Anda di halaman 1dari 7

PERSPEKTIF, 11 (4) (2022): 1329-1335

DOI: 10.31289/perspektif.v11i4.6302

PERSPEKTIF
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Urban Farming: Program Pemanfaatan Lingkungan Untuk


Pengembangan Pertanian Perkotaan di Kota Semarang

Urban Farming: Environmental Utilization Program for


Urban Agriculture Development in Semarang City
Rahmad Aji Maulana1, Hardi Warsono2, Retno Sunu Astuti2, & Teuku Afrizal2*
1Magister Administrasi Publik Fisip, Universitas Diponegoro, Semarang
2Departemen Administrasi Publik, Fisip, Universitas Diponegoro, Semarang

Diterima: 13 Desember 2021; Direview: 26 April 2022; Disetujui: 30 Agustus 2022


Abstrak
Pertumbuhan penduduk perkotaaan yang disertai oleh fenomena urbanisasi adalah isu global. Hal tersebut
menimbulkan tantangan dan permasalahan dalam berbagai aspek, antara lain penurunan kualitas lingkungan
karena berkurangnya lahan pertanian / ruang hijau yang beralih fungsi serta kebutuhan akan ketersediaan pangan
yang memadai. Seperti yang telah diterapkan di berbagai kota di dunia, kegiatan pertanian perkotaan kemudian
dikembangkan sebagai solusi yang menjanjikan untuk memasok produk pertanian berkualitas yang berkelanjutan.
Menindaklanjuti hal tersebut tersebut, penelitian ini bertujuan untuk pengembangan pertanian perkotaan (urban
farming) di kota semarang meningkatkan produktifitas masyarakat dan manfaat tambahan (co-benefits). Analisis
yang dilakukan meliputi analisis deskriptif kualitatif yang didukung oleh data sekunder dan primer. Terdapat 2
(dua) indikator hasil dan pembahasan penelitian ini yaitu (a) perkembangan pertanian perkotaan (urban farming)
di kota semarang, dan (b) manfaat pertanian perkotaan (urban farming) di kota semarang. Potensi pertanian
perkotaan di kota Semarang sangat beragam meliputi berbagai jenis sayuran, singkong, tebu, durian, dan jamur.
Selain itu, berbagai manfaat lain dari pertanian perkotaan yaitu manfaat pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial,
kesehatan, pendidikan dan wisata merupakan nilai tambah yang sangat penting untuk mendorong pengembangan
aktifitas ini dengan lebih masif dan terstruktur. Instrumen kebijakan melalui pendekatan top-down dan bottom-up
yang tepat sangat penting.
Kata Kunci: Pertanian Perkotaan; Pengembangan dan Manfaat; Kota Semarang.

Abstract
Urban population growth accompanied by the phenomenon of urbanization is a global issue. This raises challenges
and problems in various aspects, including the decline in environmental quality due to reduced agricultural land/green
spaces that are changing functions and the need for adequate food availability. As has been implemented in various
cities in the world, urban farming activities were then developed as a promising solution to supply sustainable quality
agricultural products. Following up on this, this study aims to develop urban agriculture (urban farming) in the city of
Semarang to increase community productivity and co-benefits. The analysis carried out includes a qualitative
descriptive analysis supported by secondary and primary data. There are 2 (two) indicators of the results and
discussion of this research, namely (a) the development of urban agriculture (urban farming) in the city of Semarang,
and (b) the benefits of urban agriculture (urban farming) in the city of Semarang. The potential for urban agriculture
in the city of Semarang is very diverse, including various types of vegetables, cassava, sugar cane, durian, and
mushrooms. In addition, various other benefits of urban agriculture, namely environmental, economic, social, health,
education and tourism benefits are added values that are very important to encourage the development of this activity
in a more massive and structured manner. Policy instruments through appropriate top-down and bottom-up
approaches are essential.
Keywords: Urban Farming; Development and Benefits; Semarang city.

