Kelompok 3
KELAS XII IPS 1
Anggota:
1. Maula Diva Mayandra 11
2. Naura Pradipta Khairunnisa 14
3. Royhan Alfarid 18
4. Septianto Fauzan Alquds 21
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian pola keruangan di Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penelitian pola
keruangan di Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
A. Simpulan ................................................................................................ 17
B. Saran ....................................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa menurut Bintarto, yaitu suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di
wilayah tersebut, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-
daerah lain.
Masyarakat desa tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang masih
memanfaatkan potensi alam,seperti kegiatan agraris,nelayan, industry
rumahtangga. Selain itu desa dapat ditinjau pula dari segi wilayah yang memiliki
batas adsministratif tertentu (Undang-Undang nomor 16 tahun 2014).
Desa memiliki unsur diantaranya adalah kepadatan penduduk, wilayah dan,
tata kelakuan. Desa berdiri diatas wilayah dengan batas tertentu serta terdapat
beberapa jiwa penduduk di wilayah tersebut dengan ciri tata kelakuan satu wilayah
dengan lainnya memiliki perbedaa.
Perkembangan desa yang terdapat di Indonesia umumnya berbeda-beda, hal
ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya : kondisi geografis, topografi
wilayah, jumlah penduduk, kondisi sosial ekonomi penduduk dan peran
pemerintah. Beberapa faktor tersebut dapat dikerucutkan ke satu pokok
pembahasan pola keruangan desa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pola Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu ?
2. Bagaimana topologi Desa gungtawang dan Desa Wilayu ?
3. Apa mata pencaharian masyarakat Desa Gunungtawang dan Desa
Wilayu ?
4. Berapa jumlah penduduk Desa Gunungtawang dan Desa wilayu ?
5. Bagaimana tipe perkembangan desa yang terbentuk di Desa
Gunungtawang dan Desa Wilayu ?
4
6. Berapa jarak Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu ke kecamatan dan
kabupaten ?
7. Nilai kekuatan antara Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu ?
8. Apa peran aparat desa dalam mengembangkan potensi ekonomi desa ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pola keruangan Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
2. Mengetahui topologi Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
3. Mengetahui mata pencaharian masyarakat Desa Gunungtawang dan Desa
Wilayu
4. Mengetahui jumlah penduduk Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
5. Mengetahui tipe perkembangan Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
6. Mengetahui jarak desa dengan kecamatan dan kabupaten
7. Mengetahui nilai kekuatan antara Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu
8. Mengetahui peran aaparat desa dalam mengembangkan potensi ekonomi
5
BAB II
HASIL OBSERVASI DAN PENELITIAN
6
B. Tipologi Desa
Tipologi desa adalah suatu bentuk kenampakan fisik desa berdasarkan tata
letak penggunaan lahan desa. Masyarakat desa tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, seperti penggunaan
lahan pertanian. Masyarakat desa mayoritas penduduknya bekerja di bidang agraris,
hal ini dapat di jumpai pula di Desa Gunungtawang dan Desa Wilayu. Lahan
pertanian di desa ini cukup luas, kebanyakan lahan tersebut di garap oleh
masyarakat desa.
