Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN TANAMAN CABAI


RAWIT DI DESA BESMARAK, KECAMATAN NEKAMESE,
KABUPATEN KUPANG

OLEH
DEKY PAULUS ABI
1704020169

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuluhan pertanian yaitu pendidikan nonformal untuk petani yang mencakup
aktivitas di dalam berpengetahuan dan keahlian dari penyuluh terhadap petani dan
keluarganya yang berproses melalui menggali ilmu dan mengarahkannya.
Penyuluhan pertanian yang berprofesional di bidang pertanian, disisi lain mampu
mendidik petani, penyuluh terus memberikan semangat, memberi masukan serta
menumbuh pengetahuan petani sehingga mampu memberikan solusi ketika
menghadapi masalah petani (Mardikanto, 2009).
Peran penyuluh terhadap pengembangan kelompok tani Nenobesi Subur harus
melakukan kontribusi maka dasar kesejahteraan, kejelasan, responsibilitas juga
partisipasi sebagai kandungan pertama dalam menguatkan petani. Sesuatu
kelompok tani yang nyata berdasarkan kesesuaian keinginan disekitar petani
menciptakan kelompok tani Nenobesi Subur tersebut bisa eksis serta mempunyai
daya akan melangsungkan sasaran mendapatkan semua sarana sesuai sumber daya
alam, manusia, dana, data juga fasilitas pada pengembangan usahatani yang
melaksanakannya (Jasmal, 2007: 2). Tujuan dari aktivitas Penyuluhan pada
peningkatan kelompok tani mampu mencerminkan melalui diskusi peserta sebagai
kebiasaan serta aktivitas bersama yang dibimbing sama Penyuluh. Dengan
kegiatan penyuluhan diminta pembinaan para petani mempunyai kepandaian
dalam membenahi hidupnya, mewujudkan pandangan yang kondusif, dan
menghasilkan ketentuan yang efektif (Ban, 1999). Selain itu dengan kegiatan
penyuluhan memperoleh peningkatan kelompok tani Nenobesi Subur baik dari
aspek nilai adanya jalinan yang baik pada dinas terkait, kenaikan produk, sehingga
akan terjadinya eskalasi ekonomi untuk petani.
Mardikanto (2009) berpendapat bahwa penyuluhan mampu menguasai tujuan
dengan perannya seperti Edukasi, Inovasi, Fasilitasi Konsultasi, Supervise,
Kontrol, Evaluasi maupun sebagai Pembimbing petani yang cocok atas karakter
maupun jati diri petani termasuk kemampuan area. Selama meningkatkan
keberhasilan melalui kegiatan penyuluhan demi menambah dan menumbuhkan
pekerjaan juga petani selama pengembangan pertanian, hingga melaksanakan
penguatan kepada kelompok tani Nenobesi Subur yang real maka kelak kelompok
tani tersebut untuk bisa bertumbuh serta meningkat sebagai kemampuan ekonomi
yang sesuai maka bisa membantu kesejahteraan anggotanya. Peningkatan
kelompok tani adalah hubungan mekanisme gerakan dalam keahlian anggota
kelompok tani guna memiliki kepentingan bersama. Petani yaitu individu yang
mengandalkan pekerjaan berdasarkan lahan pertanian menjadi sumber kehidupan
dasarnya. Sebagian besar mempunyai 3 golongan petani, yakni petani pemilik
lahan, petani pemilik serta mengolah lahan, juga pekerja tani lahan diharuskan
menjadi ruang dalam mewujudkan usaha tani. Sebagian petani di Indonesia selain
bercocok tanam serta mempunyai ternak maupun ikan yang diperlihatkan saat
membantu pekerjaan usaha tani (Tambunan, 2003).
Subjek pengembangan pertanian yaitu petani, masyarakat petani seluruhnya
serta kelompok tani tertentu. Menjadi bagian di dalam tatanan agribisnis, hingga
peran kelompok tani sungguh memastikan kesuksesan penyuluh (Ban, 1999:267)
dalam Resicha, 2016). Meskipun penyuluhan sudah pernah berusaha dengan
petani atau kelompok tani saat melaksanakan pengembanga pada bidang agraria,
akan tetapi menyebutkan tampak kebijakan pemerintah terhadap penyuluh.
Sebagai tradisi peningkatan kelompok tani dilakukan dalam meningkatkan
kesejahteraan petani, dimana eksistensi kelompok tani Nenobesi Subur tersebut
terhadap petani. Kelompok tani Nenobesi Subur dinyatakan meningkat bilamana
mempunyai khas yang seperti: sama-sama memahami, dekat dan saling mengakui
diantara anggotanya, ada pandangan dan keperluan yang sama demi berusaha tani,
memiliki kesesuaian pada budaya maupun pemukiman, hampaan, macam upaya,
keadaan ekonomi atau, perilaku, edukasi serta lingkungan, adanya pemberian
tugas kewajiban antara anggota berdasarkan kesepakatan (Deptan, 2007).
Desa Besmarak adalah suatu desa yang mempertimbangkan pentingnya
penyuluhan pertanian pada peningkatan kelompok tani. Hal ini dikarenakan
keadaan lahan yang memadai serta membantu kelompok tani dalam
mengembangkan usaha tani dengan hasil produknya. Akan tetapi, perkembangan
produksi serta kecenderungan petani selama peningkatan kelompok tani Nenobesi
Subur di Desa Besmarak, penyuluh mengalami kesusahan, yakni penyuluh tidak
selalu berjalan dengan lancar sebab masih ada kendala. Di antarnya penyuluh sulit
untuk korelasi antara sesama badan kelompok dalam mengulas keaktifan
kelompok untuk melakukan seterusnya, penyuluh masih sulit menyusun jadwal
antara sesama anggota kelompok tani Nenobesi Subur, serta pendataan suatu
pekerjaan yang tidak dilaksanakan dengan tepat. Hal ini dikarenakan 11 kelompok
tani yang didampingi satu penyuluh, sehingga susah memberi waktu untuk
kunjungan, memberikan pengarahan serta sulit membimbing kelompok tani
Nenobesi Subur saat di lapangan. Mengenai latar belakang diatas, Peneliti tertarik
untuk mengkaji secara mendalam tentang: “Peran Penyuluh Dalam
Pengembangan Tanaman Cabai Rawit (Cayenne Pepper) Di Kelompok Tani Desa
Besmarak, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang ”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran penyuluh dalam pengembangan Tanaman Cabai Rawit


