Anda di halaman 1dari 139

STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN

UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS


MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG
KABUPATEN BOGOR

RESA MAHARANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN

RESA MAHARANI. Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan


Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi disebabkan oleh kegiatan ekonomi
dan pembangunan yang lebih berorientasi pada kegiatan industri yang terletak di
perkotaan. Hal ini menyebabkan pembangunan yang tidak berimbang antara kota
dan desa serta menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi di perdesaan.
Lahan pertanian mempunyai fungsi yang beragam yaitu fungsi produksi,
ekologis, estetika, sosial dan ekonomi. Nilai dan fungsi tersebut dapat
dikembangkan melalui agrowisata. Pengembangan agrowisata yang menonjolkan
budaya lokal dalam pemanfaatan lahan dapat meningkatkan pendapatan petani
sekaligus melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun
teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan
kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2003). Agrowisata
merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkaan usaha pertanian (agro)
menjadi suatu objek wisata. Berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pariwisata
Pos dan Telekomunikasi No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan Menteri Pertanian
No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 tujuan agrowisata adalah untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menganalisis potensi
lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong untuk kesesuaian pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat serta menentukan kawasan potensial untuk
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong
berdasarkan potensi lanskap dan potensi masyarakatnya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi lanskap perdesaan yang
dimiliki Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor untuk dapat dipertimbangkan
oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan instansi terkait dalam mengembangkan
kawasan agrowisata berbasis masyarakat di kawasan tersebut.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap inventarisasi dan tahap
analisis. Tahap pertama adalah inventarisasi atau pengumpulan data. Pada tahap
ini dilakukan survey lapang dan pengamatan langsung pada tapak serta dilakukan
studi pustaka yang mendukung pengolahan data. Tahap kedua adalah tahap
analisis yang dilakukan terhadap potensi masyarakat, potensi pengembangan
pertanian dan potensi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Potensi
masyarakat dianalisis dengan analisis deskriptif. Potensi pengembangan pertanian
dianalisis melalui evaluasi kesesuaian lahan aktual Kecamatan Cigombong
terhadap beberapa komoditas pertanian. Analisis tersebut dilakukan dengan
metode kuantitatif yaitu berupa penilaian kesesuaian lahan aktual terhadap
persyaratan tanam beberapa komoditas pertanian seperti padi sawah, ubi jalar,
tomat, melon, dan bunga aster. Analisis spasial dilakukan dengan melakukan
overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian berdasarkan jenis
tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Potensi pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat dianalisis dengan metode pembobotan atau
scoring kelayakan kawasan agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan dilakukan
terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong.
Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Cigombong adalah lahan
pertanian, yaitu berupa kebun campuran (24,97%), tegalan (23,82%) dan sawah
(22,49%). Pertanian di Kecamatan Cigombong memanfaatkan 5 buah sungai, 2
mata air dan 1 buah irigasi teknis untuk irigasinya. Komoditas pertanian yang
telah dikembangkan di Kecamatan Cigombong antara lain padi sawah, palawija
(ubi jalar, jagung, dan singkong), tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-
buahan dan bunga potong), perikanan air tawar dan ternak (kambing dan ayam).
Karakteristik budaya penduduk Kecamatan Cigombong menunjukan ciri
masyarakat perdesaan, dengan ciri antara lain usaha ekonomi masyarakat pada
umumnya adalah bidang pertanian yang bersifat tradisional, jumlah penduduk
yang bermata pencaharian sebagai petani adalah sebanyak 66,37%. Hubungan
sosial masyarakat bersifat kekeluargaan dan kekerabatan. Kelembagaan yang
berkaitan erat dengan kegiatan pertanian adalah kelompok tani yang kemudian
terintegrasi kembali ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Di
kecamatan Cigombong terdapat 33 Kelompok Tani dan 4 Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) yang menyebar di tiap-tiap desa.
Kecamatan Cigombong dapat diakses melalui dua akses dari Kota Bogor
yaitu melalui jalan propinsi yang biasa disebut Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan
Raya H. E Sukma) dari kota Bogor melalui Ciawi dan melalui Cipaku masuk
hingga Kecamatan Cijeruk dan berawal di Desa Ciburayut. Akses dari Sukabumi
yaitu melalui Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan Raya H. E Sukma). Sarana
prasarana pendukung wisata di Kecamatan Cigombong berdasarkan Kecamatan
dalam Angka Tahun 2005 terdiri dari Hotel (Aryaduta, Lido) 1 buah serta rumah
makan sebanyak 15 buah.
Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian
sudah cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik
lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga kemasyarakatan yang
berkaitan langsung dengan pertanian dapat diberdayakan sebagai lembaga yang
nantinya dapat mengorganisir pelaksanaan aktivitas agrowisata berbasis
masyarakat di Kecamatan Cigombong. Masyarakat Kecamatan Cigombong cukup
siap dalam menerima adanya agrowisata ini.
Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan aktual untuk pertanian maka
Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai bersyarat (S3) hingga tidak
sesuai (N) untuk padi sawah, ubi jalar, tomat, melon dan bunga aster (bunga
potong). Berdasarkan kelayakan kawasan untuk pengembangan agrowisata
didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi. Ketiga desa tersebut adalah Desa
Ciburuy, Desa Wates Jaya, dan Desa Pasir Jaya. Ketiga desa ini sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi
yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti
perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum.
Agrowisata berbasis masyarakat perlu disosialisasikan kepada masyarakat
Kecamatan Cigombong karena masyarakat merupakan pelaku utama dalam
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kelembagaan komunitas sebagai
wadah masyarakat untuk mengintegrasikan segala kegiatan agrowisata yang
dilaksanakan. Pemerintah Daerah berperan dalam hal memberi dukungan untuk
membina masyarakat, penentu kebijakan dan penyediaan fasilitas wisata untuk
mendukung berjalannya kegiatan wisata.
ABSTRACT

RESA MAHARANI. Potencies Study of Rural Landscape for Agrotourism


Based on Community Development in Cigombong Resident, Bogor. Under the
direction of TATI BUDIARTI.

Economics and development activities were more oriented in indusrial


activities at the cities by this time. It cause conversion land of agriculture and an
unbalancing development between urban and rural region. Even, agricultural
lands have variety functions and values were consist of production function,
ecological, esthetics, social and economics functions. And then, rural
community’s life also need to be wealthed. Agrotourism is one of tourism type
which use the agriculture as its object. Through the agrotourism based on
community concept can give more values for rural community. Cigombong
Resident is one of place at Bogor which still has a wide of agricultural lands and
potential to develope being an agrotourism area. So, this study will look into the
election result of landscape potencies at Cigombong resident.
This research was purposed to inventory and analize the rural landscape
potencies and community activities in Cigombong Resident for agrotourism based
on community development. This research has several steps which are inventory
and analysis. First step, inventory was site surveying and site watching. Second
steps, analize was done to community potencies, agriculture development
potencies and potencies of agrotourism based on community development.
Community potencies analie by desciptive methode. Agriculture development
potencies analize by land evaluation of some agriculture commodity, such as
pady, sweet potato, tomato, melon and aster flower. Potencies of agrotourism
based on community development analize by scoring methode of attribute at each
villages on Cigombong Resident.
As a result, Cigombong Resident community is already to receive the
agrotourism based on community development on their region. The suitability of
Cigombong Resident for pady, sweet potato, tomato, melon, and aster flower are
conditional suitable (S3) until non suitable (N). And based on the suitability
region Cgombong Resident for agrotourism based on community development,
the most potential villages are Ciburuy village, Wates Jaya village, and Pasir Jaya
village. The development of agrotourism based on community is also supported
by some aspects such as accessibility, region’s infrastructure, government
policies, community and the community organization.
STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN
UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG
KABUPATEN BOGOR

RESA MAHARANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Skripsi : Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan
Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong
Kabupaten Bogor
Nama : Resa Maharani
NRP : A44051529

Disetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS


NIP. 19610720 198403 2 002

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA


NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi Potensi
Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat
di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” ini dengan baik.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi
maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Bapak Sayuti, Mama Retno Sayekti, dan adikku
”abang” Aditya Alam, juga untuk keluarga di Ciledug dan di Tanjung
Duren. Terima kasih untuk doa, dukungan, kasih sayang dan perhatian
yang tak pernah berhenti.
2. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi dan juga
pembimbing akademik atas bimbingan, arahan dan nasehatnya baik dalam
akademik ataupun penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS dan Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr.
selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk skripsi ini.
4. Camat, staf dan pegawai Kecamatan Cigombong (khususnya Bapak
Suhandi dan Bapak Sulistyo).
5. Seluruh Kepala Desa dan staf kantor desa di Kecamatan Cigombong
beserta masyarakatnya atas partisipasi dan bantuannya dalam penelitian
skripsi ini.
6. Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bogor.
7. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor.
8. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor.
9. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
10. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pertanian Wilayah Caringin dan
penyuluh-penyuluh pertanian Kecamatan Cigombong.
11. Bapak H. Zakaria serta seluruh Ketua Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong.
12. Arief Adi Pradana, Ridwan Satria Putra dan keluarga, Yosep Permata dan
Hudi Widyarta untuk bantuan dan keterlibatannya selama penelitian di
Cigombong.
13. Fitri, Azi, Anya, Nina, Cindy, Mega untuk bantuan dan dukungannya.
14. Lya Bapao, Mega A, dan Frans untuk berbagi tentang agrowisata, juga
Dika, Sammy dan M untuk masukannya.
15. Teman-teman ARL 42, khususnya Tika sebagai rekan satu bimbingan.
16. Pondok Iswara’ers, Riri, Bule, Sari, Vina, Ulfa, Wulan, Jayanti juga
Bouvier’ers Dery dan Shakti.
17. Freggy Gryata Putera Adipurwa, untuk inspirasi dan semangatnya.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebut dan telah banyak terlibat dan
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih.
Semoga semuanya tidak sia-sia dan menghasilkan sesuatu yang baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2009

Resa Maharani
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 23 Maret 1987 dari ayah


Sayuti dan ibu Retno Sayekti. Penulis merupakan putri pertama dari dua
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di TK. Prisna Taruna Jakarta (1992-1993),
lalu melanjutkan pendidikan di SDN Kembangan Selatan 01 Jakarta (1993-1999),
kemudian meneruskan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTPN 105
Jakarta (1999-2002), dan SMAN 65 Jakarta (2002-2005). Selama di SMA penulis
aktif menjadi pengurus OSIS SMAN 65 peride 2003-2004 sebagai anggota Seksi
Organisasi dan Kepemimpinan serta aktif sebagai anggota redaksi Majalah
Sekolah SMAN 65 RAS.
Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setahun kemudian, penulis berhasil
mendapatkan mayor pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa
Koperasi Mahasiswa (Kopma) IPB, serta menjadi sekretaris II pada HIMASKAP
(Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2007 dan menjadi sekretaris I
pada HIMASKAP periode 2008, juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan
baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.3 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Batasan Penelitian ......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap Perdesaan ........................................................................ 4
2.2 Wisata ............................................................................................ 5
2.2.1 Daya Tarik Wisata ............................................................... 5
2.2.2 Pengembangan Wisata ......................................................... 6
2.3 Pengertian dan Konsep Agrowisata .............................................. 6
2.3.1 Manfaat Agrowisata ............................................................. 8
2.3.2 Lokasi Agrowisata ............................................................... 8
2.3.3 Aktivitas Agrowisata ............................................................ 9
2.3.4 Fasilitas Agrowisata ............................................................. 10
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 11
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ......................................................................... 11
3.4 Alur Penelitian .............................................................................. 18
IV. INVENTARISASI
4.1 Kondisi Umum Wilayah ............................................................... 19
4.1.1 Letak Geografis dan Administratif ....................................... 19
4.1.2 Luas Wilayah Administratif ................................................. 20
4.2 Aspek Biofisik ............................................................................... 21
4.2.1 Penggunaan Lahan ............................................................... 21
4.2.2 Tanah .................................................................................... 25
4.2.3 Topografi, Ketinggian dan Kemiringan Tanah .................... 28
4.2.4 Iklim dan Kenyamanan ........................................................ 33
4.2.5 Hidrologi .............................................................................. 34
4.2.5.1 Irigasi ....................................................................... 34
4.2.5.2 Badan Air ................................................................. 37
4.2.6 Visual ................................................................................... 38
4.2.7 Vegetasi dan Satwa .............................................................. 40
4.3 Aspek Sosial Kemasyarakatan ...................................................... 42
4.3.1 Kependudukan ..................................................................... 42
4.3.2 Sosial Budaya ....................................................................... 43
4.3.3 Pola Pemukiman .................................................................. 43
4.3.4 Pola Pertanaman ................................................................... 44
4.3.5 Kelembagaan Komunitas ..................................................... 46
4.4 Aspek Ekonomi ............................................................................ 48
4.4.1 Sektor Pertanian ................................................................... 48
4.4.2 Sektor Perikanan .................................................................. 50
4.4.3 Sektor Peternakan ................................................................. 50
4.4.4 Sektor Industri dan Perdagangan ......................................... 51
4.5 Aspek Wisata ................................................................................ 52
4.5.1 Aksesibilitas ......................................................................... 53
4.5.2 Sarana dan Prasarana ............................................................ 55
4.5.3 Pariwisata di dalam Tapak ................................................... 57
4.5.4 Wisatawan ............................................................................ 57
4.6 Aspek Legal .................................................................................. 58
4.6.1 Kebijakan Pariwisata ............................................................ 58
4.6.2 Rencana Tata Ruang Wilayah .............................................. 59
V. ANALISIS
5.1 Potensi Masyarakat ....................................................................... 61
5.1.1 Penggunaan Lahan Pertanian Masyarakat ........................... 61
5.1.2 Kelembagaan Komunitas ..................................................... 62
5.1.3 Sumberdaya dan Kesiapan Masyarakat ............................... 64
5.2 Potensi Pengembangan Pertanian ................................................. 66
5.2.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah ........ 67
5.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar ............ 71
5.2.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat ................ 75
5.2.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon ................ 79
5.2.5 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster ....... 83
5.3 Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Cigombong ................................................................. 87
5.3.1 Objek dan Atraksi Agrowisata ............................................. 87
5.3.2 Kawasan Potensi untuk Pengembangan Agrowisata
Berbasis Masyarakat ............................................................ 91
5.4 Konsep Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat ........... 98
5.4.1 Faktor-faktor dalam Pengembangan Agrowisata Berbasis
Masyarakat di Kecamatan Cigombong ................................ 99
5.4.2 Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat
Di Kecamatan Cigombong ................................................... 101
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ....................................................................................... 103
6.2 Saran .............................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105


LAMPIRAN .................................................................................................... 107
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis
dan Sumber Data .................................................................................... 12
2. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata .............................. 17
3. Luas Wilayah Administratif Kecamatan Cigombong ........................... 20
4. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong Tahun 2005 ............. 21
5. Data Ketinggian Tempat di Kecamatan Cigombong ............................. 28
6. Data Kemiringan Lahan di Kecamatan Cigombong .............................. 29
7. Data Rata-rata Iklim Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 .......... 33
8. Thermal Humidity Index Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008 ... 34
9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008 ............. 42
10. Data Kelompok Tani dan Gapoktan di Kecamatan Cigombong
Tahun 2009 ............................................................................................ 47
11. Komoditas Pertanian Tiap Desa di Kecamatan Cigombong .................. 48
12. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pertanian
Kecamatan Cigombong Tahun 2008 ...................................................... 49
13. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kecamatan
Cigombong Tahun 2008 ......................................................................... 57
14. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah ............... 67
15. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar .................... 71
16. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat ........................ 75
17. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon ........................ 79
18. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster .............. 83
19. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata ............................... 94
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Skema Jenis Wisata ................................................................................ 5
2. Diagram Alur Penelitian ........................................................................ 18
3. Peta Administratif Kecamatan Cigombong ........................................... 19
4. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong ................................. 22
5. Lahan Sawah di Kecamatan Cigombong ............................................... 23
6. Peta Jenis Tanah Kecamatan Cigombong .............................................. 26
7. Peta Topografi Kecamatan Cigombong .................................................. 30
8. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Cigombong .................................. 31
9. Peta Kemiringan Lahan Kecamatan Cigombong .................................... 32
10. Jenis Irigasi di Kecamatan Cigombong ................................................. 35
11. Peta Hidrologi Kecamatan Cigombong ................................................. 36
12. Badan Air di Kecamatan Cigombong .................................................... 38
13. Pemandangan Dominan di Kecamatan Cigombong ............................... 39
14. Satwa Asli di Kecamatan Cigombong .................................................... 41
15. Ilustrasi Pola Pemukiman di Kecamatan Cigombong ............................ 43
16. Pemukiman di Kecamatan Cigombong................................................... 44
17. Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kecamatan Cigombong................... 50
18. Kegiatan Peternakan Masyarakat di Kecamatan Cigombong ................ 51
19. Kondisi Jalan di Kecamatan Cigombong ................................................ 54
20. Peta Aksesibilitas dan Jalan Kecamatan Cigombong ............................ 56
21. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cigombong ................. 60
22. Kegiatan Wisata Pertanian di Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy .... 63
23. Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Wates Jaya ............. 64
24. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Padi Sawah ......................... 68
25. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Padi Sawah .......................... 69
26. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Padi Sawah......................... 69
27. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah di
Kecamatan Cigombong ........................................................................... 70
28. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Ubi Jalar ............................. 72
viii

29. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Ubi Jalar .............................. 73


30. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Ubi Jalar ............................. 73
31. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar di
Kecamatan Cigombong ........................................................................... 74
32. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Tomat ................................. 76
33. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Tomat ................................. 77
34. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Tomat ................................. 77
35. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat di
Kecamatan Cigombong ........................................................................... 78
36. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Melon ................................. 80
37. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Melon .................................. 81
38. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Melon ................................. 81
39. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon di
Kecamatan Cigombong ........................................................................... 82
40. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Bunga Aster ....................... 84
41. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Bunga Aster......................... 85
42. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Bunga Aster ....................... 85
43. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster di
Kecamatan Cigombong ........................................................................... 86
44. Something to See dalam Kegiatan Agrowisata ...................................... 87
45. Something to Do dalam Kegiatan Agrowisata ....................................... 88
46. Peta Aktivitas Pertanian Potensial Kecamatan Cigombong ................... 90
47. Peta Kawasan Potensi Agrowisata Kecamatan Cigombong .................. 97
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Analisis Potensi Agrowisata di Tiap Desa .............................................. 108
2. Persyaratan/Karakteristik Tanaman Pertanian ....................................... 117
3. Lembar Kuesioner .................................................................................. 122
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mengalami pembangunan dan


pertambahan penduduk yang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan
terjadinya berbagai alih fungsi lahan dari pertanian menjadi pemukiman atau
industri. Lahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting karena
menghasilkan sumber bahan pangan dan sandang untuk manusia. Kegiatan
ekonomi dan pembangunan saat ini lebih berorientasi pada kegiatan industri yang
terletak di perkotaan sehingga terjadi pembangunan yang tidak berimbang antara
kota dan desa. Hal tersebut juga menyebabkan minat generasi saat ini terhadap
pertanian menurun dan beralih bekerja pada sektor industri atau jasa di perkotaan,
padahal kehidupan masyarakat perdesaan juga perlu disejahterakan dalam rangka
memenuhi pembangunan yang merata.
Bercermin dari permasalahan tersebut dan kondisi Indonesia sebagai
negara tropis yang memiliki berbagai macam kekayaan alam, iklim dan kondisi
tanah yang beragam, maka diperlukan suatu konsep yang dapat mempertahankan
fungsi lahan pertanian dan meningkatkan nilai hasil pertanian. Konsep ini
diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus menciptakan
alternatif produk selain komoditas pertanian. Agrowisata merupakan salah satu
konsep yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
Agrowisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkaan usaha
pertanian (agro) menjadi suatu objek wisata. Berdasarkan Keputusan bersama
Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan
Menteri Pertanian No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 tujuan agrowisata adalah untuk
memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang
pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal
dalam pemanfaatan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sekaligus
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya ( Departemen Pertanian, 2003).
2

Pada era otonomi daerah sekarang ini, agrowisata dapat dikembangkan di


masing-masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi
wilayah dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing-masing
daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain
berdasarkan potensi dan sumberdayanya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu
daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi untuk pengembangan agrowisata,
antara lain di Kecamatan Cigombong. Wilayah ini merupakan daerah pertanian
yang masih bercirikan perdesaan, juga merupakan daerah strategis karena berada
pada jalur lintas Bogor-Sukabumi. Wilayah ini tidak hanya menghasilkan satu
produk sub-sistem pertanian saja tetapi juga menghasilkan produk dari beberapa
sub-sistem pertanian, yaitu menghasilkan beras sehat, beternak ayam, kambing
dan ikan. Penerapan teknologi juga telah terlihat dalam sistem pertanian di daerah
ini seperti penggilingan padi dan pengolahan kompos dari limbah jerami.
Proses produksi komoditas pertanian inilah yang sebenarnya merupakan
nilai jual aktivitas agrowisata. Agrowisata tanpa hal tersebut, hanya menjadi
wisata biasa saja. Produk yang disajikan dalam agrowisata tidak hanya
pemandangan kawasan pertanian yang estetis dan nyaman saja, tetapi juga
aktivitas para petani beserta teknologi khas yang digunakan sedemikian rupa
sehingga wisatawan juga dapat mengikuti aktivitas tersebut. Nilai histori lokasi,
budaya pertanian yang khas, arsitektur, atau aktivitas-aktivitas pertanian yang
disajikan dapat menjadi keunikan kawasan tersebut. Aktivitas ini mencakup
persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan pasca panen
dan juga pemasarannya. Dalam aktivitas agrowisata, para petani di dalamnya
dapat menjadi objek bagian dari produk yang ditawarkan dan juga menjadi
pemilik atau pengelola kawasan tersebut (Kaswanto, 2007). Oleh karena itu,
melalui penelitian ini akan dikaji potensi-potensi yang ada di Kecamatan
Cigombong ini dari berbagai aspek seperti biofisik, sosial kemasyarakatan,
ekonomi dan aspek wisata guna pengembangan konsep agrowisata di kawasan ini
untuk kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan (pelestarian) lahan pertanian.
3

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menginventarisasi potensi lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong
untuk pengembangan pertanian dan pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat.
2. Menganalisis potensi lanskap perdesaan dan kesesuaian lanskap
Kecamatan Cigombong untuk pengembangan pertanian dan
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
3. Menentukan kawasan potensial untuk pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong berdasarkan potensi
lanskap dan potensi masyarakatnya.

1.3 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
potensi lanskap perdesaan yang dimiliki Kecamatan Cigombong Kabupaten
Bogor untuk dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan
instansi terkait dalam mengembangkan kawasan agrowisata berbasis masyarakat
di kawasan tersebut.

1.4 Batasan Penelitian


Batasan penelitian ini mencakup inventarisasi dan analisis terhadap
potensi-potensi yang dimiliki lanskap perdesaan Kecamatan Cigombong terkait
dengan pertanian serta melihat kesesuaiannya untuk pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Perdesaan


Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1994 tentang
penataan ruang, didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Lanskap perdesaan merupakan gabungan
antara lanskap yang dikelola dan lanskap alami yang berada di desa. Lanskap
tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya
dihuni untuk pemukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang
alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan
oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup di lingkungan ekologi
yang sangat beragam (Departemen Pekerjaan Umum, 2005).
Karakteristik umum wilayah perdesaan di Indonesia adalah wilayah yang
masih tertinggal laju pembangunannya dibandingkan dengan wilayah perkotaan
namun masih merupakan tempat tinggal bagian terbesar penduduk Indonesia.
Fenomena ketertinggalan laju pembangunan di wilayah pedesaan menyangkut isu
kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan sosial. Salah satu strategi untuk
menstimulasi ekonomi perdesaan yaitu dengan menggunakan sumberdaya lokal
melalui induksi pariwisata. Dengan beberapa karakteristik khusus wilayah
perdesaan, dapat dijadikan keunggulan komparatif dalam pengembangan
pariwisata (Diarta, 2007).
Vanslembrouck dkk (2005) dalam Brščić (2006) mengakui bahwa nilai
lanskap tanah pertanian memiliki kelebihan berdasarkan keindahannya yang
permai dari lanskap perdesaan, seperti ladang, kebun buah buahan, dan kumpulan
ternak yang digembalakan di padang rumput. Aktivitas pertanian secara umum
bersifat non-polluting (anti pencemaran), seperti padang rumput dan pertanian
hortikultura (terutama buah dan bunga) memiliki peranan dalam pembentukan
pemandangan perdesaan.
5

2.2 Wisata
Wisata merujuk pada bepergian jauh saat hari libur sebagai bagian dari
gaya hidup masyarakat barat. Wisata adalah aktivitas manusia yang meliputi
perilaku manusia, penggunaan sumberdaya dan interaksi dengan orang lain,
ekonomi dan lingkungan (Holden, 2000). World Tourism Organization (WTO)
menyatakan bahwa wisata adalah aktivitas perjalanan seseorang keluar dari
lingkungan sehari-harinya selama beberapa waktu dengan tujuan utama dari
perjalanan adalah melakukan aktivitas menguntungkan dari tempat yang
dikunjungi (Utama, 2006) .
Jafari dan Ritchie (1981) dalam Anonim (2008) menyatakan bahwa wisata
merupakan suatu interdisiplin dan terintegrasi variasi subyek, disiplin dan fokus
dapat dilihat banyak titik pandang dan pendekatan. Wisata sebagai pusat studi bisa
dipelajari dari banyak fokus dan dibuat dalam sebuah bentuk baru pengembangan
wisata. Model pengembangan wisata bisa dibuat dalam bentuk bervariasi seperti
fokus pada pertanian sebagai agrowisata, ekologi sebagai ekowisata, budaya
sebagai wisata budaya, agama sebagai wisata agama dan lain-lain.