How to Cite: Maulana, R.A. Warsono, H. Astuti, R.S. & Afrizal, T. (2022). Urban Farming: Program Pemanfaatan
Lingkungan Untuk Pengembangan Pertanian Perkotaan di Kota Semarang, PERSPEKTIF, 11 (4): 1329-1335

*Corresponding author: ISSN 2085-0328 (Print)


E-mail: teukuafrizal@gmail.com ISSN 2541-5913 (online)

1329
Rahmad Aji Maulana, Hardi Warsono, Retno Sunu Astuti, & Teuku Afrizal. Urban Farming: Program
Pemanfaatan Lingkungan Untuk Pengembangan Pertanian Perkotaan di Kota Semarang

PENDAHULUAN
Diperkirakan pada tahun 2020, sekitar pertanian sawah sebesar 23,9654 Km2 (6,41%)
75% penduduk tinggal di kota, seiring dengan dan lahan pertanian bukan sawah serta bukan
meningkatnya permintaan akan kota. Dampak lahan pertanian sebesar 349,7385 Km2
langsung termasuk meningkatnya beban kota (93,59%). Menurut penggunaannya, dari
dari kemiskinan, pengangguran dan seluruh luas lahan sawah, luas lahan sawah
kekurangan pangan. Jawaban atas pertanyaan irigasi adalah 43,67% dan sawah tadah hujan
di atas dapat ditemukan dalam pertanian (56,34%), dan hanya sekitar 74,30%-nya saja
perkotaan. Pekarangan rumah dan pinggir jalan yang dapat ditanami 2 (dua) kali sedangkan
perumahan yang tidak dimanfaatkan secara yang dapat ditanami tiga kali sebesar 19,55%
optimal untuk kegiatan produktif, mulai sedangkan 5,28% hanya dapat ditanami padi
dipikirkan untuk dijadikan urban farming. Oleh satu kali selama satu tahun serta tidak ditanami
karena itu, perlu diterapkan Urban Farming padi sebesar 0,88%. Lahan bukan pertanian
pada perumahan untuk meningkatkan nilai sebagian besar digunakan untuk tanah
tambah lahan dan meningkatkan pendapatan pekarangan/tanah untuk jalan, pemukiman,
masyarakat sekitar perumahan (Mundiyah et perkantoran, sungai dan lainnya, yaitu sebesar
al., 2020; Rosyad et al., 2020; Anggraini (nd)). 49.79% dari total luas wilayah.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa Secara Demografi berdasar data BPS
pertanian perkotaan tidak hanya memecahkan Kota Semarang, pada tahun 2019, jumlah
masalah akses dan ketersediaan pangan, tetapi penduduk Kota Semarang tercatat sebanyak
juga menciptakan lapangan kerja baru dan 1.814.110 jiwa yang terdiri dari, dengan laju
mengurangi kemiskinan. Praktik terbaik pertumbuhan penduduk per tahun pada tahun
pertanian perkotaan telah dikembangkan di 2015-2019 sebesar 6,64 %. Berdasarkan mata
beberapa negara. pencahariannya, pada tahun
Sebuah studi kasus di Afrika 2016(https://semarangkota.bps.go.id/dynamictable/2
menunjukkan bahwa pertanian perkotaan 015/04/23/10/jumlahpenduduk-berdasarkan mata-
dapat memasok 15-20% dari permintaan pencaharian-di-kota-semarang-2012---2016.html)
rumah tangga dan meningkatkan pendapatan hanya 46.543 orang atau 2,69% dari seluruh
sebesar 27%. Hasil serupa juga ditemukan di penduduk Kota Semarang yang bekerja di
Asia, Amerika dan Eropa, namun masing- sektor pertanian, baik sebagai petani sendiri
masing wilayah menghadapi tantangan dan (27.572 orang) maupun sebagai buruh tani
hambatan yang berbeda. Keberhasilan (18.971 orang).
pertanian perkotaan menegaskan kembali Ditinjau berdasrkan jenis
peran pentingnya dalam meningkatkan penggunaannya, lahan di wilayah Kota
kualitas manusia. Pertanian perkotaan Semarang dibagi atas lahan pertanian sawah,
Indonesia mulai berkembang setelah krisis lahan pertanian bukan sawah dan lahan bukan
ekonomi tahun 1997, dan berkembang pesat pertanian. Pada tahun 2019 luas tanah sawah
sejak tahun 2011, dengan munculnya sebesar 2.396,54 Ha, sedangkan lahan
komunitas berkebun di 33 kota dan 9 pertanian bukan sawah dan lahan bukan
universitas. Namun, pengembangan pertanian pertanian sebesar 34.973,85 Ha. Lahan
perkotaan di Indonesia menghadapi kendala pertanian sawah umumnya ditanami padi dan
seperti rendahnya partisipasi masyarakat, palawija, sedang lahan pertanian bukan sawah
kepemilikan lahan skala kecil, dan kurangnya ditanami tanaman buahbuahan, kayu-kayuan
dukungan pemerintah (Fauzi et al., 2016; Al- dan sayuran. Sebagai daerah urban, Kota
Baarri et al., nd; Nasional, nd). Semarang kegiatan ekonominya terutama
Kota Semarang merupakan ibukota bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa.
Propinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya kota Sementara sektor pertanian walaupunpun kecil
di Propinsi Jawa Tengah yang dapat kontribusinya, namun potensinya masih ada
digolongkan sebagai kota metropolitan. Kota terutama di Kecamatan Gunungpati, Mijen,
Semarang menjadi parameter kemajuan kota- Ngaliyan, Tugu, Tembalang, dan Banyumanik.
kota lain di Propinsi Jawa Tengah. Memiliki Sedangkan di daerah perkotaan pertaniannya
Luas Wilayah 373, 70 Km2 yang tersebar pada diarahkan pada pengembangan urban farming.
16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Pelaku kegiatan petani perkotaan (urban
Luas lahan yang ada terdiri dari lahan farming) disebut dengan petani kota. Petani

