................................35
2.3.4 Penyakit Akibat Dari Pencemaran Tanah................................................................36
2.3.5 Cara Mengatasi Pencemaran Tanah.........................................................................36
2.3.6 Sampah.....................................................................................................................38

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................42
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................42
3.2 Saran...............................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geosfer merupakan istilah baru pengganti sebutan lama “Erdoberflache”. Geosfer
sendiri berasal dari kata geos yang berarti bumi dan sphere yang berarti lapisan. Secara
sederhana geosfer berarti lapisan-lapisan yang terdapat di permukaan bumi.
Geosfer secara umum adalah lapisan atau sfera yang terdapat pada bumi terletak pada
permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi dan lapisan bumi tersebut berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan bumi.
Geosfer terdiri dari: atmosfer, litosfer (termasuk pedosfer), hidrosfer dan sampai biosfer
(antroposfer). Kalau kita amati sepintas masing-masing lapisan tersebut saling terpisah
tetapi kalau kita perhatikan secara lebih mendalam ternyata lapisan-lapisan tersebut saling
terkait, saling berinteraksi membentuk satu system hubungan atau keterkaitan antara
masing-masing lapisan bumi tersebut. Karakteristik dan sifat dari sfera-sfera tersebut
berbeda-beda ada yang relative statis dan ada yang sangat dinamis . litosfer umumnya
bersifat relaif statis, dikatakan relative statis karena pada waktu tertentu menjadi sangat
dinamik, misalya saat terjadi gempa bumi atau terjadi letusan, gunung api, atmosfer,
hidrosfer dan biosfer umumnya bersifat dinamik, dalam arti setiap waktu dapat mengalami
perubahan-perubahan.
Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti batuan dan sphere
yang artinya lapisan. Jadi, litosfer merupakan lapisan batuan yang menjadi kenampakan
permukaan bumi baik di daratan maupun lautan. 
Presentase daratan (sering disebut Litosfer Atas) kurang lebih 35%, dan sisanya merupakan
presentase dari lautan (Litosfer Bawah).Litosfer sendiri tersusun dari oksigen, silikon,
aluminium, besi, kalsium, natrium, dan magnesium. Litosfer terdiri dari beberapa aspek
salah satu nya adalah tanah.
Tanah Sebagai salah satu unsur pendukung litosfer, tanah dapat ditinjau berdasarkan dua
sudut pandang dalam ilmu geografi, yakni sudut pandang geologi dan pedologi. Dalam sudut
pandang geologi, tanah merupakan batuan yang telah hancur karena proses - proses tertentu.
Sedangkan menurut sudut pandang pedologi, tanah merupakan media untuk tumbuhnya
berbagai jenis flora yang ada di bumi.
6

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah itu definisi kimia tanah dan tanah?
2. Bagaimana proses pembentukkan tanah?
3. Apa saja jenis-jenis tanah?
4. Bagaimana membuat profil tanah?
5. Apa sifat-sifat tanah?
6. Apa saja kandungan kimia dalam tanah?
7. Apa manfaat yang dihasilkan dari tanah?
8. Apakah pengertian dari polutan tanah?
9. Apakah penyebab polusi tanah?
10. Apa saja jenis-jenis polutan tanah?
11. Apakah contoh kontaminan tanah?
12. Apakah pengertian pencemaran tanah?
13. Bagaimanakah tanda-tanda tanah tercemar?
14. Apakah sumber pencemar tanah?
15. Bagaimana dampak pencemaran tanah?
16. Apakah penyakit dari pencemaran tanah?
17. Bagaimanakah cara mengatasi pencemaran tanah?
18. Apakah yang dimaksud dengan sampah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Geosfer
2. Untuk mengetahui pengetian kimia tanah dan tanah
3. Bagaimana proses pembentukkan tanah?
4. Apa saja jenis-jenis tanah?
5. Bagaimana membuat profil tanah?
6. Apa sifat-sifat tanah?
7. Apa saja kandungan kimia dalam tanah?
8. Apa manfaat yang dihasilkan dari tanah?
9. Apakah pengertian dari polutan tanah?
10. Apakah penyebab polusi tanah?
11. Apa saja jenis-jenis polutan tanah?
7

12. Apakah contoh kontaminan tanah?


13. Apakah pengertian pencemaran tanah?
14. Bagaimanakah tanda-tanda tanah tercemar?
15. Apakah sumber pencemar tanah?
16. Bagaimana dampak pencemaran tanah?
17. Apakah penyakit dari pencemaran tanah?
18. Bagaimanakah cara mengatasi pencemaran tanah?
19. Apakah yang dimaksud dengan sampah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kimia Tanah


Kimia tanah merupakan cabang ilmu-ilmu tanah yang membahas komposisi kimia,
sifat-sifat kimia, dan reaksi-reaksi kimia tanah. Tanah merupakan campuran
heterogen dari udara, padatan organik dan inorganik, serta jasad renik. Kimia tanah
memperhatikan reaksi-reaksi kimia yang melibatkan berbagai fase ini. Sebagai
contoh, karbon dioksida di udara berkombinasi dengan air menjadi pelaku pelapukan
fase padat inorganik. Reaksi-reaksi kimia antara padatan tanah dan larutan tanah akan
memengaruhi baik pertumbuhan tanaman maupun kualitas air.

Pengetahuan terhadap kimia tanah lingkungan penting dalam memperkirakan


perubahan kontaminan pada permukaan dan bawah permukaan suatu lingkungan.
Pengertian terhadap kimia dan mineralogi komponen inorganik dan organik tanah
berguna untuk mengerti arah reaksi kimia yang akan dialami kontaminan dalam
lingkungan tanah. Reaksi-reaksi ini yang dapat meliputi proses-proses kesetimbangan
dan kinetik seperti pelarutan, presipitasi, polimerisasi, adsorpsi/desorpsi, dan oksidasi-
reduksi. Reaksi-reaksi ini juga akan memengaruhi kelarutan, mobilitas, bentuk, dan
toksisitas kontaminan dalam tanah, air permukaan, dan air tanah. Pengetahuan
terhadap kimia tanah lingkungan juga berguna untuk mengambil keputusan yang
efektif mengenai remediasi tanah terkontaminasi.

2.1.1 Definisi Tanah


Tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri
dari benda padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara tanah.. Pengertian
tentang tanah mulai lebih jelas setelah para ahli fisika-kimia dan geologi memberi
batasan /definisi tentang tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai
penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar
tanaman. Tanah secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai zat hara atau
nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Sementara itu, tanah
secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut

8
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman
yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang
produktivitas

9
10

tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi tanaman pangan, tanaman


sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan
tanaman kehutanan. Komponen padat dari jenis tanah produktif terdiri dari kurang
lebih 5% bahan organik dan 95% bahan anorganik. Beberapa jenis tanah seperti tanah
gambut dapat mengandung bahan organik 95% dan beberapa tanah lainnya ada yang
hanya mengandung 1% bahan organik.