2. Bagaimana kendala-kendala dan solusi yang dihadapi oleh penyuluh
dalam pengembangan Tanaman Cabai Rawit?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan peran penyuluh dalam pengembangan tanaman cabai


rawit di kelompok tani Nenobesi Subur Desa Besmarak.
2. . Mengetahui kendala-kendala dan solusi yang dihadapi oleh penyuluh
dalam pengembangan tanaman cabai rawit di kelompok tani Nenobesi
Subur Desa Besmarak

1.4 Manfaat

A. Bagi Kelompok Tani


1. Sebagai informasi untuk membantu dalam menghadapi masalah di
lahan dalam usaha kelompok tani.
2. Mengakomodasi dalam mengatasi tugas rutin yang dilakukan oleh
instansi, pengusaha, serta petani
3. Mengadakan kerjasama yang baik disektor pertanian maupun
pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) dibidang pertanian
yang produktif.
B. Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengetahuan selama mengadakan program kerja
pada industri maupun instansi pemerintahan. Dengan penelitian
dilapangan, mahasiswa memperoleh pengetahuan yang nyata dan
permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja. Selian itu,
mahasiswa akan membangkit rasa tanggung jawab atas profesi
didalam dirinya melalui Penelitian.
2. Sebagai mekanisme untuk melatihkan diri yang wajib ditempuh
suatu ketentuan akan menerima Gelar Sarjana Agribisnis Fakultas
Pertanian di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
3. Melatih dalam melakukan tugas penyuluh dalam pemberdayaan
masyarakat pertanian untuk pengembangan agribisnis.
C. Bagi Penyuluh
1. Memperluas dan menambah keahlian penyuluh pertanian
khususnya didalam bidang manajemen dan administrasi bisa
dijadikan tumpuan pada peningkatan sumber daya manusia
penyuluh.
2. Sebagai penggerak pada studi lebih lanjut demi menaikkan cara
pengembangan kemampuan penyuluh dalam lingkup yang lebih
luas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluh pertanian