1330
PERSPEKTIF, 11 (4) (2022): 1329-1335

kota adalah orang yang memanfaatkan ruang- mendatangkan pendapatan untuk keluarga
ruang atau lahan sempit yang ada di sekitar hingga dapat memberikan ketahanan ekonomi
rumah agar bisa bermanfaat dan bisa rumah tangga (Budiana dan Fathulloh , 2015).

Gambar 1. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Semarang Tahun 2016 (%).
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka 2020, Proyeksi Penduduk Kota Semarang 2010-2020

Gambar 2. Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kota Semarang Tahun 2016- 2019
Sumber : https://dispertan.semarangkota.go.id (Pertanian dalam angka tahun 2019)

Berkurangnya lahan perkebunan dan perkotaan (urban farming) merupakan bagian


pertanian dikarenakan peralihan fungsi lahan dari sistem lokal dimana produk pertanian
di Kota Semarang menuntut masyarakat dan dibudidayakan dan diproduksi dalam daerah
pemerintah berinovasi untuk tetap memenuhi perkotaan, kemudian dipasarkan ke konsumen
kebutuhan pangannya dan ketahanan pangan di daerah urban atau kota (Budiana dan
di Kota Semarang pada umumnya. Pertanian Herwibowo, 2015). Urban farming atau

