Anda di halaman 1dari 24

TIM PENYUSUN

Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM. M.Si


Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes
Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes
Asri Meidyah Agustin, A.Md.Gz
Kartika Indaswari Dewi, S.KM., M.Kes
Naisya Azalia, S.Gz
Dinana Izzatul Ulya, S.KM
Alfadhila Khairil Sinatrya S.Gz
Auni Rahmatika, S.Pd
Ulfa Al Uluf, S.Gz
Maya Fernandya Siahaan, B.Sc
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan
karunia-Nya, Buku Pedoman Penguatan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Melalui
Pelaksanaan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Implementasi Perubahan Perilaku
dalam Pencegahan Stunting telah tersusun dan diterbitkan.
Buku pedoman ini merupakan panduan dalam program kerjasama antara unsur
akademisi yaitu tim dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Tujuan utama dalam penyusunan buku ini adalah untuk mengupayakan
percepatan penurunan stunting melalui fasilitas dan dukungan kerjasama pihak terkait dalam
bentuk kegiatan pendampingan dengan tahapan yaitu : 1) Koordinasi; 2) Standarisasi
Fasilitator; 3) Penyusunan Regulasi Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan Stunting; 4)
Penyusunan Dokumen Strategi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Komunikasi Perubahan
Perilaku (KPP)Pencegahan Stunting; 5) Orientasi KAP; 6) Supervisi; 7) Monitoring dan
Evaluasi.
Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh pendamping
sebagai upaya penyusunan dokumen strategi komunikasi perubahan perilaku masyarakat
dalam pencegahan stunting di Indonesia khususnya 11 kabupaten/kota terpilih.
Kami tetap mengharapkan saran dan masukan untuk menyempurnakan buku pedoman
ini dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam
penyusunan Buku Pedoman Penguatan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Melalui
Pelaksanaan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Implementasi Perubahan Perilaku dalam
Pencegahan Stunting ini. Kami berharap buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................iii
1. Pendahuluan .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2 Definisi ....................................................................................................................................... 6
a. Stunting ..................................................................................................................................... 6
b. Daerah Lokus Stunting .............................................................................................................. 7
c. Perubahan Perilaku .................................................................................................................... 7
d. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) ............................................................................................. 8
2. Tujuan Kegiatan ................................................................................................................................ 8
2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................................. 8
2.2. Tujuan Khusus ........................................................................................................................... 8
3. Pendamping .................................................................................................................................. 8
4. Sasaran Kegiatan ........................................................................................................................... 9
5. Lokasi Kegiatan ............................................................................................................................ 9
6. Langkah-langkah Pendampingan .................................................................................................. 9
A. Koordinasi................................................................................................................................. 9
B. Standarisasi Fasilitator .............................................................................................................. 9
C. Penyusunan Regulasi Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan Stunting ........................ 10
D. Penyusunan dokumen strategi komunikasi antar pribadi (KAP) dan komunikasi perubahan
perilaku (KPP) pencegahan stunting. .............................................................................................. 12
E. Orientasi KAP ......................................................................................................................... 13
F. Supervisi ................................................................................................................................. 13
G. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................................................... 14
7. Penyusunan Laporan Kegiatan .................................................................................................... 14
8. Rencana Kegiatan Pendampingan Kabupaten dalam KAP.......................................................... 16
9. Penutup ....................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................iv