Penyuluhan pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan


berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani. Tugas pembinaan
dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani di bidang pertanian, adalah
untuk menjalankan tugas ini dimasa depan penyuluhan harus memiliki kualitas
sumberdaya yang handal memiliki kemandirian dalam bekerja, professional serta
berwawasan global ( Mugniesyah et,al. 2006).
Penyuluhan diartikan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesama memberikan
pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Pendidikan penyuluhan
adalah ilmu yang berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung keputusan
strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan. Penyuluhan juga dapat
menjadi sarana kebijaksanaan yang efejtif untuk mendorong pembangunan
pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena
keterbatasan pengetahuan dana wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya jika
sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa
penyuluhan guna mencapai tujuan petani ( Van De Ban dan H.S. Hawkins. 2002).
Penyuluh pertanian adalah orang yang bekerja dalam kegiatan penyuluhan
yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan, sehingga sasarannya itu
mampu melakukan proses pengambilan keputusan dengan benar. Tugas pokok
penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam menyuluh dapat dibagi
menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan
melaporkan kegiatan penyuluhan (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2010).
Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah dimana orang dewasa dan
pemuda belajar dengan mengerjakan, Penyuluhan juga diukur sebagai hubungan
keitraan antara pemerintah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan
pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan kebutuhan masyarakat.
Tujuan utamanya adalah kemajuan masyarakat
Pendidikan penyuluhan adalah ilmu perilaku terapan, pengetahuan yang
diterapkan untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan dikompleks perilaku
manusia biasanya melalui berbagai strategis dan program perubahan dengan
menerapkan informasi inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru
2.2 Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum Frutescens L.)
Cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dikembangkan di
lahan kering. Tanaman ini merupakan tanaman hortikultura tahunan yang mudah
dibudidayakan di berbagai tempat baik pada musim hujan maupun kemarau.
Tanaman cabai rawit mempunyai sistem perakaran yang agak dalam, tetapi sangat
peka terhadap kekurangan air . Tanaman cabai rawit dikenal sebagai tanaman
yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Waktu tanam
yang tepat untuk tanaman cabai pada daerah lahan kering (tegalan) adalah musim
hujan (Noorhadi, 2003).
Tanaman cabai sebagai salah satu komoditas yang termasuk dalam kelompok
hortikultura, banyak diusahakan oleh produsen dalam berbagai skala usaha tani.
Tujuan akhir dari usaha tani tersebut adalah pasar dalam negeri dan ekspor.
Disamping itu Cabai rawit (Capsicum Frutescens L.) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena
buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas
menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang
eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin. Secara umum
cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin Diantaranya Kalori, Protein,
Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan
untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan
industri diantaranya, industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-
obatan atau jamu (Santika, 2008).
Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup, tetapi apabila jumlah air
berlebihan maka dapat menyebabkan kelembaban tanah yang tinggi dan
merangsang munculnya penyakit akibat cendawan dan bakteri. Jika kekurangan
air maka tanaman cabai akan kurus, kerdil, layu, dan mati.
A. SYARAT TUMBUH
1. Iklim
Tanaman cabai rawit  tumbuh di tanah dataran rendah sampai
menengah. Untuk tumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan
intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 -12 jam. Suhu
yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 - 30 0C,
sedangkan untuk pertumbuhannya 24 - 28 0C.
 Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila
penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
 Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga
memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki
yaitu 800-2000 mm/tahun.
 Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-
280C, malam hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.
 Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin yang berhebus
perlahan, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkan oleh
tanaman cabai rawit.
 Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah
1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran
tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh,
tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal.
2. Tanah
Tanaman cabai akan tumbuh baik pada tanah yang kaya humus, subur,
gembur dan terang serta pH antara 5-6. Tanaman cabai tidak tahan pada
kondisi tanah yang becek karena akan mudah terserang penyakit layu dan
pernafasan akar akan terganggu. Tanaman cabai rawit tumbuh baik pada
tanah yang : Berstruktur remah/gembur, lempung berpasir dan kaya bahan
organik; pH 5,0 - 7,0 optimal 6,0 - 6,5. Bila pH dibawah 5,0 perlu
ditambahkan kapur sebanyak 2 - 4 ton/ha. Penambahan kapur sangat
tergantung dari pH tanah yang dikehemdaki. Contoh pH tanah awal 5,0
sedang pH yang diinginkan 5,5 maka perlu ditambahkan kapur sebesar 2
ton/ha, sedangkan jika pH yang diinginkan 6,0 maka perlu ditambahkan
kapur sebesar 4 ton/ha; Paling cocok ditanam pada dataran dengan ketinggian
0 - 500 meter dpl.  Curah hujan 600 - 1.250 mm/tahun. Suhu udara rata-rata
tahunan berkisar antara 18 – 30 0C. Kelembaban 60 - 80%.
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga
ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan  tanah
untuk cabai adalah antara 0-10(kemiringan) Tanaman cabai juga dapat
tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari
tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).akan tetapi tanah yang
cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsure N dan
K,
Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu
dingin. (Tjahjadi, 1991) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh
pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur.
B. BUDIDAYA CABE
1. Pembibitan
Biji cabe rawit harus disemaikan lebih dulu sebelum ditanam.  Untuk
mempercepat pertumbuhannya , biji cabe sebaiknya direndam dahulu dalam
air selama 24 jam sebelum ditanam.  Perlu diperhatikan bahwa biji cabe yang
baik adalah biji yang betul-betul masak dan kering.  Cara menyemai biji cabe
bermacam-macam , ada yang menggunakan kotak pesemaian, pesemaian di
lapangan, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll. 
Tanah yang digunakan untuk pesemaian menggunakan tanah yang subur dan
bebas dari gangguan hama dan penyakit. 
Pesemaian sebaiknya menggunakan atap dari daun rebu, daun kelapa
maupun daunan lainnya agar suasana menjadi lebih lembab dan tanaman
tidak terkena sinar matahari langsung.  Atap dapat dibuka atau ditutup
menurut keperluan.  Kalau pagi sampai jam 10.00 atap dibuka, kemudian
sesudah panas lebih dari jam 10.00 atap ditutup kembali .  Kalau persemaian
dibuat dalam kotak kecil dapat dimasukkan dalam rumah.
2. Pengolahan Tanah
Tanah harus dibajak dan dicangkul cukup dalam.  Maksud
pencangkulan tanah adalah untuk membalik tanah dan menggemburkan
tanah.  Tanah liat walaupun sudah dicangkul  atau dibajak menjadi gembur ,
cangkul lebih dalam (30-40 cm) dan diberi pupuk organis, misalnya kompos
atau pupuk kandang dan dapat ditambahkan pasir.  Bila pupuk organis
jumlahnya terbatas, maka pemberiannya cukup pada jarak 60 x 60 cm.  Pupuk
organik, pasir dan tanah dicampur merata. 
Pupuk organik selain menggemburkan tanah juga dapat menambah
unsur hara .  Pupuk organik yang diberikan sebaiknya sudah matang atau
sudah menjadi tanah.  Pupuk yang mentah biasanya masih panas sehingga
dapat menyebabkan tanaman cabe menjadi layu dan mati.
3. Pembuatan Bedengan
Bedengan dapat dibuat dengan ukuran lebar sekitar 90, 100 atau 125
cm dengan melihat kondisi tanah. Tinggi bedengan sekitar 20-30 cm ,
tergantung keadaan lahan , kalau lahan sering tergenang air pada waktu
musim hujan maka bedengan dipertinggi.   Jarak antar bedengan sekitar 40-5-
cm atau dapat dipersempit menjadi 30-35 cm.