Gambar 1. Skema Jenis Wisata


Sumber : McIntosh and Goeldner (1990) dalam Anonim (2008)
2.2.1 Daya Tarik Wisata
Menurut Smith (1989), indeks daya tarik suatu kawasan wisata adalah
ketersediaan beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor alami, seperti iklim dan keindahan alam.
2. Faktor sosial, seperti bentukan arsitektur, festival dan atraksi budaya lokal.
6

3. Faktor kesejarahan, seperti reruntuhan jaman kuno, upacara dan tempat


suci keagamaan, dan peristiwa atau lokasi sejarah yang penting.
4. Sumberdaya rekreasi dan tempat berbelanja seperti barang-barang
olahraga, museum, kebun binatang, akuaria dan taman-taman.
5. Sarana turistik seperti jalan, utilitas dan pelayanan kesehatan yang
memadai, serta fasilitas makan dan penginapan yang memadai.
2.2.2 Pengembangan Wisata
Knudson (1980) menyatakan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam merencanakan atau mengembangkan suatu kawasan rekreasi atau wisata
antara lain:
1. Menganalisis sumber daya, yaitu dengan mempelajari keadaan awal tapak.
2. Menganalisis potensi pengunjung atau pengguna tapak, dengan
mempelajari orang-orang yang terlibat di tapak.
3. Penyelesaian desain, baik dalam bentuk site plan, kebijaksanaan-
kebijaksanaan maupun pelaksanaan, dengan mempelajari alternatif-
alternatif dan akibat-akibatnya.
4. Partisipasi masyarakat dan meninjau kembali apa yang telah direncanakan
dengan mendengarkan pendapat umum.

2.3 Pengertian dan Konsep Agrowisata


Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang
mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang
diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah
keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada
wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Nilai
kualitas lingkungan tersebut disadari sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat
atau petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan
kelestarian lingkungannya (Departemen Pertanian, 2003). Agrowisata
menggabungkan wisata dan pertanian karena pengunjung bepergian sebagai
wisatawan yang menikmati, relaksasi, menghabiskan waktu dan uang untuk
kenikmatan dan kesenangan dengan tambahan mengunjungi area pertanian,
7

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian seperti panen, menanam,


memancing dan lain-lain (Utama, 2006).
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup
(seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara
keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat
pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah
penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata
ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan
kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang
efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan
terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi
budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah,
atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang
pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka
dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (Departemen
Pertanian, 2003).
Perlu diperhatikan pula bahwa pengembangan lanskap agrowisata tidak
lagi sekedar pembangunan ekonomi saja, tetapi juga merupakan proses
pembangunan kebudayaan yang mengandung arti pengembangan dan pelestarian.
Secara konkret harus diimplementasi bahwa agrowisata seyogyanyalah senantiasa
melestarikan dan melindungi kekayaan yang ada didalamnya, apapun itu. Tidak
hanya kekayaan alam tetapi juga kekayaan budaya, masyarakat, etnis, arsitektur
dan sebagainya. Pengembangan agrowisata tidak boleh tidak harus
memperhatikan, (1) daya dukung lingkungan, (2) diversitas, (3) estetika alam, (4)
vandalisme, (5) polusi, (6) dampak sosial budaya, dan (7) pengelolaannya.
Pengelolaan lanskap agrowisata yang baik selalu merupakan pengelolaan yang
berbasiskan masyarakat (community based). Pengelolaan lanskap agrowisata
selalu menunjukkan suatu usaha perbaikan kehidupan masyarakat di sekitarnya
(terutama para petani) dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara
fungsional berdaya guna dan secara estetika bernilai indah (Kaswanto, 2007).
8

2.3.1 Manfaat Agrowisata


Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber
daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan
petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Selain itu, agrowisata berkontribusi pada
banyak peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Kontribusinya adalah peningkatan
produk pertanian dan menstimulasi keikutsertaan dalam usaha yang berkaitan
dengan wisata. Agrowisata membantu peningkatan situasi sosial dalam hal
kemiskinan, menurunkan jumlah pengangguran, dan mengurangi urbanisasi
(Departemen Pertanian, 2003).
Agrowisata juga memberikan manfaat yang tidak sedikit, yakni (1)
membantu mengkonservasi lingkungan, (2) memberikan nilai estetika lingkungan,
(3) merangsang kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan, (4) sebagai tempat
pemulihan (re-creation), (5) memberikan nilai ekonomi bagi daerah dan rakyat di
sekitarnya (Tirtawinata dan Fachrudin, 1999).
2.3.2 Lokasi Agrowisata
Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan objek agrowisata
perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan untuk mencapai lokasi,
karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri
merupakan faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Pemilihan lokasi
agrowisata dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pemilihan berdasarkan
karakteristik alam, pemilihan berdasarkan potensi daerah dan pemilihan
berdasarkan agroindustri.
Pemilihan tempat berdasarkan karakteristik alamnya memiliki daya tarik
yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi alamnya. Tempat-tempat tersebut antara
lain:
a. Dataran rendah, memiliki ciri khas suhu udara yang panas dan beriklim
kering. Pada daerah ini dapat dikembangkan dengan menonjolkan
panorama hamparan padang rumput yang luas ditambah adanya hewan-
hewan ternak seperti sapi, kuda, domba dan kambing yang berkeliaran.
b. Dataran tinggi, memiliki ciri khas suhu udara yang rendah, iklim yang
sejuk dan dingin serta topografi yang berbukit-bukit. Kondisi tersebut
cocok bagi pertumbuhan tanaman bunga, sayuran dan beberapa tanaman
9

perkebunan seperti teh, tembakau dan kopi. Keberadaan tanaman tersebut


dan udara yang sejuk dapat menjadi daya tarik wisatawan.
c. Pantai, dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan laut dan
tambak, ataupun budidaya rumput laut. Usaha budidaya tersebut dipadu
dengan pemandangan pantai sangat cocok dijadikan objek agrowisata.
d. Danau dan Waduk, dapat dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya ikan air
tawar dan akan sangat menarik apabila di lokasi tersebut disediakan sarana
pemancingan.
Pemilihan tempat berdasarkan potensi daerah karena tentunya tiap-tiap
daerah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi tersebut dapat berupa
produksi pertanian, lokasi yang strategis, dan kekayaan sejarah budaya, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Sentra produksi pertanian, adanya produksi yang melimpah di suatu
daerah untuk komoditas tertentu yang akhirnya disebut trademark
diharapkan akan meningkatkan minat wisatawan.
b. Letak yang strategis, pertimbangan pemilihan lokasi yaitu mudah
dijangkau dan dekat dengan kelompok sasaran. Sangat tepat apabila
objek agrowisata berlokasi di kota atau di pinggir kota. Kemudian,
adanya tempat wisata lain di daerah tersebut juga berpeluang menarik
banyak pengunjung.
c. Sejarah dan budaya, sumberdaya alam dan budaya yang spesifik
merupakan aset wisata yang paling andal untuk menarik wisatawan.
Pemilihan tempat juga dapat berdasarkan agroindustri karena agroindustri
merupakan bagian dari sektor industri yang mengolah dan merubah bahan mentah
hasil pertanian menjadi produk pertanian menjadi produk antara dan produk akhir
bagi konsumen. Kegiatan yang berlangsung pada agroindustri ini dapat menarik
wisatawan bila dikemas dalam satu paket wisata terpadu (Tirtawinata dan
Fachrudin, 1999).
2.3.3 Aktivitas Agrowisata
Agrowisata merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan
aktivitas pertanian. Aktivitas wisata pertanian merupakan kegiatan berjalan-jalan
keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau
10

hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan.
Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan
seluruh aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan
pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul)
sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas
pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan,
pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata,
wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan
pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga daya apresiasi
dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin
meningkat (Nurisyah, 2001).
2.3.4 Fasilitas Agrowisata
Sarana dan prasarana dalam agrowisata menurut Tirtawinata dan
Fachrudin (1999) dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, fasilitas objek, fasilitas
pelayanan dan fasilitas pendukung. Fasilitas objek dapat bersifat alami, buatan
manusia atau perpaduan keduanya. Fasilitas objek dapat berupa lahan dan produk
pertanian serta kegiatan petani, mulai dari budidaya sampai pasca panen. Fasilitas
pelayanan meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan
informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah,
toko cinderamata, restoran, tempat istirahat dan pramuwisata. Sedangkan yang
termasuk fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi, keamanan,
sistem perbankan dan pelayanan kesehatan.
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan selama lima bulan, mulai bulan April sampai dengan
Agustus 2009. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Cigombong, Kabupaten
Bogor. Pengolahan data dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor.

3.2 Bahan dan Alat


Adapun bahan dan alat yang digunakan selama penelitian antara lain:
1. Untuk survey lapang, alat dan bahan yang digunakan yaitu peta rupa bumi,
Global Positioning System (GPS), kamera serta lembar kuesioner.
2. Untuk analisis, digunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan
software ArcView 3.2 dan Autocad 2006 untuk mengolah data spasial.

3.3 Metode Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu inventarisasi
dan analisis, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Inventarisasi (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui survey lapang dan
pengamatan langsung pada tapak serta dilakukan studi pustaka yang
mendukung pengolahan data. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari survey
lapang dan pengamatan langsung, sedangkan data sekunder merupakan data
yang diperoleh dari instansi terkait dan studi pustaka. Rekapitulasi data yang
dikumpulkan terdapat pada Tabel 1.
Pada survey lapang dilakukan pengumpulan data primer melalui
pengamatan tapak dan wawancara atau kuesioner. Wawancara awal mengenai
potensi umum dilakukan kepada pemerintah setempat di Kecamatan
Cigombong. Setelah itu dilakukan ground truth check berdasarkan informasi
yang telah didapat, juga dilakukan penandaan lokasi aktivitas pertanian
potensial dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Wawancara
menggunakan kuesioner kepada masyarakat dan petani mengenai aktivitas
pertanian dan pendapat mereka mengenai agrowisata berbasis masyarakat.
12

Tabel 1. Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis, Bentuk,


dan Sumber Data
Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Data
Biofisik Lokasi tapak Letak, luas dan batas wilayah Survey lapang, studi
pustaka
Iklim Data iklim Stasiun Klimatologi
Citeko, Bogor
Topografi Peta topografi Dinas Tata Ruang
dan Pertanahan
Hidrologi Keadaan hidrologi, irigasi dan Survey lapang, Dinas
badan air Tata Ruang dan
Pertanahan
Tanah Jenis tanah Dinas Tata Ruang
dan pertanahan
Vegetasi & Satwa Jenis-jenis vegetasi & satwa Survey lapang
Visual Informasi Survey lapang
Penggunaan lahan Peta penggunaan lahan Pemda Bogor, survey
lapang
Sosial Keadaan masyarakat Data kependudukan, sosial Survey lapang
budaya masyarakat
Pola/tipe pemukiman Data pola/tipe pemukiman Survey lapang
Pola tanam pertanian Data pola tanam pertanian Survey lapang
Kelembagaan Data kelompok tani dan UPTD Pertanian,
komunitas Gapoktan survey lapang
Ekonomi Aktivitas produksi dan Data produktivitas hasil Dinas Pertanian dan
komoditas pertanian pertanian Kehutanan, UPTD,
Survey lapang
Industri dan Data industri dan perdagangan Profil Kecamatan
perdagangan Cigombong
Wisata Aksesibilitas Peta jaringan jalan Bappeda, survey
lapang
Sarana dan Prasarana Data sarana dan prasarana Kecamatan Dalam
Angka, survey lapang
Objek dan Atraksi Data objek, atraksi, dan daya Survey lapang,
Wisata tarik wisata yang ada di Kec. wawancara
Cigombong
Wisatawan Data kunjungan wisatawan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Legal Kebijakan pemerintah RTRW, kebijakan pariwisata Pemda Bogor
setempat Kabupaten Bogor
13

Pada survey lapang tersebut juga dilakukan pengumpulan data


sekunder pada instansi-instansi yang terkait, diantaranya (1) Dinas Tata Ruang
dan Pertanahan Kabupaten Bogor untuk memperoleh peta serta RTRW
Kecamatan Cigombong, (2) Badan Perencana dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Bogor untuk memperoleh profil Kecamatan Cigombong, (3) Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor untuk memperoleh data pertanian
Kecamatan Cigombong (4) UPTD Pertanian Wilayah Caringin serta (5) Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor untuk memperoleh data
mengenai wisata di Kecamatan Cigombong. Selain itu, juga dilakukan
pengumpulan berbagai informasi dan pustaka untuk menganalisis data
penelitian.
2. Analisis
Pada tahap ini, analisis dilakukan terhadap beberapa potensi, antara
lain :
a) Analisis Potensi Masyarakat
Analisis potensi masyarakat di Kecamatan Cigombong
dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu melihat keadaan
masyarakat di tapak dan mengkaitkannya pengembangan pertanian dan
agrowisata berbasis masyarakat.
b) Analisis Potensi Pengembangan Pertanian
Analisis potensi pengembangan pertanian di Kecamatan
Cigombong dilakukan melalui evaluasi lahan terhadap beberapa
komoditas pertanian yang telah dikembangkan di Kecamatan
Cigombong. Evaluasi lahan ini dilakukan melalui analisis kuantitatif dan
analisis spasial. Analisis kuantitatif yaitu mengkaitkan kondisi aktual
Kecamatan Cigombong dengan karakter dan persyaratan tanam beberapa
komoditas pertanian seperti padi sawah, ubi jalar, tomat, melon, dan
bunga aster. Kondisi aktual yang dianalisis adalah iklim, jenis tanah,
ketinggian tempat dan kemiringan lahan. Analisis spasial dilakukan
dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas
pertanian berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian
tempat.
14

c) Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat


Analisis potensi pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat di Kecamatan Cigombong dilakukan melalui analisis
deskriptif dan pembobotan atau scoring. Analisis deskriptif dilakukan
terhadap potensi objek dan atraksi agrowisata di Kecamatan Cigombong.
Analisis pembobotan atau scoring dilakukan terhadap penilaian
kelayakan kawasan agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan dilakukan
terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong. Hal ini
dilakukan untuk menemukan desa yang paling berpotensi atau yang
paling layak untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata.
Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan kriteria yang
dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
Potensi eksisting yang ada di tiap desa untuk mendukung pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong diberi nilai
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kriteria untuk
kelayakan kawasan agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis
pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial,
obyek dan atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan,
akses, dan letak dari jalan utama (Smith, 1989). Tabel penilaian
kelayakan kawasan agrowisata terdapat pada Tabel 2, sedangkan
penilaian kriteria-kriteria agrowisata dijelaskan sebagai berikut:
1. Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%):
Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah,
perkebunan, kolam, keramba)
• Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan pertanian sekitarnya (4)
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai
keindahan pemandangan sekitarnya (3)
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang
keindahan pemandangan sekitarnya (2)
• Kurang beragam dan tak indah (1)
15

2. Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan


pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa
liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang
nyaman, sinar matahari yg cukup dll)
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
alami (4)
• Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan
kenyamanan alami (3)
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
buatan (rekayasa) (2)
• Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
buatan (rekayasa) (1)
3. Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 15%) : Perdesaan,
perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival budaya (festival
seni budaya, MTQ), atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacara-
upacara)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang
diperhatikan (3)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)
• Tidak memiliki aset budaya lokal (1)
4. Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 10%) : Peninggalan kuno
(kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara
keagamaan (temporal), lokasi historikal yang penting (kolonial,
battle fields)
• Bersejarah, dijaga kelestariannya (4)
• Bersejarah, kurang diperhatikan (3)
• Bersejarah, tidak dilestarikan (2)
• Tidak bernilai sejarah (1)
16

5. Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%):


Ketersediaan tempat olah raga, tempat piknik, tempat belanja,
taman, museum, galeri seni/budaya
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
• Ada beberapa, cukup terawat (3)
• Ada beberapa, kurang terawat (2)
• Tidak tersedia (1)
6. Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi,
ketersediaan jalan
• Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan
umum beragam, kondisi baik (4)
• Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3)
• Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2)
• Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)
7. Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur
jalan utama wilayah
• Dekat (< 1 km) (4)
• Sedang (1 – 3 km) (3)
• Cukup jauh (3 – 5 km) (2)
• Sangat jauh (> 5 km) (1)
8. Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air
bersih , fasilitas makan dan penginapan
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
• Ada beberapa, cukup terawat (3)
• Ada beberapa, kurang terawat (2)
• Tidak tersedia (1)

Kelayakan Kawasan Agrowisata: ∑KKA = ∑ Sij. Aij

Keterangan : KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria


agrowisata tiap kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata
17

Tabel 2. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata


Kelayakan Kawasan Agrowisata
20 15 15 10 10 10 10 10
Desa Jumlah Peringkat
% % % % % % % %
terbobot
1 2 3 4 5 6 7 8 ∑ KKA

1. Ciadeg

2. Ciburayut
3. Ciburuy
4. Cigombong
5. Cisalada
6. Pasir Jaya
7. Srogol

8.Tugu Jaya
9. Wates Jaya
Sumber: Smith, 1989, dimodifikasi sesuai kebutuhan kegiatan
Keterangan:
Peringkat 1-3 : Kawasan (Desa) Sangat Berpotensi (Sangat Layak)
Peringkat 4-6 : Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak)
Peringkat 7-9 : Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Kurang
Layak)

d) Hasil Analisis
Hasil analisis spasial berupa peta kesesuaian lahan untuk
beberapa komoditas pertanian dan peta kawasan potensi agrowisata
berbasis masyarakat.
18

3.4 Alur Penelitian

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian


IV. INVENTARISASI

4.1 Kondisi Umum Wilayah


4.1.1 Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis, Kecamatan Cigombong terletak pada 6º 49' LS dan 106º
48' BT. Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Bogor dan merupakan hasil pemekaran Kecamatan Cijeruk pada tahun
2005. Batas wilayah Kecamatan Cigombong secara administratif adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah utara : Kecamatan Cijeruk
b. Sebelah timur : Kecamatan Caringin
c. Sebelah barat : Kabupaten Sukabumi
d. Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi

Gambar 3. Peta Administratif Kecamatan Cigombong

Kecamatan Cigombong merupakan kecamatan yang terletak di bagian


paling selatan Kabupaten Bogor dan berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi.
Hal ini membuat Kecamatan Cigombong menjadi kawasan strategis karena dilalui
oleh jalur lintas antar kabupaten. Kedekatan wilayah Kecamatan Cigombong
dengan pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor (Cibinong) berjarak 40 km, serta
165 km dari Pusat Pemerintahan Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 60 km dari
Ibukota Negara (DKI Jakarta).
20

4.1.2 Luas Wilayah Administratif


Luas wilayah Kecamatan Cigombong adalah 4.325,16 ha atau 43,252 km2,
yang terdiri dari 9 desa yaitu Desa Cigombong, Wates Jaya, Ciburuy, Srogol,
Cisalada, Tugu Jaya, Pasir Jaya, Ciburayut dan Ciadeg. Luasan lahan berdasarkan
pembagian administratif terdapat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Luas Wilayah Administratif Kecamatan Cigombong


Nama Desa Luas (ha)
Ciadeg 258,74
Ciburayut 353,80
Ciburuy 325,61
Cigombong 144,50
Cisalada 211,56
Pasir Jaya 635,22
Srogol 101,62
Tugu Jaya 1010,15
Wates Jaya 1283,96
Total Luas Wilayah 4325,16
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan
pengolahan

Tabel diatas menunjukkan bahwa Desa Wates Jaya adalah desa terluas di
Kecamatan Cigombong sedangkan pusat pemerintahan kecamatan terletak di Desa
Cigombong. Pada Desa Wates Jaya terdapat Danau Lido seluas 16 ha dan Hutan
Bodogol seluas 400 ha. Sebagian Desa Tugu Jaya dan Desa Pasir Jaya merupakan
bagian dari Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Desa-desa yang ada di Kecamatan Cigombong kemudian terbagi lagi
menjadi beberapa dusun atau kampung. Dusun atau kampung tersebut memiliki
ketua dusun. Dusun-dusun tersebut biasanya memiliki batas wilayah berupa
sungai atau jalan. Ada beberapa dusun yang batas wilayahnya merupakan batas
administrasi RW (Rukun Warga). Hal ini menjadi ciri bahwa Kecamatan
Cigombong merupakan kawasan perdesaan.
21

4.2 Aspek Biofisik


Aspek biofisik merupakan aspek lanskap yang berkaitan dengan karakter
lanskap itu sendiri baik biotik yaitu vegetasi satwa dan abiotik seperti tanah, air,
iklim, dan topografi. Aspek-aspek biofisik yang dikaji berkaitan dengan lokasi
penelitian ini yaitu penggunaan lahan, tanah, hidrologi, topografi dan ketinggian,
iklim, vegetasi dan satwa, juga view.
4.2.1 Penggunaan Lahan

Pengertian lahan dalam arti legal adalah bagian permukaan bumi dimana
hak kepemilikan dapat diberikan (Sutanto, 2005). Lahan merupakan tanah dengan
segala sumberdayanya yang telah mengalami pemanfaatan dengan aktivitas atau
kegiatan diatasnya. Penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong dibagi atas
emplasement tetap, perkampungan, perumahan, sawah, kebun campuran, tegalan,
hutan, badan air (danau/sungai/waduk/setu), dan lapangan golf. Luasan lahan
berdasarkan penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong terdapat dalam Tabel 4.
Peta penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Cigombong Tahun 2005.