iii
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan, utamanya stunting, masih menjadi tantangan untuk
kesehatan dunia. Pertumbuhan linear anak adalah masalah yang kompleks dan
multifaktorial dengan risiko gangguan pertumbuhan terjadi antara masa konsepsi
dan usia 2 tahun (Sinharoy, Clasen and Martorell, 2020). Masa ini dinamakan
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimana menjadi salah satu kelompok usia
prioritas untuk gerakan nasional percepatan perbaikan gizi di Indonesia
(Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi). Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan
bahwa pada tahun 2020, secara global, sebanyak 149,2 juta anak usia di bawah 5
tahun mengalami stunting (UNICEF/WHO/The World Bank Group, 2021).
Walaupun mengalami penurunan di semua wilayah kecuali Afrika, masalah ini
masih menjadi fokus utama dalam Global Nutrition Targets 2025 (WHO, 2018).
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2018, stunting di Indonesia mengalami
penurunan dari tahun 2013, namun Tim Nasional Percepatan Penanggunalangan
Kemiskinan (TNP2K) mengatakan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi.
Beberapa kendala tersebut diantaranya belum efektifnya program-program
pencegahan stunting, intervensi gizi spesifik dan sensitif yang belum terpadu,
pengalokasian dan pemanfaatan dana serta kualitas sumber daya yang belum
sepenuhnya efektif dan efisien, kapasitas penyelenggara program masih terbatas,
tidak adanya kepastian pemenuhan dana percepatan pencegahan stunting di
tingkat kabupaten/kota, dan belum terkoordinasinya beragam kegiatan terkait
stunting di tingkat desa, baik pada saat penetapan sasaran, perencanaan serta
pembagian tugas dan peran setiap pihak (Satriawan, 2018).
Presiden dan Wakil Presiden sudah berkomitmen dan memutuskan bahwa
pencegahan stunting dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui
konvergensi program di semua tingkatan dan menetapkan 5 Pilar Pencegahan
Stunting, dimana salah satu pilar tersebut yaitu pilar kedua adalah kampanye
nasional dan komunikasi perubahan perilaku (KPP). Pilar ini merupakan bagian
penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan
stunting. Pimpinan daerah memiliki peran besar dalam mewujudkan pilar ini
diawali dengan mengeluarkan regulasi terkait kampanye komunikasi perubahan
perilaku. Strategi yang dibuat untuk mencapai pilar 2 dengan melakukan (1)

4
Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum (2) Komunikasi antar
pribadi sesuai konteks sasaran. (3) Advokasi berkelanjutan kepada pengambil
keputusan dan (4) peningkatan kapasitas pengelola program dengan pemberian
pengetahuan dan pelatihan bagi penyelenggara program (Satriawan, 2018).
Setiap kabupaten/kota diharapkan mampu menyusun strategi komunikasi
perubahan perilaku dengan memanfaatkan kearifan lokal sehingga terciptalah
intervensi yang lebih efektif dan mempercepat tercapainya penurunan angka
stunting di daerah. Strategi komunikasi perubahan perilaku yang baik mampu
menjadi salah satu solusi permasalahan penyebab stunting yang ada di daerahnya,
mengidentifikasi cara-cara dan potensi local untuk intervensi perilaku masyarakat
setempat, serta menjadi arahan untuk pelaksanaan program dan pengukuran
setelah program dilaksanakan. Kreativitas dan inovasi kabupaten/kota menjadi
hal penting dalam menyukseskan intervensi komunikasi perubahan perilaku
secara menyeluruh (Untung et al., 2021).
Komunikasi Antar Pribadi (KAP) adalah salah satu metode yang sangat efektif
dalam perubahan perilaku. Komunikasi tatap muka ini menyesuaikan budaya
setempat yang dapat mempercepat peningkatan kesadaran dan perubahan yang
cepat dalam perilaku yang sesungguhnya. Penyelenggaraan Orientasi KAP ini
dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam
melakukan komunikasi terkait dengan pencegahan stunting di Puskesmas hingga
di desa dibantu oleh kader dan diaplikasikan di dalam masyarakat hingga terjadi
perubahan perilaku (Kemenkes RI, 2018b).
Untuk memperluas jangkauan pelaksanaan KAP di daerah, Direktorat Promosi
Kesehatan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga dalam rangka penguatan sistem kesehatan
nasional melakukan pendampingan penyusunan regulasi dan strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan stunting, serta meningkatkan kapasitas tenaga
kesehatan puskesmas dan juga kader dalam mengimplementasikan KAP bagi
sasaran kunci pencegahan stunting di kabupaten/kota lokus stunting. Dalam
pelaksanaannya Universitas Airlangga berkolaborasi dengan empat organisasi
profesi yaitu PERSAKMI, PPKMI, IAKMI, dan PERSAGI. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka perlu di susun buku pedoman untuk mempermudah
pelaksanaan pendampingan di Kabupaten/Kota lokus stunting.
.