1331
PERSPEKTIF, 11 (4) (2022): 1329-1335

pertanian perkotaan menjadi solusi alternatif data yang digunakan adalah survei primer
dan bisa menjadi upaya penghijauan. Urban dengan observasi lapangan. Sedangkan metode
Farming di Kota Semarang mendapat dukungan pengumpulan data sekunder diperoleh dari
dari Pemerintah Kota Semarang sendiri melalui literatur, survei instansional maupun
Peraturan Walikota Semarang Nomor 24 Tahun dokumentasi yang tercetak berupa catatan
2021 tentang Gerakan Pembudayaan Pertanian tertulis tentang berbagai kegiatan atau
Perkotaan di Kota Semarang. peristiwa pada waktu yang lalu atau sudah
Upaya untuk meningkatkan geliat terjadi.
pertanian di Kota Semarang terus digencarkan Data ini dapat berupa data statistik yang
oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas telah diterbitkan BPS secara berkala atau
Pertanian, melalui program “Ayo Nandur” yang berupa literatur-literatur yang berkaitan
sejauh ini ada 151 kelompok urban farming di dengan penelitian, serta semua dokumen yang
Kota Semarang. Jumlah itu tercatat terus didapatkan dari instansi. Menurut Arikunto
meningkat seiring dengan digelarnya pelatihan (2019) penelitian deskriptif adalah penelitian
urban farming oleh Dinas Pertanian di setiap yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,
hari Sabtu kondisi atau hal lain-lain yang sudah
(https://semarangkota.go.id/p/2568/dinas_p disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam
ertanian_kembangkan_urban_farming).Masyar bentuk laporan penelitian. Jadi seluruh
akat urban di Kota Semarang masih belum populasi memiliki kesempatan yang sama
terbiasa dengan kegiatan bercocok tanam, di untuk dijadikan sampel. Adapun penelitian ini
lingkungan perkotaan. Pekerjaan yang ada di dilaksanakan di Kota Semarang melalui
perkotaan sangat jarang ditemukan yang informan dari Dinas Pertanian Kota Semarang
berkaitan langsung dengan pengolahan lahan dan dan Kelompok Tani untuk memberikan
dan bercocok tanam bahkan tidak ada, informasi kondisional dan data – data
dikarenakan berkurangnya lahan di area urban. dilapangan.
Urban farming memberikan manfaat ekonomi,
yaitu membuka lapangan kerja; peningkatan HASIL DAN PEMBAHASAN
penghasilan masyarakat; mengurangi Perkembangan Pertanian Perkotaan
kemiskinan; meningkatkan jumlah wiraswasta; (Urban Farming) Di Kota Semarang
dan meningkatkan produktivitas lingkungan Pertanian konvensional di Kota
kota (Setiawan, 2011). Melalui urban farming, Semarang digolongkan menjadi empat yaitu
lahan seluas apapun dengan kondisi apapun pertanian tanaman pangan, perkebunan,
dapat diolah menjadi lahan yang produktif. hortikultura dan sayuran. Beberapa indikator
Salah satu sayuran yang telah berhasil dipanen yang dapat menunjukkan kondisi pertanian
adalah kembang kubis (kol) yang biasanya konvensional diantaranya data produksi, luas
tumbuh di dataran tinggi dengan suhu udara lahan panen, dan produktivitas. Produksi
dingin bisa ditanam di Kota Semarang pertanian di Kota Semarang tidak sebanyak
dengan metode hidroponik dan polybag. produksi wilayah lain di Jawa Tengah.
Pertanian lahan terbatas di perkotaan
METODE PENELITIAN didominasi oleh tanaman sayur-sayuran. Hal
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, ini karena jenis tanaman sayuran cenderung
tahapan penelitian yang dilakukan dalam lebih mudah untuk dirawat dan membutuhkan
penelitian ini adalah persiapan, pengumpulan lahan yang lebih sedikit daripada jenis tanaman
data, dan analisis. Metode penelitian deskriptif lain seperti tanaman pangan, tanaman
kualitatif menurut Sugiyono (2018) adalah holtikultura dan tanaman perkebunan. Lokasi
metode penelitian yang berlandaskan filsafat pertanian perkotaan di Kota Semarang telah
postpositivisme yang biasa digunakan untuk terdistribusi dengan cukup baik. Meskipun
meneliti kondisi objek yang alamiah, di mana sebagian besar kelurahan yang menjadi lokasi
peneliti berperan sebagai instrumen kunci dan pertanian perkotaan berada di pusatpusat kota
melakukan melukiskan suatu keadaan secara seperti Kecamatan Semarang Tengah,
objektif atau berdasarkan fakta-fakta yang Semarang Selatan, Semarang Barat dan
tampak. Persiapan dimulai dengan Semarang Timur. Setidaknya satu kelurahan di
penyusunan instrumen survei, kebutuhan data, setiap kecamatan telah menjadi lokasi
dan persiapan lainnya. Metode pengumpulan pertanian perkotaan. Meski demikian jumllah

1331
Rahmad Aji Maulana, Hardi Warsono, Retno Sunu Astuti, & Teuku Afrizal. Urban Farming: Program
Pemanfaatan Lingkungan Untuk Pengembangan Pertanian Perkotaan di Kota Semarang

daftar kelompok tani dikota semarang dari sebelumnya seperti yang dijelaskan dalam
selalu mengalami peningkatan dari tahun tabel berikut ;

Tabel 1. Daftar Kelompok Tani dan Wanita Tani di Kota Semarang


No. Keterangan Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

1. Jumlah Kelompok Tani 371 Kelompok 382 Kelompok 384 Kelompok 389 Kelompok
2. Jumlah Anggota 9.603 Petani 9.679 Petani 9.533 Petani 10.285 Petani
3. Jumlah Kecamatan 16 Kec. 16 Kec. 16 Kec. 16 Kec.
4. Jumlah Kelurahan 113 Kel. 125 Kel. 133 Kel. 138 Kel
Sumber : Dinas Pertanian Kota Semarang 2021

