Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“EROSI, SEDIMENTASI PENYEBAB DAN PENCEGAHANNYA”

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Hidrologi

Dosen Pengampu :

Dr. Sugeng Widodo, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Mentari (2213034048)
Syahri Fadilah (2213034049)
Hazlinda Silaban (2213034050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
“Dr. Sugeng Widodo, M.Pd.” pada mata kuliah “Hidrologi”. Makalah ini juga memberikan
gambaran tentang Erosi dan Sedimentasi serta Penyebab dan Pencegahannya. Mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembacanya.

Dalam penulisan makalah ini, kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami mebucapkan banyak terimakasih.

Bandar Lampung, 7 Maret 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3

BAB I………………………………………………………………………………………….4

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4

1.1. Latar Belakang


Masalah………………………………………………………...4
1.2. Rumusan
Masalah……………………………………………………………….4
1.3. Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………5
1.4. Manfaat dan Kegunaan
Penulisan……………………………………………....5

BAB II.......................................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………………………....6

2.1. Erosi dan Sedimentasi…………………………………………………………...6


2.2. Tipe-tipe Erosi……………………………………………………………………6

BAB III……………………………………………………………………………………….8

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………...8

3.1. Pengertian Erosi…………………………………………………………………..8


3.2. Pengertian Sedimentasi…………………………………………………………..8
3.3. Penyebab Terjadinya Erosi dan Sedimentasi…………………………………...9
3.4. Dampak Dari Erosi dan Sedimentasi…………………………………………..10
3.5. Langkah Pencegahan Erosi dan Sedimentasi………………………………….11

BAB IV………………………………………………………………………………………13

PENUTUP…………………………………………………………………………………...13

4.1. Kesimpulan……………………………………………………………………...13
4.2. Saran…………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….14

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Erosi dan Sedimentasi adalah dua hal yang saling bertautan, dimana dengan
adanya erosi maka akan terjadi sedimentasi. Erosi terjadi karena hilangnya penutupan
lahan yang menyebabkan terjadinya erosi sedimen tanah dan masuk kedalam
perairan. Sedangkan sedimentasi, selain akan menyebabkan pendangkalan
perairan, juga akan mengganggu k e h i d u p a n b i o t a . D i b e b e r a p a l o k a s i ,
s e d i m e n t a s i m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a a k r e s i (penambahan lahan).

Erosi merupakan perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain
oleh media tertentu, seperti air, angin dan lain sebagainya. Perpindahan tanah dari tempat satu
ke tempat lain tersebut akan menimbulkan beberapa dampak yang tidak diinginkan karena di
tempat asal tanah tersebut, perpindahannya/pengikisannya akan membuat tanah lebih terbuka
dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman hilang karena sebagian besar zat/nutrisi telah
terkikis (Suripin, 2002). Sedangkan pada tempat di mana tanah hasil pengikisan berhenti dan
mengendap sebagai sedimen, menimbulkan beberapa akibat yang salah satunya adalah
terganggunya saluran-saluran air dan jika terjadi di sungai-sungai ataupun di waduk-waduk
maka hal itu akan mengganggu penyediaan air bersih yang bersumber dari air permukaan
(Harjadi dan Agtriariny, 1997). Walaupun di lain sisi terkadang sedimen mendatangkan
keuntungan yaitu penyuburan tanah jika tanah tersebut berasal dari tanah yang subur.

Hilangnya lapisan tanah akibat proses erosi lahan secara global sangat mempengaruhi
berbagai ekosistem alam. Hal tersebut menjadikan erosi dan sedimentasi termasuk ke dalam
urutan atas permasalahan lingkungan yang ada di dunia disamping isu-isu lain seperti
populasi manusia, ketersediaan air, energi, dan berkurangnya biodiversitas (Pimentel, 2006).
Berbagai masalah tersebut sebagian besar dipicu oleh aktivitas manusia dalam memanfaatkan
alam.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa Yang Dimaksud Dengan Erosi?


b. Apa Yang Dimaksud Dengan Sedimentasi?
c. Apa Penyebab Terjadinya Erosi dan Sedimentasi?
d. Bagaimana Dampak Yang Ditimbulkan Dari Proses Erosi dan Sedimentasi?
e. Bagaimana Langkah Yang Dilakukan Untuk Mencegah serta Meminimalisir
Terjadinya Erosi dan Sedimentasi?