Luas
Penggunaan Lahan (ha) %
Lahan Sawah 972,94 22,49
Lahan Kering
• Emplasement tetap 1,81 0,04
• Perkampungan 260,79 6,03
• Perumahan 50,65 1,17
• Kebun campuran 1079,95 24,97
• Tegalan 1030,00 23,82
• Hutan 782,89 18,10
Lahan Lainnya
• Badan air (danau/sungai/waduk/setu) 27,93 0,65
• Lapangan Golf 118,19 2,73
Total 4325,16 100
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan

Tabel luas penggunaan lahan Kecamatan Cigombong tersebut menunjukan


bahwa penggunaan lahan dominan adalah sebagai lahan pertanian. Luas
penggunaan lahan pertanian di wilayah ini mencapai 71,28% dari luas wilayah
keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Cigombong bercirikan
perdesaan dimana lahan pertanian masih mendominasi.
22
23

Penggunaan lahan di Kecamatan Cigombong secara umum terbagi atas


sawah, tegalan, kebun campuran, hutan, pemukiman (perkampungan dan
perumahan), badan air, dan penggunaan lainnya (emplasement tetap dan lapangan
golf). Penjelasan dari tiap penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

1. Sawah
Sawah adalah tanah pertanian yang secara periodik atau terus menerus
digenangi air dan ditanami padi. Kecamatan Cigombong merupakan kawasan
yang masih memiliki sawah cukup luas yaitu sekitar 22,49% dari luas wilayahnya
pada tahun 2005. Sawah di kecamatan Cigombong merupakan sawah yang
memanfaatkan air hujan sebagai sumber air utamanya (tadah hujan), tetapi juga
dibantu dengan pengairan dari sungai, mata air, dan irigasi teknis. Penggunaan
lahan ini memiliki fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi tanah dan air,
kawasan penghasil bahan pangan dan ruang terbuka hijau.

a b
Gambar 5. Lahan Sawah di Kecamatan Cigombong
(a) Sawah di topografi datar (b) Sawah di topografi bergelombang

2. Tegalan
Tegalan adalah jenis pemanfaatan tanah kering yang intensif. Penyebaran
tegalan di Kecamatan Cigombong berada di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Tegalan pada topografi bergelombang sehingga tegalan dibuat dalam
bentuk berteras-teras. Tanaman yang banyak ditanam pada tegalan adalah
singkong, jagung, dan ubi jalar. Penggunaan lahan ini memiliki fungsi antara lain
sebagai kawasan konservasi tanah dan air, kawasan penghasil bahan pangan dan
ruang terbuka hijau.
24

3. Kebun Campuran
Kebun campuran merupakan lahan yang pemanfaatannya belum intensif.
Kebun campuran di Kecamatan Cigombong pada umumnya terdiri dari beberapa
tanaman antara lain pisang, singkong, ubi jalar, cabe, bambu dan talas. Tanaman
yang ada di kebun campuran biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, bukan untuk mata pencaharian dan sumber pendapatan
seperti sawah atau tegalan. Penggunaan lahan ini memiliki fungsi antara lain
sebagai kawasan konservasi tanah dan air, kawasan penghasil bahan pangan dan
ruang terbuka hijau. Keberadaan kebun campuran ini perlu dipertahankan selain
untuk kebutuhan masyarakat juga sebagai ruang terbuka hijau kawasan yang dapat
menjaga kenyamanan iklim mikro.
4. Hutan
Hutan adalah sekelompok vegetasi beserta komponen biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi dalam ekosistemnya. Hutan di Kecamatan Cigombong
terdiri dari hutan rakyat dan hutan negara. Hutan rakyat merupakan hutan
produksi sedangkan hutan negara merupakan hutan lindung. Hutan lindung di
Kecamatan Cigombong terletak di bagian tenggara yang merupakan bagian dari
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango) dan hutan lindung di bagian timur merupakan bagian dari Taman
Nasional Halimun Salak.
5. Pemukiman
Pemukiman di Kecamatan Cigombong terdiri dari perumahan dan
perkampungan. Perumahan merupakan pemukiman yang sudah tertata dimana
penghuninya merupakan orang pendatang dan bukan penduduk asli Kecamatan
Cigombong. Perkampungan atau pemukiman perdesaan merupakan pemukiman
yang belum tertata dimana penghuninya adalah penduduk asli Kecamatan
Cigombong. Kebutuhan akan pemukiman akan terus meningkat di waktu yang
akan datang. Alih fungsi lahan dari ruang terbuka menjadi pemukiman akan terus
meningkat. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah terhadap pembatasan kawasan
terbangun diperlukan untuk mencegah adanya konversi ruang terbuka menjadi
kawasan terbangun.
25

6. Badan Air
Badan air merupakan sumber air atau suatu tempat yang dapat
menampung air. Badan air di Kecamatan cigombong terdiri dari badan air alami
dan badan air buatan. Badan air alami yaitu danau, sungai dan mata air. Badan air
buatan yaitu tambak dan kolam.
7. Penggunaan Lainnya
Penggunaan lahan lainnya dimaksudkan untuk penggunaan lahan yang
sudah bersifat permanen seperti emplasement tetap dan lapangan golf.
Empalsement tetap adalah lahan yang digunakan sebagai Sekolah Kepolisian
Republik Indonesia di Desa Srogol sedangkan lapangan golf merupakan bagian
dari Taman Rekreasi Lido.
Penggunaan lahan memiliki fungsi masing-masing untuk konvervasi dan
keberlangsungan ekosistem yang ada di dalamnya. Bentuk pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat dapat mengantisipasi terjadinya konversi ruang
terbuka khususnya lahan pertanian yaitu dengan memanfaatkan lahan pertanian
yang ada saat ini sebagai area agrowisata. Kebijakan pemerintah setempat juga
sangat dibutuhkan dengan menetapkan Kecamatan Cigombong sebagai areal
pertanian sehingga pembangunan yang tidak terkendali ataupun konversi lahan
pertanian dapat dihindari.
4.2.2 Tanah
Sutanto (2005) menyatakan bahwa tanah merupakan hasil transformasi
zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi yang terbentuk di bawah
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang
dan merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan tempat hidup bagi hewan
juga manusia. Jenis tanah di Kecamatan Cigombong merupakan Landform
Volkan yang terbentuk dari aktivitas Gunung Salak berupa lahar dan lava yang
terdiri dari bahan agak halus dan sedang saling berselingan. Jenis tanahnya terdiri
dari Andosol, Assosiasi Latosol Cokelat Regosol dan Podsolik Merah
Kekuningan. Peta jenis tanah di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada
Gambar 6.
26
27

Studi yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah


(Bappeda) Kabupaten Bogor (2005) menjelaskan bahwa tanah Andosol memiliki
sifat fisik warna coklat gelap sampai hitam, tekstur lempung berdebu sampai
lempung liat berdebu, tidak lekat dan tidak plastis. Memiliki kandungan bahan
organik tinggi, drainase baik dengan konsistensi sangat gembur sampai gembur.
Sifat kimia yang dimiliki tanah jenis ini adalah tanah bereaksi agak masam (pH
5,0-6,0), P-tersedia rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa sedang.
Tanah jenis ini ditemukan di dataran tinggi mulai dari 1000 m dpl. Kondisi
eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan areal hutan yang
ditumbuhi tanaman-tanaman hutan seperti albizia dan pinus.
Assosiasi Latosol Cokelat dan Regosol adalah dimana dalam suatu satuan
peta tanah terdapat dua jenis tanah yaitu Latosol Cokelat dan Regosol dimana
salah satunya tidak ada yang mencapai jumlah 75%. Latosol memiliki sifat tanah
bersolum sangat dalam (>150 cm), drainase baik, warna tanah lapisan atas coklat
gelap dan lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan, tekstur
liat, konsistensi teguh (lembab), lekat dan plastis (basah). Reaksi tanah masam
(pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia rendah, kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa rendah. Tanah jenis ini tergolong subur untuk pertanian. Regosol
memiliki sifat fisik warna tanah kuning kemerahan, agak teguh dan tekstur
lempung. Reaksi tanah masam (pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia sangat
rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Tanah jenis ini cukup
produktif untuk pertanian apabila cukup pemupukan dan penyediaan air dapat
dikendalikan. Tanah jenis ini ditemukan di dataran rendah (400-600 m dpl).
Kondisi eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan areal pertanian
berupa sawah. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan produktif, akan tetapi
jumlah pasokan air harus cukup agar tanaman padi tidak mengalami kekeringan
ataupun berlebihan air.
Tanah Podsolik Merah Kekuningan memiliki sifat fisik warna tanah
lapisan atas coklat gelap dan lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah
kekuningan, tekstur liat, konsistensi gembur (lembab) hingga teguh (lembap),
lekat dan plastis (basah). Sifat kimia yang dimiliki tanah jenis ini adalah reaksi
tanah masam (pH 4,0-4,5), C-organik rendah, P-tersedia rendah, kapasitas tukar
28

kation dan kejenuhan basa rendah. Struktur tanah jenis ini tidak mantap sehingga
sering terjadi erosi. Jenis tanah ini bila digunakan untuk pertanian maka
diperlukan pemupukan tanah lengkap dan pengolahan tanah lainnya harus
diperhatikan perbaikannya, serta untuk mendapatkan panen yang baik maka harus
cukup air (Soepardi, 1983). Tanah jenis ini ditemukan di dataran sedang (600-
1000 m dpl). Kondisi eksisting saat ini adalah pada tanah jenis ini merupakan
areal pertanian berupa sawah, tegalan dan kebun campuran.

4.2.3 Topografi, Ketinggian, dan Kemiringan Tanah


Topografi wilayah Kecamatan Cigombong tergolong memiliki topografi
bergelombang di bagian timur dan barat. Morfologi wilayah Kecamatan
Cigombong tergolong beragam, karena Kecamatan Cigombong terletak diantara
dua gunung yaitu Gunung Salak di bagian barat dan Gunung Gede Pangrango di
bagian timur. Peta topografi disajikan pada Gambar 7. Ketinggian tempat di
Kecamatan Cigombong dibagi menjadi 3 area yaitu 400-550 m dpl , 550-1000 m
dpl dan 1000-2000 m dpl. Luas wilayah berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada
Tabel 5.

Tabel 5. Data Ketinggian Tempat di Kecamatan Cigombong


Ketinggian (m dpl) 400-500 501-1000 1001-2000
Luas Wilayah (%) 27,7 65,7 6,6
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan.

Dataran Kecamatan Cigombong secara umum berada pada ketinggian 501-


1000 m dpl dengan ketinggian rata-rata 536 m dpl. Variasi ketinggian pada lokasi
penelitian menambah kekayaan visual karena bentukan tapak yang berlereng-
lereng membuka view ke arah dataran yang lebih tinggi ataupun ke arah dataran
yang lebih rendah. Pada ketinggian >500 m dpl beberapa komoditas hortikultur
bisa tumbuh dengan baik, seperti sayuran dan bunga potong, juga tanaman
perkebunan seperti teh dan kopi. Pada dataran yang lebih rendah komoditas utama
adalah padi dan palawija. Ketinggian tempat di Kecamatan Cigombong
merupakan potensi dan mendukung pengembangan konsep agrowisata karena
variasi ketinggian tempat menentukan keragaman komoditas pertanian. Peta
ketinggian disajikan pada Gambar 8.
29

Kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong digolongkan menjadi kelas


yaitu 0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan >40%. Luas wilayah
berdasarkan kemiringan dapat dilihat pada Tabel 6. Peta Kemiringan dapat dilihat
pada Gambar 9.

Tabel 6. Data Kemiringan Lahan di Kecamatan Cigombong


Kelas Kemiringan 0-3% 3-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
Luas Wilayah (%) - 42,36 38,87 11 3,24 4,53
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005, dengan pengolahan.

Data kemiringan menunjukkan bahwa Kecamatan Cigombong tidak


memiliki area dengan topografi datar sedangkan daerah dengan topografi agak
datar (3-8%) cukup dominan. Areal pertanian di Kecamatan Cigombong
mayoritas berada pada kemiringan 3-8% dan 8-15%. Lahan pertanian sawah
dominan berada pada areal dengan kemiringan 3-8% sedangkan lahan pertanian
berupa tegalan berada pada areal dengan kemiringan 8-15%.
Kemiringan dengan kecuraman yang tinggi memiliki resiko terjadinya
longsor atau erosi yang dapat membahayakan makhluk hidup yang tinggal di
kawasan dengan kemiringan curam. Bahaya tersebut dapat dicegah dengan
melakukan konservasi tanah dan air. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu metode mekanik dan metode vegetatif. Metode mekanik dapat dilakukan
dengan pola penanaman mengikuti kontur (berteras) dan perbaikan irigasi serta
drainase. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan melakukan jenis penanaman
tanaman yang bersifat menutupi tanah secara terus menerus atau dengan
melakukan rotasi tanaman.
Pada aktivitas pertanian sebaiknya dilakukan kedua metode tersebut yaitu
dengan penanaman berteras sering serta melakukan pergiliran tanaman pada lahan
pertanian. Pada pengembangan agrowisata, banyaknya lahan yang memiliki
kemiringan curam merupakan kendala dalam penempatan pusat-pusat aktivitas
agrowisata. Oleh karena itu, sebaiknya aktivitas agrowisata diarahkan pada
kegiatan wisata berorientasikan alam.
30
31
32
33

4.2.4 Iklim dan Kenyamanan


Kecamatan Cigombong memiliki iklim tropis dengan musim hujan jatuh
pada bulan Oktober-April dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-September.
Data iklim tahun 2006-2008 menunjukkan Kecamatan Cigombong memiliki suhu
udara rata-rata tahunan berkisar antara 16-25o C dan curah hujan sebesar 1774
mm/tahun. Data Iklim selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 yang berasal dari
Stasiun Klimatologi Citeko Kabupaten Bogor (ketinggian 300 m dpl). Data suhu
dikonversi dengan ketinggian rata-rata lokasi penelitian 425 m dpl.

Tabel 7. Data Rata-rata Iklim Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008


Bulan Temperatur ( ° C ) Kelembapan Curah Hujan
Maks Rata-rata Min udara (%) (mm)
Januari 22,12 18,55 15,95 88,7 348
Februari 23,38 19,42 16,48 83,5 220
Maret 23,78 19,75 16,38 84,8 263
April 24,62 20,08 16,12 80,6 105
Mei 24,15 19,82 15,62 79,4 47
Juni 24,52 19,72 15,18 76,4 8
Juli 24,55 19,42 14,72 76,1 38
Agustus 25,08 19,92 14,88 74,5 43
September 25,08 20,22 15,42 77,7 93
Oktober 24,25 19,75 16,02 84,3 166
November 23,08 19,08 16,48 87,8 286
Desember 24,03 19,60 15,75 81,3 157
Rata-rata 24,05 19,61 15,75 81,27 147,86
Sumber: Stasiun Klimatologi Citeko Bogor, 2009, dengan pengolahan

Tabel data iklim tersebut menunjukan bahwa Kecamatan Cigombong


memiliki suhu yang sejuk dengan kelembapan dan curah hujan yang tinggi. Studi
yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Bogor (2005) menyatakan bahwa kondisi iklim demikian
menyebabkan Kecamatan Cigombong termasuk dalam wilayah dengan tipe hujan
A dengan bulan basah (curah hujan >100 mm/bulan) antara 6 dan 12 bulan. Curah
hujan hampir merata sepanjang tahun, tertinggi terjadi pada bulan Januari-
Februari, dan terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.
Tingkat kenyamanan pengunjung untuk wisata dihitung dengan
menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) yaitu 0,8T+(RH x T/500).
34

Perhitungan Thermal Humidity Index (THI) menunjukkan bahwa Kecamatan


Cigombong termasuk kawasan nyaman karena batas toleransi manusia terhadap
suhu dan kelembapan adalah bila nilai THI kurang dari 27 (THI<27). THI
Kecamatan Cigombong selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Thermal Humidity Index Kecamatan Cigombong Tahun 2006-2008


THI 0,8T+(RHxT/500)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
18,1 18,8 19,2 19,3 19,0 18,8 18,5 18,9 19,3 19,1 18,6 18,9

Tabel THI tersebut memperlihatkan THI rata-rata untuk tahun 2006-2008 adalah
18,9. Nilai THI ini menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan di Kecamatan
Cigombong cukup tinggi untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata.
4.2.5 Hidrologi
4.2.5.1 Irigasi
Air dan irigasi merupakan faktor yang sangat penting bagi pertanian baik
pertanian lahan basah (sawah) ataupun lahan kering (tegalan, kebun dan
perkebunan), rumah tangga, dan pariwisata. Perkembangan berbagai sektor
kehidupan, ekonomi, sosial budaya juga ikut meningkatkan kebutuhan akan air.
Sumberdaya air yang dimanfaatkan di Kecamatan Cigombong untuk mengairi
lahan pertanian berasal dari air hujan, air sungai dan mata air yang terdapat di
beberapa desa.
Lahan pertanian di Kecamatan Cigombong pada umumnya menggunakan
irigasi perdesaan yaitu dengan cara membuat parit-parit dari sumber air untuk
mengalirkan air ke areal persawahan atau pertanian. Survey lapang,
mengidentifikasi satu buah irigasi teknis, yang terdapat di desa Srogol. Irigasi
teknis ini berupa pintu pengatur air yang memanfaatkan Sungai Cisadane. Sungai-
sungai yang digunakan sebagai sumber irigasi di Kecamatan Cigombong adalah
Sungai Cibogo, Sungai Cileungsir, Sungai Cigombong, dan Sungai Cisadane.
Adanya potensi alam berupa mata air juga sangat mendukung kebutuhan pertanian
akan air. Survey lapang mengidentifikasi ada dua buah mata air yang masing-
masing berada di Desa Cisalada dan Desa Tugu Jaya. Sistem penyaluran air yang
35

digunakan juga sama dengan sistem irigasi dari sungai yaitu dengan membuat
parit-parit dari sumber mata air menuju areal pertanian.
Kendalanya adalah irigasi yang digunakan di Kecamatan Cigombong
belum merata ke setiap desa. Beberapa desa di kecamatan ini masih mengalami
kekeringan apabila kemarau datang. Hal ini disebabkan karena sistem irigasi yang
digunakan adalah irigasi perdesaan yang masih sederhana sehingga saat musim
kemarau debit air berkurang dan tidak dapat mengalir ke lahan-lahan pertanian.
Lahan pertanian memerlukan adanya pemerataan irigasi ke setiap lahan pertanian
karena air merupakan faktor utama dalam pertanian.

a b
Gambar 10. Jenis Irigasi di Kecamatan Cigombong
(a) Irigasi perdesaan (b) Irigasi teknis

Daerah yang mengalami kendala dalam pemerataan air adalah Desa


Ciadeg, Desa Ciburuy dan sebagian Desa Wates Jaya. Desa-desa yang tidak
pernah mengalami kendala air adalah desa yang terletak di bagian barat yang
berdekatan dengan Gunung Salak seperti Desa Tugu Jaya, Desa Pasir Jaya, Desa
Cisalada dan Desa Srogol. Hal ini disebabkan karena keempat desa ini memiliki
sumber air seperti mata air ataupun irigasi teknis. Oleh karena itu, dibutuhkan
adanya irigasi teknis di setiap desa, sehingga lahan pertanian di setiap desa dapat
termanfaatkan secara optimal walaupun sedang musim kemarau. Apabila lahan
pertanian dapat termanfaatkan secara optimal sepanjang tahun maka dapat
mendukung adanya pengembangan agrowisata. Peta Hidrologi terdapat pada
Gambar 11.
36
37

4.2.5.2 Badan Air


Badan air merupakan salah satu potensi bagi pengembangan agrowisata
karena adanya badan air baik berupa alami ataupun buatan dapat meningkatkan
beberapa hal, antara lain produktivitas pertanian, visual, dan kekayaan biota air.
Kecamatan Cigombong memiliki badan air yang berpotensi yaitu Danau
Cigombong atau biasa dikenal dengan Danau Lido. Danau ini telah dimanfaatkan
oleh pihak swasta sebagai tempat rekreasi yaitu Lido Lake Resort and Conference.
Danau ini juga dimanfaatkan oleh salah satu kelompok tani yang bergerak di
perikanan tawar yaitu kelompok tani ikan Mekar Jaya.
Jenis badan air lainnya yaitu mata air, berdasarkan survey lapang
teridentifikasi ada dua buah mata air yang masing-masing berada di Desa Cisalada
dan Desa Tugu Jaya. Mata air juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
keperluan rumah tangga selain untuk kebutuhan pertanian. Keberadaan mata air
sangat mendukung kehidupan warga Kecamatan Cigombong di berbagai sektor
kehidupan walaupun pemanfaatannya belum optimal karena sistem pengaturan
dan pembagian airnya belum teratur.
Sungai juga merupakan potensi badan air di Kecamatan Cigombong selain
danau dan mata air. Sungai besar yang melalui daerah penelitian adalah Sungai
Cisadane. Kecamatan ini merupakan Sub-DAS bagian hulu dari Sungai Cisadane.
Beberapa sungai yang melalui Kecamatan Cigombong ini antara lain Sungai
Cileungsir, Sungai Cibogo, Sungai Cigembrong, Sungai Cimanggis, Sungai
Ciseblak, Sungai Ciadeg, Sungai Ciketug, Sungai Ciencred, dan Sungai
Cimanggis. Sungai juga digunakan sebagai batas desa ataupun batas kampung,
selain fungsinya sebagai sumber air, sungai juga berfungsi sebagai pembatas
sosial.
Badan air buatan yang ditemukan di Kecamatan Cigombong antara lain
kolam dan tambak. Kolam dibuat di pekarangan rumah sebagai tempat
memelihara ikan ataupun hanya sekedar tempat menampung air. Tambak
digunakan untuk membudidaya ikan. Potensinya adalah badan air yang ada di
Kecamatan Cigombong ini dapat dijadikan sebagai objek agrowisata, misalnya
sebagai wisata budidaya ikan dan pemancingan.
38

Kendalanya adalah pengelolaan yang masih rendah terhadap badan air


seperti mata air dapat dilihat dari kurang terpeliharanya kolam sumber mata air
dan alat-alat filterisasi yang masih sederhana. Pengelolaannya dapat ditingkatkan
dengan pemeliharaan yang lebih baik yaitu menjaga kebersihan di sumber mata
air dan mengganti peralatan yang sudah tidak layak pakai. Pembuatan saluran-
saluran air yang lebih permanen dengan pembagian khusus untuk rumah tangga
dan pertanian juga diperlukan agar air yang mengalir ke lahan pertanian tidak
terkontaminasi dengan air bekas penggunaan rumah tangga.

a b
Gambar 12. Badan Air di Kecamatan Cigombong
(a) Danau Lido (b) Kolam buatan

4.2.6 Visual
Pemandangan atau view didefinisikan sebagai gambar yang dibingkai,
tema, perubahan mood secara konstan, ruang visual yang dibatasi, latar belakang,
dan juga merupakan suatu setting dari struktur (Simonds, 1983). Pemandangan di
Kecamatan Cigombong dibentuk oleh bentukan alam seperti ragam topografi dan
hamparan vegetasi. Pemandangan alam di Kecamatan Cigombong cukup
beragam, mulai dari pemandangan hamparan sawah dengan topografi datar,
pemandangan sawah berteras sering pada topografi bergelombang, pemandangan
kebun di tegalan dan kebun campuran. Pemandangan yang paling mendominasi
pandangan mata adalah pemandangan ke arah Gunung Salak di sebelah barat dan
pemandangan Gunung Gede Pangrango di sebelah timur.
Pemandangan Gunung Salak secara utuh dapat dilihat dari Desa Ciburuy,
Desa Cisalada, Desa Ciburayut, Desa Tugu Jaya, dan Desa Pasir Jaya apabila
menghadap ke arah barat. Pemandangan Gunung Gede Pangrango secara utuh
dapat dilihat dari Desa Ciburuy, Desa Cigombong, Desa Srogol dan Desa Wates
39

Jaya apabila menghadap ke arah timur. Kombinasi bentukan alam dan buatan juga
menjadi pemandangan yang menarik, seperti areal persawahan dengan setting
pemukiman penduduk atau pola jalan membelah sawah dan dilatar belakangi
pemandangan gunung. Kecenderungan dominasi pandangan ke arah Gunung
Salak menyebabkan banyak dilakukan pembangunan villa dan rumah
peristirahatan di kawasan dataran tinggi berdekatan dengan Gunung Salak.
Pembangunan tersebut justru memblokir pandangan ke arah Gunung Salak.

a b
Gambar 13. Pemandangan Dominan di Kecamatan Cigombong
(a) Pemandangan Gunung Pangrango (b) Pemandangan Gunung Salak

Keindahan pemandangan tidak hanya dapat dilihat dari dataran rendah ke


arah dataran yang lebih tinggi tapi juga dapat dinikmati pada arah sebaliknya,
yaitu pemandangan dari dataran tinggi ke arah dataran rendah. Pemandangan yang
dapat dilihat adalah pemukiman dan lahan pertanian yang menyerupai lembah
dengan kombinasi warna penutupan lahan yang menarik. Pemandangan tersebut
dapat dilihat dari desa yang berada di dataran tinggi seperti Desa Tugu Jaya dan
Desa Pasir Jaya.
Keindahan pemandangan yang telah disebutkan tentunya tidak menyeluruh
di Kecamatan Cigombong. Beberapa bagian kawasan masih terlihat kurang baik,
antara lain sampah yang menumpuk di tempat-tempat tertentu bahkan di pinggir
jalan, sungai dan sudut-sudut kampung. Penyediaan sarana tempat sampah yang
kurang menjadi salah satu penyebabnya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
kebersihan juga masih rendah. Oleh karena itu, pembuatan tempat pembuangan
sampah di sekitar jalan dan pemukiman dapat mengurangi kebiasaan masyarakat
membuang sampah sembarangan. Setiap desa juga sebaiknya memiliki tempat
pembuangan akhir agar warga tidak sulit membuang sampah yang ada. Akses
40

yang sulit terhadap tempat pembuangan sampah menjadi salah satu penyebab
permasalahan tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
dalam pengembangan kawasan wisata. Pengunjung akan merasa enggan
berkunjung ke kawasan wisata yang kotor dan tidak tertata. Oleh karena itu,
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan sangat penting untuk
pengembangan kawasan ini sebagai kawasan wisata.
4.2.7 Vegetasi dan Satwa
Vegetasi dan satwa merupakan faktor biotik yang terkait dengan karakter
suatu lanskap. Vegetasi merupakan kelompok organisme atau makhluk hidup
yang diklasifikasikan dalam kerajaan (kingdom) plantae. Satwa merupakan
kelompok organisme atau makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam kerajaan
(kingdom) animalia.
Keragaman vegetasi di Kecamatan Cigombong cukup tinggi. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan ketinggian di beberapa tempat di Kecamatan
Cigombong. Perbedaan penggunaan lahan juga menyebabkan terjadi keragaman
vegetasi. Keberadaan vegetasi ini dapat menunjang beberapa aspek kehidupan
antara lain keindahan (visual), modifikasi iklim mikro dan juga beberapa vegetasi
yang ada dapat dimanfaatkan untuk mata pencaharian masyarakat.
Penyebaran vegetasi antara lain berupa pekarangan, sawah, tegalan dan
kebun campuran (talun), perkebunan serta hutan. Pekarangan merupakan bagian
terkecil penyebaran vegetasi. Masyarakat cenderung memilih tanaman hias untuk
ditanam di pekarangannya. Tanaman hias ini biasanya ditanam dalam pot ataupun
di tanah. Tanaman hias yang ditemui antara lain balancing (Dieffenbachia sp.),
bunga euphorbia (Euphorbia milii), hanjuang (Cordyline sp.), sansiviera
(Sansevieria trifasciata), walisongo (Schefflera sp.), bunga tahi kotok (Tagetes
patula), patah tulang (Pedilanthus tithymaloides), dracaena (Dracaena sp.),
puring (Codiaeum sp.), bunga bokor (Hydrangea macrophylla) dan simbang
darah (Irisine herbstii). Selain tanaman hias ditemui juga beberapa tanaman buah
seperti jambu air (Syzygium samarangense), jambu biji (Psidium guajava),
nangka (Artocarpus integer Merr) dan mangga (Mangifera indica).
41

Vegetasi yang ada di sawah yaitu padi (Oryza sativa), pada guludan
sawah biasa ditanami kedelai ( Glycine max. L) juga tanaman kelapa (Cocos
nucifera) yang alami menyebar di bagian-bagian tepi sawah. Pada tegalan
biasanya dapat ditemukan tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas), singkong
(Manihot utilissima) atau jagung (Zea mays), juga beberapa sayuran seperti
kacang panjang (Vigna sinensis) dan cabe (Capsicum sp.). Tegalan di dataran
tinggi ditanami sayuran seperti kubis (Brassica oleracea), wortel (Daucus carota
L.) dan tomat (Solanum lycopersicum). Kebun campuran ditanami vegetasi lebih
beragam, yaitu pisang (Musa paradisiaca), singkong (Manihot utilissima), bambu
(Bambusa sp.), kelapa (Cocos nucifera), pala (Myristica fragrans) dan di beberapa
daerah dataran tinggi mulai ditemukan pohon pinus (Pinus merkusii), durian
(Durio zibethinus Murr.) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii). Tanaman
perkebunan yang ada di Kecamatan Cigombong adalah kopi (Coffea sp.) dan teh
(Camelia thea). Vegetasi yang terdapat di hutan antara lain pinus (Pinus
merkusii), albizia (Albizia falcataria), mahoni (Swietenia mahogani), kayu afrika
dan jati (Tectona grandis).
Satwa menjadi salah satu keragaman makhluk hidup yang turut
memperkaya keberadaan suatu lanskap selain vegetasi. Satwa yang ditemukan di
Kecamatan Cigombong antara lain hewan ternak dan satwa asli Kecamatan
Cigombong. Sebagian besar satwa yang ditemukan berupa hewan ternak seperti
ayam, kambing, domba, bebek, sapi dan kuda. Selain itu, satwa yang banyak
tersebar di lahan-lahan pertanian adalah burung prenjak dan satwa asli yang
terdapat di bagian Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah Elang Jawa.

