Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PROGRAM BINA DESA

DESA BINAAN OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN


UNTUK TANAMAN HERBAL DAN SAYURAN
GUNA MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN
DI DESA TREBUNGAN-MANGARAN-SITUBONDO

======================================

DPD SAHI KABUPATEN SITUBONDO

Januari
2020
LATAR BELAKANG MASALAH
GAMBARAN UMUM

KEADAAN GEOGRAFIS
Kecamatan Mangaran sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Situbondo
cukup dikenal dengan sebutan wilayah dengan potensi pelabuhan Kalbut yang berada
di kawasan utara menuju Desa Trebungan.
Letak Kecamatan Mangaran berbatasan langsung dengan Selat Madura di
sebelah Utara, Kecamatan Kapongan disebelah Timur, Kecamatan Panarukan
disebelah Barat dan di sebelah Selatan Kecamatan Panji dan Kecamatan Situbondo.
Luas Kecamatan Mangaran adalah 35, 70 Km 2 atau 3.750 Ha. Terdiri dari 3 desa
memiliki pantai dan 3 desa lainnya tidak memiliki pantai dan umumnya dataran rendah.
Rata – rata lebar desa adalah 3 Km. Dari 6 desa yang terluas adalah Desa Tanjung
Pecinan yaitu 11,71 Km2 disebabkan oleh luas tanah pertanian sawah, sedangkan luas
desa terkecil adalah Desa Trebungan yaitu 2,43 Km2.

PEMERINTAHAN
Kecamatan Mangaran terdiri dari 6 desa, 45 Dusun, 77 Rukun Warga (RW) dan
170 Rukun Tetangga (RT). Jumlah desa menurut klasifikasi daerah perkotaan dan
pedesaan sebanyak 3 wilayah perkotaan dan 3 wilayh pedesaan. Tergolong daerah
perkotaan yaitu Desa Trebungan, Mangaran dan Tanjung Kamal, dengan luas tanah
sebesar 18.170 Ha. Sedangkan daerah pedesaan adalah Desa Tanjung Glugur,
Tanjung Pecinan dan Semiring dengan luas wilayah sebesar 17.534 Ha.
Dilihat dari tingkat pendidikan, Kepala Desa berpendidikan SMA 66,67 % dan
Sarjana 33,34%. Sekretaris Desa berpendidikan SMA 66,67% dan Sarjana 33,33.
Sedangkan Kepala Dusun seluruhnya berpendidikan SD.
Berdasarkan potensi desa yang diperoleh dai Seksi Pembangunan terlihat bahwa
semua Desa tergolong tingkat rendah, demikian pula potensi pengembangannya
tergolong kurang. Untuk tingkat perkembangan desa ada 4 desa tergolong berkembang
yaitu Desa Mangaran, Tanjung Kamal, Tanjung Pecinan dan Trebungan. Sedangkan
yang kurang berkembang ada 2 desa yaitu Desa Trebungan dan Tanjung Glugur.
PENDUDUK
a. Jumlah Penduduk
Dari hasil data Inmakro BPS tahun 2009 tercatat jumlah penduduk Kecamatan
Mangaran sebanyak 30.773 jiwa terdiri dari 14.827 laki-laki dan 15.946 perempuan.
Sex ratio adalah sebesar 92,98%. Hal tersebut berarti bahwa setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 92 penduduk laki-laki.
b. Persebaran Penduduk
Dari jumlah penduduk yang tersebar di 6 desa yang terbanyak adalah Desa
Trebungan dengan 6.509 jiwa dan yang terendah adalah Desa Trebungan 3.400
jiwa.
c. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Hasil data Inmakro BPS jumlah penduduk tahun 2008 Kecamatan
Mangaran adalah 30.669 jiwa dan pada tahun 2009 menjadi 30.773 jiwa, sehingga
dalam kurun waktu satu tahun terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar 0,34%.
Angka kepadatan penduduk Kecamatan Mangaran setiap Km 2 adalah 837 jiwa. Dari
keenam desa tersebut yang terpadat penduduknya adalah desa Trebungan 1.370
setiap Km2 dan terjarang di Desa Tanjung Pecinan adalah 538 jiwa setiap Km 2.
d. Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk
Kenaikan dan penurunan jumlah penduduk bisa disebabkan oleh adanya
migrasi dan banyaknya kelahiran atau kematian. Migrasi disebabkan oleh adanya
perpindahan penduduk baik yang datang maupun yang keluar dari/ke suatu wilayah.
Jumlah kelahiran yang dilaporkan tahun 2009 sebanyak 89 jiwa, kematian 33 jiwa,
penduduk yang datang sebanyak 96 jiwa dan yang pindah 21 jiwa.
Dilihat dari mata pencahariannya maka mayoritas penduduk di Kecamatan
Mangaran adalah bekerja di sector pertanian sebanyak 79,06%, sedangkan sektor
lainnya berturut-turut adalah perdagangan 10,34%, dan sektor jasa-jasa (TNI/polri,
PNS, dan Jasa lainnya) sekitar 4,92%.