5
1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui Pengertian Erosi


b. Untuk Mengetahui Pengertian Sedimentasi
c. Untuk Mengetahui Penyebab Terjadinya Erosi dan Sedimentasi
d. Untuk Mengetahui Dampak Dari Erosi dan Sedimentasi
e. Untuk Mengetahui Langkah Pencegahan Erosi dan Sedimentasi

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penulisan

a. Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Hidrologi.


b. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya terkait Erosi, Sedimentasi
Penyebab dan Pencegahannya.
c. Bisa menjadi referensi yang baik apabila kelak suatu saat hendak membuat makalah
yang memiliki isu serupa dan diperbaiki agar lebih sempurna.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Erosi dan Sedimentasi

Proses-proses hidrologis, langsung atau tidak langsung, mempunyai kaitan dengan


terjadinya erosi, transpor sedimen dan deposisi sedimen di daerah hilir. Perubahan tata guna
lahan dan praktek pengelolaan DAS juga mempengaruhi terjadinya erosi, sedimentasi, dan
pada gilirannya, akan mempengaruhi kualitas air (Asdak, 1995).

Asdak menjelaskan bahwa “dua penyebab erosi yang utama terjadi secara alami dan
aktivitas manusia. Erosi alami terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang
terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor alami
biasanya masih memberikan media sebagai tempat tumbuh tanaman. Sedangkan erosi yang
terjadi karena kegiatan manusia, biasanya disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah
bagian atas akibat praktek bercocok tanam yang tidak memperhatikan kaidah konservasi
tanah maupun dari kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah seperti
pembuatan jalan di tempat dengan kemiringan lereng besar” (Asdak, 2010).

Sitanala Arsyad (1998) dalam bukunya yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air”,
mengatakan bahwa air merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Banyaknya air yang
mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada hubungan antara kapasitas infiltrasi tanah
dengan kapasitas penyimpanan air tanah. Tumbuhan yang hidup di permukaan tanah dapat
menambah cepatnya infiltrasi, memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh,
daya dispersi, serta mengurangi daya angkut aliran di atas permukaan tanah. Manusia juga
sangat berperan dalam menentukan baik atau rusaknya tanah yaitu pada perlakuan terhadap
tumbuhan-tumbuhan dan tanah.

2.2. Tipe-tipe Erosi

Berdasarkan bentuknya, Zachar (1982) membagi erosi menjadi 7 tipe, diantaranya


sebagai berikut.

a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel


tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung.
b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) akan terjadi hanya dan jika intensitas
dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas simpan air tanah.
c. Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-
saluran air.
d. Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan
lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.

7
e. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan
tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus sungai
yang kuat terutama pada tikungan-tikungan.
f. Erosi internal (internal or subsurface erosion) adalah proses terangkutnya partikel-
partikel tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran
bawah permukaan.
g. Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau
gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.

(Sumber : Suripin, 2004)

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Erosi

Erosi merupakan peristiwa berpindahnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat ke tempat lain oleh media alam, seperti angin dan air. Pada daerah beriklim tropika
basah seperti di Indonesia proses erosi umumnya disebabkan oleh air. Proses terjadinya erosi
ditentukan oleh faktor-faktor hidrologi terutama intensitas hujan, topografi, karakteristik
tanah, vegetasi penutup lahan, dan tata guna lahan.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali tetapi dikebanyakan
tempat peristiwa ini diperparah dengan aktivitas manusia dalam pengolahan tata guna lahan
yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan perkebunan, pertanian, pertambangan dan lain
sebagainya. Pengalihan fungsi hutan sebagai lahan pertanian akan meningkatkan terjadinya
erosi.

Proses terjadinya erosi adalah (1) pemecahan bongkah/agregat-partikel tanah lepas


dari masanya (detachment), (2) pengangkutan material tanah material tanah yang
pecah/terlepas (transportation) dan (3) tanah yang terangkut dideposisikan/diendapkan di
suatu tempat (deposition). Erosi dari proses terbentuknnya terdiri dari 3 yaitu sebagai berikut.

