Selain keterlibatan kader MKIA Desa, Pokja KIBBLA juga menekankan kerja sama dan
kolaborasi dengan pihak pemerintahan desa beserta pihak lain seperti bidan desa dan
bidan kordinator serta pihak swasta lainnya untuk bersama mengatasi
kegawatdaruratan ibu hamil dan melahirkan.
Melihat proses, praktik dan perkembangan pokja KIBBL di kedua lokasi modeling ini
menjadikan Pemerintah Kabupaten Tangerang memberikan respon positif. Pemkab
Tangerang melalui organisasi perangkat daerahnya mendorong setiap desa untuk bisa
mereplikasi pokja KIBBL sebagaimana di desa modeling. Terkait dengan pengembangan
ini, maka dirasakan perlu para pihak mengembangkan strategi keberlanjutan pokja
KIBBL ini.
Pada tanggal 6 dan 8 Mei 2023 yang lalu, Forum Peduliu Kesehatan Ibu dan Anak
Kabupaten Tangerang (FOPKIA), selaku Mitra Lokal Program USAID MADANI,
mengumpulkan para pihak bersama pokja KIBBL dan perangkat desa terkait di dua
desa modeling dalam kegiatan Dialog Serial Dengan Puskesmas Untuk Mendorong
Peran POKJA KIBBL dan MKIA dalam memperkuat Desa Siaga serta kegiatan
Pertemuan dengan Puskesmas lokasi model untuk memastikan POKJA KIBBL
hadir dalam Lokmin. Dalam kegiatan tersebut dibahas bagaimana upaya dan cara atau
strategi mempertahankan, memaksimalkan serta mengembangkan peran Pokja KIBBL
dan MKIA di desa Siaga. Hal ini agar keberlanjutan Pokja KIBBL dapat dipertahankan
dan dikembangkan, khususnya pasca Program USAID MADANI berakhir.
2
DAFTAR ISI
BAGIAN 1 PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Kabupaten Tangerang bersama para pihak berkomitmen
mengembangkan solusi lokal Program USAID MADANI. Inisiatif lokal dilakukan
dengan dibentuknya Pokja Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL) yang
berkolaborasi dengan MKIA sebagai bagian dari FOPKIA di Desa Siaga. Komitmen
tersebut diwujudkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Tangerang nomor 11
tahun 2022 tentang Pedoman Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal yang di dalamnya mengatur mengenai peran FOPKIA dalam mendukung
program pemerintah dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tangerang. Selain itu, upaya
pengembangan atau replikasi Pokja KIBBL ke desa/kelurahan lainnya di Kabupaten
Tangerang.
Dalam perkembanganya, sampai dengan awal bulan Mei 2023, sebanyak 175 ibu
hamil dengan resiko tinggi diantaranya Resti HBsAg 2 orang, Resti kek 8 orang,
Resti SC 9, dan Anemia 9. Semua ibu hamil Resiko Tinggi (RESTI) di desa siaga
modeling telah dilakukan pendampingan oleh Pokja KIBBL bersama MKIA yang
didampingi oleh bidan desa ataupun bidan koordinator. Selain itu juga
dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat tentang kesehatan ibu hamil, P4K, Gizi,
dan Pola Hidup Bersih setiap 2 (dua) minggu sekali.
Palaksanaan Peran dan Fungsi Pokja KIBBL di Desa modeling siaga diharapkan
tidak berhenti atau terbatas pada terbentuknya Pokja KIBBL semata. Penguatan
kapasitas dan pendampingan pelaksanaan peran dan fungsinya pun juga harus
dilakukan. Hal itu agar dapat menurunkan resiko kematian Ibu dan Bayi dan terjadi
peningkatan kualitas layanan kesehatan Ibu dan Bayi kepada masyarakat. Untuk itu,
perlu disusun suatu strategi dan pendekatan kolaboratif dengan berbagai pihak
menjadi sangat penting.
4
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan rencana strategi keberlanjutan inisiatif lokal ini adalah:
1. Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, dan tantangan untuk keberlanjutan
inisiatif lokal peran POKJA KIBBL dalam memperkuat Desa Siaga..
2. Menyusun langkah untuk mengatasi tantangan dan kelemahan yang ada.
3. Memetakan peluang-peluang yang dapat digunakan untuk memastikan
keberlanjutan dan berjalannya inisiatif loka peran POKJA KIBBL dalam
memperkuat Desa Siaga.