5
1.2 Definisi
a. Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah
lima tahun akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah standar. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua dari standar deviasi
(-2SD) panjang atau tinggi anak seumurnya. Stunting dapat menghambat
pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit,
menimbulkan hambatan perkembangan kognitif yang menurunkan kecerdasan
dan produktivitas anak di masa depan (TNP2K, 2018).
Cara Memplot Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U). PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan
anak menurut panjang atau tinggi badan berdasarkan umurnya. Indikator ini
dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek karena gizi kurang dalam
waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut
umurnya dapat juga diidentifikasikan, tetapi anak yang memiliki tinggi badan
diatas normal tidak merupakan masalah kecuali mereka tinggi sekali yang
biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin.
Grafik PB/U untuk kelompok anak berumur 0-2 tahun tercantum
dalam grafik pertumbuhan anak. Pada setiap grafik ini, sumbu X (horizontal)
menunjukkan umur anak, dan sumbu Y (vertikal) menunjukkan panjang atau
tinggi badan anak dalam cm. Umur ditentukan dalam bulan.
Cara memplot grafik PB/U atau TB/U
1. Pertama-tama tentukan umur anak dalam bulan penuh pada garis
horizontal. Sebagai contoh, jika seorang anak perempuan bernama Aan
berumur 2 tahun 4 bulan, tarik garis vertikal pada skala 28 bulan.
2. Tentukan angka tinggi badan pada garis vertikal. Sebagai contoh, hasil
pengukuran tinggi badan Aan adalah 92 cm, tarik garis horizontal pada
skala 92 cm.
3. Plot titik pada pertemuan garis horizontal dan vertikal tersebut.
4. Bila lebih dari satu pengukuran, hubungkan titik-titik tersebut dengan
garis lurus.
(Kemenkes RI, 2018a).

6
b. Daerah Lokus Stunting
Lokasi fokus (lokus) stunting adalah suatu daerah prioritas yang berada
pada tingkat Kabupaten/Kota yang didasarkan pada sejumlah indikator untuk
menjadi daerah pengimplementasian intervensi penurunan stunting terintegrasi
yang tertuang dalam pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 (BAPPENAS, 2020). Terdapat
beberapa indikator dalam penetuan lokasi fokus (lokus) stunting:
1. Jumlah balita stunting pada tingkat Kabupaten/Kota
2. Prevalensi stunting berdasarkan hasil e-PPGBM yang melampaui rata-rata
secara signifikan
3. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota
Dalam penentuan lokasi fokus (lokus) stunting pada masing-masing
Kabupaten/Kota juga perlu adanya analisis situasi yang dilakukan pada
daerah-daerah tertentu (Kemendagri, 2020). Badan kesehatan dunia atau WHO
memberikan batas maksimal pada masalah balita stunting prevalensinya harus
dibawah 20%. Apabila prevalensi balita stunting melebihi 20%, maka masalah
tersebut menjadi masalah kesehatan masyarakat (Onis et al., 2013).
c. Perubahan Perilaku
Komunikasi perubahan perilaku adalah sebuah proses interaktif antar
individidu dan komunitas untuk menyusun pesan kunci pendekatan
komunikasi, dan saluran komunikasi yang paling sesuai agar tercipta perilaku
positif yang dikehendaki sesuai dengan konteks lingkungan masyarakat
tersebut, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan yang paling
penting di daerah tersebut.
Komunikasi perubahan perilaku menyediakan lingkungan pendukung
yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berinisiatif,
mempraktikkan, dan mempertahankan perilaku positif yang diharapkan
tersebut. Perubahan perilaku memiliki tujuan yang spesifik dan bervariasi
antar setiap kelompok. Namun, pemberian informasi kepada kelompok sasaran
tidak serta merta menghasilkan perubahan perilaku. Dengan dukungan
lingkungan yang kondusif, informasi dan kegiatan komunikasi yang tepat,
maka perubahan perilaku kelompok sasaran dapat dicapai (Kemenkes RI,
2018b).

7
d. Komunikasi Antar Pribadi (KAP)
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi
maupun pada kerumunan orang . Adapun fungsi komunikasi antarpribadi
ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations), menghindari
dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu,
serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui
komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang
baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya
konflik-konflik di antara individu-individu tersebut (Wiryanto,2004).