2.1.2 Proses Pembentukan Tanah


Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan baik pelapukan fisik
maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan
berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai
tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolit) karena masih menunjukkan struktur batuan
induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah
berubah menjadi tanah. Oleh karena itu, proses pelapukan ini menjadi awal
terbentuknya tanah.
Pembentukan tanah dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung
dengan atmosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh
terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer
memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu
air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap
ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
3. Pada tahap ketiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan
tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadi
pelapukan biologis.
4. Pada tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang relatif
besar.

Ada beberapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam


pembentukan tanah. Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses
pelapukan fisik. Kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim, sehingga dapat
disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa
11

faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan
induk, topografi, dan waktu.

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu
dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
fluktuasi suhu tinggi maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah juga cepat.
b. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses
kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus.
Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-
ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan
membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput
membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik
yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh: jenis tanaman cemara akan memberi unsur-
unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah. Akibatnya, tanah di
12

bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.

3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan
bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan
membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula. Akibatnya, pencucian asam
silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna
kelabu. Sebaliknya, bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
a. Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit memiliki lapisan tanah yang
lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar memiliki lapisan tanah
yang tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya tidak bagus, seperti sering tergenang, menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan
tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah
muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
13

2.1.3 Jenis-Jenis Tanah


Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman
karena perbedaan jenis tanah memengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk
memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan yang mampu
mengelompokkan tanah secara sistematik, sehingga dikenal banyak sekali sistem
klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antarjenis tanah maka
sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi
teknis (Sutanto, 2005). Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas
sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan
penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik,
kimia, dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah
yang memengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk
menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang
memengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kemiringan, tekstur, pH, dan
lain-lain.
Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang
digunakan adalah sistem klasifikasi alami. Pada awalnya, jenis tanah diklasifikasikan
berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
a. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi.
b. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa faktor lokal
terutama bahan induk dan relief.
c. Tanah azonal, yakni tanah yang belum menunjukkan perkembangan profil dan dianggap
sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian, dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah
(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengan tujuh pendekatan dan
sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami
berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses
genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya, taksonomi
tanah dibedakan atas enam kategori, yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family, dan
seri. Pada edisi taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua belas ordo
14

tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols,


Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
1. Alfisols.
Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning, dan planosols.
2. Andisols.
Andisols merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60% dan mempunyai
sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3. Aridisol.
Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat
(kemerahan) dan tanah arida (merah).
4. Entisols.
Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol, dan tanah glei humus rendah.
5. Gelisols.
Gelisols merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia.
6. Histosols.
Tanah ini mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis
40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
bog dan tanah gambut.
7. Inceptisols.
Tanah ini merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon
teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang
ekstrem. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown
forest, glei humik, dan glei humik rendah.
8. Mollisols.
Tanah ini mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilayah stepa. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem dan tanah
rendzina.
9. Oxisols.
15

Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah
laterik.
10. Spodosols.
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

11. Ultisols.
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang
menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut di
bentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah laterik cokelat-kemerahan dan tanah podsolik merah-kuning.
12. Vertisols.
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retakan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah grumosol.

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis
tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74%
dari luas lahan yang ada di Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam/jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur yang terbentuk dari lapukan daun dan
batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Aluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
16

4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin.
5. Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung
berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat
dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Contoh: Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran/Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh: Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut/Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh: rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera.

2.1.4 Profil Tanah


Profil merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara
menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang
tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Permeabilitas
tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur
serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas
tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan
demikian menurunkan laju air aliran. Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai
dengan keadaan iklim, tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya
kegiatan konstruksi.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Secara
garis besar, semakin kecil ukuran partikel, semakin kecil pula ukuran pori dan
semakin rendah koefisien permeabilitasnya. Itu artinya jika suatu lapisan tanah
17

berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih
rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Jika
tanahnya berlapis-lapis maka permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar daripada
untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar
daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah
diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai di bawah dengan huruf : O, A dan E, B, C
dan R.

1. Lapisan O.
Huruf O menunjukkan kata "organik". Lapisan ini disebut juga dengan humus.
Lapisan ini didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang
berasal dari berbagai tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan
dedaunan yang berada di atas tanah yang sesungguhnya bukan bagian dari tanah itu
sendiri.
2. Lapisan A dan E.
Lapisan A adalah lapisan atas dari tanah, sehingga diberi huruf A. Kondisi teknis
dari lapisan A mungkin bervariasi, namun sering kali dijelaskan sebagai lapisan
tanah yang relatif lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini memiliki warna yang lebih
gelap daripada lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak material
organik. Lapisan ini mungkin juga lebih ringan dan mengandung lebih sedikit tanah
liat. Lapisan A dikenal sebagai lapisan yang memiliki banyak aktivitas biologi.
Organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda, nematoda, jamur, dan berbagai
spesies bakteri berkonsentrasi di sini. Bakteri archaea juga berada pada lapisan ini
18

dan sering kali berhubungan dengan akar tanaman. Lapisan E sebagai perantara
lapisan B dan memiliki sifat antara A dan B.
3. Lapisan B.
Lapisan B umunya disebut sebagai lapisan tanah bawah dan mengandung lapisan
mineral yang mirip dengan lapisan mineral tanah liat seperti besi, aluminium, atau
material organik yang sampai ke lapisan tersebut melalui suatu proses kebocoran.
Akar tanaman menembus lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat kekurangan
material organik. Lapisan ini umumnya berwarna kecokelatan atau kemerahan
karena terdiri dari tanah liat dan besi oksida yang terbilas dari lapisan A.
4. Lapisan C.
Lapisan C dinamakan C karena berada di bawah lapisan A dan B. Lapisan ini sedikit
dipengaruhi oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini
mungkin mengandung bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan
C juga mengandung material induk.
5. Lapisan R.
Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian pelapukan
bebatuan menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini sangat padat,
keras, dan tidak bisa digali dengan tangan.

2.1.5 Sifat-Sifat Tanah


1. Sifat Kimia
a. Derajat Keasaman
Reaksi tanah menunjukkan sifat keaasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H + di dalam tanah,
semakin asam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain,
ditemukan pula ion OH-yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya
H+. Pada tanah-tanah asam, jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan
pada tanah alkalis, kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Apabila
kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral, yaitu mempunyai
pH=7.
b. Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
19

organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh
reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, dan
pengapuran serta pemupukan. Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar
kation tanah sangat beragam karena jumlah humus dan liat serta macam liat
yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
c. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa
rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100%.
Pada tingkat ini, tanah bersifat alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang
positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi, hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah
dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan akan memberikan
nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi
ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan suatu tanah. Kemudahan
dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat
kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50-80%, dan tidak subur jika kejenuhan basa
< 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan
membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50%.

