PERIODE 2019/2020
Disusun oleh:
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PERIODE 2019/2020
Disusun oleh:
Mengetahui,
Eko Wuyono
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
5.1 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Anggaran KKN
b. Foto kegiatan
c. Screen shot video
d. Screen shot artikel
BAB I
PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk yang ada saat ini apabila tidak diikuti dengan pengelolaan
yang baik akan menganggu kenyaman masyarakat setempat. Berbeda dengan Kelurahan
Bausasran, berjarak sekitar 500 meter dari pusat kota Malioboro, kampung ini terkenal
dengan julukan “Kampung Sayur”. Lewat ibu-ibu PKK kampung ini berhasil menjelma
menjadi kampung yang asri, hijau dan dipenuhi aneka sayur mayur. Tetapi pada
kenyataannya banyak permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan budidaya sayur-
sayuran ini salah satunya yaitu kurangnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat
sendiri untuk memelihara dan memanfaatkan secara maksimal hasil kebunnya.
Di Kelurahan Bausasran tidak terdapat sektor pertanian berupa lahan sawah maupun
palawija, hal ini dikarenakan lokasi kelurahan Bausasran yang berada di daerah pusat kota. Akan
tetapi warga kelurahan Bausasran memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk bercocok
tanam, tidak hanya pekarangan rumah yang ditanami oleh sayuran. Selain ditanami sayuran,
warga kelurahan Bausasran juga menanam tanaman obat (TOGA), tanaman hias, budidaya
perikanan dan peternakan. Kampung Sayur yang ada di Kelurahan Bausasran ini masih sangat
kurang terekspos walaupun sudah pernah menerima juara. Hal ini dapat dikarenakan kurang
adanya kerjasama dengan pihak luar untuk mengajak para wisatawan berkunjung ke desa
Bausasran ini. Selain itu, hambatan berikutnya datang dari masyarakat setempat yang
antusiasnya mulai menurun, sehingga keinginannya untuk memperkenalkan desanya juga
menurun. Kurang adanya daya pikat seperti pengembangan di bidang estetika serta pemeliharaan
kampung sayur juga menjadi salah satu hambatan, sehingga saat ini perlu ditingkatkan estetika
lingkungannya agar wisatawan yang datang dapat menikmati keindahan dan keunikan kelurahan
Bausasran.
2.2 Profil Wilayah KKN
Pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik tahun ini terdapat 8 kelompok yang
bekerja pada 4 Rukun Warga (RW) dimulai dari RW 09 sampai dengan RW 12, dimana terdapat
2 kelompok disetiap Rukun Warga (RW). Kelompok Jambu mendapat tugas di Rukun Warga
(RW) 10, dimana terdapat 4 Rukun Tetangga (RT), dimulai dari RT 36 - RT 40. Wilayah RW 10
RT 36, 37 dan 40 bagian depan merupakan wilayah kerja kelompok Jambu, sedangkan RT 38, 39
dan 40 bagian belakang merupakan wilayah kerja kelompok Kemangi
Rukun Tetangga (RT) 37 terletak tepat di belakang RT 36. Berbeda dengan RT 36 yang
sudah memiliki kelompok tani, RT 37 belum memiliki kelompok tani, tetapi memiliki lahan
yang cukup luas untuk ditanami sayur-sayuran.
Kampung sayur yang ada di Kelurahan Bausasran belum teroptimalkan dengan baik
sebagai tempat ekowisata, hal ini dikarenakan kurangnya edukasi bahwa urban farming di
daerah perkotaan berpotensi dijadikan ekowisata. Selain itu, kurangnya informasi tentang
Kelurahan Bausasran sebagai tempat ekowisata sehingga wisatawan yang datang tidak terlalu
banyak. Permasalahan berikutnya datang dari masyarakat di Kelurahan Bausasran yang kurang
memiliki antusias untuk mengembangkan potensi yang ada di Kelurahan Bausasran. Padahal,
apabila minat dan antusias masyarakatnya tinggi, kampung sayur Bausasran dapat memikat
wisatawan untuk datang dan melihat keunikan desa mereka. Permasalahan lain yang ditemukan
adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengurus tanaman sayur yang ada di
pekarangan rumah hal ini dapat dilihat dari kondisi tanaman yang ada di setiap rumah warga,
dimana penempatan tanaman yang berantakan, variasi tanaman yang kurang dan sayur-sayuran
yang sudah layu dan rusak. Terakhir, hilangnya beberapa pot tanaman secara berkala di
sepanjang lorong sayur juga menjadi permasalahan yang cukup besar, hal ini dikarenakan tidak
ada yang mengawasi tanaman.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Teknik pengumpulan data dalam pelaksanaan program KKN tematik Gemah Ripah diantaranya
yaitu :
3.3.1 Observasi (pengamatan), dengan pengamatan langsung di lapangan dan mencatat secara
sistematis obyek yang akan diteliti.
3.3.2 Interview, dilakukan dengan tanya jawab dengan bapak Eko Wuyono selaku ketua RW
10 dan warga lokal.