2. Tujuan Kegiatan
2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah mengupayakan percepatan penurunan stunting melalui fasilitasi
dan dukungan kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan perguruan tinggi
dalam bentuk kegiatan pendampingan.
2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
a. Terlaksananya pendampingan perguruan tinggi dalam penyusunan regulasi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting di 11 kab/kota terpilih.
b. Terlaksananya pendampingan perguruan tinggi dalam penyusunan dokumen
strategi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting di 11 kab/kota
terpilih
c. Terlaksananya pendampingan perguruan tinggi dalam orientasi KAP bagi tenaga
kesehatan Puskesmas di 11 kab/kota terpilih
d. Terlaksananya pendampingan perguruan tinggi dalam orientasi KAP bagi kader di
11 kab/kota terpilih
e. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
pendampingan dan fasilitasi perguruan tinggi

3. Pendamping
Pendamping adalah tim yang terdiri dari unsur perguruan tinggi, dinas
kesehatan, dan organisasi profesi (OP). Unsur perguruan tinggi terdiri dari dosen dan
mahasiswa. Unsur dinas kesehatan terdiri dari kepala bidang kesmas. Organisari

8
profesi terdiri dari PERSAKMI, PPKMI, IAKMI, dan PERSAGI. Setiap kabupaten
didampingi oleh 2 orang dosen beserta mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat dan
anggota organisasi profesi di tingkat kabupaten.
4. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah Tim teknis percepatan pencegahan stunting kabupaten
yang terdiri dari OPD lintas sektor, serta unsur lain yang dikoordinir oleh Bappeda
dan BKKBN.
5. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan KAP ini adalah pada 11 Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi
fokus stunting di Jawa Timur. 11 Kabupaten/Kota tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kabupaten Blitar
b) Kabupaten Lumajang
c) Kabupaten Pasuruan
d) Kabupaten Sidoarjo
e) Kabupaten Jombang
f) Kabupaten Madiun
g) Kabupaten Magetan
h) Kabupaten Ngawi
i) Kabupaten Bojonegoro
j) Kota Malang, dan
k) Kota Surabaya.
6. Langkah-langkah Pendampingan
A. Koordinasi
Tim FKM Unair melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur Selanjutnya, melakukan koordinasi dengan BKKBN dan Bappeda
Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan rencana kegiatan
pendampingan serta menggali informasi awal tentang regulasi terkait Komunikasi
Perubahan Perilaku (KAP) di Kabupaten/Kota lokus stunting di Jawa Timur.
Kegiatan koordinasi dilakukan secara daring oleh 11 Kabupaten/Kota lokus
stunting yang akan didampingi.
B. Standarisasi Fasilitator
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan pemahaman para
pendamping tentang langkah-langkah dan strategi pendampingan serta

9
meningkatkan pemahaman mengenai langkah-langkah pemyusunan regulasi.
Standarisasi dilakukan melalui kegiatan pelatihan atau workshop. Peserta
pelatihan adalah seluruh tim Pendamping terdiri dari 2 orang dosen FKM Unair,
dan mahasiswa magister kesmas serta perwakilan 4 OP di 11 kabupaten/kota.
C. Penyusunan Regulasi Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan Stunting
1) Koordinasi persiapan workshop 1 dan 2
Kegiatan ini dilakukan secara daring untuk persiapan kegiatan workshop 1 dan
2. Koordinasi online dilakukan antara Tim Pendamping Kabupaten (Tim FKM
dan OP) dengan pihak Dinas Kesehatan. Output dari kegiatan ini adalah
kerangka acuan kegiatan (KAK) workshop 1 dan 2.
2) Workshop
a. Workshop 1 secara daring dengan melibatkan 11 Kabupaten/Kota lokus
stunting di Jawa Timur. Deskripsi kegiatan workshop 1 hari pertama :
1. Judul kegiatan : Penyusunan Regulasi Komunikasi Antar Pribadi di
Kabupaten Lokus Stunting
2. Tujuan : Mendorong Kabupaten untuk menyusun regulasi terkait
komunikasi antar pribadi (KAP) dan komunikasi perubahan perilaku (KPP)
di 11 kabupaten Lokus Stunting
3. Sasaran : Tim teknis percepatan pencegahan stunting kabupaten yang terdiri
dari OPD lintas sektor, serta unsur lain yang dikoordinir oleh Bappeda
4. Narasumber 1 : Dr. Lilik Pudjiastuti, S.H., M.H. dengan tema “Penyusunan
Regulasi”
Narasumber 2 : Bappeda dengan tema “Pentingnya Regulasi KAP Sebagai
Wujud Pelaksanaan Pilar 2”
Narasumber 3 : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan tema
“Pentingnya Komunikasi Antar Pribadi dalam mendukung percepatan
penurunan stunting di Jawa Timur”
5. Output : Komitmen untuk menyusun regulasi dan RTL menyusun draft
dokumen peraturan/SK/ produk regulasi
6. Mekanisme : Pleno dan Diskusi kelompok secara daring.