4. l.
5
BAGIAN II
STRATEGI KEBERLANJUTAN, TANTANGAN DAN AREA FOKUS PENGEMBANGAN
A. Strategi Keberlanjutan
Strategi keberlanjutan inisiatif lokal berupa pendampingan dan penguatan Desa
Siaga KIBBL melalui peningkatan kapasitas Pokja KIBBL,, penyediaan
ModulPanduan Pokja KIBBL sebagai pedoman dan acuan kerja, mMelakukan
Advokasi kepada Pemerintah Desa mengenai anggaran kegiatan Pokja KIBBL serta
mengerakan relawan MKIA (Motivator Kesehatan Ibu dan Anak).
Sementara itu penyediaan Panduan Modul Pokja KIBBL sebagai pedoman dan
acuan kerja dilakukan dengan tahapan, (1) penyusunan draf modulpanduan; (2)
penelaahan/review isi modul panduan bersama para pihak terkait; (2)
penyempurnaan pasca review modul panduan oleh tim penyusun; (3) pencetakan
modulpanduan; (4) pendistribusian modul panduan kepada Pokja KIBBL dan para
pihak terkait; dan (5) melakukan sosialisasi dan pembahasan isi modul panduan
kepada Pokja KIBBL dan para pihak terkait.
1 Isu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau biasa disebut dengan KIBBL menjadi
hanya menjadi fokus perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang. Berdasarkan
6
hasil diskusi dengan sejumlah OPD, kasus AKI/AKB dan Stunting merupakan
“Isu utama bidang Kesehatan” dalam setiap Laporan Pertanggungjawaban
Bupati. Hal ini menjadi pemicu bagi Pemkab Tangerang beserta OPD-nya untuk
mengupayakan penurunan AKI/AKB dan Kasus Stunting melalui berbagai
strategi dan pendekatan. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menggandeng
FOPKIA dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Kasus Stunting di Kabupaten Tangerang termasuk
juga Pokja KIBBL. Isu ini menjadi prioritas penanganan daerah yang dituangkan
dalam tujuan Rencana Pembanguan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Tangerang.
2 Hubungan dan komunikasi serta advokasi yang intens yang dilakukan oleh
FOPKIA bersama Simpul Belajar Forum Sehat Gemilang dengan berbagai pihak
di setiap tingkatan. Baik mulai dari tingkat desa, kecamatan maupun tingkat
kabupaten, serta para pihak di luar pemerintah untuk bersama-sama berperan
aktif dalam penuruan AKI/AKB dan Stunting di Kabupaten Tangerang.
3 Adanya dukungan pihak Swasta (PIK-2) kepada Pokja KIBBL. PIK-2 sebagai
anak perusahan Agung Sedayu ikut berperan dan mendukung Pokja KIBBL
dengan diangkatnya Pokja KIBBL sebagai satgas stunting di desa modeling siaga
berupa honorarium bulanan bagi Pokja KIBBL.
B. Tantangan
1 Mempertahankan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Isu Sektoral
Isu Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL) selama ini masih dipandang
sebagai isu sektoral. KIBBL seolah hanyalah isu Dinas Kesehatan, Puskesmas dan
Bidan Desa saja. Pihak-pihak lainnya di luar itu, bahkan sampai Pemerintahan
Desa, merasa tidak berkewajiban masuk ke dalam persoalan KIBBL. Hal ini
mengakibatkan, persoalan KIBBL dengan tingginya AKI/AKB menjadi problem
yang sulit diselesaikan.
Tingginya AKI/AKB erat kaitannya dengan kondisi Sosial dan Ekonomi. Hal ini
memberikan dampak pada rendahnya kesadaran, pengetahuan dan kemampuan
pemenuhan gizi pada masyarakat serta dalam menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat. Kompleksnya permasalahan terkait KIBBL, maka langkah yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan advokasi untuk menjadikan isu
KIBBL sebagai isu lintas sektor dan mengajak berbagai pihak untuk ikut aktif
terlibat dalam Isu KIBBL. Dengan adanya keterlibatan multi sektor dalam
menangani permasalahan KIBBL diharapkan dapat berdampak terhadap
penurunan AKI/AKB di Kabupaten Tangerang.