Di Desa Gunuungtawang tipologi desa yang terbentuk adalah nebulous farm
village type hal ini dapat dilihat masyarakat tinggal mengelompok dengan sawah
diluar area tempat tinggal masyarakat. Lahan pertenian mengelompok dengan
pemukiman di luar areal pertanian dimaksudkan supaya dalam pengelolaan lahan
lebih mudah. Lahan pertenian satu dengan lainnya berdekatan dalam hal irigasi
sawah akan lebih mudah , walaupun Desa Gunungtawang memiliki keunikan yaitu
adanya mata air, tetapi pemanfaatannya belum dimaksimalkan, sehingga
masyarakat masih mengandalkan pemanfaatan air secara bersama-sama
Di Desa Wilayu pemanfaatan lahan pertanian cukup banyak,namun tidak
mendominasi, masyarakat di Desa Wilayu kebanyakan memanfaatkan lahan yang
ada untuk menanam pohon durian. Namun masih ada masyarakat desa yang tetap
mengelola lahan pertanian , sehingga dapat dilihat Tipologi desa yang terdapat di
Desa Wilayu adalah farm village type, lahan pertanian berupa sawah dapat
dijumpai saat memasuki wilayah Desa wilayu , di sekitar pemukiman yang
mengelompok terdapat sawah yang mengelilingi. Lahan pertanian di Desa Wilayu
digarap oleh masyarakat asli desa tersebut, lahan pertanian mengelilingi wilayah
oemukiman dimaksudkan supaya lebih mudah dalam pengelolaan dan tidak
mengganggu fasilitas desa yang terdapat ditengah desa, selain itu kondisi geografis
Desa Wilayu yang tidak terlalu luas sehingga inti desa difokuskan untuk
pemukiman dari pada pertanian. Irigasi masyarakat di Desa Wilayu sudah cukup
lebih maju jika dibandingkan dengan Desa Gunungtawang, walaupun tidak ada
mata air di Desa Wilayu, tetapi masyarakat dapat mensiasati dengan membangun
tendon air guna mencukupi kebutuhan air di areal persawahan.
7
C. Mata Pencaharian Masyarakat
Mata pencaharian adalah pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan. Mata
pencaharian diartikan pula sebagai segala aktivitas manusia dalam memberdayakan
potensi sumber daya alam. Masyarakat di Desa wilayu dan Desa Gunungtawang
hamper memiliki kemiripan dalam hal mata pencaharian.
Dari data yang disajikan pada gambar dapat dilihat bahwa kebanyakan
masyarakat Desa Gunungtawang bekerja sebagai buruh, sedangkan petani
menduduki posisi terbanyak kedua setelah buruh. Pertanian umumnya hanya
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa saja, pekerjaan
menjadi pegawai baik di intsnasi negara atau di instansi pemerintahan tetap ada
tetapi tidak mayoritas di desa ini, diluar itu masyarakat bekerja lain lain seperti
berjualan beternak dan lain sebagainya.
8
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Wilayu
Dari data yang disajikan pada gambar dapat dilihat bahwa kebanyakan
masyarakat di Desa Wilayu bermata pencaharian sebagai petani dan penggarap
lahan, desa wilayu terkenal dengan durian nya yang memiliki kualitas baik.
Masyarakat di Desa Wilayu umumnya menggarap lahan durian atau lahan
pertanian. Sedangkan pekerjaan yang menduduki posisi terbanyak kedua adalah
buruh, masyarakat di desa ini seperti pendatang baru atau lain nya juga ada yeng
bekerja di instansi pemerintahan negri atau swasta sebagai pegawai, dan pekerjaan
lainnya.
9
D. Jumlah Penduduk Desa
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi
dua: Orang yang tinggal di daerah tersebut. Orang yang secara hukum berhak
tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi
untuk tinggal di situ.
10
Jumlah Penduduk Desa Wilayu
Berdasarkan hasil wawancara yang kami dapat, jumlah penduduk desa Wilayu
lebih banyak penduduk perempuan di banding penduduk laki-laki yaitu jika di
perinci datanya, banyak jumlah total penduduk desa Wilayu sekitar 1800 jiwa, yang
terdiri sekitar 1000 jiwa penduduk perempuan, dan 800 jiwa penduduk laki-laki. Di
desa ini juga menurut kepala desa Wilayu, masyarakat yang tinggal di desa Wilayu
mayoritasnya masyarakat asli desa ini.