2. Sifat Fisika Tanah


a. Warna tanah
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat. Warna tanah sangat
bervariasi, mulai dari hitam kelam, cokelat, merah bata, jingga, kuning, hingga
putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna
yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching).
b. Struktur tanah
20

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase:
fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang antaragregat.
Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang
antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran
apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat
apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.

2.1.6 Manfaat Tanah


Manfaat tanah antara lain sebagai berikut.
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran;
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara);
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin,
dan asam-asam organik: antibiotik dan toksin antihama (enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara)).
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung
atau tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman
tersebut maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit
tanaman.
5. Penyediaan unsur hara untuk tumbuhan. Ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi tingkat
produksi suatu tumbuhan. Jumlah dan jenis unsur hara yang tersedia di tanah dan
dibutuhkan oleh tumbuhan haruslah sesuai dan seimbang.
6. Penyedia makanan untuk biota tanah. Tanah menjadi habitat pengurai yang
menguraikan sisa organisme mati menjadi bahan makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman dan organisme lain.
7. Sumber bahan baku barang kerajinan atau perabot rumah tangga. Kandungan tanah
liat dapat dimanfaatkan manusia untuk membuat batu bata, barang-barang seni dan
kerajinan, serta alat-alat rumah tangga. Tanah liat juga dapat dimanfaatkan salah
satunya sebagai bahan baku genteng penutup atap rumah atau bangunan.
21

8. Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menyimpan air (melindungi tata
air), menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.
9. Memiliki nilai ekonomis, yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau
diperjualbelikan dan mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna
untuk manusia

2.2 Polutan Tanah


2.2.1 Pengertian Polutan Tanah
Pencemaran tanah adalah adanya bahan kimia beracun (polutan atau
kontaminan) dengan konsentrasi yang cukup tinggi di dalam tanah sehingga
berpotensi menimbulkan dampak gangguan kesehatan manusia dan atau ekosistem.
Polusi tanah merupakan pengendapan bahan limbah padat atau cair di permukaan atau
bawah tanah yang dapat mencemari tanah dan air tanah, mengancam kesehatan
masyarakat, dan menyebabkan kondisi dan gangguan yang tidak sedap dipandang.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, polusi adalah penambahan zat atau bahan
berbahaya apa pun ke lingkungan. Penambahan ini memberikan dampak negatif pada
lingkungan dan kehidupan di dalamnya. Zat dan bahan berbahaya penyebab polusi
disebut dengan pencemar atau polutan. Jadi, pencemar dan polutan adalah hal yang
sama, sedangkan polusi adalah masuknya polutan ke lingkungan. Polutan tanah
adalah zat atau bahan yang berbahaya yang masuk dan mencemari lingkungan.

Polusi tanah juga merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang


penting dihadapi dalam dekade- dekade ini. Masalah lainnya adalah perubahan iklim,
kepunahan satwa serta pemanasan global. Dalam kasus kontaminan polusi tanah yang
terjadi secara alami di tanah, bahkan ketika tingkat mereka tidak cukup tinggi untuk
menimbulkan risiko, polusi tanah masih dikatakan terjadi jika tingkat kontaminan di
tanah melebihi tingkat yang seharusnya ada secara alami.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila:


1. Jumlahnya melebihi jumlah normal
2. Berada pada waktu yang tidak tepat
3. Berada pada tempat yang tidak tepat

Sifat-sifat polutan ada 2, yaitu:


22

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi
2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya
rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam
tubuh sampai tingkat yang merusak.

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya.

2.2.2 Penyebab Polusi Tanah


Pencemaran tanah disebabkan oleh dua sumber utama, yakni penyebab alami dan penyebab
oleh manusia. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing penyebab polusi tanah.
1) Polutan Alami – Kondisi alam dapat menyebabkan polusi tanah akibat tumpukan
bahan kimia beracun. Pencemaran tanah ini seperti yang terjadi di gurun Atacama,
Chile. Adanya akumulasi garam perklorat menjadikan tanah di kawasan tersebut
tercemar
2) Polutan Non Alami – Polusi pada tanah yang disebabkan oleh kontaminan yang
berasal dari manusia. Kandungan berbagai macam zat berbahaya, baik organik dan
anorganik akan mengubah struktur tanah menjadi buruk. Misalnya, akibat
pembuangan limbah padat maupun cair dari industri maupun masyarakat dan
akumulasi penggunaan pestisida pada area pertanian / perkebunan
Polusi tanah juga disebabkan oleh jenis polutan dan kontaminan. Polutan utama
pencemaran adalah agen biologi dan beberapa aktivitas manusia. Kontaminan tanah
adalah semua produk dari polutan tanah yang mencemari tanah. Pencemaran tanah
juga selalu berkaitan dengan aktivitas manusia yang sangat beragam. Oleh karena itu,
polutan dapat dibagi menjadi 5 berdasarkan tipe polutannya. Tipe polutan tanah terdiri
dari bio-polutan, aktivitas pertanian, radioaktif, limbah urban, dan limbah buangan
industri. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai tipe polutan tanah.
1. Bio-polutan        
23

Bio-polutan disebut juga dengan polutan yang berasal dari agen-agen biologi. Agen-agen
biologi ini biasanya dapat berperan sebagai pupuk kompos bagi tanaman di dalam tanah.
Jenis polutan ini berasal dari hasil ekskresi manusia, burung, dan hewan-hewan lainnya.

2. Aktivitas Pertanian & Perkebunan


Pertanian maupun perkebunan biasanya menggunakan beberapa bahan kimia untuk
menunjang hasil panen. Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah
merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk
urea, pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT (Dichloro Diphenyl
Trichlorethane).Penggunaan bahan kimia yang berlebihan berpotensi mencemari tanah
dan berbahaya bagi kesehatan manusia.Contohnya yaitu DDT dan peptisida

a) DDT
Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahaya terhadap lingkungan
hidup adalah:
24

- Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak. Makin larut
suatu insektisida dalam lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal
ini merupakan salah satu faktor penyebab DDT sangat mudah menembus kulit.
- Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga cenderung
bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan (foodchain) melalui bahan
lemak jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya DDT bersifat bioakumulatif dan
biomagnifikatif. Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangat
lama di dalam tanah; bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel
tanah. Dalam ilmu lingkungan, DDT termasuk dalam urutan ke 3 dari polutan
organik yang persisten (Persistent Organic Pollutants, POP), yang memiliki sifat-sifat
berikut:
a) Tak terdegradasi melalui fotolisis, biologis maupun secara kimia,
b) Berhalogen (biasanya klor),
c) Daya larut dalam air sangat rendah,
d) Sangat larut dalam lemak,
e) Semivolatile,
f) Di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui jarak jauh,
g) Bioakumulatif.