2 Keterbatasan Anggaran
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL) selama ini masih “dibatasi” sebagai
urusan Dinas Kesehatan. Dampak pada kebijakan anggaran adalah hanya Dinas
Kesehatan saja yang bisa menganggarkan kegiatan pendukung KIBBL. Akibatnya,
dukungan anggaran tidak optimal, karena kemampuan anggaran dinas yang
terbatas.
Setelah disadari bahwa KIBBL adalah urusan multi aspek dan lintas sektor, maka
dukungan pendanaan terkait KIBBL bisa disediakan oleh Organisasi Perangkat
7
Daerah (OPD) lain di luar Dinas Kesehatan, Dana Desa atau pihak Swasta yang
bisa menyediakan anggaran untuk berbagai kegiatan yang mendukung KIBBL.
8
terkait KIBBL. hasil asesmen akan menjadi dasar implementasi replikasi yang
akan dilakukan pihak terkait di desa lainnya di kabupaten Tangerang.
D. Aspirasi Pengembangan
Ada beberapa aspek yang menjadi aspirasi sehingga perlu tetap mempertahankan
keberlanjutan isu tematik dengan inisiatif lokal yang telah dilakukan. Aspirasi
tersebut antara lain sebagai berikut:
Kasus AKI/AKB ini menjadi salah satu indikator minimnya pelayanan KIBBL.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemkab Tangerang untuk
menekan jumlah kasus AKI/AKB, upaya tersebut belum menunjukkan
keberhasilan yang signifikan. Hal ini terlihat dari data kasus kematian yang
masih fluktuatif tidak menunjukan penurunan berarti. Strategi dan pendekatan
baru harus terus dilakukan untuk menekan kasus AKI/AKB. Peran dan
kolaborasi berbagai pihak perlu didorong untuk bersama berpartisipasi
meningkatkan pelayanan KIBBL untuk menekan kasus AKI/AKB di Kabupaten
Tangerang.
9
Tangerang. MKIA selama ini telah melakukan kegiatan pendampingan Ibu Hamil
terutama Resti, melakukan… edukasi Kespro kepada Remaja, melakukan edukasi
hidup bersih dan sehat kepada ibu Hamil, dan kegiatan lainnya untuk membantu
peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarkaat.
Sedangkan untuk dana dari dunia usaha, setidaknya 1 (satu) perusahaan saat ini
telah berkomitmen mendukung kebutuhan dana implementasi kegiatan Pokja
KIBBL. Perusahaan tersebut adalah PIK-2 miliki Agung Sedayu Group melalui
pelibatan Pokja KIBBL dalam isu Stunting.
Terkait hal ini, untuk untuk memaksimalkan peran Pokja KIBBL, menurut Dinas
Kesehatan setidaknya jumlah ideal Pokja KIBBL di Desa/Kelurahan berkisar 8
orang. Pokja KIBBL ini diharapkan juga bersinergi dengan Tim Pendamping
Keluarga (TPK) yang aktif untuk kegiatan penurunan stunting dan AKI/AKB.
Keberadaan Pokja KIBBL ini akan diperkuat dengan pelatihan dan kegiatan
penguatan lainnya.
10
Fokus area pengembangan yang akan didorong untuk memaksimalkan kualitas
KIBBLA di Kabupaten Tangerang, adalah peran serta dan dukungan semua pihak
untuk pengembangan kegiatan Pokja KIBBL. Para pihak dimaksud adalah
pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi profesi dan
masyarakat sipil.
Upaya menjalin dukungan dan kerja kolaboratif ini telah dirintis sejak awal
dalam pelaksanaan Program USAID MADANI. Para pihak yang terlibat seperti
Dinas Kesehatan, Organisasi Masyarakat Sipil yang tergabung ke dalam Forum
Sehat Gemilang (Learning Forum), PIK-2 anak perusahaan Agung Sedayu Grup,
Universitas Cendekia Abditama, Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Tangerang.
…… , ….. , …. ,. Para pihak ini telah menandatangani komitmen bersama untuk
mendukung implementasi Pokja KIBBL. Masing-masing pihak akan berperan
untuk memberikan dukungan dan pembinaan penguatan kepada Pokja KIBBL
didalam Desa Siaga KIBBL.
Pada level ini area yang perlu didorong adalah, pertama, berjalannya koordinasi
yang baik lintas pihak di desa dalam peningkatan pelayanan KIBBL. Mulai dari
Kepala Desa, Bidan Desa, Kader Posyandu maupun relawan dan masyarakat.