3.3.3 Diskusi, dilakukan diskusi dengan kelompok dan masyarakat setempat untuk menentukan
program yang cocok agar dapat mengatasi permasalahan yang ada.
3.3.4 Dokumentasi, dilakukan dengan memfoto lokasi yang menjadi masalah ataupun yang
ingin diperbaiki dan dikembangkan.
3.3.1 Timotius Ricky S : pembuatan spot terapi dan budidaya ikan lele.
Program pembuatan spo terapi ditujukan untuk menambah estetika lahan bagian depan
Bon Jowi serta memberikan spo terapi mini yang dapat digunakan pengunjung, budidaya
ikan lele bertujuan untuk pengembangan di sektor pangan yang nantinya dapat digunakan
sebagai sumber protein bagi warga dan untuk meningkatkan perekonomian.
3.2.1 Anthony Julius H : pelatihan pembuatan biopori dan dan budidaya tanaman zodia.
Program ini bertujuan untuk menambah daerah resapan air sekaligus sebagai lahan untuk
pembuatan kompos dan budidaya tanaman zodia sebagai tanaman obat yang berguna
untuk mengusir nyamuk.
3.2.2 Gracia Baquita B.S.M : pewarnaan pot botol plastik dan budidaya tanaman hias
Pewarnaan pot-pot plastik dan budidaya tanaman hias diikuti oleh segala usia khususnya
anak-anak dan remaja untuk meningkatkan keindahan lingkungan serta kreativitas warga
dengan memanfaat limbah botol plastik. Sedangkan budidaya tanaman hias ini bertujuan
agar menambah variasi tanaman di kampung sayur Bausasran agar terlihat lebih hidup
dan berwarna, sehingga pengunjung yang datang tidak merasa bosan.
3.2.3 Angelita Abri B. KY : sistem zonasi tanaman, pembuatan pot batok kelapa, dan
pembuatan papan nama tanaman.
Program sistem zonasi tanaman ditujukan agar sayur-sayuran menjadi lebih tertata dan
terklasifikasi guna memudahkan proses panen dan edukasi, pembuatan pot dari batok
kelapa ini bertujuan meningkatkan nilai estetika kmapung sayur Bausasran dan mengolah
barang bekas agar lebih memiliki nilai, sedangkan pembuatan papan nama tanaman
berguna untuk memberikan informasi singkat seputar tanaman.
BAB IV
Berdasarkan program-program yang telah diajukan, berikut adalah daftar program yang
terlaksana, baik program kerja individu maupun kelompok:
Dalam pelaksanaan program kerja, baik kelompok maupun individu, terdapat beberapa
program yang tidak terlaksana, yaitu:
4.2.1 Program pelatihan pengolahan pangan. Program ini merupakan program kerja kelompok
yang telah diajukan, namun tidak terlaksana dikarenakan warga di lingkungan RW 10 RT 36, 37,
dan 40, telah memiliki makanan khasnya masing-masing yang berbahan dasar dari kebun sayur.
Contohnya di RT 40, memiliki makanan khas kerupuk lele dan tekwan lele.
4.2.2 Program pembukuan. Program ini merupakan program kerja kelompok yang telah
diajukan, namun tidak terlaksana dikarenakan sistem pembukuan telah diterapkan oleh warga di
lingkungan RW 10 RT 36, 37, dan 40.
4.3 Potensi Keberlanjutan
PENUTUP
5.1Saran
Meskipun bausasran telah semakin berkembang dengan adanya program kkn tematik
UKDW, diharapkan agar warga tetap menjaga kampung sayur tersebut dengan beberapa cara.
Salah satunya yaitu dengan tetap menjaga kebersihan serta melestarikan tanaman-tanaman sayur
agar tetap terjaga keasrian lingkungan dan ramah bagi para pengunjung yang akan datang.
Selain itu kami berharap warga lebih mau memanfaatkan apa yang ada di bausasran
untuk menunjukkan keunggulan yang dimiliki kampung sayur ini dengan memanfaatkan apa
yang sudah tersedia seperti menggunakan sayur-sayuran yang ada di kampung sebagai sumber
pangan, berusaha mengembangkan dan memasarkan produk-produk rumahan menjadi sumber
penghasilan tambahan.
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan KKN Tematik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sesuai dengan tujuan yaitu kampung bausasran walaupun sudah pernah menjuarai
tingkat nasional tetapi belum dapat dikenal oleh masyarakat luar karena belum dapat
memasarkan kampungnya dengan baik. Banyak gorong-gorong yang sudah ditutupi oleh beton,
sehingga kurang ada lahan kosong yang dapat digunakan sebagai resapan air. Tetapi beberapa
warga sudah dapat memproduksi kompos sendiri. Variasi tanaman sudah mulai beragam, tidak
hanya tanaman sayur-sayuran saja tetapi terdapat juga tanaman hias dan juga tanaman obat
seperti zodia dan ginseng.