b. Deskripsi kegiatan workshop 1 hari kedua :


1. Judul kegiatan : Penyusunan Regulasi Komunikasi Antar Pribadi di
Kabupaten Lokus Stunting

10
2. Tujuan : Mendorong Kabupaten untuk menyusun regulasi terkait
komunikasi antar pribadi (KAP) dan komunikasi perubahan perilaku (KPP)
di 11 kabupaten Lokus Stunting
3. Sasaran : Tim teknis percepatan pencegahan stunting kabupaten yang terdiri
dari OPD lintas sektor, serta unsur lain yang dikoordinir oleh Bappeda
4. Narasumber 1 : Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur dengan tema
“Integrasi Komunikasi Antar Pribadi dalam Rencana Aksi Pencegahan
Stunting di Provinsi Jawa Timur”
Narasumber 2 : Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si dengan tema “Masalah
Stunting dan Strategi Percepatan Pencapaian Kinerja Daerah”
5. Output : Komitmen untuk menyusun regulasi dan RTL menyusun draft
dokumen peraturan/SK/ produk regulasi
6. Mekanisme : Pleno dan Diskusi kelompok secara daring.

c. Konsultasi Daring dan Luring


Konsultasi secara daring bertujuan untuk penyempurnaan draft dokumen
regulasi. Konsultasi luring dilakukan 2 kali. Pada konsultasi luring pertama
dilakukan oleh tim universitas dan anggota OP kabupaten. Konsultasi luring
yang kedua hanya dilakukan oleh anggota OP kabupaten.

d. Workshop 2 :
1. Judul kegiatan :
Workshop 2 : Follow up penyusunan Regulasi Komunikasi Antar Pribadi di
Kabupaten Lokus Stunting
2. Tujuan : Memaparkan draft dokumen regulasi dari 11 kabupaten lokus
stunting
3. Sasaran : Perwakilan kabupaten dua orang (Bappeda dan Dinas Kesehatan)
dari 11 kabupaten lokus.
4. Nara sumber terdiri dari 3 orang yaitu : legal drafting, Ketua PPKMI, Ketua
Persakmi dengan tema „‟ Koreksi draft dokumen regulasi‟‟
5. Output : Draft dokumen regulasi yang sudah direvsi
6. Mekanisme : Pleno dan Diskusi kelompok secara daring. Kelompok dibagi
menjadi 3 kelompok per ruang dan masing-masing ruang terdapat 2
fasilitator.

11
D. Penyusunan dokumen strategi komunikasi antar pribadi (KAP) dan
komunikasi perubahan perilaku (KPP) pencegahan stunting.
1) Koordinasi persiapan workshop 3 dan 4
Koordinasi dilakukan secara online untuk persiapan kegiatan workshop 3 dan
4. Koordinasi online dilakukan antara Tim Pendamping Kabupaten (Tim FKM
dan OP) dengan pihak Dinas Kesehatan. Output dari kegiatan ini adalah
kerangka acuan kegiatan (KAK) workshop 3 dan workshop 4.
2) Workshop
1) Workshop 3 :
1. Judul kegiatan : Penyusunan Strategi Komunikasi Antar Pribadi (KAP)
dan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) di Kabupaten/Kota Lokus
Stunting
2. Tujuan : Menyusun Dokumen Strategi Komunikasi Antar Pribadi (KAP)
dan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) di 11 Kabupaten/Kota Lokus
Stunting
3. Sasaran : Tim penyusun dokumen strategi komunikasi antar pribadi di 11
Kabupaten/Kota Lokus Stunting
4. Narasumber 1 : Tim FKM dengan tema “Penjabaran regulasi ke dalam
suatu Strategi”
Narasumber 2 : Dinas Kesehatan Provinsi dengan tema “Dokumen strategi
komunikasi KAP (KAP & KPP)”
7. Output : Draft Dokumen strategi komunikasi
8. Mekanisme : Pleno dan Diskusi kelompok secara daring.

e. Konsultasi Daring dan Luring


Konsultasi secara daring bertujuan untuk penyempurnaan draft dokumen
strategi komunikasi. Kosultasi ini dilakukan sesuai kebutuhan. Konsultasi
luring dilakukan 2 kali. Pada konsultasi luring pertama dilakukan oleh tim
universitas dan anggota OP kabupaten. Konsultasi luring yang kedua
hanya dilakukan oleh anggota OP kabupaten.

