Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATA KULIAH PENGANTAR AGRIBISNIS

“KAWASAN AGROPOLITAN”

disusun oleh:

1. ALDITA DHIYA RAHMADANTI (D1A022063)


2. MUHAMMAD FAROOZ (D1A022065)
3. ELVINA ELSA MELINDA N. (D1A022076)

DOSEN PENGAMPU:
Ir. Yusma Damayanti, M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikankasih setianya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini. Laporanyang berjudul “Kawasan Agropolitan “penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
dukungan, kerja keras, dan doa dari orang tua terkasih. Berkat mereka penulis dapat dangan

Lancar menyelesaikan laporan ini. Atas segala kerendahan hati dan kasih sayang
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan dukungan, do’a, serta
peran dari mereka penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun bagi semua pihak dan peneliti
selanjutnya yang mengangkat tema penelitian yang sama.

Jambi, 18 Mei 2023

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan salah satu Negara agraris dimana sebagian besar
penduduknya memiliki mata pencaharian di sector pertanian dan umumnya tinggal di
pedesaan dengan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Dalam konteks
kependudukan pedesaan seringkali muncul beberapa persoalan seperti kualitas kehidupan
yang masih rendah,angkatan kerja yang banyak tetapi kualitasnya rendah. Sejak beberapa
tahun belakangan ini, pembangunan pedesaan semakin mendapat perhatian banyak pihak,
namun banyak diantara program–program tersebut hanya menguntungkan sekelompok kecil
lapisan masyarakat pedesaan. Terlebih lagi apabila sistem sosial ekonomi yang berlaku di
pedesaan seringkali berlawanan dengan tujuan pembangunan pedesaan sehingga kondisi
kemiskinan di pedesaan justru akan menjadi lebih parah. Salah satu upaya yang hingga saat
ini diyakini dapat memberikan perubahan taraf hidup masyarakat desa adalah melalui konsep
pembangunan dan pengembangan kawasan agropolitan. Konsep ini secara positif dapat
dipandang sehingga peluang kerja dan peluang usaha yang cukup potensial apabila mampu
digerakan secara maksimal di kawasan pedesaan. (Douglas, 1986)

Pendekatan pengembangan untuk pedesaan salah satunya melalui Agropolitan.


Kebijakan ini digagas oleh Departemen Pertanian dalam Rangka meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat (Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, 2002:
11).Penerapan program ini dimulai dengan adanya himbauan pusat, supaya daerah yang
memiliki peluang keberhasilan tinggi melaksanakan model pembangunan ini, selanjutnya dari
daerah yang memiliki potensi tersebut dikembangkan menjadi agropolitan (Surat Menteri
Pertanian 2 Republik Indonesia No. 144/OT.210/A/V/2002 tentang Pengembangan Kawasan
Agropolitan). Agropolitan berasal dari dua kata, yaitu agro yang berarti pertanian dan politan
yang berarti kota, sehingga pengertian agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang, mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Agribisnis adalah berbagai jenis kegiatan yang
berkait dengan pertanian dari hulu hingga ke hilir, termasuk kegiatan penunjangnya
sedangkan agropolitan adalah Kawasan dimana kegiatan agribisnis tersebut berkembang.
kawasan agropolitan merupakan kota pertanian mandiri, yang mencukupi sendiri semua
kebutuhan agribisnis dalam kawasan yang bersangkutan pada skala terbatas. (Daidullah, 2006
hal 1).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kawasan agropolitan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah pedesaan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan
agropolitan?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam memfasilitasi dan mendukung pengembangan
kawasan agropolitan?
4. Apa saja dampak positif dan negatif dari pengembangan kawasan agropolitan
terhadap lingkungan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana kawasan agropolitan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan


masyarakat di daerah pedesaan?

Kawasan agropolitan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di


daerah pedesaan melalui beberapa cara berikut:

1. Peningkatan Pendapatan: Pengembangan kawasan agropolitan mendorong


diversifikasi ekonomi di pedesaan dengan mengintegrasikan berbagai sektor seperti
pertanian, peternakan, perikanan, industri pengolahan pangan, pariwisata, dan layanan
terkait lainnya. Hal ini dapat menciptakan peluang kerja baru dan meningkatkan
pendapatan masyarakat pedesaan.
2. Peningkatan Kualitas Hidup: Kawasan agropolitan berfokus pada pengembangan
infrastruktur dan fasilitas di pedesaan, termasuk akses yang lebih baik ke air bersih,
sanitasi, listrik, dan transportasi. Ini meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pedesaan dan mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan.
3. Peningkatan Kesejahteraan Sosial: Dengan mendorong kerja sama dan kolaborasi
antara para petani, peternak, dan pelaku usaha di kawasan agropolitan, masyarakat
pedesaan dapat memperkuat jaringan sosial dan meningkatkan solidaritas. Ini
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung pertumbuhan sosial dan
budaya di pedesaan.
4. Peningkatan Akses ke Pangan: Pengembangan kawasan agropolitan berfokus pada
peningkatan produksi pangan lokal dan ketahanan pangan. Dengan memperkuat
sektor pertanian di pedesaan, masyarakat setempat dapat memiliki akses yang lebih
baik terhadap pangan berkualitas, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor
pangan.
5. Peningkatan Pendidikan dan Keterampilan: Pengembangan kawasan agropolitan juga
berarti investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat
pedesaan. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan
mereka dalam pertanian, pengolahan pangan, manajemen usaha, dan teknologi
modern. Peningkatan keterampilan ini membuka peluang kerja yang lebih baik dan
meningkatkan daya saing masyarakat pedesaan.
Secara keseluruhan, kawasan agropolitan bertujuan untuk menciptakan ekosistem
yang holistik di pedesaan, di mana pertanian dan sektor-sektor terkait saling terhubung dan
mendukung satu sama lain. Hal ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan pendapatan, kualitas
hidup, kesejahteraan sosial, akses pangan, dan kesempatan pendidikan dan keterampilan.