PERTANIAN
Potensi sektor pertanian Kecamatan Mangaran yang memberikan kontribusi besar
diantaranya produksi dari pertanian tanaman pangan, perikanan laut dan tambak serta
peternakan.
a. Pertanian Tanaman Pangan
Produksi pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi sawah, jagung.
Pada tahun 2009 rata-rata produksi tanaman padi sawah sebesar 7,86 ton
perhektar. Untuk tanaman jagung rata-rata produksi perhektar rata-rata adalah 6,7
ton perhektar pada tahun 2009.
b. Peternakan
Produksi sub sektor peternakan dari tahun ke tahun menunjukkan
perkembangan yang menurun dengan tahun sebelumnya diantara meliputi ternak
sapi, kerbau, kambing dan domba. Demikian juga dengan jumlah unggas antara lain
ayam buras, itik dan entok menunjukkan perkembangan yang sama yaitu menurun.
Desa trebungan merupakan desa berbasis pertanian karena 65 % lahan
digunakan sebagai lahan pertanian. Namun masih sedikit masyarakat yang
membudidayakan aneka sayuran, 0,62 %, tanaman obat 0 ha. Salah satu cara untuk
meningkatkan minat masyarakat dalam membudidayakan aneka sayuran, tanaman
obat, dengan memanfaatkan pekarangan rumah.
Pekarangan masyarakat di desa Trebungan pada umumnya belum dapat
dimanfaatkan dengan baik. Pekarangan hanya sekedar ditanam tanaman hias yang
kurang bernilai ekonomi dan minim perawatan sehingga tidak menghasilkan ditinjau
dari sisi ekonomi. Padahal dengan memanfaatkan pekarangan yang sempit dapat
menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan sendiri terhadap kecukupan gizi
masyarakat desa. Apabila dapat dicapai, diharapkan desa Trebungan akan menjadi
desa mandiri pangan.

RUMUSAN MASALAH
Masyarakat desa trebungan yang didominasi petani belum dapat mengoptimalkan
peran lahan pekarangan agar menghasilkan dari sisi ekonomi. Lahan pekarangan
umumnya hanya ditanami tanaman hias dengan perawatan yang kurang memadai.
Selain itu tak jarang hanya ditumbuhi gulma seperti rumput-rumputan. Padahal untuk
mendukung ketahanan pangan nasional, perlunya pemanfaatan secara optimal lahan-
lahan sempit, tak terkecuali pekarangan.Pekarangan berpotensi membantu memenuhi
kebutuhan gizi keluarga. Pekarangan mampu menghasilkan pangan selain beras
seperti sayuran dan tanaman herbal.

TUJUAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya program optimalisasi lahan pekarangan di
desa Trebungan untuk mewujudkan desa mandiri pangan dan mandiri sehat adalah
mewujudkan desa mandiri pangan yang mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangan
selain beras (padi) seperti sayuran, tanaman obat dan lain-lain dengan tidak
meningkatkan kebutuhan hidup tetapi justru mengurangi pengeluaran dengan hanya
mengoptimalkan pekarangan yang sempit.
INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
Adapun indikator keberhasilan program ini antara lain :
1. Berkembangnya pola pikir masyarakat desa mengenai pentingnya mengonsumsi
sayuran, maupun tanaman obat untuk mendukung kesehatan manusia.
2. Terbentuknya keterampilan masyarakat desa dalam mengelola pekarangan agar
lebih sehat dan indah.
3. Berkurangnya pengeluaran kebutuhan rumah tangga masyarakat desa sehari-hari.
4. Terbentuknya lembaga kemasyarakatan yang bergerak dalam kerjasama jual beli
hasil dengan para pedagang sayuran.
5. Pengembangan kesadaran masyarakat desa untuk melestarikan dan meningkatkan
kesehatan lingkungan pekarangan dengan terus menanam dan merawat tanaman.

LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan dalam program ini, antara lain masyarakat mampu
mengelola secara optimal lahan pekarangan individu maupun secara kolektif. Selain itu
masyarakat dapat terus melanjutkan usaha untuk mengoptimalkan pekarangannya agar
menghasilkan secara ekonomi.

KEGUNAAN
Adapun kegunaan/manfaat dari program ini, diantaranya :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas dari kebutuhan nutrisi keluarga tanpa
meningkatkan biaya hidup.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mengurangi pengeluaran
3. Memberikan peluang kerja bagi orang-orang tertentu dalam masyarakat sasaran
4. Menumbuhkan sifat positif bagi masyarakat sasaran dengan lebih sadar
memanfaatkan pekarangan.
5. Mampu mendukung industri kecil dengan memanfaatkan kekosongan waktu agar
menjadi produktif.
6. Membantu orang-orang berusia lanjut, cacat fisik maupun mental untuk merasa
berguna dalam lingkup keluarga dan masyarakat.
7. Mendorong ketertarikan bagi anak-anak dengan lebih banyak melakukan aktivitas
yang berguna, semisal merawat tanaman di pekarangan.
8. Meningkatkan nilai estetika (keindahan) dari lahan pekarangan.
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut :
A. Persiapan Program
1. Koordinasi dengan perangkat desa setempat mengenai teknis dan jadwal
kegiatan.
2. Persiapan alat dan bahan untuk pelaksanaan kegiatan.