1. Erosi geologi, adalah erosi yang terjadi sejak permukaan bumi terbentuk yang
menyebabkan terkikisnya batuan, sehingga terjadi bentuk morfologi permukaan bumi
seperti sekarang.
2. Erosi normal (erosi alami), merupakan proses pengangkutan tanah atau bagian-bagian
tanah yang terjadi di bawah keadaan alami. Erosi alami terjadi dengan laju yang
lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal dan mampu mendukung
pertumbuhan vegetasi secara normal.
3. Erosi dipercepat, adalah pengangkutan tanah dengan laju yang jauh lebih cepat dari
erosi normal dan lebih cepat dari pembentukan tanah yang menimbulkan kerusakan
tanah, sebagai akibat perbuatan manusia yang menghilangkan tumbuhan penutup
tanah. Menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam dari erosi lembar, erosi alur, erosi
parit, erosi tebing sungai, longsor dan erosi internal.

3.2. Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi adalah tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu
tempat yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai dan masuk kedalam suatu
badan air. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan
banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Sedimen yang masuk kedalam badan air hanya
sebagian saja dari tanah yang tererosi dari tempatnya. Sebagian lagi dari tanah yang terbawa

9
erosi akan mengendap pada suatu tempat di lahan di bagian bawah tempat erosi pada DAS.
Perbandingan antar jumlah sedimen yang terangkut ke dalam sungai terhadap jumlah erosi
yang terjadi di dalam DAS disebut Sediment Delivery Ratio (SDR)/ Nisbah Pe-lepasan
Sedimen (NLS).

Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi
mineral dari bahan induk yang menyusunnya, dikenal bermacam jenis sedimen seperti pasir
dan liat. Berdasarkan ukuran partikelnya, sedimen ditemukan terlarut dalam sungai/muatan
sedimen (suspended sediment) dan merayap di dasar sungai/sedimen merayap (bed load).

3.3. Penyebab Terjadinya Erosi dan Sedimentasi

3.3.1. Penyebab Terjadinya Erosi


a. Faktor Iklim
Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika sebagai agensi
yang mampu merusak tanah melalui kemampuan energy kinetiknya yang
dijabarkan sebagai intensitas, durasi, ukuran butir hujan dan kecepatan jatuhnya.
Faktor iklim dibedakan dalam dua kategori yakni bila curah hujan tahunan < 2500
7 diperhitungkan daya rusaknya akan lebih kecil daripada > 2500 mm.
b. Faktor Topografi
Faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah
panjang dan kecuraman lereng. 8 Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan
dan volume air permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam
saluran-saluran (sungai), atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan
(datar) sehingga kecepatan dan volume dipencarkan ke berbagai arah.
c. Faktor Tanah
Secara fisik, tanah terdiri dari partikel-partikel mineral dan organik dengan
berbagai ukuran, partikel-pertikel tersusun dalam bentuk materi dan pori-porinya
kurang lebih 50% sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh udara.
Secara esensial, semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah.
d. Faktor Vegetasi
Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi,
harus dilihat dahulu apakah 10 vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai
struktur tajuk yang berlapis sehingga dapan menurunkan kecepatan tefrminal air
hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan.
e. Faktor Manusia
Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah
menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan,
pembukaan areal lainnya untuk tanaman perladangan dan lain sebagainya.

10
3.3.2. Penyebab Terjadinya Sedimentasi

Sedimentasi atau pengendapan merupakan proses alam. Proses alam ini terjadi dalam
waktu yang berulang- ulang. Dalam waktu lama sedimentasi ini akan menghasilkan berbagai
macam bentukan. Beberapa faktor yang menyebabkan atau mendorong terjadinya
sedimentasi antara lain sebagai berikut:
a. Adanya material, seperti pasir, tanah atau debu yang akan menjadi bahan yang
mengendap.
b. Terdapat lingkungan pengendapan yang cocok baik di darat, laut dan transisi.
c. Terjadinya pengangkutan sumber material atau transportasi yang dilakukan oleh air,
angin dan juga es.
d. Berlangsungnya pengendapan yang terjadi karena perbedaan arus dan juga gaya.
e. Terjadinya replacement atau penggantian dan juga rekristalisasi atau perubahan
material.
f. Diagenesis yakni perubahan yang terjadi saat pengendapan berlangsung baik secara
kimia maupun secara fisika.
g. Kompaksi, merupakan akibat dari adanya gaya yang berat dari material sedimen yang
memaksa volume lapisan sedimennya menjadi berkurang.
h. Lithifikasi, merupakan akibat dari adanya kompaksi yang terus menerus sehingga
lama kelamaan sedimen akan mengeras.