4. Pemupukan Dasar
Pada waktu menanam cabe , tanah harus tersedia unsur hara yang
cukup, maka bedengan yang telah dipersiapkan dapat diberi pupuk organik
berupa pupuk kandang yang sudah matang.  Pupuk tersebut dapat disebarkan
ke seluruh permukaan bedengan atau hanya ditempat tanaman cabe akan
ditanam. Selain itu dapat ditambahkan pula pupuk SP 36 100 kg perhektar
untuk menambah unsur P sedangkan pupuk lainnya dapat diberikan
kemudian.
5. Penanaman
Bibit cabe dapat dipindahkan setelah tumbuh setinggi kira-kira 15 cm
di pesemaian.  Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 90 cm.  Pada
saat pengambilan semai di lapangan atau semai kotak dapat menggunakan
solet yang ditusukan dengan cara miring dan diangkat keatas sehingga semai
akan terangkat ke atas. Tempat yang akan ditanami semai dibuat lubang
sedalam akar tunggang.  Setelah ditanam segera disiram  dan diberi penutup
pelepah pisang atau daun-daunan supaya tidak layu.  Bila semai berasal dari
kantung plastik, maka kantong plastik harus disobek lebih dulu  pelan-pelan
sehingga media tanahnya tidak pecah. Kalau media tanam pecah ada
kemungkinan tanaman akan menjadi layu.  Bila plastik tidak disobek lebih
dulu , di kemudian hari akar akan melingkar tidak dapat berkembang.  Setelah
bibit cabe ditanam sebaiknya segera disiram air untuk menjaga kelembaban
dalam tanah dan kelembaban tanaman.
6. Penyiraman, Drainase dan Mulsa
Tanaman cabe sebaiknya sering disiram terutama pada saat musim
kemarau karena tanahnya cepat kering.  Tanaman yang  terlalu lama
kekeringan maka pertumbuhannya akan kerdil .  Untuk menghindari
kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan maupun dari jerami
padi,  Mulsa dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk organik sehingga
menambah kesuburan tanah.
Jika menanam cabe pada musim hujan diusahakan jangan sampai
tergenang air.  Bila tanaman cabe terlalu lama tergenang air, akar-akarnya
dapat menjadi busuk, daun mudah rontok dan akhirnya tanaman mati.
7. Penyiangan
Bila di lahan banyak gulma maka harus segera disiangi agar tidak
menjadi pesaing bagi tanaman cabai untuk mendapatkan unsur hara.  Jika
dalam jangka waktu lama gulma tidak segera disiang, tanaman cabe akan
menjadi kurus dan kerdil.  Namun pencabutan gulma perlu dilakukan hati-
hati agar tidak merusak tanaman cabenya.  Untuk mengurangi munculnya
gulma dapat juga menggunakan herbisida sebelum bibit cabe ditanam.
8. Penggemburan
Tanah yang terlalu padat harus digemburkan dengan cara dicangkul
(didangir) .  Tanah yang gembur peredaran udaranya menjadi lebih baik,
sehingga perakaran menjadi lebih sehat.  Pada waktu menggemburkan tanah
harus hati-hati, jangan terlalu dalam sebab jika terlalu dalam dapat merusak
perakaran.  Akar yang luka tau putus juga mudah terkena infeksi sehingga
tanaman menjadi sakit dan mati.
9. Pemupukan
Tanaman cabe yang telah ditanam sekitar satu minggu dapat segera
dipupuk dengan pupuk N, K atau campuran urea dan KCl sebanyak 2 gram
setiap tanaman.  Pupuk SP 36 tidak perlu diberikan lagi karena sudah
diberikan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar.  Pada waktu melakukan
pemupukan tidak boleh mengenai batang karena akan merusak batang.  Pada
waktu tanaman berumur 2-3 minggu dipupuk lagi sebanyak 5 gram per
pohon.  Penggunaan pupuk daun maupun zat perangsang tumbuhan dapat
diberikan sesuai dosis anjuran dalam label kemasan.
10. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman cabe banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat
buah  dan lainnya , serta penyakit seperti antraknosa, layu bakteri, layu
fusarium, bercak daun cercospora, busuk buah , daun keriting.