E. Tipe Perkembangan Desa
Tipe-tipe desa berdasarkan perkembangan masyarakatnya dalam kemampuan
pemanfaatan potensi yang dimiliki dapat kita bagi menjadi empat macam yaitu :
a.) Desa Tradisional
Desa tradisional (pra desa), yaitu tipe desa pada masyarakat terasing yang
seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung kepada alam
sekitarnya. Ketergantungan ini terdapat dalam cara bercocok tanam, cara
pemeliharaan kesehatan, dan pengobatan. Pada desa ini penduduk cenderung
tertutup atau kurang komunikasi dengan daerah lain.
b.) Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang penduduknya sudah menetap dan masih
memiliki ikatan kuat terhadap adat istiadat serta memiliki lembaga-lembaga
desa yang sederhana. Sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah
dan bermata pencaharian dibidang agraris yang bersifat subsisten
c.) Desa Swakarya
11
Desa swakarya adalah desa yang penduduknya berada dalam masa
transisi dan mulai dimasuki pengaruh luar serta mendapat bantuan
pemerintah sebagai perangsang perkembangan desa. Desa ini memiliki ciri-
ciri antara lain.
(1) Adat istiadat masyarakatnya sedang mengalami transisi
(2) Pengaruh dari luar mulai masuk ke dalam masyarakat
(3) Mata pencaharian mulai beragam tidak hanya agraris
(4) Lapangan kerja bertambah dan produktivitas meningkat
(5) Roda pemerintahan desa mulai berkembang dengan baik dalam tugas
maupun fungsi
(6) Masyarakat desa telah mampu meningkatkan kehidupannya dengan
hasil kerja sendiri
d.) Desa Swasembada
Desa swasembada, yaitu desa yang penduduknya memiliki mata
pencaharian beragam di bidang perdagangan dan jasa, serta tingkat
pendidikan yang tinggi. Desa ini memiliki ciri-ciri antara lain.
(1) Kebanyakan desa swasembada berlokasi di ibukota kecamatan, disekitar
ibukota kabupaten
(2) Semua keperluan hidup pokok dapat disediakan desa tersebut
(3) Alat-alat teknis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sudah lebih modern
(4) Ikatan adat dan kebiasaan-kebiasaan adat yang berkaitan dengan
perekonomian sudah tidak berpengaruh
(5) Lembaga social, ekonomi dan kebudayaan sudah dapat menjaga
kelangsungan hidup penduduknya
(6) Tingakt kesadaran akan pentingnya kesehatan penduduk desa
swasembada tinggi.
1. Desa Gunungtawang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan, desa
Gunungtawang ini tergolong dalam tipe desa swakarya, karena desa ini berada
cukup jauh dari pusat kecamatan maupun ibukota kabupaten tetapi sudah
12
terlihat perubahan transisi kebudayaannya di beberapa hal seperti penggunaan
alat komunikasi yang modern dan alat transportasi yang modern. Masyarakat
desa Gunungtawang juga sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan. Mata
pencaharian masyarakatnya pun sudah beragam, tidak hanya sekedar agraris,
serta pengaruh dari luar desa yang masuk mulai unsur budaya hingga bidang
lainnya dapat disaring dan diterima oleh masyarakat desa Gunungtawang ini.
Kesadaran masyarakatnya akan kesehatan juga sudah baik, dilihat dari jalannya
program kesehatan yang ada. Masyarakat di desa Gunungtawang masih banyak
rumah warganya yang tidak memiliki jamban sendiri, tetapi kedepannya akan
terus dibangun jamban disetiap rumah warganya.
2. Desa Wilayu
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan, desa
Wilayu tergolong dalam tipe desa swakarya, karena desa ini sudah berani
mengklaim dirinya sebagai desa wisata, yang artinya desa ini sangat terbuka
oleh kedatangan masyarakat luar yang ingin masuk, dilihat dari hasil
wawancara kami bersama kepala desa Wilayu, bapak Ariyadi mengatakan
bahwa sebentar lagi desa Wilayu akan dijadikan tuan rumah desa wisata se-
kabupaten Wonosobo. Desa ini juga sudah mulai dibangun beberapa fasilitas
desa, seperti gedung olah raga, taman wisata, dan beberapa lainnya. Di desa ini
kesadaran masyarakatnya akan pendidikan dan kesehatan sudah cukup baik,
serta rencananya di tahun 2020 nanti semua rumah warga di desa Wilayu ini
akan memiliki jamban sendiri-sendiri.