3.4. Dampak Dari Erosi dan Sedimentasi

Bentuk Dampak Dampak Yang Terjadi


Dampak Langsung a. Pelumpuran dan pendangkalan waduk, sungai,
saluran dan waduk sungai saluran dan tubuh air
lainnya.
b. Tertimbunnya lahan pertanian; jalan dan
bangunan lainnya.
c. Menghilangnya mata air dan memburuknya
kualitas air.
d. Kerusakan ekosistem perairan.
e. Meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan

Dampak Tidak Langsung a. Kerugian oleh memendeknya umur waduk.


b. Meningkatkan frekuensi dan besar banjir.

11
3.5. Langkah Pencegahan Erosi dan Sedimentasi

3.5.1. Pencegahan Erosi

Pencegahan dan penanggulangan Erosi pada suatu lahan dapat dilakuakan dengan dua
cara yaitu:

a. Cara Vegetasi
Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan terhadap pengaruh
faktor-faktor yang erosif seperti hujan, topografi, dan karateristik tanah. Vegetasi
yang digunakan berupa tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah yaitu
tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh
erosi dan untuk memperbaiki kondisi tanah. Pengaruh vegetasi penutup tanah
terhadap erosi adalah:
1) Melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan (menurunkan kecepatan
terminal dan memperkecil diameter air hujan)
2) menurunkan kecepatan dan volume air runoff
3) menahan partikel-partikel tanah pada tempetnya melelui sistem perakaran dan
serasah yang dihasilkan
4) mempertahankan kapasitas tanah dalam menyimpan air; dan
5) meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi air dalam tanah.
b. Cara Struktural
Salah satu cara struktural yang dapat digunakan untuk mencegah erosi adalah
dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang
berfungsi untu menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang
miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu
sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding
sehingga struktur cenderung akan terguling atau akan tergeser. Dinding penahan tanah
berfungsi untuk menyokong serta mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik akibat
beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya
Teknik konservasi tanah secara vegetatif dan struktural tersebut pada prinsipnya
memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas,
persyaratan dan kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu
pemilihan teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan.
Efektifitas tanaman penutup dalam mengurangi erosi tergantung pada
ketinggian dan kontinuitas penutupan, kerapatan penutup tanah dan kerapatan
perakaran. Makin tinggi tanaman penutup makin tinggi efektifitasnya. Butiran air
hujan yang ditangkap tanaman kemungkinan terkumpul didaun dan membentuk
butiran yang lebih besar. Dari tinggi jatuh sekitar 10 m, kecepatan butir air hujan akan
mencapai kecepatan terminal, yaitu kecepatan dimana pengaruh gesekan udara sama
dengan pengaruh grafitasi, sehingga butir air hujan menjadi erosif. Tanaman penutup
yang rendah tidak hanya mengurangi kecepatan aliran permukaan karena
meningkatnya kekasaran, tetapi juga terkonsentrasinya aliran permukaan. Penurunan
kecepatan aliran permukaan memberi peluang waktu untuk terjadinya infiltrasi. Hutan
yang terpelihara dengan baik, terdiri dari pepohonan dikombinasikan dengan tanaman

12
penutup tanah, seperti rerumputan, semak atau perdu, dan belukar merupakan
pelindung tanah yang ideal terhadap bahaya erosi. Teknik konservasi tanah dan air
dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon
atau semak, baik tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan.
Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara
pengelolaan.

3.5.2. Pencegahan Sedimentasi

Ada beberapa bentuk rekayasa yang digunakan dalam penanggulangan sedimentasi yang
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, tata letak, kondisi arus, dan tipe sedimen. Menurut
McAnally (2004), penanggulangan sedimentasi dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Metode dengan Menahan Aliran Sedimen


Merupakan metode yang digunakan untuk mencegah agar sedimen tidak dapat
mengalir. Metode ini dilakukan dengan cara:
1) Menstabilkan sumber sedimen
2) Membelokkan arah aliran sedimentasi
3) Pemasangan perangkap sedimen (Sediment Trapper)