b) Peptisida
Pestisida adalah racun berupa zat kimia, virus, atau bakteri yang dapat mengenda-
likan pertumbuhan organisme pengganggu tanaman pertanian. Dalam
penggunaannya, pestisida sangat mudah sehingga sering menjadi pilihan petani
dalam memberantas hama. Namun bila penggunaannya melebihi dosis yang
ditentukan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, contohnya: dapat
mengakibatkan keracunan, penyakit kulit, mencemari lingkungan(tanah, udara, dan
perairan), dan munculnya populasi hama sekunder. Petani seringkali menggunakan
perkiraan dalam menetapkan kebutuhan pestisida, sehingga penggunaan pestisida
menjadi overdosis. Hardjowigeno (2003) menyebutkan bahwa hanya 20% pestisida
yang tepat sasaran, 80% pestisida yang diaplikasikan jatuh mengenai tanah. Hal ini
menyebabkan permasalahan bagi tanah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
pestisida menyebabkan kerusakan tanah baik dari fisika, kimia, maupun biologi
tanah (Sutanto, 2001; Setiyo et al, 2011). Pestisida menjadi berbahaya bagi tanah
karena bahan aktifnya merupakan bahan kimia buatan sehingga asing terhadap
25

sistem tanah (Sutanto, 2001). Bahan aktif pestisida dapat mempengaruhi


keseimbangan kompleks jerapan di dalam tanah. Hal ini memungkinkan untuk
mempegaruhi keseimbangan hara atau kadar kemasaman tanah.

3. Polutan Radioaktif
Subtansi radioaktif yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti nitrogen, uranium,
thorium, uranium, dan lain-lain. Zat radioaktif tersebut dapat menyumbat tanah dan
memberikan efek toksik bagi makhluk hidup di sekitarnya. Contoh pencemaran dari tipe
polutan ini dapat ditemukan di prefektur Fukushima, Jepang. Gempa bumi dan tsunami
menghantam Fukushima pada tahun 2011. Bencana tersebut menyebabkan meledaknya
reaktor nuklir di PLTN Fukushima sehingga terjadi kebocoran air radioaktif. Kemudian,
zona tersebut menjadi kawasan tertutup karena tingkat kontaminasi radiasi nuklir yang
tinggi.

4. Limbah Urban
Jenis polutan ini dihasilkan dari rumah tangga dan sebagai hasil aktivitas manusia di
perkotaan. Polutan tersebut antara lain sampah plastik, limbah domestik maupun
komersial, dan materi-materi buangan lainnya. Salah satu contoh dari hasil aktivitas yang
sering kita temukan adalah sampah dan penggunaan deterjen.
26

 Sampah
Sampah menjadi contoh pencemaran tanah yang masuk ke dalam kategori
permasalahan pelik di Indonesia. Ribuan ton sampah selalu menjadi bencana yang
diproduksi setiap hari. Di Indonesia, pengelolaan sampah belum terbilang baik. Hal
ini disebabkan sampah yang digunakan setiap hari belum mendapat banyak perhatian
dari masyarakat. Misalnya saja banyak sampah yang saat proses pembuangannya
tidak digolongkan dengan baik berdasarkan jenisnya.
Sampah yang tidak gampang terurai banyak ditemukan sudah menyatu dengan
sampah sampah lain. Jenis sampah yang tidak mudah terurai seperti popok, pembalut,
kaleng alumunium, kaca, sol sepatu karet dan styrofoam sangat mudah ditemukan. 
Hal tersebut sudah jelas jika dibiarkan berlama-lama akan menyebabkan pencemaran
tanah yang menimbulkan berbagai dampak seperti wabah penyait, merusak estetika
lingkungan, merusak ekosistem hingga pencemaran udara.

 Detergen
Detergen ialah cempuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergen dapat
membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis detergen sulit sekali diuraikan
oleh enzim-enzim bakteri pengurai sehingga akan tetap utuh dan berbusa. Limbah
detergen yang tidak dapat diurai dalam waktu yang singkat ini menyebabkan
penurunan tingkat kesuburan tanah dan juga menyebabkan polusi udara karena
baunya yang tidak sedap. Menurut Petra Widmer dan Heinz Frick menyatakan bahwa,
detergen terurai dalam hitungan minggu hingga bulanan sedangkan persyaratan
ekolabel memberikan jangka waktu peruraian limbah detergen di lingkungan alam
27

hanya dua hari. Selain itu detergen dalam air buangan dapat meresap ke air tanah atau
sumur-sumur di masyarakat. Air yang tercemar limbah detergen tidak baik bagi
kesehatan karena dapat menyebabkan kanker. Kanker ini diakibatkan oleh
menumpuknya surfaktan di dalam tubuh manusia.
Bahan lain yang terkandung dalam detergen adalah filler (pengisi). Filler adalah
bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya
cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Sedangkan aditif adalah
bahan suplemen atau tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna. Bahan aditif ini sebenarnya tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci detergen. Aditif ditambahkan untuk komersialisasi produk
atau agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Contoh dari aditif adalah enzim,
boraks, Natrium klorida, Carboxy methyl cellulose (CMC). Sayangnya diantara zat-
zat tersebut ada yang tidak bisa dihancurkan oleh mikroorganisme sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah detergen juga menyebabkan
pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan
tanaman serta membuat cacing menjadi mati. Padahal cacing berfungsi untuk
menguraikan limbah organik maupun non organik dan menyuburkan tanah. Ketika
suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk
ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

5. Limbah Buangan Industri


Industri skala besar, seperti pertambangan dan pabrik produksi, dapat
menyebabkan kerusakan tanah dalam jangka panjang. Limbah industri skala besar di
antaranya berupa logam, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), nikel (Ni),
dan sebagainya. Salah satunya contoh kasus yang pernah terjadi yaitu lumpur lapindo.
Kasus lumpur lapindo merupakan pencemaran tanah yang disebabkan oleh semburan
lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo. Semburan lumpur panas tersebut muncul karena
aktivitas pengeboran di sumur eksplorasi milik Lapindo Brantas Inc. Pencemaran
tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar
 Lumpur menggenangi 16 desa di 3 kecamatan  
 Rusaknya area pertanian yang diikuti oleh kerusakan lingkungan
28

 Permukaan tanah ambles di sekitar semburan lumpur


 Rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur, dll.