Sumber: Trisakti Kenari Bird Farm, 2009 Sumber: Falconer, 2007


a b
Gambar 14. Satwa Asli di Kecamatan Cigombong
(a) Burung Prenjak (b) Elang Jawa
42

4.3 Aspek Sosial Kemasyarakatan


Aspek sosial kemasyarakatan merupakan aspek yang berkaitan dengan
masyarakat dan kehidupan sosial yang berlangsung dan mempengaruhi kualitas
suatu lanskap baik dari segi estetika seperti pola pemukiman ataupun dari segi
produksi seperti jumlah penduduk dan pola pertanaman pertanian.
4.3.1 Kependudukan
Data demografi dalam Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan
Januari 2009 mencatat jumlah penduduk Kecamatan Cigombong adalah 82.386
jiwa. Jumlah ini terdiri dari 41.825 jiwa (50,77%) laki-laki dan 40.561 jiwa
(49,23%) wanita, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 20.475 keluarga dan
kepadatan penduduk 1.915 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhan penduduk sekitar
8,3%. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar dikarenakan di beberapa bagian
wilayah di Kecamatan Cigombong mulai berkembang menuju perkotaan terutama
bagian yang dilalui oleh jalur lalu lintas Bogor-Sukabumi seperti Desa
Cigombong, Desa Ciburuy, Desa Srogol dan Desa Wates Jaya. Data jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008


Jumlah Jiwa
Kelompok
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 3.545 3.580 7.125
5-9 3.784 4.075 7.859
10-14 4.135 3.457 7.592
15-24 8.242 6.718 14.960
25-49 15.301 15.617 30.918
>50 6.818 7.114 13.930
Jumlah 41.825 40.561 82.386
Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan Januari, 2009, dengan pengolahan.

Data jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa tingkat usia


terbanyak yaitu pada usia 15-24 tahun (18,16%) dan 25-49 tahun (35,53%)
dimana usia ini merupakan angkatan kerja produktif. Hal ini menunjukan bahwa
sumberdaya manusia yang ada di Kecamatan Cigombong berpotensi untuk
diberdayakan sebagai subjek pengendali agrowisata berbasis masayarakat karena
berada pada usia produktif.
43

4.3.2 Sosial Budaya


Karakteristik budaya penduduk Kecamatan Cigombong cenderung masih
menunjukan ciri masyarakat perdesaan, dengan ciri antara lain usaha ekonomi
masyarakat pada umumnya adalah bidang pertanian yang bersifat tradisional.
Laporan Bulanan Kecamatan Cigombong Bulan Januari 2009 mencatat jumlah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani adalah sebanyak 66,37%. Hal
ini menunjukkan bahwa pertanian menjadi sektor dominan di Kecamatan
Cigombong. Hubungan sosial masyarakat bersifat kekeluargaan dan kekerabatan.
Suku budaya mayoritas di Kecamatan Cigombong adalah Suku Sunda,
akan tetapi bentuk pengembangan Budaya Sunda sendiri sudah meluntur.
Penggunaan Budaya Sunda yang utama adalah Bahasa Sunda yang digunakan
masyarakat sehari-hari, akan tetapi, bentuk pengembangan budaya yang lain
seperti kesenian daerah hampir punah. Ada beberapa kelompok kecil seni calung
di beberapa desa.
4.3.3 Pola Pemukiman
Karakteristik sosial budaya suatu masyarakat juga dapat dilihat melalui
pola pemukimannya. Kecamatan Cigombong memiliki pola pemukiman
perdesaan dimana pemukiman mengelompok pada suatu area, mengikuti jalan
(menghadap jalan) baik jalan utama ataupun jalan setapak dengan lahan pertanian
di sekelilingnya. Kepemilikan lahan bersumber pada satu orang dan terdiri dari
beberapa rumah dan kepala rumah tangga. Rumah-rumah yang masih berada pada
satu kepemilikan lahan tersebut ditinggali oleh satu keluarga atau orang-orang
yang memiliki hubungan kekerabatan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat
Kecamatan Cigombong masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan sehingga
kecenderungan untuk terus berkumpul dalam sosialisasi kekerabatan cukup tinggi.

Gambar 15. Ilustrasi Pola Pemukiman di Kecamatan Cigombong


44

a b
Gambar 16. Pemukiman di Kecamatan Cigombong
(a) Pemukiman di Desa Wates Jaya (b) Pemukiman di Desa Cisalada

4.3.4 Pola Pertanaman


Pola pertanaman merupakan suatu metode vegetatif untuk konservasi
tanah dan air. Pola pertanaman adalah melakukan pergiliran jenis tanaman pada
periode waktu tertentu dalam satu tahun. Pola pertanaman juga diterapkan pada
jenis tanaman yang sama dalam satu tahun. Sebagian besar pertanian di
Kecamatan Cigombong tidak menggunakan pola pergiliran tanam. Hal ini
disebabkan karena curah hujan yang cukup besar sepanjang tahun dan hanya
mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juni-Agustus. Wawancara dengan petani
menunjukkan bahwa petani cenderung menanam padi sepanjang tahun karena
keuntungan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pergiliran tanaman.
Petani menanam palawija seperti jagung, singkong,ubi jalar dan sayuran, pada
bagian lahan yang berbeda tidak menggunakan sistem pergiliran tanam.
Wawancara dengan petani di Kecamatan Cigombong menghasilkan beberapa
contoh kasus pola pertanaman di Kecamatan Cigombong dapat antara lain:
1. Pola Pertanaman di Sawah
• Padi sawah  Padi sawah  Padi sawah
Pada pola pertanaman jenis ini yaitu sawah ditanami padi sawah
sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pada pola ini, periode tanam
padi pertama dimulai pada bulan pertama musim penghujan yaitu sekitar
bulan September atau bulan Oktober. Pola tanam jenis ini terdapat di desa-
desa yang tidak mengalami hambatan dalam permasalahan distribusi air
seperti Desa Tugu Jaya, Desa Pasir Jaya, Desa Cisalada dan Desa Srogol.
Desa-desa tersebut biasanya memiliki sumber air seperti mata air, sungai
atau irigasi buatan, sehingga tidak hanya mengandalkan air hujan.
45

• Padi sawah  Padi sawah  Bera


Pada pola pertanaman jenis ini yaitu sawah ditanami padi sawah
sebanyak dua kali dalam waktu satu tahun. Pada pola ini, periode tanam
padi pertama dimulai pada bulan pertama musim penghujan yaitu sekitar
bulan September atau bulan Oktober. Pada bulan kering, yaitu sekitar
bulan Juni-Agustus, lahan dibiarkan bera. Pola tanam jenis ini terdapat di
desa yang ketersediaan airnya mengalami hambatan, seperti Desa Ciadeg
dan Desa Ciburuy.
2. Pola Pertanaman di Tegalan
• Ubi Jalar  Ubi Jalar  Ubi Jalar
Pada pola pertanaman jenis ini yaitu tegalan ditanami ubi jalar
sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pola tanam jenis ini terdapat
di beberapa desa yang memiliki pertanian tegalan seperti Desa Wates Jaya
dan Desa Srogol .
• Jagung  Jagung  Jagung
Pada pola pertanaman jenis ini yaitu tegalan ditanami jagung
sebanyak tiga kali dalam waktu satu tahun. Pola tanam jenis ini terdapat
di beberapa desa yang memiliki pertanian tegalan seperti Desa Wates Jaya
dan Desa Srogol. Pada pola tanam di tegalan tidak bergantung pada awal
musim penghujan karena tanaman yang ditanam bukan tanaman yang
selalu membutuhkan air seperti padi sawah.
3. Pola Pertanaman di Kolam/Tambak/Danau
• Ikan  Ikan  Ikan  Ikan
Pada pola pertanaman jenis ini yaitu kolam/tambak/danau
dibudidayakan ikan sepanjang tahun karena ikan berkembang biak dalam
waktu yang cukup singkat. Ikan biasanya dipanen dalam waktu 3-4 bulan
setelah pembenihan. Pola tanam jenis ini terdapat di beberapa desa yang
masyarakatnya mengembangkan perikanan seperti Desa Wates Jaya dan
Desa Ciadeg.
Pola pertanaman dan pergiliran tanaman bergantung pada ketersediaan air.
Pada musim penghujan dikembangkan tanaman pertanian yang membutuhkan
banyak air, sedangkan pada musim kemarau ditanam tanaman pertanian yang
46

tahan akan kekeringan. Hasil wawancara kepada petani dan perbandingan data
iklim tahun 2006-2008 menunjukkan bahwa petani dapat mengidentifikasi bulan
basah dan bulan kering setiap tahun, tetapi pola pergiliran tanaman memang tidak
diterapkan. Petani cenderung menanam tanaman yang sama sepanjang tahun
apabila tanaman tersebut menguntungkan. Berdasarkan survey lapang yang
dilakukan mulai bulan April hingga Juli 2009, komoditas yang banyak dijumpai
antara lain, padi sawah, ubi jalar, jagung, singkong, cabe, tomat, dan kubis.
Petani berpendapat bahwa selama ini tidak terjadi masalah yang besar
walaupun pola pergiliran tanaman tidak diterapkan. Beberapa masalah yang ada
biasanya yaitu serangan hama tikus dan penyakit kuning (tungro) pada areal
persawahan. Sistem pergiliran tanaman sebenarnya memiliki keuntungan antara
lain memperkecil adanya resiko gagal panen dan dapat memutus daur hama dan
penyakit.
4.3.5 Kelembagaan Komunitas
Masyarakat sebagai sumberdaya di suatu kawasan merupakan potensi
untuk pengembangan kawasan tersebut. Kelembagaan dapat menjadi sebuah
wadah untuk menyalurkan berbagai kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pembangunan. Kelembagaan yang berkaitan erat dengan kegiatan
pertanian adalah kelompok tani. Kelompok tani ini merupakan organisasi dari
petani-petani yang bertujuan agar kegiatan pertanian di setiap desa dapat berjalan
efisien dan produktif. Seluruh kegiatan pertanian terintegrasi dalam
pelaksanaannya dan mempunyai hasil pertanian yang lebih baik dibandingkan
apabila petani melakukan usaha pertanian secara individu. Beberapa kegiatan
yang dikordinasikan oleh kelompok tani antara lain, sistem pembagian air,
penentuan musim tanam dan pergiliran penggunaan peralatan pertanian.
Beberapa kelompok tani yang terdapat di satu desa kemudian terintegrasi
kembali ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setiap desa di
Kecamatan Cigombong memiliki kelompok tani, akan tetapi, tidak semua desa
telah membentuk Gapoktan. Data kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) setiap desa di Kecamatan Cigombong terdapat pada Tabel 10.
47

Tabel 10. Data Kelompok Tani/Gapoktan Kecamatan Cigombong Tahun 2009


Desa Gapoktan Nama Kelompok Komoditas Kelas
(Hasil Unggulan) Kelompok Tani
Cigombong Dewi Sri Padi/Palawija Pemula
Tugu Jaya Sukagalih Benteng Barokah Padi/Palawija Lanjut
Jaya
Waluyo Padi/Palawija Pemula
Cibogo I Padi/Palawija Pemula
Sukagalih Padi/Palawija Pemula
Berkah Jaya Padi/Palawija Pemula
Cibogo II Padi/Palawija Pemula
Warga Saluyu Padi/Palawija Pemula
Wates Jaya Hibar Berkah Palawija Lanjut
Mekar Jaya Ikan Maju
Ciburuy Silih Asih Motekar Padi/Ternak Pemula
(Beras Sehat) Saluyu Padi/Ternak Pemula
Lisung Kiwari Padi Lanjut
Silih Asih I Padi/Ikan/Sayuran Maju
Saung Kuring Padi/Palawija Pemula
Bibilintik I Padi/Palawija Pemula
Bibilintik II Padi/Palawija Pemula
Silih Asih II Padi/Palawija Pemula
Cisalada Darmaga Tani I Padi/Palawija Pemula
Darmaga Tani II Padi/Palawija Pemula
Srogol Silih Asuh Padi/Palawija/Ternak Lanjut
Pasir Jaya Harapan Maju Lodaya Padi/Palawija Lanjut
Harapan Maju Padi Pemula
Bunga Desa Bunga potong Pemula
Ciadeg Nagrok Padi/Palawija Lanjut
Mekar Tani Padi/Palawija Pemula
Ciburayut Dewi Sri Banyu Resmi I Padi/Palawija/Ikan Lanjut
(Domba) Cigowang Padi/Palawija Lanjut
Banyu Resmi II Padi/Palawija Lanjut
Padurenan Padi/Palawija Lanjut
Hijrah Padi/Palawija/Ternak Lanjut
Situ Hiang Padi/Palawija Pemula
Dahlia Padi Pemula
Sumber: - Rencana Kerja Penyuluh Pertanian, 2007
- Survey Lapang, 2009

Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa terdapat 33 kelompok Tani dan 4


Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setiap desa di kecamatan Cigombong
memiliki sejumlah kelompok tani dan beberapa desa telah memiliki Gapoktan.
Keberadaan kelompok tani dan Gapoktan ini dapat menjadi indikator berkembang
atau tidaknya pertanian di suatu desa.
48

4.4 Aspek Ekonomi


Aspek ekonomi merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan
kawasan dalam segi produksi baik dari aspek pertanian ataupun dari aspek
industri, perdagangan dan jasa. Aspek-aspek ekonomi yang akan dikaji berkaitan
dengan lokasi penelitian ini antara lain sektor pertanian, sektor perikanan, sektor
peternakan, dan sektor industri dan perdagangan.
4.4.1 Sektor pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor utama di Kecamatan Cigombong yang
didominasi oleh pertanian tanaman pangan terutama padi. Pada lahan sawah
biasanya ditanami padi. Tegalan dan kebun campuran di dataran rendah biasanya
ditanami tanaman palawija seperti jagung, singkong, ubi jalar juga sayuran seperti
kacang panjang dan cabe. Tegalan yang berada di dataran tinggi biasanya
ditanami sayuran seperti wortel, kubis dan tomat. Komoditas buah-buahan yang
dibudidayakan di Kecamatan Cigombong adalah pisang, durian, jambu biji, dan
melon. Data komoditas pertanian tiap Desa disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Komoditas Pertanian Tiap Desa di Kecamatan Cigombong


Desa Komoditas Pertanian
Ciadeg Padi sawah, kacang panjang, cabe, kedelai, ayam, ikan lele
Ciburuy Padi sawah, kacang panjang, petsai, melon, singkong, ubi jalar,
pisang, ikan, kambing
Srogol Padi sawah, ubi jalar, singkong, jagung, pisang, kambing
Wates Jaya Padi sawah, ubi jalar, singkong, jagung, pisang, cabe, kacang
panjang, kambing
Cigombong Padi sawah
Cisalada Padi sawah, ubi jalar, pala
Tugu Jaya Padi sawah, jagung, durian, pala, jamur, ayam, sapi
Pasir Jaya Padi sawah, bunga potong, tanaman hias, wortel, tomat, kubis,
pala, durian, jambu biji, ayam, sapi
Ciburayut Padi sawah, talas, kubis, domba, kambing
Sumber: Survey Lapang, 2009

Tabel 11 menunjukkan bahwa komoditas yang dikembangkan di setiap


desa adalah padi sawah. Komoditas lain yang banyak dikembangkan selain padi
sawah adalah tanaman pangan seperti jagung, singkong dan ubi jalar. Komoditas
pertanian yang telah dikembangkan saat ini sebaiknya dipertahankan karena dapat
menjadi identitas atau komoditas khas dari Kecamatan Cigombong sebagai
49

kawasan agrowisata. Komoditas yang dapat dipertahankan adalah komoditas yang


memiliki produktivitas yang tinggi, karena hal ini menunjukkan bahwa komoditas
tersebut dapat berkembang dengan baik di Kecamatan Cigombong. Data Produksi
dan Produktivitas Pertanian Kecamatan Cigombong disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pertanian Kecamatan
Cigombong Tahun 2008
Komoditas Luas Panen Produktivitas Produksi
(ha) (ton/ha) (ton)
Padi 1126 5,83 6.565
Ubi Jalar 35 13,89 487
Singkong 32 19,51 617
Petsai 18 3,7 66,8
Kacang Panjang 18 5,6 99,9
Cabe besar 5 7,4 37
Cabe rawit 1 7,4 7,4
Tomat 9 6,9 62,1
Terung 6 3,3 20
Buncis 13 3,8 48,9
Ketimun 9 4,7 42
Sumber : Monografi Pertanian Kabupaten Bogor, 2008, Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor, dengan pengolahan.

Tabel data pertanian tersebut memperlihatkan besarnya produksi padi


tahun 2008 yaitu sebesar 6.565 ton dengan produktivitas sebesar 5,83 ton per
hektar. Jumlah ini tergolong besar dan menunjukkan bahwa Kecamatan
Cigombong merupakan sentra produksi padi. Perkembangan padi yang cukup baik
di Kecamatan Cigombong dapat menjadikan padi sebagai komoditas unggulan
dari agrowisata yang akan dikembangkan. Potensi ini didukung oleh salah satu
gabungan kelompok tani yaitu Gapoktan Silih Asih yang memproduksi beras
sehat (organik) dan melakukan produksi beras organik hingga ke pengemasan,
pemasaran dan pengolahan limbah menjadi kompos.
Tanaman perkebunan yang berkembang adalah perkebunan teh dan kopi
yang ada di desa Pasir Jaya. Selain itu, juga banyak ditemukan perkebunan milik
pribadi dengan komoditas durian dan jambu biji. Sektor kehutanan yang
berkembang terutama untuk hutan rakyat didominasi oleh tanaman produksi
seperti albizia seluas 5,65 ha, mahoni seluas 166,46 ha, afrika 3,61 ha, dan jati
seluas 16,57 ha (Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, 2008).
50

4.4.2 Sektor Perikanan


Sektor perikanan di Kecamatan Cigombong yang cukup berkembang
adalah perikanan air tawar, seperti ikan lele, ikan mas dan ikan bawal. Usaha
perikanan di masyarakat memang belum berkembang karena biasanya hanya
untuk memenuhi konsumsi pribadi dan pasar lokal. Masyarakat yang
mengembangkan sektor perikanan, biasanya memiliki kolam untuk
membudidayakan ikan di pekarangan atau di kebun mereka.
Usaha perikanan dalam jumlah besar yang telah berkembang adalah
perikanan terapung di danau Lido yang dilakukan oleh kelompok tani Mekar Jaya.
Kelompok ini telah dapat melakukan pembudidayaan ikan tawar seperti ikan nila,
bawal dan patin mulai dari pembenihan hingga ke pemasarannya yang mencakup
Jabodetabek. Kelompok ini juga telah melebarkan usahanya dengan membuat
restoran terapung yang terletak berdekatan dengan keramba ikan sehingga
konsumen dapat melihat langsung tempat pembudidayaan ikannya.

a b
Gambar 17. Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kecamatan Cigombong
(a) Kolam-kolam ikan di Desa Ciadeg (b) Kegiatan panen ikan di
Desa Wates Jaya

4.4.3 Sektor Peternakan


Sektor peternakan yang ada di Kecamatan Cigombong mengembangkan
beberapa komoditas ternak seperti kambing, domba dan ayam. Terdapat dua jenis
usaha ternak di Kecamatan Cigombong yaitu usaha ternak swasta dan usaha
ternak masyarakat. Usaha ternak swasta cenderung mengembangkan peternakan
ayam sedangkan usaha ternak masyarakat lebih cenderung mengembangkan
ternak kambing dan domba.
51

Kegiatan ternak domba berkembang di Desa Ciburayut dan kegiatan


ternak kambing berkembang di Desa Srogol dan Ciburuy. Kegiatan tersebut
dikembangkan oleh masing-masing kelompok tani yang ada di desa tersebut.
Kelompok tani Silih Asuh di Desa Srogol memiliki jumlah ternak kambing sekitar
300 ekor kambing dari kepemilikan 25 orang anggota kelompok tani. Survey
lapang menemukan 4 peternakan ayam, diantaranya dua peternakan di Desa
Ciadeg, serta satu peternakan masing-masing di Desa Cisalada dan Desa Pasir
Jaya. Peternakan ini dimiliki oleh individu atau swasta yang berasal dari luar
Kecamatan Cigombong. Perusahaan ini melibatkan masyarakat dalam pemilikan
lahan dan kandang, untuk perlengkapan lainnya dan bibit ayam berasal dari
perusahaan. Masyarakat biasanya juga memiliki hewan ternak walaupun
jumlahnya sedikit (1-3 ekor) untuk mendukung kegiatan pertanian mereka.
Biasanya kotoran hewan ternak digunakan oleh petani sebagai pupuk sedangkan
limbah pertanian seperti jerami dijadikan pakan ternak.

a b
Gambar 18. Kegiatan Peternakan Masyarakat di kecamatan Cigombong
(a) Kandang ternak di Desa Ciburuy (b) Ternak kambing di Desa Srogol

Ragam sektor pertanian yang ada di Kecamatan Cigombong sangat


mendukung adanya konsep pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
Aktivitas pertanian yang tidak monoton pada satu sektor dapat dijadikan objek
wisata yang menarik. Kegiatan ini juga dapat ditunjukan bahwa pertanian adalah
suatu sistem terpadu yang menghasilkan bahan pangan dan makanan untuk
kepentingan orang banyak.
4.4.4 Sektor Industri dan Perdagangan
Sektor industri di kecamatan Cigombong belum terlalu berkembang
karena masih didominasi oleh industri kecil. Profil Kecamatan Cigombong tahun
52

2005 mencatat jumlah industri kecil di Kecamatan Cigombong sebanyak 50 buah


diantaranya industri kerajinan dandang dan makanan ringan. Industri kecil ini
merupakan usaha rumahan (home industry) dengan areal pemasaran yang masih
sempit. Industri besar sebanyak 12 buah dimana salah satunya adalah perusahaan
air mineral, untuk industri sedang berjumlah 17 buah.
Industri kecil yang dominan menyebar di Kecamatan Cigombong adalah
industri kerajinan dandang dan makanan ringan. Kerajinan dandang merupakan
usaha perorangan dan pemasarannya dilakukan secara berkeliling. Industri
makanan ringan memanfaatkan hasil dari pertanian seperti pisang, singkong dan
ubi jalar yang dijadikan keripik, atau membuat manisan dari pala dan selai pisang.
Produknya dijual ke warung-warung di desa atau pasar lokal. Hasil survey lapang
mengidentifikasi satu industri makanan ringan di Kecamatan Cigombong yang
sudah cukup berkembang dan memiliki merek dagang. Pemasarannya sudah
cukup luas hingga ke Kota Bogor dan Jakarta. Survey lapang juga menemukan
satu buah industri boneka yang sudah cukup berkembang.
Industri kecil di Kecamatan Cigombong masih berskala lokal dan belum
mampu memenuhi pasar yang lebih luas. Produksi yang terus menerus dan
konsisten akan membuat industri ini menjadi sebuah potensi untuk pengembangan
wisata. Produk-produk tersebut dapat dijadikan ciri khas sebagai oleh-oleh atau
souvenir wisata. Pengunjung wisata akan lebih tertarik pada produk yang bersifat
khas dari daerah lokal wisata tersebut.