Adapun beberapa gejala dan pengendaliannya sebagai berikut :


 Kutu daun Aphis gossypii
Kutu daun terdapat dimana-mana dan makan segala macam tanaman. 
Kutu daun menyerang daun yang masih muda dan tunas muda. Daun muda
yang dihisap , pertumbuhan tidak normal, kerdil berkerut dan keriting. .  Kutu
apis ini dapat menularkan penyakit virus , daun menjadi kerinting .
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman
terserang sedikit yaitu dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan
secara kimia dapat menggunakan insektisida dengan dosis sesuai anjuran.
Atau dapat juga dilakukan pengendalian biologi dengan menggunakan
predator seperti kumbang macan .  Dapat pula menggunakan kertas
aluminium yang dapat memantulkan sinar matahari ke balik (bawah ) daun
tempat hama bersembunyi.
 Thrips tabacci
Thrips menyerang hampir semua tanaman misal cabe, tomat, sayuran
daun, kentang , tembakau dll.  Thrips menghisap cairan pada permukaan daun
dan bekasnya berwarna putih seperti perak.  Bila serangan hebat akan terda[at
banyak bercak dan warna daun menjadi putih. Daun yang diserang hama ini
akan menggulung, bentuknya tidak normal dan menjadi keriting.  Karena
thrips menjadi vektor virus, maka seringkali kelihatan ada mosaik pada daun
yang diserang hingga pertumbuhan menjadi kerdil, daun sempit mengecil dan
keriting.  Thrips pada umumnya bersembunyi dibalik daun sambil menghisap
cairan.
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman terserang
sedikit yaitu dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan secara kimia
dapat menggunakan insektisida dengan dosis sesuai anjuran. Atau dapat juga
dilakukan pengendalian biologi dengan menggunakan predator seperti
kumbang macan .  Dapat pula menggunakan kertas aluminium yang dapat
memantulkan sinar matahari ke balik (bawah ) daun tempat hama
bersembunyi.
 Lalat buah Dacus dorsalis
Buah cabe yang diserang lalat ini bentuknya menjadi kurang menarik dan
ada benjolan.  Buah cabe akhirnya terkena cendawan sehingga menjadi busuk
.  Buah cabe yang terserang sering dikira terserang penyakit.  Untuk
membuktikannya sebaiknya buah dibelah dan bila terdapat larva kecil putih
berarti diserang lalat buah.
Pengendalian dengan menggunakan sex pheromon seperti metil eugenol
untuk memikat lalat jantan.  Kalau lalat jantan berkurang maka keturunannya
juga akan berkurang.
 Antraknosa
Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsicci yang tersebar
dimana ada pertanaman cabe. Penyakit ini bisa timbul di lapangan atau pada
buah yang sudah dipanen. Mula –mula pada buah yang sudah masak terdapat
bercak kecil cekung kebasahan yang berkembang sangat cepat dan terdapat
jaringan cendawan berwarna hitam.  Buah berubah menjadi busuk lunak,
berwarna merah kemudian menjadi coklat muda seperti jerami.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara biji didesinfiksi menggunakan
thiram 0,2 % (Benlate), dan jangan menanam biji dari buah yang sakit serta
dapat menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb, propineb dan zineb.
 Daun keriting chilli
Daun cabe yang terserang menjadi keriting dan warnanya menguning, bila
serangan hebat pertumbuhan menjadi kerdil.  Tanaman cabe yang terserang
ruas-ruasnya menjadi pendek, daun menjadi kecil dan tepi daun melengkung
ke atas.  Penyakit ini banyak menyerang di musim kemarau.Cabe yang telah
terserang tanaman ini harus dicabut  dan dibakar, gulma harus dibersihkan
dan dapat diberikan insektisida sistemik secara rutin dengan dosis anjuran
sebelum tanaman terserang.
C. PANEN DAN PASCA PANEN
1. Panen
Tanaman cabe rawit dapat dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan
sesudah disemai.  Panenan berikutnya dapat dilakukan 1-2 minggu tergantung
dari kesehatan dan kesuburan tanaman.  Untuk tanaman cabe rawit bila
dirawat dengan baik dapat mencapai umur 1-2 tahun, apabila selalu diadakan
pemangkasan dan pemupukan kembali setelah tanaman dipanen.  Pemupukan
kembali dapat memberikan pupuk organik seperti kompos maupun pupuk
kandang yang sudah menjadi tanah.
2. Pasca Panen
Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 o C dengan kelembaban
95-98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada 10 o C masih dalam keadaan
baik sampai 16 hari.