F. Jarak Desa
1. Jarak Desa dengan Kabupaten
a.) Jarak desa Gunungtawang ke kabupaten Wonosobo yaitu 7.7 km
b.) Jarak desa Wilayu ke kabupaten Wonosobo yaitu 6.1 km
2. Jarak Desa dengan Kecamatan
a.) Jarak desa Gunungtawang ke kecamatan Selomerto yaitu 1.7 km
b.) Jarak desa Wilayu ke kecamatan Selomerto, yaitu 3.5 km
13
G. Nilai Kekuatan Interaksi Desa
14
2. Titik Henti Desa
Teori titik henti atau teori yang menyebutkan kekuatan interaksi ua
wilayah atau pusat pertumbuhan dapat ditentukan dengan rumus teori titik
henti dari William J. Reilly sebagai berikut.
𝐽𝐴𝐵
𝐷𝐴𝐵 = 𝑃
1+√ 𝐴
𝑃𝐵
Keterangan :
𝐷𝐴𝐵 = Titik henti
𝐽𝐴𝐵 = Jarak antar dua kota / desa
𝑃𝐴 = Jumlah penduduk banyak
𝑃𝐵 = Jumlah penduduk sedikit
(a.) Titik Henti Desa Gunungtawang dengan Desa Wilayu
Diketahui :
- Jarak antar dua desa = 5.2 km
- Jumlah penduduk banyak = 2359 jiwa (Desa Gunungtawang)
- Jumlah penduduk sedikit = 1800 jiwa (Desa Wilayu)
Dari keterangan diatas bisa dihitung Titik Henti antara kedua desa
tersebut, yaitu :
5.2
𝐷𝐴𝐵 = 2359
= 2.4244741519 km
1+√
1800
15
a.) Desa Gunungtawang
Aparat desa Gunungtawang memiliki peran dalam mendorong
pengembangan potensi ekonomi desa, yaitu sebagai penanggulangan
kemiskinan melalui pembangunan sarana dan prasarana Desa, hal ini dapat
menambah potensi dan mendorong semangat warga desanya untuk
mengembangkan desa lebih baik lagi dalam memajukan desa dan mewujudkan
tujuan bersama, contohnya seperti membuka lahan-lahan yang kosong sehingga
bisa digunakan masyarakat desanya untuk bertani dan berkebun.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang kami dapat setelah mengobservasi dan mewawancarai aparat-
aparat dari kedua desa tersebut, yaitu setiap desa memiliki perbedaan dalam suatu
masalah dan tujuan yang berbeda-beda karena setiap desa memiliki unsur budaya
yang berbeda-beda dan kondisi geografis serta historis yang berbeda-beda pula,
walaupun desa tersebut tergolong berjarak dekat. Kami juga menyimpulkan bahwa
desa yang kami kunjungi merupakan desa yang budayanya masih mengalami
transisi.
B. Saran
Dalam pengembangan suatu desa untuk mewujudkan tujuan desa yang seutuhnya
menurut kami dengan cara menjadi jati diri desa mereka yang sebenarnya dan
mengkoreksi ketidaksesuaian unsur-unsur yang ada dalam desa seperti unsur
budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat luar desa yang
diperkirakan dapat memperburuk atau membuat kemunduran suatu desa serta
menghambat kemajuan desa. kesadaran penduduk dan partisipasi penduduk desa
dalam mewujudkan tujuan desa juga sangat penting dalam mempercepat
terwujudnya tujuan desa yang diharapkan seluruh penduduk desa.
17
LAMPIRAN
18