B. Pelaksanaan Program
1. Sosialisasi program, berisi penjelasan mengenai isi program, mengenai latar
belakang, permasalahan, tujuan, indikator keberhasilan, luaran, kegunaan,
gambaran umum masyarakat, metode dan jangka waktu pelaksanaan,
kemitraan, dan rancangan biaya dan lain-lain.
2. Pendirian posko tanggap “Mandiri Pangan” sebagai pusat tempat diskusi antara
masyarakat sasaran dengan SAHI mengenai program. Selain itu, merupakan
pusat logistik dari alat dan bahan yang diperlukan untuk menunjang kegiatan
program seperti, polybag, benih tanaman, kompos, dan lain-lain.
3. Pelatihan disertai praktek langsung pembuatan kompos jerami diperkaya, MOL
(Mikroorganisme Lokal), pestisida nabati, serta formulasi herbal untuk kesehatan
sebagai dasar meningkatkan kesehatan lingkungan pekarangan dan manusia.
4. Pendirian KSD (Kebun Semai Desa) untuk memudahkan masyarakat yang
membutuhkan bibit tanaman.
5. Pembuatan demplot kebun vertikal kolektif sebagai percontohan teknik
menanam kebun vertikal secara umum kepada masyarakat sasaran.
6. Pembuatan kebun di pekarangan rumah masyarakat sasaran disesuaikan
dengan kondisi pekarangan.
7. Kerjasama dalam pemasaran hasil panen. Sekitar 50 % dari hasil produksi
dikonsumsi oleh masyarakat sasaran dan 50 % dipasarkan ke konsumen. Hasil
yang didapat dikembalikan ke masyarakat sasaran dalam bentuk bahan habis
pakai seperti benih tanaman, pupuk, dan lain-lain.

C. Pembahasan Program
1. Monitoring program di tiap-tiap pekarangan rumah masyarakat sasaran setiap
dua minggu untuk mengetahui sejauh mana kemajuan program dan kesesuaian
pelaksanaan program oleh masyarakat sasaran.
2. Analisa hasil program meliputi analisa dua mingguan dan akhir. Analisa dua
mingguan dilakukan untuk mendapatkan masalah-masalah yang menghambat
kemajuan program. Sedangkan analisa akhir dimaksudkan untuk mengukur
dampak program ini dalam mengurangi pengeluaran kebutuhan hidup dilihat
dari analisis ekonominya.
3. Evaluasi program meliputi evaluasi dua mingguan dan akhir. Evaluasi dua
mingguan untuk mendapatkan solusi dari masalah yang menghambat kemajuan
program Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan program
berdasarkan hasil analisis dan keberlanjutan program bagi masyarakat sasaran.

D. PELAPORAN
Penyusunan laporan kemajuan berdasarkan log book kegiatan. Pembuatan
laporan disesuaikan dengan hasil yang telah dicapai selama melakukan pembinaan
terhadap masyarakat di Desa Binaan. Memaparkan proses pelaksanaan program
dari awal hingga akhir serta perkembangan/kemajuan dari setiap program yang
telah disusun.

E. JADWAL KEGIATAN PROGRAM


Adapun jangka waktu kegiatan program ± 6 bulan meliputi persiapan
pelaksanaan, pembahasan, dan pelaporan program. Dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
No Jenis kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan V
2 Sosialisai V
3 Pembentukan kepanitiaan warga V
4 Pelatihan pembuatan kebun I, V
pembuatan kompos
5 Pembuatan Kebun V V V V V
6 Pelatihan pemanfaatan tanaman herbal V
7 monitoring V
8 Evaluasi V
9 Pelaporan V
F. Rancangan Biaya

No Keterangan Jumlah Harga Satuan Jumlah (Rp)


(Rp)
1 Pembuatan modul 200 15.000 3.000.000
2 Polybag 20.000 1000 20.000.000
(Masing masing orang
mendapatkan 100 buah
polybag)
3 Benih sayuran 60 25.000 1.500.000
4 Bibit tanaman herbal 2000 30.000 60.000.000
(Masing masing orang
mendapatkan 10 macam
tanaman herbal)
5 Pelatihan pembuatan 1 paket 3.000.000 3.000.000
kompos
6 Monitoring dan evaluasi 1 paket 3.000.000 3.000.000
7 Lain lain 1.000.000 1.000.000
Total 91.500.000
Lampiran

DENAH LOKASI (BISA DI AKSES VIA MAPS)

Gambaran Pemanfaatan pekarangan rumah

Anda mungkin juga menyukai