(Lumpur lapindo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (sumber: wikimedia.org)

2.2.3 Jenis - jenis Polutan Tanah


Adapun bahan-bahan yang menyebabkan polusi tanah, antara lain:
1. Limbah Cair
Limbah cari merupakan salah satu faktor terbesar yang menyebabkan pencemaran
tanah. Limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik
yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain
yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok di antaranya yaitu:
a) Limbah cair domestik (domestic waste water), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu air
sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
b) Limbah cair industri (industrial waste water), yaitu limbah cair hasil buangan industri.
Contohnya yaitu sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan
makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow). Contohnya yaitu air buangan dari talang
atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
29

d) Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.
Limbah dalam bentuk cair umumnya dihasilkan dari kegiatan industri berupa
polutan kimia berbahaya. Selain menyebabkan polusi tanah, limbah cair juga dapat
mencemari air tanah dan air permukaan

https://www.seluncur.id/contoh-limbah-cair/

2. Limbah Padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat dari kegiatan domestik adalah limbah
padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.. Contoh dari limbah padat dari
kegiatan industri yaitu hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll. Penanganan limbah padat bisa
dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang
dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti
plastik, tekstil, potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau
ditimbun begitu saja. Limbah yang tidak bisa dimanfaatkan ini dapat menyebabkan
pencemaran tanah jika tidak diolah dengan benar. Tidak hanya menghasilkan limbah
30

cair, proses produksi pada pabrik juga dapat menghasilkan limbah berbentuk padat
yang dapat mencemari tanah, seperti potongan besi dan bahan-bahan sisa produksi

https://materibelajar.co.id/limbah-padat/

3. Limbah Organik
Limbah organik adalah jenis limbah yang dapat terurai secara alami dengan bantuan
mikroorganisme pengurai yang ada di dalam tanah. Dilihat dari asalnya, Limbah organik
merupakan limbah yang berasal dan alam. Segala jenis makanan yang berasal dari alam
merupakan limbah yang termasuk dalam golongan organik. Limbah ini mudah busuk dan
diuraikan sehingga lebih mudah untuk diolah
Untuk karakteristiknya, limbah yang berasal dari bahan organik biasanya akan
menimbulkan bau. Hal ini memang bisa terjadi karena limbah ini memang bisa dengan
mudah membusuk. Bahkan tanpa dilakukan pengolahan bahan ini dapat menghilang dengan
sendirinya.
Untuk Cara pengolahannya, limbah organik, limbah ini merupakan kebalikan dari
limbah anorganik dari sisi struktur kimia. limbah organik merupakan limbah dengan struktur
kimia yang stabil. Struktur kimia yang di kembalikan ke alam stabil pada limbah organik ini
menyebabkannya dapat menjadi bahan yang baik ketika diolah dan dikembalikan ke alam.
Ketika dikembalikan ke alam bentuk dari limbah organik adalah bentuk kompos Kompos bisa
berasal dari sisa sampah organik rumah tangga yang kemudian di busukkan. Tapi setelah
berubah menjadi kompos limbah organik tidak menjadi bau dan dapat menjadi penyubur
untuk tanah
Contoh limbah organik adalah pestisida, bahan kimia industri, obat-obatan, alpha beta
hexachlorocyclohexane, bromodiphenyl eter, chlordecon, lindane, dan beberapa zat kimia
yang tidak sengaja. Meski sampah organik tidak terlalu berbahaya, namun apabila terjadi
31

akumulasi yang berlebihan akan menyebabkan tanah tercemar. Contohnya adalah tanah pada
tempat pembuangan sampah akhir.

1. Limbah Anorganik
Berbanding terbalik dengan limbah organik, jenis limbah anorganik adalah sampah yang
sulit dan membutuhkan waktu lama untuk terurai. Dilihat dari asalnya Limbah anorganik
merupakan limbah yang biasanya berasal dari pabrikan Mereka dibuat dari bahan-bahan
kimia atau bahan alam yang dicampurkan dengan bahan kimia Biasanya mereka lebih sulit
untuk diurai atau diurai dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan tanah menjadi
kurang subur.
Untuk karakteristiknya Limbah anorganik tidak akan hilang dan terural ketika dibiarkan
begitu saja. Hal ini disebabkan karena limbah ini memang memiliki struktur kimia yang tidak
stabil untuk lingkungan sehingga tidak bisa terurai.Contohnya adalah plastik, botol minuman,
dan kaleng bekas yang membutuhkan waktu ratusan tahun agar terurai secara alami.Yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
adalah Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang
dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan
makanan untuk berkembang.

2. Limbah Pertanian
Sistem pertanian dapat menimbulkan polusi tanah dan polusi air akibat zat-zat kimia
yang digunakan sebagai pupuk, anti hama dan anti penyakit. Tanah persawahan yang telah
jenuh akan kandungan kimia tidak akan menghasilkan hasil panen yang maksimal. Pupuk
yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga
mengakibatkan pencemaran tanah. Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida
tersebut.
32

3. Limbah Rumah Tangga


Limbah rumah tangga adalah jenis limbah yang kita hasilkan sehari-hari. Misalnya air
deterjen bekas cucian yang dapat mencemari air dan tanah. Timbunan sampah yang berasal
dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan
estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa
dimanfaatkan. Timbunan sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya
zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah /
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.
Limbah lainnya adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di
permukaan tanah.
Selain itu, tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di
dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang
disebutkan sebagai pencemaran tanah.

4. Bencana Alam 
Faktor bencana alam juga dapat menyebabkan pencemaran tanah. Contohnya saat banjir,
lapisan unsur hara tanah akan hilang terbawa arus air sehingga membuat tanah tersebut
tercemar. Saat gunung berapi meletus, tanah akan tertutup abu vulkanik, pasir, dan material
lainnya yang membuat tanah menjadi kering. Tetapi saat kembali ke keadaan normal, tanah
yang tertutup tersebut akan menjadi subur. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (Ph)
sekitar 4 – 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki
kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5. Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur
jika memiliki tingkat keasaman (Ph) sebesar 6 – 7.Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini
akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik
akan mengalami penurunan produktivitas lahan jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian.
Begitupun tsunami maupun tanah longsor yang juga menjadikan tanah berubah
kandungannya

5. Kebakaran Hutan 
Selain menyebabkan pencemaran udara karena asap kebakaran. Terbakarnya hutan
juga akan merusak kandungan dalam tanah sehingga menyebabkan tanah tak lagi subur dan
sulit ditumbuhi oleh pepohonan. Pembakaran lahan di tanah mineral seperti podsolik merah
33

kuning akan mengakibatkan struktur tanah (agregat) menjadi rusak sehingga akan
menyebabkan menurunnya permeabilitas tanah dan akan meningkatnya laju erosi dan aliran
permukaan. Erosi tanah yang terjadi akan berakibat hilangnya lapisan atas (top soil) yang
subur. Praktek pembakaran hutan umumnya untuk memperbaiki kesuburan tanah pada tanah-
tanah tua seperti tanah podsolik merah kuning (Hardjowigeno, 1989; Soepardi, 1992;
Saharjo, 1995). Kebakaran lahan diatas tanah juga akan merugikan yaitu dengan hilangnya
plasma nutfah seperti matinya jasad renik tanah, hal ini karena temperatur yang sangat
ekstrim pada saat terjadinya kebakaran.
Pembakaran lahan berdasarkan analisa laboratorium telah menyebabkan
menurunnya sifat biologi tanah seperti total mikroorganisme, total fungi dan C-mic.
Kondisi tersebut tentunya sangat merugikan karena mikroorganisme yang dapat
meningkatkan prooduktifitas lahan seperti keberadaan bakteri penambat nitrogen dan
bakteri pelarut fosfat yang membantu ketersediaan unsur hara tanah dapat hilang.
Pembakaran lahan juga telah menyebabkan terjadinya pemadatan tanah, hal ini
terlihat dengan meningkatnya bulk densiti (kerapatan limbak) pada ketiga lokasi
perusahaan kelapa sawi (perkebunan). Demikian juga pembakaran lahan telah
meningkatkan porositas tanah pada ketiga lokasi perkebunan.