4.5 Aspek Wisata


Indikator penting yang perlu dibahas dalam analisis potensi wisata ini
antara lain aksesibilitas, objek maupun atraksi pertanian yang dapat dijadikan
daya tarik wisata. Selain itu, juga dikaji sarana dan prasarana yang telah ada dan
banyaknya kunjungan wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata yang telah
ada di Kecamatan Cigombong. Hal tersebut dikaji untuk memberikan informasi
mengenai potensi pendukung yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan
wisata di tempat penelitian ini.
53

4.5.1 Aksesibilitas
Salah satu faktor yang dipertimbangkan wisatawan untuk mengunjungi
tempat wisata adalah kemudahan dalam mencapai lokasi wisata tersebut. Semakin
mudah akses menuju lokasi biasanya tempat wisata tersebut akan semakin sering
didatangi wisatawan. Lokasi yang strategis dan kondisi jalan yang baik akan
mendukung adanya kegiatan wisata. Kecamatan Cigombong sendiri merupakan
kecamatan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi.
Kecamatan ini dapat dicapai dari beberapa arah, dari arah kota Bogor
dapat melalui dua akses sedangkan dari arah Sukabumi dapat diakses melalui satu
akses. Akses masuk dari Kota Bogor yang pertama yaitu melalui jalan propinsi
yang biasa disebut Jalan Raya Bogor-Sukabumi (Jalan Raya H. E Sukma). Akses
masuk ini dari arah jalan tol Ciawi melalui Kecamatan Caringin dan berawal di
desa Ciburuy. Jalur ini merupakan jalur paling strategis, karena menghubungkan
Bogor dan Sukabumi. Keadaan jalan cukup baik dengan lebar jalan sekitar 7
meter. Jalur ini merupakan jalur lintas yang cukup padat bahkan sering mengalami
kemacetan apalagi pada akhir pekan dan hari libur. Hal ini disebabkan karena
jalur ini digunakan oleh masyarakat yang ingin berlibur ke Sukabumi. Jalur ini
dilalui angkutan umum, antara lain, bus jurusan Jakarta-Sukabumi dan Bogor-
Sukabumi, ada juga angkot dengan trayek Bogor-Cicurug dan angkutan umum
minibus trayek Ciawi-Sukabumi. Jalur ini juga merupakan akses masuk
pengguna yang berasal dari Sukabumi.
Akses masuk yang kedua yaitu akses dari arah Kota Bogor melalui Cipaku
masuk hingga Kecamatan Cijeruk dan berawal di Desa Ciburayut. Jalur ini
merupakan jalur alternatif dari jalur pertama. Keadaan jalan sebelum masuk
Kecamatan Cigombong rusak dan berbatu, tetapi setelah masuk Kecamatan
Cigombong jalan dalam keadaan baik dengan lebar jalan 4 meter. Jenis kendaraan
yang dapat melalui jalur ini adalah kendaraan pribadi roda empat dan roda dua,
untuk kendaraan umumnya hanya ada ojek.
Akses ke Kecamatan Cigombong juga dapat ditempuh melalui transportasi
kereta api. Stasiun kereta api berada di Desa Cigombong yaitu Stasiun Kereta Api
Cigombong. Kereta api melalui stasiun ini dua kali dalam sehari, yaitu di pagi hari
54

dan sore hari. Pada pagi hari kereta berasal dari Kota Bogor menuju Sukabumi,
berhenti di Stasiun Cigombong sekitar pukul enam pagi. Pada sore hari, kereta
berasal dari Sukabumi menuju Kota Bogor, berhenti di Stasiun Cigombong sekitar
pukul lima sore. Kemudahan akses di kecamatan ini karena dilalui oleh jalan
propinsi yang menghubungkan dua kabupaten yaitu Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut menjadi sebuah potensi bagi pengembangan
agrowisata karena kawasan ini merupakan kawasan strategis.
Jalan yang digunakan sebagai sirkulasi yang menghubungkan tiap desa
adalah jalan kabupaten dan jalan desa. Kondisi jalan kabupaten yaitu memiliki
lebar badan jalan ±4 meter. Jalan ini dapat dilalui oleh kendaraan roda empat,
akan tetapi, jalan ini kurang lebar untuk dilalui oleh dua lajur kendaraan roda
empat berlawanan. Kondisi jalan pada umumnya baik yaitu beraspal dan halus.
Jalan desa yaitu memiliki lebar badan jalan ±3 meter. Jalan ini dapat dilalui oleh
kendaraan roda empat, tetapi tidak bisa dilalui dua kendaraan roda empat
berlawanan arah pada saat bersamaan. Kondisi jalan pada umumnya baik,
walaupun di beberapa bagian desa masih terdapat jalan-jalan yang rusak.

a b

c d
Gambar 19. Kondisi Jalan di Kecamatan Cigombong
(a) Ruas jalan propinsi (b) Ruas jalan kabupaten, (c) Jalan desa kondisi baik,
(d) Jalan desa kondisi rusak
55

Hasil wawancara menunjukkan 88,57% responden menyatakan bahwa


aksesibilitas untuk pemasaran produk pertanian cukup mudah, dimana lahan
pertanian mereka dilalui oleh jalan, baik itu jalan desa ataupun hanya jalan
setapak yang nantinya terhubung dengan jalan utama kecamatan. Jaringan jalan
ini tentunya memudahkan petani dalam memasarkan produk pertanian mereka.
Alternatif pemasaran produk pertanian oleh petani biasanya dijual ke pengumpul
yang biasanya ada di tempat penggilingan padi yang menyebar di setiap desa.
Potensinya adalah jalan di Kecamatan Cigombong berkelok-kelok
mengikuti kontur sehingga membuka view ke arah yang lebih tinggi atau ke arah
yang lebih rendah. Kendalanya adalah jalan kabupaten dan jalan desa di
Kecamatan Cigombong tergolong sempit untuk digunakan sebagai sirkulasi
wisata. Pelebaran jalan diperlukan untuk mendukung kegiatan wisata. Kondisi
jalan disesuaikan untuk kebutuhan wisata yaitu 5,5-6,5 meter sedangkan untuk
produksi minimum 7 meter (Dines and Brown, 1988 dalam Susanto, 2005).
Kondisi jalan yang rusak juga memerlukan perbaikan untuk menunjang
kenyamanan pengguna wisata dan masyarakat. Kondisi jalan yang berkelok-kelok
juga menjadi kendala karena akan membahayakan pengguna jalan. Oleh karena
itu, diperlukan pemasangan-pemasangan marka jalan untuk meningkatkan
keamanan. Peta aksesibilitas dan jalan dapat dilihat pada Gambar 20.
4.5.2 Sarana dan Prasarana
Pengembangan suatu konsep pariwisata tentunya harus melihat
sumberdaya yang telah ada. Salah satunya adalah sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kegiatan wisata itu sendiri. Sarana prasarana pendukung wisata di
Kecamatan Cigombong berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2005 terdiri
dari Hotel (Aryaduta, Lido) 1 buah di Desa Wates Jaya, rumah makan sebanyak
15 buah yang tersebar di Desa Cigombong, Desa Ciburuy, dan Desa Wates Jaya
serta 1 buah masjid di Desa Cigombong. Akomodasi yang belum memadai
menjadi kendala dalam pengembangan kawasan ini menjadi kawasan agrowisata.
Dalam survey lapang dijumpai villa yang berpotensi untuk disewakan, selain itu
dari survey lapang juga teridentifikasi industri souvenir sebanyak 2 buah yang
terdiri dari home industry boneka dan industri pengolahan keripik di Desa
Ciburuy.
56
57

4.5.3 Pariwisata di dalam Tapak


Keberadaan objek wisata yang telah ada juga dapat menarik wisatawan
untuk datang mengunjungi kawasan ini. Objek wisata yang telah ada di
Kecamatan Cigombong antara lain (1) Taman Rekreasi Lido di Desa Wates Jaya,
(2) Wana Wisata Bodogol di Desa Wates Jaya, (3) Wisata Agro Kapol di Desa
Pasir Jaya, dan (4) Wisata Desa Kampung Bambu di Desa Ciburayut. Pusat
kunjungan wisatawan adalah Taman Rekreasi Lido dimana terdapat conference
hall, lapangan golf dan hotel.

4.5.4 Wisatawan
Wisatawan merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
wisata. Wisatawan bisa juga dikatakan sebagai pengguna jasa wisata. Wisatawan
inilah yang nantinya kan memanfaatkan objek dan atraksi wisata, serta sarana dan
prasarana yang ada. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke tempat wisata
di Kecamatan Cigombong perlu diketahui untuk mengetahui seberapa besar
potensi kedatangan wisatawan ke Kecamatan Cigombong. Data kunjungan
wisatawan ke objek wisata di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kecamatan Cigombong


Tahun 2008
Kunjungan Wisatawan
Nama Objek Wisata Lokasi Desa WisNus WisMan Jumlah
Taman Rekreasi Lido Wates Jaya 9.410 - 9.410
Wana Wisata Bodogol Wates Jaya 5.718 92 5.810
Wisata Agro Kapol Pasir Jaya 1.485 4 1.489
Wisata Desa Kampung Bambu Ciburayut 2.250 6 2.256
Total Pengunjung 18.863 102 18.965
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, 2008.

Data kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kecamatan Cigombong


memperlihatkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara masih sedikit sekali.
Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi daerah agar Kecamatan Cigombong
lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas. Promosi daerah ini haruslah melibatkan
segenap pihak, mulai dari pengelola objek wisata, masyarakat sekitar, pemerintah
setempat dan pemerintah Kabupaten Bogor.
58

4.6 Aspek Legal


Indikator penting yang perlu dibahas dalam analisis pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat adalah aspek legal, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana kebijakan atau peraturan pemerintah dan instansi terkait dapat mendukung
adanya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Aspek legal yang dibahas
adalah mengenai kebijakan pariwisata yang berlaku dan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kecamatan Cigombong.

4.6.1 Kebijakan Pariwisata


Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 4 tahun 2007 menjelaskan
bahwa Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam
dan sumberdaya yang melimpah. Sumber daya alam dan buatan yang dapat
dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan
fauna, hasil karya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya. Hal ini
mendukung bahwa pertanian sebagai suatu budaya masyarakat yang mengolah
sumber daya alam dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata
melalui agrowisata.
Pembentukan konsep agrowisata berbasis masyarakat juga didukung
dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 4 Tahun 2007 Bab V
Pasal 31 dijelaskan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya dalam proses pengambilan keputusan di bidang kepariwisataan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Peran serta masyarakat yang
dimaksud adalah berupa pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan
terhadap pengembangan, informasi potensi dan masalah, serta rencana
pengembangan kepariwisataaan.
Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2008
menyatakan bahwa pemanfaatan agrowisata yang direncanakan dalam kawasan
pertanian perdesaan pengaturannya antara lain: (1) Tidak merubah bentang alam
dan buatan (irigasi, sungai, jalan, dan lain-lain), (2) Kegiatan pertanian (agro)
yang dikembangkan untuk wisata berupa persawahan dan perikanan, (3) Kegiatan
pertanian (agro) yang dikembangkan harus mendukung terhadap peningkatan
kegiatan pertanian.
59

4.6.2 Rencana Tata Ruang Wilayah


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kecamatan Cigombong perlu
diketahui dalam identifikasi potensi kawasan ini untuk memprediksi sejauh mana
konsistensi dari penggunaan suatu lahan. Apabila peruntukan suatu kawasan
dalam RTRW adalah untuk kawasan pertanian maka semakin berpotensi kawasan
tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. RTRW Kecamatan
Cigombong yang digunakan pada penelitian ini adalah RTRW Tahun 2005 yang
akan berlangsung selama 10 tahun. Berdasarkan RTRW tersebut, maka dapat
diketahui prediksi konsistensi lahan pertanian di Kecamatan Cigombong hingga
tahun 2015. Peta Rencana Tata Ruang Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada
Gambar 21.
Data RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005 yang bersumber dari Dinas
Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor menunjukan bahwa RTRW
Kecamatan Cigombong lebih mengorientasikan Kecamatan Cigombong sebagai
kawasan pertanian seperti tanaman tahunan dan lahan basah. Peruntukan lahan
pertanian dalam RTRW Kecamatan Cigombong adalah peruntukan tanaman
tahunan 1611,8 ha ( 37,26%), peruntukan lahan basah 563,27 ha (13,02%) dan
peruntukan lahan kering 43,82 ha (1,01%). Jumlah tersebut sebenarnya lebih kecil
dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian aktual pada tahun 2005. Data
penggunaan lahan tahun 2005 dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten
Bogor menunjukan bahwa penggunaan lahan pertanian adalah seluas 972,94 ha
sawah (22,49%), 1079,95 ha kebun campuran (24,97%) dan 1030,00 ha tegalan
(23,82%).
Kebijakan pemerintah berupa RTRW merupakan salah satu cara untuk
menghindari terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.
Lahan pertanian merupakan hal penting karena berfungsi sebagai kawasan
produksi bahan pangan, daerah resapan air, dan area terbuka hijau. Oleh karena
itu, instansi-instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan serta Badan Perencana dan Pengembangan Daerah (Bappeda) perlu
bekerja sama untuk menghasilkan kebijakan yang dapat mempertahankan
keberadaan lahan pertanian, khususnya di Kecamatan Cigombong.
60
V. ANALISIS

5.1 Potensi Masyarakat


Syamsu, dkk (2001) dalam Utama (2006) menyatakan bahwa perencanaan
pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan faktor pemberdayaan
masyarakat (community empowerment). Faktor ini menghimbau agar masyarakat
lokal benar-benar dapat diberdayakan dengan keberadaan suatu objek wisata di
daerahnya, sehingga akan timbul rasa memiliki masyarakat terhadap kawasan
wisata tersebut. Potensi masyarakat yang akan dikaji antara lain penggunaan lahan
pertanian masyarakat, kelembagaan, serta sumberdaya dan kesiapan masyarakat.
5.1.1 Penggunaan Lahan Pertanian Masyarakat
Penggunaan lahan pertanian oleh masyarakat merupakan salah satu
indikator potensi masyarakat untuk pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat. Kepemilikan terhadap lahan pertanian perlu dikaji untuk mengetahui
seberapa luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat lokal untuk pertanian. Hal ini
dapat menunjukan bahwa di kawasan penelitian masih tersedia lahan untuk
dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini dan tahun-tahun berikutnya.
Lahan pertanian milik masyarakat inilah yang nantinya dapat dikembangkan
sebagai objek agrowisata berbasis masyarakat. Konsep agrowisata berbasis
masyarakat mengharapkan pemanfaatan lahan pertanian masyarakat lokal yang
dapat berlangsung dalam waktu lama dan seterusnya sehingga salah satu tujuan
dari konsep agrowisata dapat tercapai yaitu meningkatkan pendapatan petani.
Secara umum, kepemilikan lahan di Kecamatan Cigombong adalah
kepemilikan lahan warisan atau lahan yang telah dimiliki oleh keluarga secara
turun temurun. Akan tetapi, saat ini telah banyak lahan yang dimiliki oleh investor
dari luar Kecamatan Cigombong. Lahan tersebut kemudian dikelola atau digarap
oleh masyarakat lokal sebagai lahan pertanian. Kegiatan pertanian pada lahan
tersebut tentunya tidak akan bertahan lama karena kegiatan akan dihentikan bila
pemilik akan menggunakan lahannya.
Sistem hak penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Cigombong ada
bermacam-macam, antara lain sistem milik sendiri, sistem sewa, sistem bagi hasil
dan sistem gadai. Sistem sewa lahan yaitu petani menggarap lahan milik orang
62

lain untuk jangka waktu tertentu dan membayar sewa kepada pemilik lahan.
Sistem bagi hasil yaitu dimana biasanya petani menggarap lahan milik orang lain
dimana hasil panennya akan dibagi, yaitu 50%:50% atau 60% untuk petani dan
40% untuk pemilik lahan. Sistem gadai yaitu dimana pemilik lahan meminjam
uang dari penggarap dengan perjanjian penggarap dapat menggunakan lahan
pemilik lahan selama jangka waktu yang ditentukan.
Kepemilikan lahan secara umum di tiap desa diperoleh dari hasil
wawancara melalui ketua kelompok tani dan ketua Gapoktan juga dilakukan
wawancara melalui kuesioner terhadap beberapa petani yang menyebar di tiap-
tiap desa. Hasil wawancara dengan responden yang bermata pencaharian sebagai
petani menunjukan 40% petani memiliki lahan sendiri, 20% menyatakan bahwa
lahan pertaniannya merupakan lahan sewaan dan 28, 6% menyatakan lahan
pertaniannya adalah lahan garapan, serta sisanya 11,4% menyatakan kepemilikan
lahannya campuran antara milik sendiri-sewaan atau milik sendiri-garapan. Hal
tersebut menunjukan bahwa jumlah petani yang memiliki lahan sendiri dengan
jumlah petani penggarap adalah hampir sama jumlahnya.
Lahan pertanian yang masih dimiliki oleh masyarakat lokal merupakan
potensi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Lahan pertanain
dan aktivitas pertanian diatasnya dapat diberdayakan sebagai objek atraksi
agrowisata. Oleh karena itu, melalui konsep agrowisata berbasis masyarakat
diharapkan lahan pertanian yang masih dimiliki masyarakat lokal dapat
dipertahankan dan dilestarikan serta memberikan manfaat optimal bagi petani
pemilik seperti meningkatnya pendapatan petani.
5.1.2 Kelembagaan Komunitas
Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai
kelembagaan masyarakat pertanian merupakan suatu parameter kemampuan
masyarakat dalam hal organisasi dan pengelolaan di bidang pertanian.
Kelembagaan di bidang pertanian ini cukup mendukung adanya aktivitas
pertanian dan keberadaan lahan pertanian. Keberadaan kelompok tani dan
Gapoktan dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang akan berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan petani. Gapoktan memfasilitasi petani dalam
pemerataan distribusi bantuan-bantuan pertanian dari pemerintah atau lembaga
63

lainnya. Gapoktan juga memiliki program kerja untuk menghasilkan suatu


komoditas unggulan.
Kecamatan Cigombong memiliki 33 kelompok tani dan 4 Gapoktan yang
menyebar di tiap-tiap desa. Jumlah ini cukup banyak, apalagi beberapa diantara
kelompok tani tersebut termasuk ke dalam kelas maju sehingga dapat menunjang
adanya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kelembagaan petani
yang memiliki struktur organisasi dan berkembang dengan baik serta memiliki
komoditas unggulan, antara lain:
1. Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, di dalamnya terdiri
dari 11 kelompok tani dan kelompok wanita tani. Gapoktan ini memiliki
produk unggulan beras sehat (organik). Kegiatan Gapoktan ini antara lain:
(1) pertanian sawah, (2) pertanian buah, (3) budidaya ikan, (4) budidaya
kambing, (5) pengolahan pasca panen padi dan pengemasan beras, (6)
pembuatan kompos, (7) koperasi dan saprotan. Sistem pertanian terpadu
secara tidak langsung telah diterapkan oleh Gapoktan ini karena kegiatan
yang dilakukan tidak hanya kegiatan on farm, tetapi juga kegiatan off farm.
Gapoktan ini sudah mendapat pengakuan baik di tingkat Kabupaten,
Propinsi maupun Nasional. Komoditas unggulan Gapoktan ini adalah beras
sehat (organik) atau yang lebih terkenal dengan beras SAE. Gapoktan ini
juga telah mampu menerima kegiatan pelatihan dan wisata belajar
pertanian di lingkungan lahan pertanian milik mereka (Gambar 22).

a b
Gambar 22. Kegiatan wisata pertanian di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy
(a) Kegiatan menanam padi (b) Kegiatan membajak sawah
64

2. Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di desa Wates Jaya. Kelompok tani ini
telah memiliki struktur organisasi yang baik. Kegiatan kelompok tani ini
antara lain : (1) budidaya ikan mulai dari pembibitan hingga panen
(2) pengemasan dan pemasaran ikan. Kelompok ini memanfaatkan
sebagian Danau Lido sebagai tempat mengembangkan usaha mereka.

a b
Gambar 23. (a) dan (b) Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya
di Desa Wates Jaya

Keberadaan kedua kelompok tani tersebut merupakan potensi bagi


pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Perkembangan dan struktur
kelembagaan komunitas yang tertata dengan baik menunjukan bahwa masyarakat
atau petani di Kecamatan Cigombong telah mampu melakukan suatu sistem
pengelolaan, yang akan mendukung penerapan konsep agrowisata berbasis
masyarakat. Kelompok tani dan Gapoktan dapat menjadi suatu wadah yang
mengorganisir aktivitas pertanian untuk dijadikan objek wisata dan menjadi
pengintegtrasi kegiatan agrowisata yang dilaksanakan.
5.1.3 Sumberdaya dan Kesiapan Masyarakat
Konsep agrowisata berbasis masyarakat (community-based agrotourism)
dalam arti masyarakat adalah sebagai subjek pengendali bukan sebagai objek
penderita (Diarta, 2007). Sumberdaya manusia sangat dibutuhkan dalam
penerapan konsep tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji sejauh mana masyarakat
memiliki kemampuan, baik dalam bidang pertanian ataupun dalam kesiapan
masyarakat menerima konsep agrowisata berbasis masyarakat.
Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian
hingga saat ini cukup baik. Petani telah mengenal dan mampu menerapkan
beberapa inovasi dalam pertanian seperti penerapan jarak tanam legowo. Petani
65

juga telah mendapatkan binaan di bidang pertanian dari UPTD (Unit Pelayanan
Teknis Daerah) Pertanian. Pembinaan ini berupa pelatihan dan penyuluhan untuk
pengetahuan mengenai budidaya pertanian baik dalam bidang pertanian,
perikanan, peternakan ataupun kehutanan. Setiap desa di Kecamatan Cigombong
memiliki satu atau lebih penyuluh pertanian dari UPTD ini. Selain itu, beberapa
Kelompok Tani juga mendapatkan pembinaan dari beberapa lembaga non-
pemerintah seperti Lembaga Pertanian Sehat (LPS) dari Dompet Dhuafa yang
membina Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy dan PT. Telkom yang membina
Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Desa Wates Jaya. Bentuk binaan lembaga-
lembaga tersebut biasanya lebih luas, yaitu hingga mencakup pembinaan untuk
kegiatan off-farm seperti pengolahan pasca panen dan pemasaran produk. Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor juga pernah
mengadakan pelatihan pemberdayaan keterampilan ibu rumah tangga se-
Kecamatan Cigombong. Kegiatan ini berupa pelatihan keterampilan pengolahan
pisang untuk dijadikan keripik dan sale pisang. Program dan pembinaan yang
telah didapatkan masyarakat Kecamatan Cigombong setidaknya dapat menjadi
parameter kemampuan dan keterampilan masayarakat dalam bidang pertanian
pada khususnya.
Kesiapan masyarakat berkaitan dengan pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat di Kecamatan Cigombong cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara, yaitu 63% responden menyatakan setuju jika lahan pertanian yang
mereka kelola saat ini dikembangkan menjadi objek agrowisata. Sedangkan 37%
responden tidak setuju jika lahan pertaniannya dijadikan objek agrowisata. Hal ini
disebabkan karena masyarakat belum mengetahui pengertian dan konsep
agrowisata. Oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi mengenai agrowisata berbasis
masyarakat kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Cigombong. Sumberdaya
masyarakat sebagai pengelola berperan penting dalam keberhasilan
pengembangan wisata agro. Kemampuan pengelola wisata agro dalam
menetapkan target sasaran, menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket
wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki
sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan.
66

5.2 Potensi Pengembangan Pertanian


Pertanian merupakan objek utama dari pengembangan agrowisata.
Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang
bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam
mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata. Oleh karena itu, akan dikaji
komoditas pertanian yang telah dikembangkan di Kecamatan Cigombong
berdasarkan kesesuaian agroekosistemnya dan juga beberapa komoditas potensial
lainnya untuk dikembangkan.
Komoditas pertanian yang saat ini sudah dikembangkan di Kecamaatan
Cigombong antara lain padi sawah, palawija (ubi jalar, jagung, singkong), dan
hortikultura seperti sayuran (cabe, kacang panjang, wortel, kubis,dan tomat),
buah-buahan (pisang, melon, jambu biji dan durian) dan beberapa jenis bunga
potong seperti bunga aster dan bunga krisan. Dalam pembahasan ini akan dikaji
mengenai kesesuaian lahan Kecamatan Cigombong untuk komoditas padi sawah,
ubi jalar, tomat, melon, dan bunga potong (bunga aster). Komoditas pertanian ini
dipilih untuk dikaji kesesuaiannya karena komoditas pertanian tersebut telah
berkembang dengan baik di Kecamatan Cigombong serta menarik untuk dijadikan
sebagai objek agrowisata.
Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian dianalisis berdasarkan
persyaratan atau karakteristik tanam komoditas pertanian. Kesesuaian lahan untuk
komoditas pertanian ini dievaluasi melalui analisis kuantitatif dan analisis spasial.
Analisis kuantitatif yaitu mengkaitkan kondisi aktual Kecamatan Cigombong
dengan karakter dan persyaratan tanam tiap-tiap komoditas pertanian yang akan
dianalisis kesesuaiannya. Kondisi aktual tersebut dilihat dari jenis tanah, iklim,
kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Persyaratan atau karakteristik tanam
komoditas pertanian dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis spasial dilakukan
dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian
berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Pada analisis
spasial spasial tidak dilakukan overlay terhadap peta iklim karena secara
keseluruhan iklim di Kecamatan Cigombong adalah sama.
67

5.2.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah


Padi sawah merupakan komoditas utama di Kecamatan Cigombong.
Produktivitas tanaman ini juga cukup tinggi yaitu sebesar 5,83 ton/ha pada tahun
2008. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi di
Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk
dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian
lahan aktual untuk padi sawah di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel
14.