Desa perlu menyiapkan mekanisme dan regulasi dalam tata laksana peningkatan
KIBBL ini.
11
KIBBL dalam Desa Siag, a KIBBL dan intensitas pendampingan Pokja KIBBL dan
kader MKIA kepada ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui di desa tersebut yang
berkoordinasi langsung dengan Bidan Desa dan Pemerintah Desa mampu
mengantisipasi kegawatdaruratan terkait KIBBL.
Selain itu Pokja KIBBL dan kader MKIA juga aktif memberikan edukasi dan
persuasi kepada ibu hamil untuk memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil dengan terjadwal. Demikian pula kunjungan ke ibu
hamil rutin dilakukan minimal sekali dalam sebulan.
12
BAGIAN III
TARGET HASIL DAN BENTUK KEGIATAN
A. Target Hasil
1 Mendapatkan Dukungan Positif Dari 3 OPD Kabupaten Tangerang , 1 Pihak
Swasta dan Seluruh Masyarakat di 3 Kecamatan Dampingan Dalam Upaya
Mengimplementasikan SE Dinkes secara masif pada tahun 2023.
Dukungan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Tangerang, terkait
dengan regulasi atau peraturan terkait dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan KIBBL. Memalui Peraturan Bupati Tangerang Nomor 11 tahun
2022 tentang pedoman pelayanan rujukan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal. Sebagai tindak lanjut dari perbup tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang puskesmas rawat inap untuk
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi
tingkat dasar dalam 24 jam sehari.
Dukungan dari pihak swasta adalah kalangan perusahaan swasta yang telah
berkomitmen dalam membatu dan mendukung pelaksanaan KIBBL di desa
modeling siaga seperti yang dilakukan oleh PIK-2 miliki Agung Sedayu Group.
Sementara itu dukungan dari masyarakat adalah keterlibatan warga dalam
dalam melakukan edukasi dan pemahaman tentang KIBBL dan hidup sehat dan
bersih.
13
pada pemahaman dan penguasaan materi terkait KIBBL yang akan membantu
dalam pelaksanaan pendampingan pada ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
dan bayi baru lahir di desa.
B. Bentuk Kegiatan
Untuk mencapai target hasil sebagaimana dijelaskan dalam uraian di atas, bentuk
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara konsisten antara lain sebagai
berikut:
14
Target 1: Mendapatkan Dukungan Positif Dari 3 OPD Kabupaten Tangerang ,
1 Pihak Swasta dan Seluruh Masyarakat di 3 Kecamatan Dampingan Dalam
Upaya Mengimplementasikan SE Dinkes secara masif pada tahun 2023.
Dukungan Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat
Kegiatan :
1.1 Pembentukan Tim Pokja KIBBL Tingkat Kabupaten yang di SK kan oleh Bupati
Kabupaten Tangerang.
1.2 Penyusunan SE Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa tentang
Pengoptimalan Dana Desa untuk Kegiatan KIBBL
1.3 Penandatangan MoU dengan pihak swasta untuk Dukungan Implementasi Pokja
KIBBL. Dalam hal ini, Fopkia Kabupaten akan menjadi perwakilan Kerjasama
dengan Forum CSR Kabupaten Tangerang yang bersama – sama melakukan
kampanye kepada sector swasta di Kabupaten Tangerang dalam upaya basket
funding untuk isu tematik.
Kegiatan :
3.1 Rembug Warga KIBBL secara berkala 3 bulanan di Kecamatan Teluk Naga, Pasir
Bolang dan Balaraja.
3.2. Analisis Sosial Desa terkait KIBBL
3.3. Akunatabilitas Sosial Pelayanan KIBBL di Puskesmas
Kegiatan :
4.1 Penyusunan Kebijakan Layanan Puskesmas terkait KIBBL, melalui metode CSC
secara berkala yang menyesuaikan kebutuhan dasar masyarakat pengguna
15
puskesmas, berdasarkan masukan, saran atau kritik yang masuk pada kolom aduan
puskesmas
4.2 Monev Pelaksanaan Kebiajakan Layanan Puskesmas terkait KIBBL
Kegiatan :
5.1 Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pokja KIBBL secara berkala dan
berkelanjutan dengan cara saling berbagi pengetahuan/ ilmu yang didapatkan
pada saat training peningkatan kapasitas anggota kepada anggota lainnya.