2.2.4 Contoh Kontaminan Tanah


Terdapat banyak macam polutan yang bisa meracuni tanah. Contoh polutan tanah yang paling
umum dan bermasalah dapat ditemukan di bawah ini.
 Lead (Pb) – Zat ini terkandung dalam cat berbahan timbal, aktivitas pertambangan,
asap knalpot kendaraan, kegiatan konstruksi dan pertanian
 Merkuri (Hg) – Zat ini dihasilkan dari proses pertambangan, pembakaran batubara,
pengolahan alkali dan logam, limbah medis, serta akumulasi sayuran yang ditanam di
tanah tercemar
 Arsenik (As) – Zat ini berasal dari kegiatan pertambangan, pembangkit listrik yang
bersumber dari pembakaran batubara, industri elektronik, dan dari alam
 Tembaga (Cu) – Zat ini bersumber dari kegiatan pertambangan, pengecoran dan
konstruksi
 Seng (Zn) – Zat ini dihasilkan dari proses pertambangan, kegiatan konstruksi dan
pengecoran
 Nikel (Ni) – Zat ini dihasilkan dari proses pertambangan, kegiatan pengecoran dan
konstruksi
34

 Herbisida / Insektisida – Zat ini berasal dari kegiatan pertanian dan perkebunan
 Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) – Zat ini bersumber dari pembakaran
batubara. emisi kendaraan, asap rokok, kebakaran hutan, dan pembakaran kayu
Semua tanah, tercemar atau tidak tercemar, mengandung berbagai senyawa
(kontaminan) yang secara alami ada. Kontaminan tersebut meliputi logam, ion
anorganik dan garam (misalnya fosfat, karbonat, sulfat, nitrat), dan banyak senyawa
organik (seperti lipid, protein, DNA, asam lemak, hidrokarbon, PAH, alkohol, dll.).
Senyawa ini terutama terbentuk melalui aktivitas mikroba tanah dan dekomposisi
organisme (mis., Tumbuhan dan hewan).
Selain itu, berbagai senyawa masuk ke dalam tanah dari atmosfer, misalnya
dengan air hujan, juga oleh aktivitas angin atau jenis gangguan tanah lainnya. Bisa
pula dari badan air permukaan dan air tanah dangkal yang mengalir melalui tanah.
Bila jumlah kontaminan tanah melebihi tingkat alami (apa yang alami ada di berbagai
tanah), polusi dihasilkan.

2.3 Pencemaran Tanah


2.3.1 Pengertian Pencemaran Tanah
Tanah dalam bahasa yunani: pedon dan dari bahasa latin: solum. Maka tanah adalah
suatu bagian dari kerak bumi yang tersusun atas Bahan organik dan Mineral. Pencemaran
tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan
tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat
kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah, serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya.
Dikutip dari Conservation Institute, definisi polusi tanah adalah kerusakan dan
kontaminasi tanah melalui tindakan langsung dan tidak langsung manusia. Polusi
menyebabkan perubahan tanah baik bersifat sementara maupun permanen. Polusi tanah
berarti degradasi atau kerusakan permukaan dan tanah bumi. Berakibat pada berkurangnya
35

kualitas atau produktivitas tanah sebagai tempat ideal untuk kegiatan konstruktif seperti
pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Menurut Encyclopaedia Britannica, polusi tanah adalah
deposisi bahan limbah padat atau cair di darat atau bawah tanah yang dapat mencemari tanah
dan air tanah, mengancam kesehatan masyarakat dan menyebabkan kondisi dan gangguan
yang tidak sedap dipandang.
Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi yang telah tercemar.
Jumlah pencemaran yang meningkat akibat kegiatan manusia, dan alam tidak mampu
mengembalikan kondisi ke seperti semula maka alam kehilangan kemampuan untuk
mengembalikan/memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat seperti plastik, DDT,
deterjen dll yang tidak ramah lingkungan dapat memperparah kondisi rusaknya alam
Regulasi yang mengatur tentang pencemaran tanah adalah :
 Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah
 Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah satu komponen
lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan
organic serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
Tanda-tanda tanah tercemar :
 Kriteria Fisik. Kriteria fisik meliputi pengukuran tentang warna, bau, suhu, dan
radioaktivitas.
 Kriteria Kimia. Kriteria kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH,
keasaman, kadar logam, dan logam berat dengan cara dilakukan tes dan
pengecekan.
 Kriteria biologi. Terdapat organisme yang peka dan ada pula yang tahan terhadap
kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka akan mati karena pencemaran
dan organisme yang tahan akan tetap hidup disebut indikator biologis. Planaria
merupakan contoh hewan yang peka pencemaran sehingga tanah tersebut aman.
Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup di
lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun spesies hewan yang lain telah mati
disebut indikator pencemaran zat organik.
36