Tabel 14. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah
No Kondisi Aktual Karakter Kesesuaian
1 Tanah
• Andosol
1. Drainase baik S2
2. Tekstur Lempung berdebu-liat berdebu S2
3. Ketebalan <50 cm S1
4. KTK Liat sedang S2
5. Kejenuhan basa sedang S2
6. pH 5,0-6,0 S1-S2
7. C-organik tinggi S1
• Ass Latosol Cokelat
Regosol
1. Drainase baik S2
2. Tekstur liat S2
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
• Podsolik Merah
Kekuningan
1. Drainase baik S2
2. Tekstur liat S2
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
2. Iklim
1. Curah hujan 1774 mm/tahun S2
2. Suhu 16-24º C S2-S3
3. Kelembapan 81,27% S1
3 Kelerengan 3-8% S2
8-15% S3
15-25% S3
25-40% N
>40% N
4 Ketinggian Tempat 400-500 m dpl S2
501-1000 m dpl S3
1000-2000 m dpl N
68

Tabel 14 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk padi


sawah terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis
tanah kesesuaian lahan untuk padi sawah adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah
Assosiasi Latosol Cokelat Regosol dan tanah Podsolik Merah Kekuningan sesuai
bersyarat (S3) untuk padi sawah. Peta kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah
berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 24.
Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2),
sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N) untuk padi sawah. Peta kesesuaian
lahan aktual untuk padi sawah berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada
Gambar 25. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka
kesesuaian lahan untuk padi sawah adalah sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan
tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan padi sawah berdasarkan kemiringan lahan
disajikan pada Gambar 26. Kesesuaian lahan untuk padi sawah secara spasial
dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan padi sawah berdasarkan jenis
tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay
tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah di Kecamatan
Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 27.

Gambar 24. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Padi Sawah
69

Gambar 25. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Padi Sawah

Gambar 26. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Padi Sawah


70
71

5.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar


Ubi jalar merupakan salah satu komoditas yang banyak dikembangkan
oleh petani di Kecamatan Cigombong. Ubi jalar ini adalah salah satu produk yang
banyak dijual di sekitar jalan raya Bogor-Sukabumi sebagai buah tangan atau
oleh-oleh. Kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar di Kecamatan Cigombong
perlu dikaji untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di
Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil Penilaian kesesuaian lahan aktual untuk
ubi jalar di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Ubi Jalar
No Kondisi Aktual Karakter Kesesuaian
1 Tanah
• Andosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur Lempung berdebu-liat berdebu S1
3. Ketebalan <50 cm S1
4. KTK Liat sedang S2
5. Kejenuhan basa sedang S2
6. pH 5,0-6,0 S1
7. C-organik tinggi S1
• Ass Latosol Cokelat
Regosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S2
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
• Podsolik Merah
Kekuningan
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S2
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S2
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
2. Iklim
1. Curah hujan 1774 mm/tahun S2
2. Suhu 16-24º C S3
3. Kelembapan 81,27% S2
3 Kelerengan 3-8% S1
8-15% S2
15-25% S3
25-40% N
>40% N
4 Ketinggian Tempat 400-500 m dpl S2
501-1000 m dpl S2
1000-2000 m dpl S3
72

Tabel 15 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk ubi


jalar terhadap aspek fisik eksisting Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis
tanah kesesuaian lahan untuk ubi jalar adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah
Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik
Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk ubi jalar. Peta kesesuaian lahan
aktual untuk ubi jalar berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 28.
Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2) dan
sesuai bersyarat (S3) untuk ubi jalar. Peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar
berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 29. Berdasarkan
kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong untuk ubi jalar adalah sesuai (S2),
sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi
jalar berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 30. Kesesuaian lahan
untuk ubi jalar secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan ubi
jalar berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut.
Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk ubi jalar di
Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 31.

Gambar 28. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Ubi Jalar
73

Gambar 29. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Ubi Jalar

Gambar 30. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Ubi Jalar


74
75

5.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat


Tomat merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh petani di
Kecamatan Cigombong. Tomat merupakan salah satu komoditas yang banyak
dikonsumsi karena bermanfaat bagi kesehatan dan menarik untuk dijadikan objek
agrowisata. Oleh karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan aktual untuk tomat di
Kecamatan Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk
dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian
lahan aktual untuk tomat di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tomat


No Kondisi Aktual Karakter Kesesuaian
1 Tanah
• Andosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur Lempung berdebu-liat berdebu S1
3. Ketebalan <50 cm S1
4. KTK Liat sedang S2
5. Kejenuhan basa sedang S2
6. pH 5,0-6,0 S2
7. C-organik tinggi S1
• Ass Latosol Cokelat
Regosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
• Podsolik Merah
Kekuningan
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
2. Iklim
1. Curah hujan 1774 mm/tahun S3
2. Suhu 16-24º C S1-S2
3. Kelembapan 81,27% S2
3 Kelerengan 3-8% S1
8-15% S2
15-25% S3
25-40% N
>40% N
4 Ketinggian Tempat 400-500 m dpl S2
501-1000 m dpl S2
1000-2000 m dpl S3
76

Tabel 16 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam tomat


terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah
kesesuaian lahan untuk tomat adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi
Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah
Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk tomat. Peta kesesuaian lahan aktual
untuk tomat berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 32.
Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2),
dan sesuai bersyarat (S3) untuk tomat. Peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat
berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 33. Berdasarkan
kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk tomat
adalah sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N).
Peta kesesuaian lahan aktual untuk tomat berdasarkan kemiringan lahan disajikan
pada Gambar 34. Kesesuaian lahan untuk tomat secara spasial dianalisis melalui
overlay peta kesesuaian lahan tomat berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan
dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian
lahan aktual untuk tomat di Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada
Gambar 35.

Gambar 32. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Tomat


77

Gambar 33. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Tomat

Gambar 34. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Tomat


78
79

5.2.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon


Melon merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh petani di
Kecamatan Cigombong. Melon merupakan salah satu komoditas yang banyak
dikonsumsi dan menarik untuk dijadikan objek agrowisata. Oleh karena itu, perlu
dikaji kesesuaian lahan untuk melon di Kecamatan Cigombong untuk mengetahui
apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cigombong atau
tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk melon di Kecamatan
Cigombong dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Melon


No Kondisi Aktual Karakter Kesesuaian
1 Tanah
• Andosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur Lempung berdebu-liat berdebu S1
3. Ketebalan <50 cm S1
4. KTK Liat sedang S2
5. Kejenuhan basa sedang S2
6. pH 5,0-6,0 S2
7. C-organik tinggi S1
• Ass Latosol Cokelat
Regosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S2
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
• Podsolik Merah
Kekuningan
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S2
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S3
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
2. Iklim
4. Curah hujan 147,86 mm/bulan S3
5. Suhu 16-24º C S2-S3
6. Kelembapan 81,27% S2
3 Kelerengan 3-8% S1
8-15% S2
15-25% S3
25-40% N
>40% N
4 Ketinggian Tempat 400-500 m dpl S2
501-1000 m dpl S2
1000-2000 m dpl S3
80

Tabel 17 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk melon


terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah
kesesuaian lahan untuk melon adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah Assosiasi
Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik Merah
Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk melon. Peta kesesuaian lahan melon
berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 36.
Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sesuai (S2),
dan sesuai bersyarat (S3) untuk melon. Peta kesesuaian lahan melon berdasarkan
ketinggian tempat disajikan pada Gambar 37. Berdasarkan kemiringan lahan di
Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk melon adalah sangat sesuai
(S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N). Peta kesesuaian lahan
melon berdasarkan kemiringan lahan disajikan pada Gambar 38. Kesesuaian lahan
untuk melon secara spasial dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan melon
berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil
dari overlay tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk melon di
Kecamatan Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 39.

Gambar 36. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Melon


81

Gambar 37. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Melon

Gambar 38. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Melon


82
83

5.2.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster


Bunga Aster merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan oleh
petani di Kecamatan Cigombong. Komoditas ini potensial untuk dijadikan objek
agrowisata dan menambah keragaman produk agrowisata yang ditawarkan. Oleh
karena itu, perlu dikaji kesesuaian lahan untuk bunga aster di Kecamatan
Cigombong untuk mengetahui apakah tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di
Kecamatan Cigombong atau tidak. Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual untuk
bunga aster di Kecamatan Cigombong dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual untuk Bunga Aster
No Kondisi Aktual Karakter Kesesuaian
1 Tanah
• Andosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur Lempung berdebu-liat berdebu S1
3. Ketebalan <50 cm S1
4. KTK Liat sedang S2
5. Kejenuhan basa sedang S2
6. pH 5,0-6,0 S1-S2
7. C-organik tinggi S1
• Ass Latosol Cokelat
Regosol
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S2
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
• Podsolik Merah
Kekuningan
1. Drainase baik S1
2. Tekstur liat S1
3. Ketebalan >150 cm S3
4. KTK Liat Rendah S2
5. Kejenuhan basa Rendah S2
6. pH 4,0-4,5 S3
7. C-organik rendah S3
2. Iklim
7. Curah hujan 1774 mm/tahun S1
8. Suhu 16-24º C S1-S2
9. Kelembapan 81,27% S1
3 Kelerengan 3-8% S1
8-15% S2
15-25% S3
25-40% N
>40% N
4 Ketinggian Tempat 400-500 m dpl S2
501-1000 m dpl S1
1000-2000 m dpl S2
84

Tabel 18 tersebut menunjukan kesesuaian persyaratan tanam untuk bunga


aster terhadap aspek fisik aktual Kecamatan Cigombong. Berdasarkan jenis tanah
kesesuaian lahan untuk bunga aster adalah tanah Andosol sesuai (S2), tanah
Assosiasi Latosol Cokelat Regosol sesuai bersyarat (S3) dan tanah Podsolik
Merah Kekuningan sesuai bersyarat (S3) untuk bunga aster. Peta kesesuaian
lahan aktual untuk bunga aster berdasarkan jenis tanah disajikan pada Gambar 40.
Ketinggian di Kecamatan Cigombong memiliki kesesuaian sangat sesuai
(S1) dan sesuai (S2) untuk bunga aster. Peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga
aster berdasarkan ketinggian tempat disajikan pada Gambar 41. Berdasarkan
kemiringan lahan di Kecamatan Cigombong maka kesesuaian lahan untuk bunga
aster adalah sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai
(N). Peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster berdasarkan kemiringan lahan
disajikan pada Gambar 42. Kesesuaian lahan untuk bunga aster secara spasial
dianalisis melalui overlay peta kesesuaian lahan bunga aster berdasarkan jenis
tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat tersebut. Hasil dari overlay
tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual untuk bunga aster di Kecamatan
Cigombong. Peta tersebut disajikan pada Gambar 43.

Gambar 40. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Aktual untuk Bunga Aster
85

Gambar 41. Peta Kesesuaian Ketinggian Aktual untuk Bunga Aster

Gambar 42. Peta Kesesuaian Kemiringan Aktual untuk Bunga Aster


86
87

5.3 Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di


Kecamatan Cigombong
5.3.1 Objek dan Atraksi Agrowisata
Atraksi wisata merupakan sesuatu yang disajikan agar dapat dinikmati
pengunjung dalam suatu kegiatan wisata. Yoeti (1997) menyatakan bahwa suatu
atraksi memiliki nilai jual apabila memenuhi tiga syarat, yaitu sesuatu yang dapat
dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), dan
sesuatu yang dapat dibeli (something to buy). Menelaah persyaratan tersebut,
maka untuk persyaratan ”sesuatu yang dapat dilihat” dalam kegiatan agrowisata di
Kecamatan Cigombong adalah lanskap perdesaannya dengan elemen-elemen
pembentuknya, baik biofisik, ataupun masyarakat yang terdapat di dalamnya.
Lanskap perdesaan di Kecamatan Cigombong berada pada setting yang
didominasi oleh hamparan sawah berdampingan dengan pemukiman dan
dilatarbelakangi oleh pegunungan. Hal ini merupakan salah satu pemandangan
alam yang cukup menarik untuk dijadikan objek atraksi agrowisata. Morfologi
lahan yang bergelombang menambah keindahan pemandangan karena sebagian
besar wilayah Kecamatan Cigombong berada pada kemiringan lahan agak curam.
Aktivitas pertanian, perikanan dan peternakan juga menjadi sesuatu yang dapat
disajikan dan dilihat.

a b
Gambar 44. Something to See dalam Kegiatan Agrowisata
(a) Pemandangan (b) Aktivitas pertanian

Persyaratan ”sesuatu yang dapat dilakukan” dalam kegiatan agrowisata


adalah keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, mulai dari tahap awal
penanaman sampai tahap pasca panen produk pertanian. Kegiatan pertanian,
peternakan atau perikanan yang ada saat ini masih menggunakan metode
88

konvensional yang menggunakan alat-alat tradisional. Hal ini dapat menjadi suatu
potensi yang unik dan khas karena bersifat tradisional. Kegiatan pertanian sawah
terdiri dari beberapa aktivitas, diantaranya adalah pengolahan tanah dengan
cangkul atau bajak kerbau, pengairan sawah, penyiapan benih, penanaman,
pemeliharaan (penyiraman dan pemupukan) hingga kegiatan panen. Aktivitas
pasca panen yang dapat dijadikan atraksi dalam agrowisata antara lain,
menggiling padi menjadi beras, pembersihan beras dan pengemasan. Kemudian
juga dilakukan pengemasan produk untuk dijual ke pasaran atau konsumen.

a b
Gambar 45. Something to do dalam Kegiatan Agrowisata
(a) Membajak sawah (b) Memberi makan ikan

Aktivitas peternakan yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata adalah


kegiatan budidaya ternak. Kegiatan yang dapat melibatkan pengunjung adalah
kegiatan memberi makan ternak, menggembala ternak juga memerah susu.
Aktivitas perikanan yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata adalah belajar
pembudidayaan ikan dan ternak mulai dari pembenihan hingga panen. Kegiatan
pemeliharaan ikan seperti memberi pakan ikan akan menjadi atraksi yang
menarik. Kegiatan ini dapat juga melibatkan pengunjung. Hal ini tentunya
merupakan pengalaman yang menarik dan bermanfaat, khususnya untuk anak-
anak usia sekolah, mereka bisa berwisata sambil belajar.
Aktivitas pertanian yang berpotensi menjadi objek agrowisata di
Kecamatan Cigombong, antara lain:
1. Tambak Ikan Kelompok Tani Mekar Jaya dimana memanfaatkan danau
Lido sebagai keramba ikan. Tempat tersebut difasilitasi dengan saung-
saung terapung, rumah makan terapung dan perahu. Kegiatan wisata
89

yang bisa dilakukan antara lain naik perahu, belajar tentang budidaya
ikan tawar dan menangkap ikan.
2. Lingkungan Saung Gapoktan Silih Asih dimana di lingkungan ini terpadu
suatu sistem pertanian. Lingkungan ini terdiri dari sawah, kebun melon,
saung pertemuan petani, penggilingan padi, pengemasan beras dan
pengolahan kompos. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah insect
teaching di sawah, mengunjungi kebun buah, membajak sawah dengan
kerbau dan traktor, menanam padi, kunjungan ke penggilingan padi dan
mengolah kompos. Kelompok tani ini pun telah menerima kunjungan
wisata belajar pertanian untuk keluarga di lingkungan saungnya.
3. Kebun bunga potong Kelompok Tani Bunga Desa dimana di tempat ini
dikembangkan berbagai jenis bunga potong seperti aster dan berbagai
tanaman hias. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah mengunjungi
kebun bunga dan melakukan kegiatan petik bunga.
4. Ternak komunal domba Gabungan Kelompok Tani Dewi Sri di Desa
Ciburayut. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah melihat
budidaya ternak domba dan memberi makan ternak.
5. Hamparan kebun sayuran di Desa Pasir Jaya. Kegiatan wisata yang dapat
dilakukan adalah mengunjungi kebun sayuran dan memetik sayuran.
Persyaratan terakhir adalah ”sesuatu yang dapat dibeli” dalam kegiatan
agrowisata adalah produk pertanian. Produk pertanian ini dapat beragam
komoditasnya, misalnya produk tanaman pangan seperti padi dan jagung, tanaman
hortikultura seperti sayuran dan bunga potong serta ikan dari hasil perikanan.
Produk unggulan di Kecamatan Cigombong adalah beras organik (beras sehat).
Selain itu, juga dapat berupa produk pertanian yang telah diolah seperti keripik
singkong, pisang, juga manisan pala. Ketiga persyaratan yang telah dikemukakan
oleh Yoeti (1997) untuk nilai jual atraksi wisata telah dipenuhi Kecamatan
Cigombong. Hal tersebut merupakan potensi bagi pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat di Kecamatan Cigombong. Keberadaan aktivitas pertanian
potensial dapat dilihat pada Gambar 46.
90
91

5.3.3 Kawasan Potensi untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis


Masyarakat
Dalam pengembangan Kecamatan Cigombong menjadi kawasan
agrowisata perlu diketahui kelayakan kawasan ini untuk dikembangkan menjadi
kawasan wisata. Smith (1989) menyatakan bahwa indeks daya tarik suatu
kawasan wisata adalah ketersediaan beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor alami, seperti iklim dan keindahan alam.
2. Faktor sosial, seperti bentukan arsitektur, festival dan atraksi budaya lokal.
3. Faktor kesejarahan, seperti reruntuhan jaman kuno, upacara dan tempat
suci keagamaan, dan peristiwa atau lokasi sejarah yang penting.
4. Sumberdaya rekreasi dan tempat berbelanja seperti barang-barang
olahraga, museum, kebun binatang, akuaria dan taman-taman.
5. Sarana turistik seperti jalan, utilitas dan pelayanan kesehatan yang
memadai, serta fasilitas makan dan penginapan yang memadai.

Kelayakan kawasan agrowisata di kecamatan Cigombong dianalisis


melalui metode scoring atau pembobotan beberapa kriteria yang dianggap
mendukung pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di kawasan ini.
Penilaian kelayakan kawasan dilakukan terhadap desa-desa yang ada di
Kecamatan Cigombong. Hal ini dilakukan untuk menemukan desa yang paling
berpotensi atau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai kawasan
agrowisata. Penilaian kelayakan kawasan agrowisata terdapat pada Tabel 19.
Kelayakan tersebut dinilai berdasarkan kriteria yang dibutuhkan dalam
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Potensi eksisting yang ada di tiap
desa untuk mendukung pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di
Kecamatan Cigombong diberi nilai atau score berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan. Analisis potensi tiap desa terdapat pada Lampiran 1. Kriteria
untuk kelayakan kawasan agrowisata antara lain obyek dan atraksi berbasis
pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi budaya/sosial, obyek dan
atraksi sejarah, sumberdaya rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, dan letak
dari jalan utama (Smith, 1989). Penilaian kriteria-kriteria agrowisata dijelaskan
sebagai berikut:
92

1. Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam


serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam, keramba)
• Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan
pertanian sekitarnya (4)
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan sekitarnya (3)
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan
pemandangan sekitarnya (2)
• Kurang beragam dan tak indah (1)
2. Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan pemandangan alami
(ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim
(tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, sinar matahari yg cukup dll)
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (4)
• Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (3)
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan
(rekayasa) (2)
• Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa)
(1)
3. Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 15%) : Pedesaan, perkotaan,
bentukan arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ),
atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacara-upacara)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan (4)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan (3)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan (2)
• Tidak memiliki aset budaya lokal (1)
4. Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 10%) : Peninggalan kuno (kerajaan,
situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan (temporal),
lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields)
• Bersejarah, dijaga kelestariannya (4)
• Bersejarah, kurang diperhatikan (3)
• Bersejarah, tidak dilestarikan (2)
• Tidak bernilai sejarah (1)
93

5. Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%):


Ketersediaan tempat olah raga,tempat piknik, tempat belanja, taman, museum,
galeri seni/budaya
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
• Ada beberapa, cukup terawat (3)
• Ada beberapa, kurang terawat (2)
• Tidak tersedia (1)
6. Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan
• Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum
beragam, kondisi baik (4)
• Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas (3)
• Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum (2)
• Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum (1)
7. Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama
wilayah
• Dekat (< 1 km) (4)
• Sedang (1 – 3 km) (3)
• Cukup jauh (3 – 5 km) (2)
• Sangat jauh (> 5 km) (1)
8. Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas
makan dan penginapan
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat (4)
• Ada beberapa, cukup terawat (3)
• Ada beberapa, kurang terawat (2)
• Tidak tersedia (1)

Kelayakan Kawasan Agrowisata: ∑KKA = ∑ Sij. Aij

Keterangan : KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria agrowisata tiap


kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata
94

Tabel 19. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata


Kelayakan Kawasan Agrowisata
Desa 20 15 15 10 10 10 10 10 Jumlah Peringkat
% % % % % % % % terbobot
1 2 3 4 5 6 7 8 ∑ KKA
1. Ciadeg 2 3 1 1 1 2 3 1 1,8 9
2. Ciburayut 2 3 1 1 3 3 2 1 2 7
3. Ciburuy 4 3 1 1 2 3 4 3 2,7 1
4. Cigombong 1 1 1 1 2 4 4 3 1,9 8
5. Cisalada 3 3 1 1 1 3 3 1 2,1 5
6. Pasir Jaya 3 4 1 1 3 3 2 1 2,35 3
7. Srogol 3 3 1 1 1 4 4 1 2,3 4
8.Tugu Jaya 3 3 1 1 1 3 2 1 2 6
9. Wates Jaya 3 3 1 1 3 4 4 3 2,7 2
Sumber: Smith, 1989, dimodifikasi sesuai kebutuhan kegiatan
Keterangan:
Peringkat 1-3 : Kawasan (Desa) Sangat Berpotensi (Sangat Layak)
Peringkat 4-6 : Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak)
Peringkat 7-9 : Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Kurang Layak)