2) Workshop 4 :
1. Judul kegiatan : Kick Out Meeting regulasi dan dokumen strategi
komunikasi

12
2. Tujuan : Memaparkan draft dokumen startegi komunikasi dari masing-
masing kabupaten
3. Sasaran : Perwakilan kabupaten (dua orang Dinas Kesehatan) dari 11
kabupaten lokus
4. Narasumber terdiri dari 3 orang : FKM, Ketua PPKMI, dan Ketua
Persakmi dengan tema “Koreksi draft dokumen strategi komunikasi”
5. Output : Draft dokumen strategi komunikasi yang sudah direvsi
6. Mekanisme : Pleno dan Diskusi kelompok secara daring. Kelompok
dibagi menjadi 3 kelompok per ruang dan masing-masing ruang terdapat 2
fasilitator.

E. Orientasi KAP
Kegiatan orientasi KAP dilakukan pada 2 kelompok sasaran yaitu sasaran
pertama yaitu tenaga kesehatan dan sasaran kedua adalah kader yang dilakukan
secara luring.

1) Orientasi KAP bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Tujuan : meningkatkan kapasitas tenaga puskesmas dalam melaksanakan KAP
bagi sasaran kunci pencegahan stunting, sekalius melakukan
fasilitasi/pendampingan kepada kader dalam melaksanakan KAP.
Output : Tenaga kesehatan memahami konsep KAP serta mampu
mengimplementasikan dalam rangka merubah perilaku masyarakat.
2) Orientasi KAP bagi Kader
Tujuan : meningkatkan kapasitas kader dalam melaksanakan KAP kepada sasaran
kunci pencegahan stunting.
Output : kader memahami konsep KAP serta mampu mengimplementasikan
melalui pendidikan atau edukasi kepada masyarakat agar dapat mengubah
perilaku masyarakat.

F. Supervisi
Supervisi akan dilakukan secara daring daupun luring. Supervisi dilakukan setelah
kegiatan pendampingan di masing-masing Kabupaten/Kota, baik pelaksanaan
kegiatan yang bersifat teknis maupun administrasi.

13
G. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi akan dilakuka oleh tim dari Direktorat Promosi
Kesehatan Kementerian Kesehatan.

7. Penyusunan Laporan Kegiatan


A. Format Laporan Kegiatan Pendampingan KAP oleh Tim Pendamping
Setiap tim pendampingan kabupaten wajib membuat laporan kegiatan
Format Laporan
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Tujuan Kegiatan
Bab 3 Metode Kegiatan
Bab 4 Hasil Kegiatan
Bab 5 Penutup
Lampiran (dokumentasi kegiatan)

14
B. Format Laporan Kegiatan Pendampingan KAP oleh Masing-masing Kabupaten/Kota Lokus Stunting

No Tahapan Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Deskripsi Kendala


1 Workshop 1: Penyusunan regulasi KAP
2 Standarisasi Pendamping
3 1. Pendampingan penyusunan regulasi KAP
2. Rapat internal OPD dan OP Kabupaten
4 Workshop 2: Presentasi draft dokumen regulasi KAP
oleh kab/kota

5 Workshop 3: Penyusunan dokumen strategi


komunikasi

6 1. Pendampingan penyusunan dokumen strategi


komunikasi
2. Rapat internal OPD dan OP Kabupaten
7 Workshop 4: Presentasi draft dokumen strategi
komunikasi