Dari daftar kelompok tani kota semarang Kandri dan 2 (dua) diantaranya tersebar di
dijelaskan terjadi peningkatan kelompok tani wilayah lain di Kota Semarang, yaitu Kelurahan
paling banyak pada tahun 2018 bertambah 11 Kalipancur dan Kelurahan Jatisari. Dinas
Kelompok Tani dari tahun sebelumnya, akan Pertanian Kota Semarang menyebutkan
tetapi untuk jumlah anggota petani yang paling bahawa saat ini sudah ada 151 kelompok urban
banyak mengalami peningkatan pada tahun farming. Jumlah itu terus meningkat seiring
2020 terjadi peningkatan anggota petani dengan digelarnya pelatihan urban
sejumlah 752 petani dari tahun sebelumnya. farming oleh Dinas Pertanian. Urban
Anggota petani sempat mengalami penurunan farming yang berskala rumah tangga sudah
dari tahun 2017, 2018 mengalami peningkatan dapat mencukupi kebutuhan pangan masing-
akan tetapi pada tahun 2019 mengalami masing. Sementara, beberapa urban
penurunan lebih rendah dari tahun farming yang masuk kelas usaha sudah dapat
sebelumnya dan mengalami peningkatan lebih memasarkan hasil pertaniannya.
tinggi pada tahun 2020 daripada tahun
sebelumnya. Manfaat Pertanian Perkotaan Di Kota
Kegiatan pertanian perkotaan dilakukan Semarang
oleh beberapa komunitas di daerah pusat Kota Sektor pertanian mempunyai peran yang
Semarang yang memang tertarik pada strategis dalam pembangunan nasional.
penanaman sayur-sayuran organik akan tetapi Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun
tidak bisa mengembangkannya karena 2018 sektor ini menyerap 40.491.257
terbatasnya lahan yang mereka miliki. Usaha (38,35%) tenaga kerja nasional dan sebanyak
Pemerintah Kota Semarang menggerakkan 14.081.620 (34,78%) orang merupakan
warga dalam mengembangkan urban farming, Generasi Muda Pertanian atau tenaga kerja
mulai terlihat hasilnya. Jika sebelumnya hanya kelompok umur 15-34 tahun. Sektor pertanian
ada sekitar 150 kelompok wanita tani (KWT) juga berfungsi sebagai penyangga ketahanan
yang mengembangkan pertanian di tengah kota nasional baik dalam bidang ekonomi, politik,
ini, sekarang bertambah banyak menjadi 350 maupun keamanan. Namun, penyerapan tenaga
KWT. Urban farming di Kota Semarang digagas kerja sektor pertanian tidak sebanding dengan
untuk mewujudkan ketahanan pangan. Melalui produk domestik bruto (PDB) yang
Dinas Pertanian menggelar pelatihan kepada disumbangkan sebesar 14,04 %. Kondisi ini
KWT yang ada di Kota Lunpia. “Sejak awal berbeda dengan sektor lain dengan tingkat
pandemi sampai saat ini kita genjot pelatihan penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah
Berdasarkan data yang berasal dari Profil namun menyumbang PDB yang lebih besar.
Aktivitas Urban Farming Kota Semarang, Kondisi demikian mencerminkan produktivitas
jumlah total penggiat akuaponik di Kota tenaga kerja di bidang pertanian tergolong
Semarang sebesar 80 penggiat. Pertanian rendah. Produktivitas yang rendah ini
akuaponik di Kota Semarang cenderung dipengaruhi banyak faktor antara lain tingkat
mengkluster dalam suatu daerah di Kelurahan pendidikan, penguasaan teknologi,