2.3.2 Dampak Pencemaran Tanah


Kita ketahui Bersama Polusi tanah adalah masalah serius yang berdampak pada
manusia, hewan, tumbuhan dan bumi. Perubahan buruk pada lingkungan karena pencemaran
tanah menimbulkan masalah yang jauh lebih besar dari pada yang terlihat. Pencemaran tanah
adalah penghancuran atau kontaminasi tanah melalui tindakan langsung dan tidak langsung
manusia yang menyebabkan perubahan sementara maupun permanen pada tanah. Dampak
pencemaran tanah merupakan hasil penghancuran jangka panjang dari aktivitas manusia. Apa
saja dampak polusi tanah dan bagaimana solusinya? Dampak pencemaran tanah Kontaminasi
tanah menimbulkan konsekuensi luas yang dapat menjadi bencana bagi air, tanah dan
makhluk hidup. Ada beberapa efek polusi tanah terhadap lingkungan dan makhluk hidup.
Dampak pencemaran tanah antara lain: Polusi tanah Perubahan pola iklim Dampak
negatif ke lingkungan Dampak negatif pada kesehatan manusia Sebabkan polusi udara
Dampak negatif pada satwa liar Peningkatan risiko kebakaran Mengganggu aktivitas wisata
Berikut ini penjelasan mengenai akibat pencemaran tanah tersebut: Polusi tanah Pencemaran
pada tanah akan menyebabkan lapisan atas tanah rusak. Penyebabnya, penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan, erosi tanah dan tindakan pengendalian hama. Polusi tanah berakibat
pada hilangnya lahan subur untuk pertanian, berkurangnya tutupan hutan, dan berkurangnya
makanan ternak yang digembalakan.
Selain rusaknya tanah, polusi tanah juga menyebabkan hilangnya humus, air tanah
menjadi beracun, dan lainnya. Tanah tercemar secara langsung atau tidak langsung akan
memengaruhi pola iklim. Masalah yang dihadapi adalah peningkatan suhu, aktivitas cuaca
yang tidak pada musimnya, hujan asam dan lainnya. Dampak negatif ke lingkungan Ketika
penggundulan hutan dilakukan maka tutupan pohon terganggu lalu menyebabkan
ketidakseimbangan yang curam dalam siklus hujan. Siklus hujan akan terganggu dengan
berkurangnya tutupan hijau. Pohon dan tanaman membantu menyeimbangkan atmosfer.
Terganggunya keseimbangan tersebut menyebabkan pemanasan global, efek rumah kaca,
curah hujan tidak teratur, banjir bandang dan lainnya. Bahan kimia beracun mencapai tubuh
manusia melalui bahan makanan bila ditanam di tanah yang tercemar. Bila terpapar limbah
dari air yang tercemar dan tanah yang terkontaminasi polutan manusia dapat terkena
gangguan pernafasan, penyakit kulit hingga kanker.
Sebabkan polusi udara Tempat pembuangan sampah di kota semakin penuh karena
peningkatan limbah sehingga menyebabkan bau tidak sedap. Pembakaran sampah dan limbah
berakibat terjadinya polusi udara. Tempat pembuangan sampah juga menjadi rumah bagi
hewan hama seperti tikus yang dapat menularkan penyakit ke manusia.
37

Mengganggu aktivitas wisata Sebuah daerah akan kehilangan daya tarik bila tempat
pembuangan sampah tidak dikelola dengan baik. Akibatnya, pemerintah daerah setempat
akan kehilangan pendapatannya.
Adanya bahan kimia beracun/berbahaya dapat melakukan perubahan kimia pada
tanah yang radikal, dimana tanah radikal dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tanah dan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan yang berakibat terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut.
Konsentrasi rendah efek kimia pada piramida bawah lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Misal konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anak burung
dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut
Penurunan hasil pertanian dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi
tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.

2.3.3 Sumber Pencemaran Tanah


A. Limbah domestik
Limbah domestik berasal dari pemukiman penduduk, tempat usaha, intitusi. Limbah
ini dapat berupa seperti limbah padat dan cair.
- Contoh limbah padat seperti kantong plastik, kaleng bekas, botol plastik bekas, dll
- Contoh limbah cair seperti oli bekas, cat, deterjen, dll
B. Timbunan dari limbah domestik ( Limbah Padat)
Limbah padat dapat mencemari tanah karena beberapa hal seperti:
- Lindi (air sampah)
- Adanya zat mercuri , chrom dan arsen pada timbunan sampah yang dapat
menghasilkan gangguan pada bio tanah dan merusak struktur permukaan tanah dan
struktur tanah.
- ( Merkuri merupakan logam berat yang secara alami berada di alam. Hanya saja, zat
ini dapat beracun bagi kesehatan dan lingkungan jika tidak dikontrol
penggunaannya.)
- ( kromium merupakan unsur logam berat beracun bagi manusia dan dapat
menimbulkan efek toksik. Efek toksik tersebut salah satunya menyebabkan
gangguan sistem pernafasan seperti gangguan pada paru.)
38

- ( Arsen dikaitkan sebagai penyebab kanker pada bagian kulit, paru-paru, kandung
kemih, ginjal, dan hati. Beberapa penelitian mengungkap bahwa paparan arsenik
dalam jangka panjang atau dosis yang besar dapat meningkatkan risiko terkena
kanker paru-paru, kanker kulit, kanker prostat dan kandung kemih, serta kanker hati.
C. Timbunan dari limbah domestik ( Limbah Cair)
Limbah cair dapat berasal dari deterjen, oli bekas, cat. Jika limbah tersebut diserap
oleh tanah, akan merusak kandungan air dalam tanah.
 Limbah Industri
 Limbah industri ( Limbah Padat)
Hasil buangan industri berupa padatan, lumpur
 Limbah industri ( Limbah Cair)
Hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, seperti sisa-sisa pengolahan
industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
 Limbah pertanian ( Pupuk Sintetik)
Penggunaan pupuk yang secara terus-menerus dalam pertanian dapat merusak
struktur tanah, dan apabila struktur tanah sudah rusak maka kesuburan tanah akan
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman karena hara di tanah semakin
berkurang.

2.3.4 Penyakit Akibat Dari Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan pada
manusia, seperti:
 Kanker
Kebanyakan polutan tanah mengandung zat karsinogenik yang dapat menyebabkan
kanker, seperti logam berat.
 Kerusakan Organ
Hal ini juga disebabkan oleh zat polutan tanah yang berbahaya. Salah satu contohnya
seperti kerusakan ginjal yang disebabkan oleh merkuri.
 Bioakumulasi
Bioakumulasi dapat terjadi apabila manusia memakan daging/sayur yang telah
terpapar polutan tanah.
 Disentri
39

Disentri sering menyebar melalui makanan yang terkontaminasi, dapat terjadi apabila
manusia memakan daging/sayur yang telah terpapar polutan tanah.
 Penyakit kulit
Limbah nuklir yang diserap oleh tanah, apabila terkena kulit dapat menyebabkan lecet
pada kulit bahkan bisa menyebabkan kanker pada kulit manusia.

2.3.5 Cara Mengatasi Pencemaran Tanah


1. Remediasi
Secara umum terdapat dua jenis remediasi yaitu in situ dan ex situ.
 Remediasi in situ
Remediasi yang dilakukan di lokasi pencemaran. Jenis remediasi ini lebih murah dan
mudah dilakukan.
 Remediasi ex-situ
Remediasi ini dilakukan di luar lokasi pencemaran dengan penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah di daerah aman, tanah
tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
 System 3R
a. Reduce : Mengurangi penggunaan produk tertentu yang dapat mencemari tanah
Contoh :
 Mengurangi penggunaan plastic saat belanja, gunakanlah tas belanja yang bisa
dipakai berulang ulang
 Mengurangi penggunaan kertas tissue (memakai sapu tangan)
 Menggunakan botol minum yang bisa diisi ulang
 Mengurangi belanja barang-barang yang kurang dibutuhkan (baju baru,
aksesoris, dll)
b. Reuse : Gunakan kembali barang yang hendak dibuang
Contoh :
 Gunakan kembali baju-baju bekas tak terbakai sebagai lap atau keset.
 Dalam kreativitas kita bisa membuat selimut, serbet, taplak meja dan tas dari
kain-kain bekas.
 Baju, sepatu, alat rumah tangga yang masih bisa difungsikan tidak dibuang.
Sebaiknya, dimanfaatkan dengan diberikan kepada orang lain yang
membutuhkan
40

 Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang
c. Recycle : Mengolah kembali pemanfaatan berang bekas yang berpotensi menjadi
limbah menjadi barang-barang baru yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari
Contoh :
 Tutup botol plastic digunakan untuk membuat tas belanja, sapu dan lain
sebagainya
 Mendaur ulang kertas
 Melakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos
 Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai

2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).