a. Pengeringan .
Pengawetan dalam keadaan segar waktunya tidak akan lama, tetapi
kalu dikeringkan waktu simpan bisa lama.  Cabe yang akan dikeringkan harus
dipilih yng berkualitas baik, tangkai dibuang dan kemudian cabe dicuci
bersih.  Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa menit, lalu
didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin.  Selanjutnya ditiriskan
di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua. 
Kemudian dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih
selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan buah cabe dapat menggunakan
pemanas.  Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberpa lapis
untuk meletakkan cabe.  Lapisan cabe jangan terlalu tebal, cukup satu lapis
agar cepat kering.  Sebagai sumber panas dapa memakai lampu listrik ,
kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang berbentuk seperti
almari dan bagian dalam diberi lapisan seng.  Sumber pemanas diletakkan di
bawah almari yang telah diberi lubang, di atas pemans ada para-para beberapa
lapis.  Bagian atas almari diberi ventilasi yang yang penutupnya dapat diatur
besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari. Suhu dalam almari
diatur lebih kurang 60oC, jangan terlalu panas dengan mengatur ventilasi. 
Apabila telah melebihi 60oC maka lubang ventilasi dibuka lebar.
Supaya cabe keringnya merata maka para-para bisa diubah letaknya,
misal yang  atas di pindah ke bawah demikian sebaliknya.  Banyaknya para-
para tergantung besar kecilnya almari dan jarak antar para-para sekitar 15-20
cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap 3 jam.
Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua hari buah cabe
akan kering. Buah cabe dianggap kering bila kandungan airnya tinggal 8 %. 
Dalam keadaan demikian buah cabe dapat disimpan lebih lama, namun harus
dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam wadah kedap udara. 
Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk
campuran saos dan cabe bubuk.
b. Kemasasan Cabe
Sebelum buah cabe dijual sebaiknya dilakukan seleksi dengan
memisahkan buah cabe yang bagus dan yang jelek kualitasnya.  Cabe-cabe
tersebut harus dikemas dengan baik agar tidak rusak.  Dengan kemasan yang
baik tentu akan menambah beaya namun kerusakan akan jauh lebih sedikit
sehingga keuntungan masih lebih tinggi.
Buah cabe dapat dikemas dengan kantung plastik yang telah diberi lubang-
lubang kecil dengan jarak anat lubang sekitar 5-10 cm .  setiap kantung
plastik dapat diisi cabe dengan berat 0,5 kg; 1 kg; 1,5 kg atau 2 kg. 
Selanjutnya kantung plastik diletakkan pada wadah yang dibuat dari bambu
atau kardus.  Ukuran wadah sebaiknya tidak terlalu besar yaitu antara 10 x 25
x 25 cm sampai 35 x 50 x 40 cm.  Setiap sisi wadah diberi lubang dengan
garis tengah 1 cm dan jarak antar lubang 10 cm.
2.3 Produksi
Peningkatan produksi cabai guna memenuhi permintaan konsumen dan
kenaikan pendapatan petani tidak lepas dari cara budidaya cabai. Produksi adalah
usaha atau kegiatan petani untuk memproduksi cabai rawit. Produksi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa.
Produksi juga dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan manusia untuk
menciptakan atau mempertinggi nilai guna ekonomi suatu barang atau jasa agar
lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. (Bambang, 2005)
Sebagai komoditas primadona, tanaman cabai termasuk salah satu jenis
komoditas sayuran yang paling fluktuatif harganya. Harga tanaman cabai sangat
tergantung dari pasokannya yang terbilang tidak pernah stabil. Hal ini terutama
disebabkan hasil panen cabai yang sering tidak mampu memenuhi tingginya
permintaan pasar.
2.4 Kerangka Pikir
Pencapaian peran penyuluh dalam penggunaan mulsa plastik untuk
meningkatkan produksi cabai rawit ditentukan beberapa faktor, dan faktor yang
utama adalah sumberdaya manusia petani itu sendiri. Selain faktor utama tersebut
yang tak kala pentingnya adalah informasi inovasi teknologi di bidang pertanian
secara umum. Sumber informasi utama diharapkan diperoleh dari penyuluh
pertanian yang merupakan komunikasi langsung, pelatihan, demplot,brosur,
kemudian media massa elektronik, maupun cetak. Selain itu didalam kerangka
pikir ini akan dibahas tentang bagaimana peran penyuluh dalam meningkatkan
produksi cabai rawit.