3. Penandatangan MoU dengan pihak Swasta untuk Dukungan Dinas Kesehatan dan
Implementasi Pokja KIBBL Dunia Usaha
4. Pertemuan Penyamaan Persepsi Pemerintah Desa, Bidan Desa, Pos Pemerintah Desa dan
Kesehatan dan Pokja KIBBL terkait peningkatan pelayanan KIBBL FOPKIA
di desa
16
Puskesmas, FOPKIA
BAGIAN IV
PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI
A. Pembelajaran
Pembelajaran yang diperoleh dari proses pengembangan keberlanjutan Inisiatif
lokal desa siaga dengan Pokja KIBBL ini antara lain:
1 Hubungan dan komunikasi kepada pemerintah daerah terutama Dinas
Kesehatan dan BP3A diperlukan untuk mendorong langkah-langkah strategis
implementasi Pokja KIBBL. Salah satunya adanya kebijakan dan anggaran untuk
pengembangan replikasi Pokja KIBBL.
2 Pendekatan kepada para pihak baik dunia usaha, perguruan tinggi dan organisasi
profesi dan masyarakat perlu dilakukan secara intens untuk kolaborasi dan
dukungan pengembangan.
3 Pendekatan kolaboratif baik pada aspek perencanaan, implementasi maupun
monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan, menghasilkan
keputusan dan langkah tindak lanjut yang lebih terukur. Rekomendasi langsung
dapat diimplementasikan melalui peran dan tanggung jawab para pihak terkait.
B. Rekomendasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperkuat implementasi Pokja
KIBBL adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah perlu menyusun mekanisme dan tata kelola koordinasi untuk
penguatan implementasi Pokja KIBBL dengan para pihak, baik level kabupaten,
kecamatan dan pemerintah desa. Termasuk mendorong pengarusutamaan
kebijakan anggaran dan kegiatan untuk upaya peningkatan KIBBL sebagai upaya
penurunan AKI/AKB.
2. Mengkoordinasi dan mengatur terkait dukungan, kerja sama dan partisipasi para
pihak (dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi profesi dan masyarakat sipil)
untuk peningkatan KIBBL berdasarkan kapasitas dan keahlian masing-masing.
3. Pemerintah perlu memobilisasi sumber daya untuk mendorong peran serta
masyarakat dalam meningkatkan KIBBL. Peran serta ini dapat diwujudkan mulai
tingkat RT/RW melalui Poskes, Posyandu maupun kader kesehatan desa untuk
memaksimalkan implementasi Pokja KIBBL.
17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18
Absensi Kegiatan 8 Mei 2023
19
Dokumentasi Kegiatan 6 Mei 2023
Kegiatan Dialog serial dengan Puskesmas untuk mendorong peran POKJA sebagai
komponen dalam pengelolaan pengaduan melalui WA Group (moms)
Peserta dalam Photo : Field Coordinator, Lead Parnter (FOPKIA), Learning Forum
(Forum Sehat Gemilang), Pokja KIBBL, MKIA, KPM dan keterwakilan Puskesmas
20
Dokumentasi Kegiatan 8 Mei 2023
Pertemuan dengan Puskesmas lokasi model untuk memastikan POKJA KIBBL hadir
dalam Lokmin
Peserta dalam Photo : Field Coordinator, Lead Parnter (FOPKIA), Learning Forum
(Forum Sehat Gemilang), Pokja KIBBL, MKIA, KPM, Puskesmas, Pemerinta Desa,
penerima layanan KIA di puskesmas
21
Dokumentasi Kegiatan POKJA KIBBL dan MKIA Desa Tegal Angus menjadi Satgas
Stunting Dukungan PIK 2
22
Dokumentasi Kegiatan Pendampingan POKJA KIBBL dan MKIA di DEsa Modelling
Desa KP. Melayu Barat dan Desa Tegal Angus
23
Modul POKJA KIBBL & MKIA
24
Dokumentasi 31 Mei 2023
Diskusi Strategi Keberlanjutan Penguatan Peran Pokja KIBBL Dalam Memperkuat Desa
Siaga
Peserta : dr. Sri Indriyani (Kabid Kesga Dinas Keehatan Kabupaten Tangerang), Ketua dan
Anggota FOPKIA Kabupaten Tangerang
25
Absensi Kegiatan tanggal 21 Mei 2023
26