“KAWASAN AGROPOLITAN”
disusun oleh:
DOSEN PENGAMPU:
Ir. Yusma Damayanti, M.Si.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikankasih setianya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini. Laporanyang berjudul “Kawasan Agropolitan “penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
dukungan, kerja keras, dan doa dari orang tua terkasih. Berkat mereka penulis dapat dangan
Lancar menyelesaikan laporan ini. Atas segala kerendahan hati dan kasih sayang
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan dukungan, do’a, serta
peran dari mereka penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun bagi semua pihak dan peneliti
selanjutnya yang mengangkat tema penelitian yang sama.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kebijakan dan Perencanaan: Pemerintah perlu menyusun kebijakan dan rencana yang
mendukung pengembangan kawasan agropolitan. Ini mencakup kebijakan agraria,
pengembangan infrastruktur, investasi pertanian, dukungan keuangan, serta regulasi
dan perizinan yang memfasilitasi pengembangan agropolitan.
2. Dukungan Finansial: Pemerintah dapat memberikan dukungan finansial melalui
bantuan stimulus, subsidi, kredit murah, dan insentif fiskal kepada pelaku usaha di
kawasan agropolitan. Dukungan finansial ini dapat membantu dalam pengembangan
infrastruktur, investasi pertanian, pengembangan teknologi, dan pelatihan
keterampilan.
3. Pengembangan Infrastruktur: Pemerintah bertanggung jawab untuk membangun dan
memperbaiki infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan kawasan
agropolitan. Ini meliputi pembangunan jalan, irigasi, jaringan listrik, akses
telekomunikasi, dan fasilitas penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
Infrastruktur yang baik akan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas, serta
mendukung kegiatan produksi dan pemasaran.
4. Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah dapat menyediakan pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan agropolitan. Ini termasuk
pelatihan pertanian, manajemen usaha, penggunaan teknologi pertanian modern,
pemasaran, dan keuangan. Dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan,
masyarakat akan lebih siap menghadapi perubahan dan meningkatkan produktivitas
serta daya saing.
5. Pengembangan Pasar dan Pemasaran: Pemerintah dapat membantu dalam
pengembangan pasar dan pemasaran untuk produk-produk agrikultur dari kawasan
agropolitan. Ini melibatkan promosi produk, pengembangan merek, akses ke jaringan
distribusi, fasilitas pengolahan dan kemasan, serta dukungan dalam akses ke pasar
domestik maupun internasional.
6. Pengawasan dan Regulasi: Pemerintah memiliki peran dalam pengawasan dan
regulasi terkait kegiatan di kawasan agropolitan. Hal ini meliputi pengawasan
terhadap penggunaan lahan, pemantauan lingkungan, keamanan pangan, serta
perlindungan hak-hak petani dan masyarakat lokal. Regulasi yang jelas dan transparan
akan memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dan mendorong investasi
yang berkelanjutan.
7. Pengembangan Riset dan Inovasi: Pemerintah dapat mendukung penelitian,
pengembangan, dan inovasi di bidang pertanian dan agribisnis. Ini melibatkan
dukungan dalam penelitian pertanian, transfer teknologi, dan pengembangan inovasi
yang berkelanjutan.
2.4 Apa saja dampak positif dan negatif dari pengembangan kawasan agropolitan
terhadap lingkungan?
Dampak Positif:
1. Konservasi Sumber Daya Alam: Dalam kawasan agropolitan, ada kesempatan untuk
menerapkan praktik pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan. Ini
mencakup penggunaan yang lebih efisien dari air irigasi, penggunaan pupuk organik,
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta pelestarian keanekaragaman
hayati. Hal ini dapat membantu melindungi sumber daya alam dan meminimalkan
degradasi lingkungan.
2. Pengelolaan Limbah dan Polusi: Pengembangan kawasan agropolitan dapat
mendorong pengelolaan limbah pertanian dan industri pengolahan pangan secara
lebih baik. Sistem pengolahan limbah dan pengurangan polusi dapat mengurangi
dampak negatif pada kualitas air dan tanah. Misalnya, penggunaan biofilter dan
pengolahan limbah organik menjadi pupuk dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
3. Pengurangan Ketergantungan pada Bahan Kimia: Dalam upaya meningkatkan
produktivitas pertanian, kawasan agropolitan dapat mendorong praktik pertanian yang
mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis. Penggunaan pupuk organik,
pengendalian hama alami, dan praktik pengelolaan tanah yang berkelanjutan dapat
mengurangi paparan terhadap bahan kimia berbahaya dan mengurangi dampak negatif
pada lingkungan.
4. Penanaman Kembali dan Penghijauan: Pengembangan kawasan agropolitan dapat
mendorong upaya penanaman kembali lahan yang terdegradasi dan program
penghijauan. Ini dapat meningkatkan kualitas tanah, meningkatkan penyimpanan
karbon, memperbaiki keanekaragaman hayati, dan mengurangi erosi tanah.
Penghijauan juga dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan
meningkatkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Dampak Negatif:
3.1 KESIMPULAN
Kawasan agropolitan merupakan konsep pengembangan wilayah pedesaan yang
berfokus pada integrasi sektor pertanian, agribisnis, dan perkotaan. Melalui pengembangan
kawasan agropolitan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,
meningkatkan produktivitas pertanian, dan mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan
agropolitan meliputi kebijakan dan dukungan pemerintah, infrastruktur dan aksesibilitas,
keberlanjutan lingkungan, keterlibatan dan partisipasi masyarakat, sumber daya manusia
yang terampil, akses ke pasar dan pemasaran, serta kelembagaan dan manajemen yang kuat.