2.3.6 Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah yang
dikelola berdasarkan UU terdiri atas :
a. Sampah rumah tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
sampah spesifik
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Sampah sejenis sampah rumah tangga tetapi berasal dari kawasan komersial, industry,
kawasan khusus, fasilitas social, fasilitas umum, dan lain-lain.
c. Sampah spesifik
41

Sampah yang sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus


meliputi :
 Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
 Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
 Sampah yang timbul akibat bencana/ puing bongkaran bangunan
 Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah
 Sampah yang timbul secara tidak periodik

Gambar 1. Jenis Sampah dan Lama Hancurnya (Sumber : lelyria.lecture.ub.ac.id)

 Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri
atas :
a. Pengurangan sampah
 Pembatasan timbunan sampah
 Pendauran ulang sampah
 Pemanfaatan kembali sampah
b. Penanganan sampah
Penanganan sampah meliputi :
1. Pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah
dan/atau sifat sampah)
2. Pengumpulan (dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
42

3. Pengangkutan (membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan


sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemrosesan akhir)
4. Pengolahan (mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah)
5. Pemrosesan akhir (pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman)

 Paradigma Lama dan Paradigma Baru dalam Penanganan Sampah

Gambar 2. Paradigma Lama dan Paradigma Baru dalam Penanganan Sampah


(Sumber : lelyria.lecture.ub.ac.id)

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah maka bertambah pula
volume sampah yang dihasilkannya, dan menjadi masalah ketika sampah tersebut tidak
terkelola dengan baik dan benar. Pengelolaan sampah dengan baik dan benar pada
kenyataannya tidak hanya dikelola dari aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek nonteknis.
Sejauh ini, paradigma pengelolaan sampah yang dilakukan di kota di Indonesia masih
berpegang pada prinsip 3P (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan). Maksudnya,
sampah dikumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian diangkut secepat-cepatnya dan
dibuang sejauh-jauhnya. Sampah masih dianggap sebagai sisa hasil kegiatan manusia yang
tidak memiliki nilai dan harus segera dijauhkan atau dibuang serta jika perlu dimusnahkan
(Kuncoro, 2009). Pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma 3P memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan TPA (Wibowo, 2009) karena dalam
43

pengelolaan sampah dengan model 3P tidak ada proses pengurangan timbulan sampah mulai
dari sumbernya. Akibatnya dibutuhkan sarana angkut sampah yang banyak dan lahan TPA
yang luas. Tidak hanya itu, penanganan sampah di TPA menjadi lebih berat dan dibutuhkan
biaya yang besar untuk menanganinya. TPA dengan sistem lahan urug saniter yang ramah
lingkungan terbukti tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena membutuhkan biaya tinggi
untuk investasi, konstruksi, operasi, dan pemeliharaannya.
Cara kerja paradigma lama dengan paradigma baru dalam pengelolaan sampah dapat
dilihat pada gambar seperti sebuah piramida yang menunjukkan kegiatan yang paling banyak
harus dilakukan adalah di pembuangan akhir. Inilah paradigma 3P
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan). Sebagai konsekuensinya dibutuhkan biaya
investasi dan operasional yang tinggi, termasuk untuk mengatasi dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Penerapan pengelolaan sampah kota yang menekankan semua bentuk buangan
padat merupakan residu yang harus dibuang ke tempat pemrosesan akhir tidak mendukung
bagi pembangunan yang berkelanjutan. Karena paradigma dalam pengelolaan sampah yang
lebih menekankan pada penanganan sampah di akhir banyak menimbulkan masalah,
kemudian muncul paradigma baru dalam pengelolaan sampah, yaitu paradigma 4P
(pemilahan, pengolahan, pemanfaatan, dan pembuangan residu). Paradigma baru ini lebih
menekankan pada proses pengurangan sampah pada sumbernya sehingga sampah yang
dibuang ke TPA seminimal mungkin. Model pengelolaan sampah semacam ini akan
mengurangi bia
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik, dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan
mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah
dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan
organik terdiri dari sisa-sisa biomassa tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau
pembusukan. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Pencemaran tanah adalah adanya bahan kimia beracun (polutan atau kontaminan)
dengan konsentrasi yang cukup tinggi di dalam tanah sehingga berpotensi menimbulkan
dampak gangguan kesehatan manusia dan atau ekosistem. Polusi tanah merupakan
pengendapan bahan limbah padat atau cair di permukaan atau bawah tanah yang dapat
mencemari tanah dan air tanah, mengancam kesehatan masyarakat, dan menyebabkan kondisi
dan gangguan yang tidak sedap dipandang.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah, serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat
(illegal dumping).

3.2 Saran
Untuk lebih memahami semua tentang tanah dan pencemaran tanah, disarankan para
pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan untuk penyusun dan pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian tanah.

44
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ruangguru.com/blog/5-polutan-penyebab-pencemaran-tanah
https://lingkunganhidup.co/pengertian-pencemaran-tanah-penyebab-akibat-solusi/√
Pencemaran Tanah: Penyebab, Sumber, Akibat, Solusi, Contoh, Kasus (yuksinau.id)
https://rimbakita.com/polusi-tanah/
http://mmi.manbaul-huda.com/2019/09/14/dampak-limbah-air-detergen-terhadap-kesuburan-
tanah/file:///C:/Users/ASUS/Downloads/224-Article%20Text-896-1-10-20171026.pdf
https://dlh.semarangkota.go.id/ini-dia-penyebab-terjadinya-pencemaran-tanah/
https://faktualnews.co/2019/03/28/manfaat-dan-dampak-abu-vulkanik-bagi-
pertanian/131446/file:///C:/Users/ASUS/Downloads/315-798-3-PB.pdf
http://lelyria.lecture.ub.ac.id/files/2015/09/P4.-Pencemaran_tanah.pdf
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
https://ihwatinurcahyani.wordpress.com/2012/04/06/makalah-sifat-kimia-tanah/
https://www.academia.edu/9975673/MAKALAH_KIMIA_LINGKUNGAN_TANAH_Kimia
_Tanah2013_SAR_USD_IPB.pdf

45

Anda mungkin juga menyukai