Hambatan yang
BUDIDAYA CABAI
Dihadapi Petani
PERAN
PENYULUH

Edukasi Fasilitasi Konsultasi Pemantauan Evaluasi

Sangat Tidak Efektif KurangSangat Efektif


Efektif
Efektif Efektif
Gambar Skema Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Besmarak Kecamatan
Nekamese, Kabupaten Kupang, Penetapan lokasi penelitian
dengan mempertimbangkan bahwa Desa Besmarak merupakan
salah satu daerah sentra produksi cabai rawit. Waktu penelitian
dilakukan bulan Juni sampai Agustus 2022.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh petani cabai yang ada di
Desa Besmarak yang terdiri dari 50 orang yang menanrawit, yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15% dari
populasi atau 18 orang petani cabai rawit yang diambil secara
acak sederhana simple random sampling ( Sugiyono, 2010 ) dan 1
orang penyuluh lapanngan (PPL).
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif :
a) Data kualitatif adalah data yang diperoleh
dari kelompok tani dalam bentuk informasi baik
lisan maupun tertulis, yang menggambarkan
situasi langsung dalam pengembangan usaha
tani cabai rawit.
b) Data kuantitatif adalah data yang diperoleh
dari instansi pemerintah dalam bentuk angka-
angka, seperti data kelompok tani.
Sumber Data Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data sekunder :
a) Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan dari
responden. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
langsung dengan responden melalui daftar pertanyaan ( kuesioner)
b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi. Periode waktu data ini berupa laporan data misalnya data
produksi, laporan, catatan yang ada kaitannya dengan penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini dengan
cara :
a) Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan
melalui pengamatan langsung pada petani cabai rawit di
Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
b) Wawancara yaitu, pengambilan data yang dilakukan
melalui interview langsung dengan setiap petani yang ada
di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
Untuk memudahkan dalam proses interview digunakan
kuesioner/daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap
petani.
c) Dokumentasi yaitu teknik ini dilakukan melalui
pencatatan data yang diperlukan baik dari responden
maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara setiap petani.
2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari kantor Desa dan
instansiinstansi dan lembaga yang terkait dalam penelitian ini
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dapat diartikan sebagai pemilihan
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain –
lain) yang telah berlangsung pada saat penelitian untuk memeriksa sebab-sebab
dari suatu gejala yang diteliti serta dikumpulkan berupa kata-kata, gambar.
Data tersebut berasal dari responden, catatan lapangan, dokumen pribadi,
observasi dan dokumen resmi lainnya.
Tiap variabel yang diukur terdiri dari tiga pilihan jawaban yang masingmasing
bernilai skor 3 bila menjawab ya, skor 2 jika kadang-kadang, dan skor 1 bila
tidak pernah, selanjutnya digunakan rumus interval masing-masing kriteria.
Jawaban responden tersebut akan dikategorikan kedalam beberapa katerogi
menurut alternatif jawaban. Kategori variabel tersebut akan ditentukan dengan
skala interval dengan rumus sebagai berikut ( Sugiyono, 2005 )
Mencari skor rata-rata masing – masing responden dengan rumus sebagai berikut
( Levis, 2013)

               

Dimana:
Ẍ = Skor rata-rata responden ke-i
∑ xi = Jumlah dari 1- n
n = Jumlah pertanyaan
 Menghitung nilai hasil pencapaian skor maksimum dari skor
rata-rata dengan rumus :

Anda mungkin juga menyukai