8 Orientasi KAP tenaga kesehatan di Puskesmas

9 Orientasi KAP Kader


10 Pemantauan Pelaksanaan KAP
11 Monev Program secara hybrid (offline oleh OP
kabupaten, online oleh Perguruan Tinggi)

15
8. Rencana Kegiatan Pendampingan Kabupaten dalam KAP
No Kegiatan Metode Pelaksana/Pese Waktu Pembiayaan Pertanggung Lain
. rta jawaban
1 Workshop 1 Online Tim 21-22 1. Pengganti kuota
Penyusunan pendamping September 2. HR Narsum
regulasi KAP Universitas, Tim 3. HR moderator
OP Provinsi,
Tim OP
Kabupaten,
Peserta OPD
Kabupaten,
mahasiswa
pendamping
2 Standarisasi Online Tim 1. Pengganti kuota
pendamping pendamping 2. HR Narsum
Universitas, Tim 2. HR moderator
OP Provinsi,
Tim OP
Kabupaten,
mahasiswa
pendamping
3 Pendampingan Offline (1 Tim Tim pendamping Univ: 1. Tiket
penyusunan kali) pendamping 1. Uang transport, 2. Kuitansi
draft dokumen Universitas, Tim 2. Uang harian, 3. SPPD
regulasi KAP OP Kabupaten, 3. Akomodasi hotel at cost 4. Bill hotel
di masing- Tim OPD 4. Konsumsi saat pelaksanaan pendampingan 5. Laporan
masing Kabupaten, 5. Biaya Swab Antigen Kegiatan
kabupaten mahasiswa Khusus tim pendamping Univ Surabaya dan 3. dll
pendamping Sidoarjo, mendapat uang transport dan konsumsi
saat pelaksanaan pendampingan

Tim OP Kabupaten, Tim OPD Kabupaten,


mahasiswa:

16
1. Transport lokal
2. Konsumsi saat pelaksanaan pendampingan
4 Rapat Internal Offline (2 Tim OPD 1. Konsumsi 4.
OPD dan OP kali) Kabupaten, Tim 2. Transport lokal
Kabupaten OP Kabupaten
5 Workshop 2 Online Tim 1. Pengganti kuota
presentasi draft pendamping 2. HR Narsum
dokumen Universitas, Tim 3. HR moderator/Fasilitator
regulasi KAP OP Kabupaten,
oleh kab/kota Peserta OPD
Kabupaten
6 Workshop 3 Online Tim 1. Pengganti kuota
penyusunan pendamping 2. HR Narsum
draft dokumen Universitas, Tim 3. HR moderator
strategi OP Kabupaten,
komunikasi Peserta OPD
Kabupaten
7 Pendampingan Offline (1 Tim Tim pendamping Univ: 1. Tiket
penyusunan kali) pendamping 1. Uang transport, 2. Kuitansi
draft dokumen Universitas, Tim 2. Uang harian, 3. SPPD
strategi OP Kabupaten, 3. Akomodasi hotel at cost 4. Bill hotel
komunikasi Tim OPD 4. Konsumsi saat pelaksanaan pendampingan 5. Laporan
Kabupaten, 5. Biaya Swab antigen Kegiatan
mahasiswa Khusus tim pendamping Univ Surabaya dan 6. dll
pendamping Sidoarjo, mendapat uang transport dan konsumsi
saat pelaksanaan pendampingan

Tim OP Kabupaten, Tim OPD Kabupaten,


mahasiswa:
1. Transport lokal
2. Konsumsi saat pelaksanaan pendampingan
8 Rapat Internal Offline (2 Tim OPD 1. Konsumsi
OPD dan OP kali) Kabupaten, Tim 2. Transport lokal
Kabupaten OP Kabupaten
9 Workshop 4 Online Tim 1. Pengganti kuota

17
presentasi draft pendamping 2. HR Narsum
dokumen Universitas, Tim 3. HR moderator/Fasilitator
strategi OP Kabupaten,
komunikasi Peserta OPD
Kabupaten
10 Pelatihan Offline (2 Tim Tim pendamping Univ: 1. Tiket
orientasi KAP hari) Pendamping 1. Uang transport, 2. Kuitansi
tenaga Universitas, Tim 2. Uang harian, 3. SPPD
kesehatan di OP Kabupaten, 3. Akomodasi hotel at cost 4. Bill hotel
puskesmas peserta tenaga 4. Konsumsi saat pelaksanaan pelatihan 5. Laporan
kesehatan 5. HR Moderator/Fasilitator Kegiatan
puskesmas 6. Biaya swab antigen 6. dll
Khusus tim pendamping Univ Surabaya dan
Sidoarjo, mendapat uang transport dan konsumsi
saat pelaksanaan pelatihan

Tim OP Kabupaten dan peserta pelatihan:


1. Transport lokal
2. Konsumsi saat pelaksanaan pelatihan
3. Uang harian fullday meeting
11 Pelatihan Offline (1 Tim Tim pendamping Univ: 1. Tiket
orientasi KAP hari) Pendamping 1. Uang transport, 2. Kuitansi
kader Universitas, Tim 2. Uang harian, 3. SPPD
OP Kabupaten, 3. Akomodasi hotel at cost 4. Bill hotel
peserta kader 4. Konsumsi saat pelaksanaan pelatihan 5. Laporan
5. HR Moderator/Fasilitator Kegiatan
Khusus tim pendamping Univ Surabaya dan 6. dll
Sidoarjo, mendapat uang transport dan konsumsi
saat pelaksanaan pelatihan

Tim OP Kabupaten dan peserta pelatihan:


1. Transport lokal
2. Konsumsi saat pelaksanaan pelatihan
3. Uang harian fullday meeting
12 Pemantauan Online (2 Tim 1. Pengganti kuota

18
Pelaksanaan kali) Pendamping
KAP Universitas
13 Monev Offline oleh Tim Tim Pendamping Univ:
Program secara OP pendamping 1. Pengganti kuota
hybrid Kabupaten, Universitas, Tim 2. Konsumsi
online oleh OPD Tim OP dan OPD Kabupaten:
Tim Kabupaten, Tim 1. Konsumsi
pendamping OP Kabupaten 2. Uang transport lokal
Universitas 3. Uang harian fullday meeting
(2 hari)

19
9. Penutup
Demikian penyusunan Buku Pedoman Penguatan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) melalui Pelaksanaan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan Implementasi
Perubahan Perilaku dalam Pencegahan Stunting”. Pedoman ini dibuat untuk
mempermudah pelaksanaan pendampingan KAP yang melibatkan 11 lokus stunting di
Jawa Timur. Dengan adanya buku pedoman ini, diharapkan Tim teknis percepatan
pencegahan stunting di Kabupaten/Kota dapat menyusun regulasi komunikasi
perubahan perilaku guna mempercepat upaya pencegahan stunting.

20
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS, 2020. Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting. [online] Webpage of


BAPPENAS. Available at: <https://cegahstunting.id/intervensi/intervensi-
terintegrasi/lokasi-fokus-intervensi-penurunan-stunting/>.
Kemendagri, 2020. Analisis Situasi. [online] Webpage of Kemendagri. Available at:
<https://aksi.bangda.kemendagri.go.id/v2/in/main/data_detail/223/1451>.
Kemenkes RI, 2018a. Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, .
Kemenkes RI, 2018b. Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan
Pencegahan Stunting. [online] Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan
Masyarakat. Available at:
<https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_60248a365b4ce1e/files/PAPARAN-
STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf>.
Onis, M. de, Dewey, K.G., Borghi, E., Onyago, A.W., Blossner, M., Daelmans, B., Piwoz, E.
and Branca, F., 2013. The World Health Organization‟s global target for reducing
childhood stunting by 2025: rationale and proposed actions. Maternal and Child
Nutrition, [online] 9(2), pp.6–26. https://doi.org/10.1111/mcn.12075.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.[online] Available at:
<https://www.bappenas.go.id/files/8313/8848/0558/perpres_no.42-2013.pdf>.
Satriawan, E., 2018. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. [online]
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil
Presiden Republik Indonesia. Available at:
<http://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi
1_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf>.
Sinharoy, S.S., Clasen, T. and Martorell, R., 2020. Air pollution and stunting: a missing link?
The Lancet Global Health, [online] 8, pp.e472–e475.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S2214-109X(20)30063-2.
TNP2K, 2018. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) Periode
2018-2024. [online] Jakarta Pusat: Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan. Available at:
<http://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Stranas Percepatan
Pencegahan Anak Kerdil.pdf>.
UNICEF/WHO/The World Bank Group, 2021. UNICEF/WHO/The World Bank Group joint

iv
child malnutrition estimates: levels and trends in child malnutrition: key findings of
the 2021 edition. [online] Available at:
<https://www.who.int/publications/i/item/9789240025257>.
Untung, A.S.B., Margaresa, R.A., Kusumawati, M.R.D., Damawanti, B. and Purba, T.R.N.,
2021. Petunjuk Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting. [online] DKI Jakarta. Available at:
<https://promkes.kemkes.go.id/download/fpkk/files49505Juknis Implementasi KPP
Stunting_ISBN_13072021.pdf>.
WHO, 2018. Reducing stunting in children: equity considerations for achieving the Global
Nutrition Targets 2025. [online] WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
Available at:
<https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/260202/9789241513647-eng.pdf>.

Anda mungkin juga menyukai