Tabel Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata tersebut menunjukan


bahwa tiga desa yang paling berpotensi atau yang paling layak untuk dijadikan
kawasan agrowisata adalah Desa Ciburuy, Desa Wates Jaya dan Desa Pasir Jaya.
Ketiga desa tersebut memiliki nilai kelayakan kawasan agrowisata tertinggi
dibandingkan enam desa lainnya. Secara kualitatif, ketiga desa tersebut memang
memiliki beberapa potensi yang berbeda. Penjelasan potensi dari ketiga desa
tersebut akan dijelaskan berikut ini:
1. Desa Ciburuy
Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 325,61 ha berada pada ketinggian
400-500 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian
sawah, pertanian kebun, ternak kambing dan ikan. Komoditas yang telah
dikembangkan adaalh padi sawah, jagung, ubi jalar, melon, ikan dan kambing.
Desa ini memiliki Gapoktan Silih Asih dengan komoditas unggulan berupa beras
organik (beras sehat). Selain itu, juga terdapat industri aneka kripik pisang, ubi
samarinda, talas, singkong dengan merek dagang Rhineka sari dan industri
boneka. Desa ini juga memiliki akses yang mudah karena dilalui oleh jalan
95

propinsi (jalan raya Bogor-Sukabumi) dan jalan kabupaten. Pada area yang dilalui
jalan propinsi kondisinya lebih berkembang karena banyak terdapat unit-unit
usaha seperti rumah makan, pertokoan dan jasa fotokopi. Desa ini sangat
berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan
memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas
pendukung wisata seperti home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet
umum.
2. Desa Wates Jaya
Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 1283,96 ha berada pada ketinggian
400-1000 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian
sawah, pertanian kebun dan tegalan, ternak kambing dan ikan. Komoditas yang
telah dikembangkan adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, ikan dan kambing. Desa
ini memiliki Kelompok Tani ikan Mekar Jaya dengan komoditas unggulan berupa
ikan. Desa ini memiliki potensi alami berupa Danau yaitu Danau Cigombong
(Danau Lido) dan sebagian kawasan desa merupakan bagian dari kawasan Wana
Wisata Hutan Bodogol di bagian tenggara. Selain itu, di desa ini juga telah
terdapat tempat rekreasi Lido berupa rekreasi air, lapangan golf,hotel dan
conference hall. Akses di desa ini tergolong mudah karena dilalui oleh jalan
propinsi (jalan raya Bogor-Sukabumi). Pada area yang dilalui jalan propinsi
kondisinya lebih berkembang karena banyak terdapat unit-unit usaha seperti
rumah makan dan pertokoan. Desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan
menjadi kawasan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan
penambahan fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti home stay, tempat ibadah,
tempat parkir dan toilet umum.
3. Desa Pasir Jaya
Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 635,22 ha berada pada ketinggian
500-2000 mdpl. Aktivitas pertanian yang telah ada saat ini antara lain pertanian
sawah, pertanian kebun dan tegalan, serta peternakan ayam dan sapi oleh pihak
swasta. Komoditas yang telah dikembangkan adalah padi sawah, bunga potong,
sayuran, dan jambu biji. Desa ini memiliki Gapoktan Harapan Maju dengan
komoditas utama padi, selain itu, salah satu kelompok taninya mengembangkan
bunga potong dan tanaman hias yang berbeda dari kelompok tani lainnya. Desa ini
96

memiliki potensi alami berupa suhu udara yang sejuk karena merupakan dataran
tinggi dan sebagian kawasan desa merupakan bagian dari kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Selain itu, di desa ini juga telah terdapat
perkebunan PT. Kapol atau Wisata Agro Kapol. Akses di desa ini tergolong
mudah karena dilalui oleh jalan kabupaten yang merupakan akses alternatif dari
Kota Bogor. Desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan
agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan
fasilitas-fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat
ibadah, tempat parkir dan toilet umum.
Kawasan (Desa) Berpotensi (Layak) terdiri dari Desa Srogol, Desa
Cisalada dan Desa Tugu Jaya. Ketiga desa ini sebenarnya memiliki potensi untuk
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dengan aktivitas pertanian yang
cukup beragam walaupun tanpa komoditas unggulan atau komoditas pertanian
yang khas. Akses terhadap ketiga desa ini juga tergolong mudah karena ketiga
desa dilalui oleh jalan kabupaten. Potensi alami seperti pemandangan alamnya
juga cukup mendukung. Ketiga desa tersebut juga telah memiliki kelompok tani
dan aktivitasnya berjalan dengan cukup baik. Hambatan yang ada adalah masih
kurangnya sarana prasarana pendukung seperti rumah makan dan pertokoan.
Apabila ketiga kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan agrowisata
diperlukan penambahan obyek atraksi wisata, fasilitas-fasilitas pendukung wisata
seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum.
Kawasan (Desa) Kurang Berpotensi (Layak) terdiri dari Desa Ciburayut,
Desa Cigombong dan Desa Ciadeg. Ketiga desa ini sebenarnya memiliki potensi
untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, akan tetapi tingkat
keragaman aktivitas pertanian masih rendah tanpa komoditas unggulan atau
komoditas pertanian yang khas. Akses terhadap ketiga desa ini juga tergolong
mudah dan potensi alami seperti pemandangan alamnya juga cukup mendukung.
Hambatan yang ada adalah masih kurangnya sarana prasarana pendukung seperti
rumah makan dan pertokoan. Apabila ketiga kawasan ini dikembangkan menjadi
kawasan agrowisata diperlukan penambahan obyek atraksi wisata, fasilitas-
fasilitas pendukung wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah,
tempat parkir dan toilet umum. Peta Kawasan Potensi disajikan pada Gambar 47.
97
98

5.4 Konsep Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat


Pengembangan Kecamatan Cigombong menjadi kawasan agrowisata
membutuhkan konsep yang sesuai dengan kondisi wilayah Kecamatan
Cigombong yang merupakan kawasan perdesaan dan pertanian yang masih alami.
Dalam pengembangan kawasan ini dibutuhkan konsep yang dapat melestarikan
sumberdaya lahan dan budaya pertanian serta dapat meningkatkan kesejahteraan
petani. Nurisyah (2001) menyatakan bahwa kawasan agrowisata dapat ditata dan
dikembangkan dengan menggunakan konsep-konsep sebagai berikut:
1. Mengakomodasikan kepentingan dan keinginan serta kepuasan wisatawan
(visited oriented).
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait dengan
kegiatan agrowisata yang dikembangkan.
3. Melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya.
4. Diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan
sebagai suatu aset budaya (pertanian) wilayah.
5. Sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan produk unggulan
daerah.
Konsep agrowisata berbasis masyarakat merupakan konsep agrowisata
yang memanfaatkan lahan pertanian masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Masyarakat sebagai sumberdaya yang diberdayakan sebagai subjek pengendali
dari keseluruhan aktivitas agrowisata. Diversivikasi komoditas pertanian yang
memiliki nilai ekonomis tinggi seperti sayuran, buah maupun bunga potong dapat
menambah nilai jual agrowisata. Komoditas pertanian ini diharapkan dapat
dijadikan produk khas daerah yang dijual kepada pengunjung agrowisata sehingga
nilai jual meningkat dan meningkatkan pendapatan petani. Usaha lain yang dapat
dilakukan adalah memperluas ragam sektor pertanian yaitu dengan
mengembangkan sektor perikanan dan juga peternakan.
99

5.4.1 Faktor-faktor dalam Pengembangan Agrowisata Berbasis


Masyarakat di Kecamatan Cigombong
Pengembangan agrowisata berbasis masyarakat diperlukan keterlibatan
beberapa pelaku usaha yaitu masyarakat dan kelembagaan komunitas, pemerintah
terkait, pihak swasta, lembaga usaha ataupun perorangan. Faktor-faktor terkait
yang berperan dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, antara lain:
1. Pemerintah
Pemerintah sebagai penentu kebijakan sangat berperan dalam mendukung
berjalannya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat yang akan dilakukan.
Pemerintah dapat merangsang pembangunan sektor pertanian terlebih dahulu
dengan memberikan bantuan usaha kepada petani berupa bantuan bibit dan pupuk.
Pemberdayaan kelompok tani dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pembinaan
terhadap petani tentang pertanian seperti teknik budidaya yang tepat guna dan
ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan optimalisasi produk
pertanian. Penetapan harga komoditas pertanian juga perlu ditetapkan agar
masyarakat tidak merasa rugi karena haraga komoditas pertanian yang tidak
menguntungkan.
Penyediaan dan perbaikan infrastruktur wisata juga diperlukan untuk
mendukung berjalannya kegiatan wisata. Pemerintah juga perlu membuat
kebijakan dimana kebijakan itu berupa Rencana Tata Ruang Wilayah yang dapat
mempertahankan keberadaan lahan pertanian untuk memperkecil peluang
terjadinya konversi lahan pertanian. Selain itu, juga perlu dilakukan sosialisasi
mengenai agrowisata kepada petani tentang aktivitas pertanian merupakan bagian
dari atraksi wisata yang akan disajikan. Memberikan pendidikan kepada
Kelompok Tani dan Gapoktan tentang manajemen sistem wisata. Satu hal lagi
yang peran pemerintah yang sangat diperlukan adalah melakukan promosi
agrowisata berbasis masyarakat ini untuk menarik wisatawan datang ke
Kecamatan Cigombong.
2. Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai sebuah
organisasi kemasyarakatan memiliki peran penting dalam pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat. Keberadaan organisasi ini terkait langsung dalam
100

kegiatan budidaya, seperti pengaturan air irigasi, dan penentuan waktu tanam.
Organisasi ini merupakan forum bagi anggota-anggotanya daam mengatasi dan
menyelesaikan permasalahan pertanian, juga melakukan kordinasi dengan Dinas
Pertanian dan pemerintah setempat dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan
pendistribusian bantuan-bantuan pertanian.
Kelompok Tani dan Gapoktan sebagai wadah masyarakat petani sebaiknya
memberikan himbauan bagi anggotanya agar tidak mudah menjual lahan pertanian
mereka untuk dimanfaatkan sebagai penggunaan non pertanian. Alih fungsi lahan
yang terjadi saat ini akan mengancam eksistensi lahan pertanian di Kecamatan
Cigombong. Komoditas pertanian yang mereka hasilkan diharapkan dapat dijual
pada wisatawan yang berkunjung sehingga nilai jualnya pun akan meningkat dan
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Pengelolaan agrowisata
berbasis masyarakat ini sebaiknya diserahkan kepada masyarakat dimana
kelompok tani dan Gapoktan sebagai pengorganisir dengan bimbingan dan
pengawasan pemerintah terkait yaitu Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata.
Unsur penting dalam pengembangan agrowisata berbasis masyarakat
adalah petani sebagai pelaksana langsung kegiatan pertanian. Petani
membutuhkan peningkatan pengetahuan budidaya maupun pengetahuan
pengelolaan aktivitas dan produk pertanian agar petani siap menghadapi kemajuan
dan perkembangan dalam dunia pertanian. Kesiapan para petani sangat
dibutuhkan apabila lahan pertanian mereka nantinya akan dikembangkan menjadi
kawasan agrowisata. Regenerasi keanggotaan kelompok tani dan Gapoktan juga
diperlukan mengingat usia para anggota kelompok tani dan Gapoktan saat ini
memiliki kategori usia manula. Konsep pemikiran mengenai pertanian perlu
diubah sehingga akan ada generasi penerus dalam bidang pertanian yang memiliki
kualitas sumber daya manusia yang baik dan kreatif.
3. Masyarakat
Peran penting masyarakat Kecamatan Cigombong dalam pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat adalah sebagai pelaku bisnis pariwisata sebagai
penyedia modal, penyedia sarana prasarana pendukung seperti restoran,
penginapan juga penjualan souvenir. Peran penting yang lainnya adalah dengan
mendukung ketetapan Pemerintah berkaitan dengan kawasan RTHK yaitu dengan
101

tidak membangun pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan


agrowisata. Masyarakat juga perlu disosialisasikan mengenai pemahaman tentang
agrowisata berbasis masyarakat agar mereka dapat menerima perubahan yang
terjadi jika daerah mereka dijadikan kawasan agrowisata. Masyarakat diharapkan
dapat berperan aktif dalam mendukung berjalannya kegiatan agrowisata seperti
menjaga kebersihan lingkungan, menjaga ketertiban, menghormati wisatawan
yang datang agar kegiatan agrowisata dan kehidupan sosial masyarakat dapat
berjalan beriringan tanpa terjadinya konflik.
5.4.2 Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Cigombong
Diarta (2007) meyatakan bahwa dalam mengembangkan sebuah kawasan
perdesaan menjadi kawasan wisata memerlukan beberapa tahap pendekatan.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
1. Tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara
individu dan kolektif. Tahap ini harus dimulai dengan membangkitkan
kesadaran individu penduduk lokal dan kemudian pengadopsian secara
kolektif peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial
ekonomi. Tahap ini bisa dijadikan evolusi bagi wilayah perdesaan dengan
mengintegrasikan konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonomi
perdesaan. Tahap ini merupakan tahap perencanaan strategi untuk
kepentingan bersama.
2. Tahap penguatan sistem sosial (social network empowerment). Pada tahap
ini mulai dibangun kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga
pariwisata formal untuk menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata
kawasan. Komponen pendukung pariwisata perdesaan mulai dilembagakan
untuk menjamin pengelolaan pariwisata memberikan manfaat dan
keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi
sumber daya untuk kepentingan jangka panjang. Organisasi pariwisata
yang dibangun untuk mengelola kawasan tersebut mengambil kendali
semua proses pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi
pemasaran kawasan tersebut. Hal yang paling pokok dalam tahap ini
adalah keikutsertaan masyarakat lokal sebagai kekuatan pengendali.
102

3. Tahap implementasi pariwisata perdesaan yang dicirikan oleh telah


berjalannya pariwisata perdesaan secara baik. Ada pengembangan
kerjasama pemasaran kawasan jangka panjang yang sepenuhnya terpadu.
Dalam tahap ini, perencanaan pengembangan harus bertanggung jawab,
berkualitas, berdasar kebutuhan lokal, berkeadilan sosial, dan dapat
menjangkau dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka
pendek dan jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya.

Wisata perdesaan, khususnya agrowisata berbasis masyarakat yang akan


dikembangkan di Kecamatan Cigombong lebih baik ditempatkan sebagai
diversifikasi pendapatan tradisional masyarakat yang bersumber dari pertanian
daripada diposisikan sebagai pengganti (mensubstitusi) sumber pendapatan
tradisionalnya mengingat sifat pariwisata yang sangat fluktuatif. Hal ini juga dapat
menghindari terjadi alih fungsi utama kegiatan pertanian sebagai fungsi produksi.
Bagaimanapun, produk pertanian adalah tujuan utama dari aktivitas pertanian
dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat luas dimana kebutuhan
tersebut merupakan kebutuhan primer manusia.
VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor
dimana pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utamanya. Hal ini didukung
dengan penggunaan lahan pertanian yang masih mendominasi yaitu sekitar 71,28% dari
luas wilayahnya. Pertanian juga menjadi mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan
Cigombong, yaitu 66,37% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian sudah
cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik lembaga
pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan langsung
dengan pertanian dapat diberdayakan sebagai lembaga yang nantinya dapat
mengorganisir pelaksanaan aktivitas agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan
Cigombong. Masyarakat Kecamatan Cigombong cukup siap dalam menerima adanya
agrowisata ini.
Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan aktual maka Kecamatan Cigombong
memiliki kesesuaian sesuai bersyarat (S3) hingga tidak sesuai (N) untuk padi sawah, ubi
jalar, tomat, melon dan bunga aster (bunga potong). Sedangkan berdasarkan kelayakan
kawasan untuk pengembangan agrowisata didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi.
Ketiga desa tersebut adalah Desa Ciburuy, Desa Wates Jaya, dan Desa Pasir Jaya. Ketiga
desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dengan
memanfaatkan potensi yang telah ada dan penambahan fasilitas-fasilitas pendukung
wisata seperti perbaikan jalan, home stay, tempat ibadah, tempat parkir dan toilet umum.

6.2 Saran
Agrowisata berbasis masyarakat perlu disosialisasikan kepada masyarakat
Kecamatan Cigombong karena masyarakat merupakan pelaku utama dalam
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kelembagaan komunitas sebagai wadah
masyarakat untuk mengintegrasikan segala kegiatan agrowisata yang dilaksanakan.
Pemerintah Daerah berperan dalam hal memberi dukungan untuk membina masyarakat,
104

penentu kebijakan dan penyediaan fasilitas wisata untuk mendukung berjalannya


kegiatan wisata. Agrowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan di Kecamatan
Cigombong lebih baik ditempatkan sebagai diversifikasi pendapatan tradisional
masyarakat yang bersumber dari pertanian daripada diposisikan sebagai pengganti
(mensubstitusi) sumber pendapatan tradisionalnya mengingat sifat pariwisata yang sangat
fluktuatif. Hal ini juga dapat menghindari terjadi alih fungsi utama kegiatan pertanian
sebagai fungsi produksi. Bagaimanapun, produk pertanian adalah tujuan utama dari
aktivitas pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat luas dimana
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan primer manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Agrotourism Bali Indonesia. [terhubung berkala].


http://www.wordpress.com [26 Januari 2009].

[BBSDLP]. Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Pertanian. 2009. Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan. [terhubung berkala]. http://www.bbsdlp@
litbang. deptan.go.id [8 Agustus 2009].

Brščić, Kristina. 2006. The Impact of Agrotourism on Agricultural Production.


Journal Central European Agriculture. Vol.7, No.3, November 2006: 559-
563.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1994


tentang Penataan Ruang. [terhubung berkala]. http://www.pu.go.id [21
Januari 2009]

Departemen Pertanian. 2003. Direktori Profil Agrowisata: Agrowisata


Meningkatkan Pendapatan Petani. [terhubung berkala]
http://www.database.deptan.go.id [20 Januari 2009].

Diarta, I Ketut Surya. 2007. Ada Apa dengan Politik Kepariwisataan di


Indonesia. Humanist Bali Institute for Socio Cultural Studies (HABISCUS).
[terhubung berkala]. http://www.habiscus.blogspot.com [7 Februari 2009].

Falconer, Ivan. 2007. Elang dari Genus Spizaetus. [terhubung berkala].


http://duniasatwa.dszoo.com [21 Oktober 2009].

Hapsari, Betri AE. 2008. Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata


di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang. [Skripsi].
Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Holden, Andrew. 2000. Environment and Tourism. London: Routledge.

Kaswanto, R. L.. 2007. Eksistensi Lanskap Agrowisata Bogor-Puncak-Cianjur


(Bopunjur). [terhubung berkala]. http://reganleonarduskaswanto.blog.
friendster.com [7 Februari 2009].

Knudson, D. M. 1980. Outdoor Recreation. New York: Mac Millan Publ Co.

Nurisyah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro. Buletin Taman dan


Lanskap Indonesia. Program Studi Arsitektur Lanskap. Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. IV: 20-23.

Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Pub Co.
106

Smith, Stephen L.J.. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London: Longman


Group UK Limited.

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB: Bogor.

Susanto, Ario Adi. 2007. Studi Potensi Agrowisata Berbasis Ecovillage di Desa
Sukaharja Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Program Studi
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan.


Yogyakarta: Kanisisus.

Tirtawinata, MR, Fachrudin, I.. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan


Agrowisata. Penebar Swadaya. Bogor.

Trisakti Kenari Bird Farm. 2009. Jenis Burung Masteran di Trisakti Bird Farm.
[terhubung berkala]. http://www.trisakti-kenari.co.id [21 Oktober 2009].

Utama, I Gusti Bagus R. U.. 2006. Agrowisata sebagai Pariwisata Alternatif.


[terhubung berkala]. http://www.gdnet.org [20 Januari 2009].

Utami, Ni Wayan F.. 2005. Studi Potensi Lanskap Pertanian Perkotaan Untuk
Pengembangan Wisata Agro di Kota Denpasar. [Skripsi]. Program Studi
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Yoeti, O.A..1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya


Paramitha.
LAMPIRAN
108

Lampiran 1. Analisis Potensi Agrowisata di Tiap Desa

1. Desa Ciadeg

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Ass Latosol Pengairan yang cukup akan
Cokelat Regosol. Kesesuaian membuat jenis tanah ini
bersyarat (S3) untuk tanaman produktif untuk pertanian.
pangan dan hortikultur.

Air Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar
air sungai. Dua buah sungai pemanfaatan air lebih optimal
digunakan untuk sumber irigasi. dan merata.
Irigasi yang digunakan adalah
irigasi perdesaan.
Penggunaan Penggunaan lahan dominan Penetapan kawasan sebagai
Lahan berupa lahan pertanian sawah. area konservasi dan ruang
terbuka hijau sehingga
konversi lahan pertanian dapat
dicegah.
Aksesibiltas Desa ini terletak 4 km dari Pembuatan jalan dan perbaikan
pusat pemerintahan kecamatan. kondisi jalan untuk mendukung
Memiliki 1,5 km jalan kegiatan agrowisata.
kabupaten.
Transportasi umum adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat dua kelompok tani Kelompok tani juga dapat
Komunitas dengan komoditas padi. Salah mengembangkan komoditas
satu kelompok taninya pertanian lainnya seperti
merupakan kelompok tani palawija yang sesuai dengan
maju. kondisi desanya.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam
sawah. Ada 2 buah peternakan dataran rendah, sehingga
ayam milik swasta dan 1 buah komoditas yang ada saat ini
usaha perikanan milik personal. sudah cukup sesuai. Diversikasi
komoditas untuk tanaman
pangan dapat dikembangkan.

Sarana dan Belum tersedianya sarana- Apabila desa ini dikembangkan


Prasarana sarana untuk penunjang menjadi kawasan agrowisata,
agrowisata seperti toilet umum, maka diperlukan pembangunan
rumah makan, pertokoan, dan fasilitas seperti toilet umum,
home stay. rumah makan, pertokoan, home
stay, tempat parkir, dan tempat
ibadah.
109

Lanjutan Lampiran 1
2. Desa Ciburayut

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Podsolik Pada tanah Podsolik Merah
Merah Kekuningan. Podsolik Kekuningan diperlukan pemupukan
merah kekuningan memiliki lengkap dan pengendalian air yang
kesuburan rendah, mudah erosi cukup apabila digunakan untuk
karena struktur tidak mantap. pertanian.
Kesesuaian bersyarat (S3)
untuk tanaman pangan dan
hortikultur.

Air Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar
air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal dan
digunakan adalah irigasi merata.
perdesaan.

Penggunaan Sebagian besar penggunaan Penetapan kawasan sebagai area


Lahan lahan berupa sawah. konservasi dan ruang terbuka hijau
sehingga konversi lahan pertanian
dapat dicegah. Berpotensi untuk
dijadikan kawasan agrowisata.
Aksesibiltas Desa ini terletak 4 km dari Perbaikan kondisi jalan untuk
pusat pemerintahan kecamatan. mendukung kegiatan agrowisata.
Dapat dilalui kendaraan roda
empat.
Transportasi umum adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat tujuh kelompok tani Gapoktan berpotensi untuk
Komunitas yang terintegrasi ke dalam satu dijadikan objek atraksi wisata dan
gabungan kelompok tani. pengelola agrowisata.
Kelompok tani di desa ini
tergolong maju.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Komoditas yang ada saat ini sudah
sawah, hortikultur, domba. cukup sesuai.
Diversikasi komoditas ternak dapat
dikembangkan.

Sarana dan Belum tersedianya sarana- Apabila desa ini dikembangkan


Prasarana sarana untuk penunjang menjadi kawasan agrowisata, maka
agrowisata seperti toilet umum, diperlukan pembangunan fasilitas
rumah makan, pertokoan, dan seperti toilet umum, rumah makan,
home stay. pertokoan, home stay, tempat
parkir, dan tempat ibadah.
110

Lanjutan Lampiran 1
3. Desa Ciburuy

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Ass Latosol Pengairan yang cukup akan
Cokelat Regosol. Memiliki membuat jenis tanah ini
keseuaian bersyarat (S3) untuk produktif untuk pertanian
tanaman pangan dan tanaman
tahunan.
Air Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar
air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal
digunakan adalah irigasi pada musim kemarau.
perdesaan.Mengalami kesulitan
memperoleh air apabila musim
kemarau datang.
Penggunaan Sebagian besar merupakan Penetapan kawasan ruang
Lahan lahan pertanian berupa sawah, terbuka hijau sehingga konversi
hanya saja lahan tersebut bukan lahan pertanian dapat dicegah.
milik masyarakat setempat. Berpotensi untuk dijadikan
Sebagian kawasan berkembang kawasan agrowisata.
menuju desa perkotaan.
Aksesibiltas Desa ini terletak 1,5 km dari Perbaikan kondisi jalan agar
pusat pemerintahan kecamatan. dapat mendukung kegiatan
Dilalui oleh 1,5 km jalan agrowisata.
propinsi dan 4 km jalan
kabupaten. Transportasi umum
adalah angkot dan ojek.
Kelembagaan Terdapat delapan kelompok Gapoktan ini sangat berpotensi
Komunitas tani yang dengan komoditas sebagai objek atraksi wisata dan
yang berbeda. Kelompok- pengelola agrowisata.
kelompok tani ini bergabung
dalam satu Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan)
yang merupakan Gapoktan
maju dan berkembang dengan
sangat baik. Gapoktan ini
memiliki komoditas unggulan
beras sehat (beras semi-
organik).
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam
sawah. Gapoktan desa ini dataran menengah. Diversikasi
memiliki komoditas unggulan komoditas hortikultur buah-
beras sehat dan melakukan buahan dan tanaman hias dapat
produksi hingga pengemasan. dikembangkan.Mempertahankan
dan meningkatkan produk
unggulan yang sudah ada.
Sarana dan Terdapat dua buah rumah Apabila desa ini dikembangkan
Prasarana makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata,
maka diperlukan pembangunan
fasilitas seperti toilet umum,
home stay, tempat parkir, dan
tempat ibadah.
111

Lanjutan Lampiran 1
4. Desa Cigombong

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Podsolik Merah Pada tanah Podsolik Merah
Kekuningan. Podsolik merah Kekuningan diperlukan
kekuningan memiliki kesuburan pemupukan lengkap dan
rendah, mudah erosi karena pengendalian air yang cukup
struktur tidak mantap. Kesesuaian apabila digunakan untuk
bersyarat (S3) untuk tanaman pertanian.
pangan dan hortikultur.