1332
PERSPEKTIF, 11 (4) (2022): 1329-1335

ketersediaan sarana dan prasarana, akses pasar mewujudkan pembangunan kota yang
dan permodalan. Kebutuhan pangan berkelanjutan (Setiawan dan Rahmi, 2004).
merupakan salah satu kebutuhan pokok selain Hasil pertanian perkotaan di kota
sandang dan papan. Ketersediaan kebutuhan semarang mengalami peningkatan mencapai
pangan di suatu tempat dipengaruhi oleh 4.600 kwintal tanaman holtikultura seperti
produktivitas lahan pangan tersebut. sayur dan buah. Jika dibanding sebelum
Keberadaan pertanian di wilayah pandemi, kontribusi tanaman pangan hanya
perkotaan memberikan nilai positif dalam 11% dari total kebutuhan pangan masyarakat
pemenuhan kebutuhan pangan serta nilai-nilai Semarang. Sedang sisanya, 89% didatangkan
praktis yang dapat berdampak bagi dari luar kota Semarang. Setiawan dan Rahmi
keberlanjutan ekologi ataupun ekonomi (2004) melalui tulisannya mengemukakan
wilayah perkotaan. Haletky dan Taylor (2006) bahwa apabila masyarakat kota mampu
berpendapat bahwa pertanian kota adalah memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, akan
salah satu komponen kunci pembangunan lebih banyak uang masyarakat kota digunakan
sistem pangan masyarakat yang berkelanjutan untuk kepentingan lain seperti kesehatan,
dan jika dirancang secara tepat akan dapat pendidikan, dan perumahan. Jumlah produksi
mengentaskan permasalahan kerawanan hasil pertanian dan pertanian perkotaan di
pangan. Dengan kata lain, apabila pertanian Kota Semarang selalu mengalami peningkatan
perkotaan dikembangkan secara terpadu seperti tabel berikut ;
merupakan alternatif penting dalam

Tabel 2. Jumlah Produksi Hasil Pertanian dan Pertanian Perkotaan di Kota Semarang
No Tahun Jumlah produksi hasil pertanian Jumlah Produksi hasil pertanian perkotaan
(satuan ton) (satuan kg)
1 2015 83.395 ton -
2 2016 85.796 ton 300 kg
3 2017 88.495 ton 1.260 kg
4 2018 89.240 ton 2.220 kg
5 2019 89.995 ton 3.180 kg
6 2020 90.760 ton 4.140 kg
7 2021 91.531 ton 5.100 kg
Sumber : Dinas Pertanian Kota Semarang 2021

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan Dalam situasi krisis ekonomi yang tengah
bahwa jumlah produksi hasil pertanian dan dialami oleh beberapa negara dalam beberapa
pertanian perkotaan selalu mengalami tahun terakhir, termasuk Indonesia,
peningkatan dari tahun sebelumnya dimana pengembangan pertanian perkotaan secara
Jumlah produksi hasil pertanian (satuan ton) terpadu mempunyai manfaat yang sangat
paling tinggi terjadi pada tahun 2017 terdapat besar, tidak hanya dari potensinya dalam
peningkatan jumlah 2.699 ton. Sedangkan menyerap tenaga kerja, tetapi juga
Jumlah produksi hasil pertanian (satuan kg) meningkatkan pendapatan masyarkat kota.
dari tahun 2015 nihil kemudian mengalami Berdasarkan salah satu informan, urban
peningkatan yang stagnan dari tahun 2016 – farming di kota semarang, kegiatan menanam
2021 sejumlah 960 kg. dengan konsep akuaponik belum banyak
Dengan pningkatan jumlah hasil produksi dilakukan oleh warga Kota Semarang. Sebagian
pertanian, peranan pertanian perkotaan besar kegiatan pertanian perkotaan tersebut
diharapkan mampu mendukung stabilitas dilakukan secara individu. Sehingga skala
pangan tanpa mengandalkan kebutuhan penjualannya masih skala kecil, yaitu dijual
pangan dari daerah lain. Dalam aspek ekonomi kepada tetangga sekitar penggiat. Apabila hasil
pertanian perkotaan juga memiliki banyak produksi tersebut dapat dijual dengan skala
keuntungan diantaranya yaitu stimulus besar, kegiatan pertanian tersebut dapat
penguatan ekonomi lokal berupa pembukaan menjadi sumber tambahan penghasilan dan
lapangan kerja baru, peningkatan penghasilan kesempatan kerja bagi masyarakat sehingga
masyarakat serta mengurangi kemiskinan. dapat menjadi penyangga kestabilan ekonomi