Membelokkan arah aliran sedimentasi dilakukan dengan cara membuat struktur


rekayasa penahan transpor sedimen di daerah pantai. Di salah satu sisi struktur
penahan akan menjadi titik konsentrasi pengendapan sedimen, dan di sisi lain akan
terjadi erosi. Ini terjadi saat posisi struktur arahnya tegak lurus atau hampir tegak
lurus terhadap arah aliran transpor sedimen, sehingga material sedimen yang
terangkut di sisi yang menghadap langsung ke arah aliran akan tertahan dan
mengendap karena kecepatannya menurun. Sedangkan pada sisi yang lain akan terjadi
pembelokkan aliran dan material sedimen akan diteruskan serta ada yang tererosi.

b. Metode dengan Menjaga Sedimen Tetap Mengalir


Konsep dari metode ini adalah dengan menjaga sedimen tetap bergerak di
dalam aliran air ketika melewati sebuah pelabuhan atau muara sungai. Metode ini
dilakukan dengan cara:
1) Dibuat struktur yang dapat menjaga kecepatan aliran arus
2) Struktur didesain agar mampu meningkatkan gaya geser (Drag Force) aliran
air untuk menggerakkan material kasar yang berada di dasar
3) Mendesain peralatan yang dapat menjaga pergerakan sedimen agar tidak
terendap
c. Metode Pembersihan Endapan Sedimen
Metode ini dilakukan dengan cara mengeruk (Dredging) sedimen secara
langsung, atau dengan melakukan pengadukan sedimen (Agitation), sehingga sedimen
yang mengendap dapat bercampur kembali dan terangkut oleh aliran air. Pengerukan
dinilai lebih efektif daripada pengadukan karena dalam melakukan pengadukan
dibutuhkan arus yang cukup kuat untuk mengangkut kembali material sedimen.

BAB IV
13
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari semua pembahasan diatas, dapat disimpulkan seperti sebagai berikut.

a. Proses Erosi dan Sedimentasi tidak dapat dipisahkan.


b. Erosi merupakan perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain
oleh media tertentu, seperti air, angin dan lain sebagainya. Sedangkan pada tempat di
mana tanah hasil pengikisan berhenti akan mengendap sebagai sedimen.
c. Faktor penyebab erosi terdiri atas Faktor Iklim, Faktor Topografi, Faktor Tanah,
Faktor Vegetasi, dan Faktor Manusia.
Sedimentasi sendiri disebabkan oleh Adanya material, Terdapat lingkungan
pengendapan, Terjadinya pengangkutan sumber material, Berlangsungnya
pengendapan , Terjadinya replacement, Diagenesis, Kompaksi, dan Lithifikasi.
d. Erosi dan Sedimentasi menimbulkan dampak secara langsung dan secara tidak
langsung.
d. Langkah pencegahan Erosi dapat dilakukan dengan cara vegetasi dan structural.
Sedangakan langkah pencegahan Sedimentasi dilakukan dengan 3 metode, Metode
dengan Menahan Aliran Sedimen, Metode dengan Menjaga Sedimen Tetap Mengalir,
dan Metode Pembersihan Endapan Sedimen.

4.2. Saran

Diakibatkan dari proses erosi dan sedimentasi ini menimbulkan dampak, maka dari itu
kita sebagai manusia diharapkan lebih memperhatikan lingkungan dan menghindari kegiatan
yang dapat mempercepat proses erosi dan sedimentasi tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dianasari, Q., Andawayanti, U., & Cahya, E. N. (2018). Pengendalian Erosi Dan Sedimen
Dengan Arahan Konservasi Lahan Di Das Genting Kabupaten Ponorogo. Jurnal Teknik
Pengairan, 9(2), 95–104. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.02.3
Hudson, M., & Frevert, S. (1987). BAB VIII Erosi dan Sedimentasi. 153–154.
Ii, B. A. B. (2012). Tinjauan Pustaka Laju Sedimen. 4–28.
puslitbang SDA Sabo. (2014). Erosi dan sedimentasi. 0–20.
Studi, P., Sipil, T., Muhammadiyah, U., & Erosi, A. (2006). Teori Usle. 27.
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). Peran Vegetasi Terhadap Upaya Pencegahan Erosi
Tebing Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cinambo Vegetation. 21(1), 1–9. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Penanggulangan, A., & Dengan, S. (2018). METODE SAND BYPASSING STUDI KASUS
TERMINAL.

15

Anda mungkin juga menyukai