Penggunaan Desa ini merupakan desa pusat Diperlukan adanya


Lahan pemerintahan kecamatan yang pengendalian pembangunan
berkembang menuju desa agar lahan pertanian yang ada
perkotaan. Lahan pertanian hanya tidak berkurang lagi.
sekitar 15% dari luas wilayah. Menjadikan desa ini sebagai
desa pusat informasi wisata.
Air Sumber air yaitu air hujan dan air Pembuatan irigasi teknis agar
sungai. Irigasi yang digunakan pemanfaatan air lebih optimal
adalah irigasi perdesaan. Irigasi dan merata.
yang digunkan bergiliran dengan
Desa Tugu Jaya.
Aksesibiltas Desa ini merupakan pusat Perbaikan kondisi jalan untuk
pemerintahan kecamatan. mendukung kegiatan
Memiliki 2 km jalan aspal yang agrowisata.
dapat dilalui oleh kendaraan roda
empat. Dilalui oleh jalan propinsi
dan angkutan umum.
Kelembagaan Terdapat satu kelompok tani Mempertahankan kelompok
Komunitas denagan komoditas padi dan tani yang sudah ada untuk terus
palawija. Kelompok tani ini mengelola lahan pertanian yang
kurang berkembang karena lahan sekarang dimanfaatkan agar
pertanian yang sempit di desa tidak terjadi alih fungsi lahan
Cigombong. pertanian.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini merupakan dataran
sawah. menengah sehingga komoditas
yang ada sudah sesuai.

Sarana dan Terdapat empat buah rumah Apabila desa ini dikembangkan
Prasarana makan dan beberapa pertokoan menjadi kawasan agrowisata,
seperti tempat fotokopi dan mini maka diperlukan penambahan
market. Juga terdapat Masjid dan perbaikan fasilitas seperti
utama yaitu Masjid Cigombong. toilet umum dan tempat parkir.
Desa ini cukup berkembang
dengan baik dalam hal sarana dan
prasaran karena merupakan pusat
pemerintahan kecamatan dan
berada pada jalan utama yaitu
Jalan Raya Bogor-Sukabumi.
112

Lanjutan Lampiran 1
5. Desa Cisalada

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Podsolik Pada tanah Podsolik Merah
Merah Kekuningan. Podsolik Kekuningan diperlukan
Merah Kekuningan memiliki pemupukan lengkap dan
kesuburan rendah, mudah erosi pengendalian air yang cukup
karena struktur tidak mantap. apabila digunakan untuk
Kesesuaian bersyarat (S3) pertanian.
untuk tanaman pangan dan
hortikultur.
Air Sumber air yaitu air hujan, air Pembuatan irigasi teknis agar
sungai dan mata air. Irigasi pemanfaatan air lebih optimal
yang digunakan adalah irigasi dan merata.
perdesaan.

Penggunaan Penggunaan lahan dominan Penetapan kawasan ruang


Lahan berupa sawah. terbuka hijau sehingga
konversi lahan pertanian dapat
dicegah. Berpotensi untuk
dijadikan kawasan agrowisata.
Aksesibiltas Desa ini terletak 1 km dari Pembangunan jalan dan
pusat pemerintahan kecamatan. perbaikan kondisi jalan agar
Memiliki 2,5 km jalan dapat mendukung kegiatan
kabupaten. Transportasi umum agrowisata.
adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat dua kelompok tani di Mempertahankan keberadaan
Komunitas desa ini akan tetapi belum kelompok tani yang sudah ada
berjalan dan berkembang sekarang ini untuk mengolah
dengan baik. lahan pertanian yang ada agar
tidak terjadi alih fungsi lahan
pertanian.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam
sawah, palawija, pala, ternak dataran tinggi. Diversikasi
ayam. komoditas pengembangan jenis
hortikultur seperti sayuran
dapat dikembangkan.

Sarana dan Belum tersedianya sarana- Apabila desa ini dikembangkan


Prasarana sarana untuk penunjang menjadi kawasan agrowisata,
agrowisata seperti toilet umum, maka diperlukan pembangunan
rumah makan, pertokoan, dan fasilitas seperti toilet umum,
home stay. rumah makan, pertokoan, home
stay, tempat parkir, dan tempat
ibadah.
113

Lanjutan Lampiran 1
6. Desa Pasir Jaya

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Andosol dan Pada tanah Podsolik Merah
Podsolik Merah Kekuningan. Kekuningan diperlukan
Andosol memiliki drainase baik pemupukan lengkap dan
dan kesuburan baik. Terdapat di pengendalian air yang cukup
dataran tinggi. apabila digunakan untuk
Podsolik merah kekuningan pertanian.
memiliki kesuburan rendah,
mudah erosi karena struktur
tidak mantap.
Air Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar
air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal
digunakan adalah irigasi dan merata.
perdesaan.
Penggunaan Sebagian kawasan merupakan Penetapan kawasan sebagai
Lahan kawasan hutan Taman Nasional area konservasi dan ruang
Gunung Halimun Salak terbuka hijau sehingga
(TNGHS). Lahan pertanian konversi lahan pertanian dapat
berupa sawah dan tegalan. dicegah. Berpotensi untuk
dijadikan kawasan agrowisata.
Aksesibiltas Desa ini terletak 3 km dari Pembangunan jalan dan
pusat pemerintahan kecamatan. perbaikan kondisi jalan untuk
Memiliki 4km jalan aspal yang mendukung kegiatan
dapat dilalui kendaraan roda agrowisata.
empat. Transportasi umum
adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat tiga kelompok tani Kelompok Tani Bunga Desa
Komunitas yaitu dua kelompok tani yang mengembangkan bunga
padi/palawija dan satu potong dapat dijadikan sebagai
kelompok tani bunga potong. objek atraksi agrowisata.
Kelompok tani di desa ini
termasuk kelompok tani maju.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam
sawah, palawija, hortikultur, dataran tinggi. Diversikasi
dan tanaman tahunan. Terdapat komoditas pengembangan jenis
perkebunan swasta dan satu pertanian seperti sayuran dan
buah peternakan ayam bunga potong dapat
dikembangkan juga ternak
seperti sapi dan kuda

Sarana dan Belum tersedianya sarana- Apabila desa ini dikembangkan


Prasarana sarana untuk penunjang menjadi kawasan agrowisata,
agrowisata seperti toilet umum, maka diperlukan pembangunan
rumah makan, pertokoan, dan fasilitas seperti toilet umum,
home stay. rumah makan, pertokoan, home
stay, tempat parkir, dan tempat
ibadah.
114

Lanjutan Lampiran 1
7. Desa Srogol

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Podsolik Pada tanah Podsolik Merah
Merah Kekuningan dan Ass Kekuningan diperlukan
Latosol Cokelat Regosol. pemupukan lengkap dan
Podsolik Merah Kekuningan pengendalian air yang cukup
memiliki kesuburan rendah, apabila digunakan untuk
mudah erosi karena struktur pertanian.
tidak mantap. Kesesuaian
bersyarat (S3) untuk tanaman
pangan dan hortikultur.
Air Sumber air yaitu air hujan dan Desa ini tidak mengalami
air sungai. Irigasi kendala dalam masalah air
yang
digunakan adalah irigasi teknis. untuk pertanian
Penggunaan Penggunaan lahan sebagian Penetapan kawasan sebagai
Lahan besar merupakan area konservasi dan ruang
lahan
pertanian berupa terbuka hijau
tegalan. sehingga
Pemukiman penduduk cukup konversi lahan pertanian dapat
padat di desa ini. dicegah. Berpotensi untuk
dijadikan kawasan agrowisata.
Aksesibiltas Desa ini terletak 2 km dari Perbaikan kondisi jalan agar
pusat pemerintahan kecamatan. dapat mendukung kegiatan
Dilalui oleh jalan propinsi. agrowisata.
Memiliki 1,5 km jalan yang
dapat dilalui kendaraan roda
empat. Transportasi umum
adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat satu kelompok Silih Kelompok tani ini berpotensi
Komunitas Asuh. Kelompok ini merupakan untuk dijadikan sebagai objek
kelompok tani maju yang atraksi agrowisata dan
berkembang dengan baik pengelola agrowisata.
dengan komoditas padi,
palawija dan ternak.
Komoditas Komoditas utama adalah Desa ini tergolong ke dalam
palawija, padi sawah dan ternak dataran rendah, sehingga
kambing. komoditas yang ada saat ini
sudah cukup sesuai.

Sarana dan Terdapat empat buah rumah Apabila desa ini dikembangkan
Prasarana makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata,
maka diperlukan pembangunan
fasilitas seperti toilet umum,
home stay, tempat parkir, dan
tempat ibadah.
115

Lanjutan Lampiran 1
8. Desa Tugu Jaya

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Andosol dan Pada tanah Podsolik Merah
Podsolik Merah Kekuningan. Kekuningan diperlukan
Andosol memiliki drainase pemupukan lengkap dan
baik, kesuburan baik. Terdapat pengendalian air yang cukup
di dataran tinggi. apabila digunakan untuk
Podsolik Merah Kekuningan pertanian.
memiliki kesuburan rendah,
mudah erosi karena struktur
tidak mantap.
Air Sumber air yaitu air hujan, air Pembuatan irigasi teknis agar
sungai dan mata air. Terdapat pemanfaatan air lebih optimal
satu buah mata air, 2 buah dan merata.
sungai digunakan untuk sumber
irigasi. Irigasi yang digunakan
adalah irigasi perdesaan.
Penggunaan Sebagian kawasan merupakan Penetapan kawasan sebagai
Lahan kawasan hutan Taman Nasional area konservasi dan ruang
Gunung Halimun Salak terbuka hijau agar konversi
(TNGHS). Lahan pertanian lahan pertanian dapat dicegah.
berupa sawah dan tegalan.
Aksesibiltas Desa ini terletak 2 km dari Penambahan dan pembangunan
pusat pemerintahan kecamatan. jalan aspal yang dapat dilalui
Memiliki 2 km jalan aspal. roda empat (jalan lokal I), serta
Hanya sedikit wilayah desa perbaikan kondisi jalan agar
yang dilalui jalan aspal yang dapat mendukung kegiatan
dapat dilalui kendaraan roda agrowisata.
empat. Transportasi umum
adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat tujuh kelompok tani Kelompok tani ini berpotensi
Komunitas dan tergabung ke dalam satu sebagai pengelola untuk
buah gabungan kelompok tani pengembangan agrowisata.
(Gapoktan). Kegiatan kelompok tani ini juga
Komoditas Gapoktan ini adalah dapat dijadikan sebagai objek
padi dan palawija. Selain itu atraksi agrowisata.
juga terdapat satu kelompok
tani tanaman kehutanan.
Komoditas Komoditas utama adalah padi Desa ini tergolong ke dalam
sawah, palawija (kelompok tani dataran tinggi. Diversikasi
tanaman tahunan, jamur, ternak komoditas pertanian dataran
ayam dan kambing. tinggi seperti sayuran dan buah-
buahan dapat dikembangkan.
Sarana dan Belum tersedianya sarana- Apabila desa ini dikembangkan
Prasarana sarana untuk penunjang menjadi kawasan agrowisata,
agrowisata seperti toilet umum, maka diperlukan pembangunan
rumah makan, pertokoan, dan fasilitas seperti toilet umum,
home stay. rumah makan, pertokoan, home
stay, tempat parkir, dan tempat
ibadah.
116

Lanjutan Lampiran 1
9. Desa Wates Jaya

Aspek Analisis Solusi


Tanah Jenis tanah yaitu Podsolik Pada tanah Podsolik Merah
Merah Kekuningan dan Ass Kekuningan diperlukan
Latosol Cokelat Regosol. pemupukan lengkap dan
Podsolik Merah Kekuningan pengendalian air yang cukup
memiliki kesuburan rendah. apabila digunakan untuk
pertanian.
Air Sumber air yaitu air hujan dan Pembuatan irigasi teknis agar
air sungai. Irigasi yang pemanfaatan air lebih optimal
digunakan adalah irigasi dan merata.
perdesaan. Terdapat Danau
Lido yang telah digunakan
pihak swasta sebagai tempat
wisata dan sebagian danau
digunakan oleh kelompok tani
Mekar Jaya
Penggunaan Lahan pertanian cukup Penetapan kawasan ruang
Lahan dominan, hanya saja lahan terbuka hijau sehingga
tersebut bukan milik konversi lahan pertanian dapat
masyarakat. Sebagian lahan dicegah.
adalah miliki investor untuk
lapangan golf dan tempat
wisata di sekitar Danau Lido.
Sebagian kawasan juga
merupakan bagian dari Hutan
Bodogol.
Aksesibiltas Desa ini terletak 0,5 km dari Pembangunan jalan desa dan
pusat pemerintahan kecamatan. perbaikan kondisi jalan agar
Dilalui oleh 2,5 km jalan dapat mendukung kegiatan
propinsi. Transportasi umum agrowisata.
adalah ojek.
Kelembagaan Terdapat satu kelompok tani Kelompok tani ikan berpotensi
Komunitas dengan komoditas palawija. untuk dijadikan sebagia objek
Kemudian satu kelompok atraksi agrowisata juga sebagai
dengan komoditas ikan air pengelola agrowisata karena
tawar. kelompk tani ini memiliki
struktur organisasi yang baik.
Komoditas Komoditas utama adalah Desa ini tergolong ke dalam
palawija seperti ubi jalar, dataran rendah, sehingga
jagung dan singkong. Selain itu komoditas yang ada saat ini
komoditas utama yaitu ikan. sudah sesuai.
Sarana dan Terdapat lima buah rumah Apabila desa ini dikembangkan
Prasarana makan dan beberapa pertokoan. menjadi kawasan agrowisata,
maka diperlukan pembangunan
fasilitas seperti toilet umum,
home stay, tempat parkir, dan
tempat ibadah.
117

Lampiran 2. Persyaratan/Karakteristik Tanaman Pertanian

Aster (Aster sp.)


Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 18 - 25 25 - 30 30 - 35 > 35
15 - 18 10 - 15 < 10
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.000 - 2.000 500 - 1.000 250 - 500 < 250
2.000 - 3.000 3.000 - 4.000 > 4.000

Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30


Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, sedang agak terhambat terhambat, sangat
agak cepat terhambat,
cepat

Media perakaran (rc)


Tekstur sedang, agak agak kasar sangat halus kasar
halus, halus
Bahan kasar (%) 0 - 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 50 > 50 25 - 50 < 25
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan

Retensi hara (nr)


KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,5 - 7,8 5,0 - 5,5 < 5,0
7,8 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 0-8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat sangat berat
sedang
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
118

Lanjutan Lampiran 2

Melon (Citrulus vulgaris SHRAD)


Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 22 - 30 30 - 32 32 - 35 > 35
20 - 22 18 - 20 < 18
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 400 - 700 700 - 1.000 > 1.000
300 - 400 200 - 300 < 200
Kelembaban udara (%) 24 - 80 20 - 24 < 20
80 - 90 > 90
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat
terhambat sedang terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur sedang, agak - agak kasar kasar
halus, halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 50 > 50 30 - 50 < 30
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,8 - 7,6 5,5 - 5,8 < 5,5
7,6 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30

Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat sangat berat


sedang

Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan


119

Lanjutan Lampiran 2

Padi sawah tadah hujan (Oryza sativa)


Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 24 - 29 22 - 24 18 - 22 < 18
29 - 32 32 – 35 > 35
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) bulan ke-1 175-500 500 - 650 650 - 750 > 750
125 - 175 100 - 125 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-2 175-500 500 - 650 650 - 750 > 750
125 - 175 100 - 125 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-3 175-500 500 - 650 650 - 750 > 750
125 - 175 100 - 125 < 100
Curah hujan (mm) bulan ke-4 50-300 300 - 500 500 - 600 > 600
30 - 50 < 30
Kelembaban (%) 33 - 90 30 - 33 < 30 > 90
Media perakaran (rc)
Drainase terhambat, agak cepat, sangat cepat
agak terhambat sedang, baik terhambat
Tekstur halus, agak halus, agak agak kasar kasar
halus, sedang halus, sedang
Bahan kasar (%) <3 3 - 15 15 – 35 > 35
Kedalaman tanah (cm) > 50 40 - 50 25 - 40 < 25
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35
pH H2O 5,5 – 8,2 5,0 - 5,5 < 5,0
8,2 - 8,5 > 8,5
C-organik (%) > 1,5 0,8 - 1,5 < 0,8
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <3 3-8 >8 - 25 > 25
Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat sangat
sedang berat
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
120

Lanjutan Lampiran 2

Tomat (Solanum lycopersicon esculentum MILL.)


Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 18 - 26 26 - 30 30 - 35 > 35
16 - 18 13 - 16 < 13
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 400 - 700 700 - 800 > 800
masa pertumbuhan
300 - 400 200 - 300 < 200
Kelebaban udara (%) 24 - 80 80 - 90 > 90
20 - 24 < 24
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat
terhambat sedang terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar, kasar
halus, sedang sangat halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 50 > 50 30 - 50 < 30
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 6,0 - 7,5 5,5 - 6,0 < 5,5
7,5 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30


Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat sangat berat
sedang

Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan


121

Lanjutan Lampiran 2

Ubi jalar (Ipomoea batatas)


Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 22 - 25 25 - 30 30 - 35 > 35
20 - 22 18 - 20 < 18

Ketersediaan air (wa)


Curah hujan (mm) 800 - 1.500 600 - 800 400 - 600 < 400
1.500-2.500 2.500-4.000 > 4.000

Lama bulan kering (bln) <3 3-4 4-6 >6


Kelembaban (%) saat panen < 75 75 - 85 > 85
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, agak agak cepat, terhambat sangat
terhambat sedang terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur agak halus, halus, agak - kasar
sedang kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 20 - 50 < 20
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) ≥ 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,2 - 8,2 4,8 - 5,2 < 4,8
8,2 - 8,4 > 8,4
C-organik (%) >2 1-2 <1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 5 - 18 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - berat
sedang
Sumber: BBSDLP, 2009, dengan pengolahan
122

Lampiran 3. Lembar Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN “STUDI POTENSI LANSKAP


PERDESAAN UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA
BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN CIGOMBONG
KABUPATEN BOGOR”
Oleh : Resa Maharani
(Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dalam rangka penelitian saya yang berjudul ”Studi Potensi Lanskap


Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” sebagai syarat memperoleh gelar
sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner ini dalam
rangka memperoleh informasi lebih lanjut mengenai lanskap perdesaan dan
potensinya yang ada di Kecamatan Cigombong ini. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah mengidentifikasi potensi-potensi lanskap perdesaan yang ada di Kecamatan
Cigombong ini untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Kuesioner ini
nantinya berguna sebagai data pelengkap yang dibutuhkan untuk analisis lebih lanjut.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih dan selamat mengisi.

I. Latar Belakang Responden


1. Umur:
a. 15-24 th (remaja) b. 25-55th (dewasa) c. >55 th (manula)
2. Jenis kelamin:
a. laki-laki b. perempuan
3. Pendidikan terakhir:
a. SD c. Akademi-PT
b. SLTP-SMU d. tidak sekolah e.lainnya (sebutkan)......................
4. Mata pencaharian utama:
a. PNS b. Swasta c. TNI d. Petani e.lainnya (sebutkan).........
5. Tempat tinggal:
...............................................................................................................................
6. Lama tinggal di Kecamatan Cigombong:
a.<1 th b. 1-5 th c. 5-10 th d. >10 th

II. Potensi Lanskap Perdesaan dan Pertanian


a. Potensi Lahan dan Produk
1. Luasan total lahan yang dimiliki/digarap:
a. <100 m2 c. 300-500 m2 e. >1000 m2
2 2
b. 100-300 m d. 500-1000 m
2. Jenis penggunaan lahan yang dimiliki (bisa lebih dari satu):
a. lahan pertanian (sawah, tegal, pekarangan, kebun, dalam m2)
b. lahan perikanan (kolam, tambak, dalam m2)
c. lahan peternakan (padang gembala, kandang, dalam m2)
d. lainnya (sebutkan)..........................................................
123

3. Kepemilikan lahan:
a. lahan sendiri b. Sewaan c. Garapan
4. Keterkaitan terhadap lahan:
a. lahan bebas b. lahan warisan
5. Lama kepemilikan:
a. <1 th b. 1-2 th c. 2-4 th d. > 4 th
5. Jenis komoditas yang ditanam/dibudidayakan:
a. pertanian (pangan, buah, sayuran, tanaman upakara, industri)
b. perikanan (sebutkan komoditasnya)
c. peternakan (sebutkan komoditasnya)
d. lainnya (sebutkan).....................................................................................
7. Untuk lahan pertanian, pola pertanaman tanaman yang digunakan:
a. tanaman musiman b. tanaman dwi musim c. Tanaman tahunan
8. Untuk komoditas pertanian, lamanya panen mulai dari tanam sampai panen:
...................................................... ...............................................................

b. Potensi ekonomi
1. Banyaknya panen dilakukan/tahun:
a. > 2 kali per th b. 2-4 kali per th c. 4-6 kali per th d. > 6 kali per th
2. Apakah produk yang dihasilkan untuk dijual/dikonsumsi sendiri?
a. dijual b. dikonsumsi
3. Jika dijual, keuntungan yang diperoleh setiap kali panen:
a. < 500 ribu b. 500 rb-1 juta c. 1-2 juta d. > 2 juta
4. Apakah ada kegiatan pengolahan produk setelah panen/langsung dijual(segar)?
a. ada b. tidak
5. Tenaga kerja yang digunakan:
a. sendiri b. tenaga kerja bayaran

c. Potensi aksesibilitas
1. Relatifitas kemudahan dalam memasarkan produk pertanian:
a. mudah b. sulit
2. Relatif letak jalan terhadap jalan utama:
a. jauh b. dekat
3. Ada/tidaknya alternatif akses pemasaran produk pertanian:
a. tidak ada b. ada (sebutkan alternatifnya)..........................................

d. Potensi aktivitas adat dan budaya


1. Adakah upacara adat/keagamaan yang dilakukan berhubungan dengan pertanian:
a. ada b. tidak ada
2. Jika ada, apa saja? (sebutkan).........................................................................
3 Adakah atraksi (membajak, memanen, menggembala, dsb) yang dapat
ditunjukkan sehubungan dengan kegiatan produksi?
a. ada b. tidak ada
4. Jika ada, apa saja? (sebutkan).........................................................................
5. Jenis aktivitas apa saja yang dilakukan selama proses produksi? (sebutkan)
........................................................................................................................
6. Apakah dalam aktivitas produksi terkait dengan organisasi adat?
a. terkait b. tidak terkait
124

7. Jika ya, apakah dalam aktivitas proses produksi, kegiatan produksi (musim
memulai tanam, pengairan, mulai beternak, mulai menebar benih, dsb)
ditentukan adat?
a. ya b. tidak
8. Sebelumnya apakah anda pernah mendengar istilah ”agrowisata” ? Jika ya,
menurut anda apakah pengertian ”agrowisata” itu ?
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
9. Apakah anda setuju jika lahan dan aktivitas pertanian di Kecamatan Cigombong
dikembangkan sebagai agrowisata?
a. setuju b. tidak setuju
10. Apakah harapan bapak/Ibu/Saudara jika lahan pertanian di Kecamatan
Cigombong ini nantinya dikembangkan menjadi wisata agro?
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Sumber: Utami, 2005

Anda mungkin juga menyukai