1331
PERSPEKTIF, 11 (4) (2022): 1329-1335

di dalam keadaaan kritis dan berkaitan Fathulloh, A. S., & Budiana, N. S. (2015). Akuaponik
langsung dengan upaya penanggulangan Panen Sayur Bonus Ikan. Penebar Swadaya
kemiskinan (poverty alleviation) serta Grup.
lingkungan lestari. Untuk mendukung Fauzi, A. R., Ichniarsyah, A. N., & Agustin, H. (2016).
Pertanian perkotaan: urgensi, peranan, dan
pembangunan berkelanjutan, diperlukan
praktik terbaik. Jurnal Agroteknologi, 10(01),
kebijakan yang komprehensif dalam 49-62.
pengembangan pertanian perkotaan. Haletky, N. (2006). Urban Agriculture as a Solution to
Food Insecurity: West Oakland and People’s
SIMPULAN Grocery.
Aktifitas pertanian perkotaan tidak hanya Jalil, A. (2005). Kota: Dari Perspektif Urbanisasi. JIP
dikembangkan semata-mata dikarenakan (Jurnal Industri dan Perkotaan), 9(15), 833-
keterbatasan lahan yang ada. Berdasarkan 845.
analisis manfaat lain (co-benefit) banyak sekali Mas’udah, K. W. (2022). Penerapan Budikdamber
manfaat dengan adanya urban farming / Dan Aquaponik Kampung Ahong Untuk
pertanian perkotaan yang dapat dirasakan Wujudkan Ketahanan Pangan Pada Masa
Pandemi Covid-19. Bunga Rampai Bela
manfaatnya sebagai penyediaan stabilitas
Negara Dalam Berbagai Perspektif, 154.
pangan, media untuk pembelajaran bagi Mundiyah, A. I., Sari, N. M. W., Nabilah, S., &
masyarakat, melestarikan lingkungan yang asri, Suparyana, P. K. (2020). Pelatihan Budidaya
menjaga kualitas suhu udara O2 Oxygen, Jamur Tiram Dengan Konsep Urban Farming
pemenuhan kebutuhan ekonomi, membuka Untuk Masyarakat Perkotaan. Jurnal
lapangan pekerjaan dengan skala urban Pengabdian Al-Ikhlas Universitas Islam
farming yang besar, meminimalisirkan polusi Kalimantan Muhammad Arsyad Al
udara, aktivitas ekonomi bagi masyarakat yang Banjary, 6(2).
belum memilik pekerjaan dan masih banyak Nasional, M. K. P. (nd)Pembangunan Bidang
manfaat lainnya. Pertanian Dalam Rangka.
Noorsya, AO dan I Kustiwan. 2013. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota B. SAPPK ITB.
DAFTAR PUSTAKA Bandung. Hal 89-99.
Al-Baarri, A. N., Legowo, A. M., Abduh, S., & Rizqiati, Rosyad, A., Astuti, T. Y., & Tini, E. W. (2020).
H. (nd), Pembangunan Bidang Pertanian Penerapan Urban Farming Untuk
Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Pada
Pangan Nasional. Hunian Perumahan. Jurnal Dinamika
Anggraini, O. Program Edukasi Urban Farming Pengabdian (Jdp), 6(1), 32-46.
Penunjang Kemandirian Masyarakat Di Setiawan, B., & Rahmi, D. (2004). Ketahanan Pangan,
Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo, Lapangan Kerja, dan Keberlanjutan Kota :
Yogyakarta. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu- Studi Pertanian Kota di Enam Kota di
Ilmu Agama, 20(2), 129-136. Indonesia. Warta Penelitian Universitas Gajah
Cahya, D. L. (2014). Kajian peran pertanian Mada (Edisi Khusus).
perkotaan dalam pembangunan perkotaan Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
berkelanjutan (studi kasus: pertanian Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.
tanaman obat keluarga di Kelurahan Slipi, Https://Semarangkota.Go.Id/P/2568/Dinas_Pertan
Jakarta Barat). In Forum ilmiah (Vol. 11, No. ian_Kembangkan_Urban_Farming
3, pp. 323-333). BPS Kota Semarang
Dinas Pertanian Kota Semarang

1331

Anda mungkin juga menyukai