2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan


agropolitan?

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan


agropolitan, antara lain:

1. Kebijakan dan Dukungan Pemerintah: Keberhasilan pengembangan kawasan


agropolitan sangat tergantung pada kebijakan dan dukungan yang diberikan oleh
pemerintah. Ini meliputi kebijakan agraria, investasi infrastruktur, subsidi, insentif
fiskal, dan peraturan yang mendukung pengembangan agropolitan. Pemerintah juga
perlu menyediakan akses pendidikan dan pelatihan, serta sumber daya teknis dan
keuangan yang diperlukan bagi masyarakat lokal.
2. Infrastruktur dan Aksesibilitas: Infrastruktur yang memadai, seperti jaringan jalan
yang baik, irigasi, pasokan listrik, dan teknologi informasi, sangat penting dalam
mendukung pengembangan kawasan agropolitan. Infrastruktur yang memadai akan
mempermudah transportasi barang dan jasa, distribusi produk pertanian, serta
mengurangi biaya produksi dan pemasaran.
3. Keberlanjutan Lingkungan: Faktor lingkungan sangat penting dalam pengembangan
kawasan agropolitan. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, konservasi
tanah dan air, pengendalian polusi, serta praktik pertanian ramah lingkungan menjadi
faktor penting dalam jangka panjang. Upaya pelestarian lingkungan harus
diintegrasikan dalam rencana pengembangan kawasan agropolitan.
4. Keterlibatan dan Partisipasi Masyarakat: Keterlibatan aktif dan partisipasi masyarakat
lokal dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan implementasi sangat penting.
Melibatkan masyarakat dalam pengembangan kawasan agropolitan dapat memastikan
bahwa kepentingan dan kebutuhan mereka terpenuhi, serta menciptakan rasa memiliki
dan tanggung jawab bersama terhadap keberhasilan proyek.
5. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang Terampil: Keberhasilan kawasan
agropolitan membutuhkan kehadiran sumber daya manusia yang terampil dalam
berbagai bidang seperti pertanian, agribisnis, teknologi pertanian, pemasaran,
manajemen, dan keuangan. Peningkatan keterampilan melalui pendidikan dan
pelatihan menjadi penting dalam mengembangkan kapasitas masyarakat lokal untuk
beradaptasi dengan perubahan teknologi dan tuntutan pasar.
6. Akses ke Pasar dan Pemasaran: Ketersediaan akses yang baik ke pasar regional,
nasional, dan internasional adalah faktor penting dalam keberhasilan kawasan
agropolitan. Dukungan dalam pemasaran, promosi produk, pengembangan merek, dan
akses ke rantai pasokan yang efisien memainkan peran kunci dalam meningkatkan
nilai tambah dan daya saing produk agrikultur.
7. Kelembagaan dan Manajemen: Penguatan kelembagaan lokal, seperti kelompok tani,
koperasi, asosiasi petani, dan lembaga pendukung lainnya, sangat penting dalam
pengembangan kawasan agropolitan. Kelembagaan yang kuat

2.3 Bagaimana peran pemerintah dalam memfasilitasi dan mendukung pengembangan


kawasan agropolitan?

Peran pemerintah dalam memfasilitasi dan mendukung pengembangan kawasan


agropolitan sangat penting. Berikut adalah beberapa peran yang dapat dilakukan oleh
pemerintah:

1. Kebijakan dan Perencanaan: Pemerintah perlu menyusun kebijakan dan rencana yang
mendukung pengembangan kawasan agropolitan. Ini mencakup kebijakan agraria,
pengembangan infrastruktur, investasi pertanian, dukungan keuangan, serta regulasi
dan perizinan yang memfasilitasi pengembangan agropolitan.
2. Dukungan Finansial: Pemerintah dapat memberikan dukungan finansial melalui
bantuan stimulus, subsidi, kredit murah, dan insentif fiskal kepada pelaku usaha di
kawasan agropolitan. Dukungan finansial ini dapat membantu dalam pengembangan
infrastruktur, investasi pertanian, pengembangan teknologi, dan pelatihan
keterampilan.
3. Pengembangan Infrastruktur: Pemerintah bertanggung jawab untuk membangun dan
memperbaiki infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan kawasan
agropolitan. Ini meliputi pembangunan jalan, irigasi, jaringan listrik, akses
telekomunikasi, dan fasilitas penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
Infrastruktur yang baik akan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas, serta
mendukung kegiatan produksi dan pemasaran.
4. Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah dapat menyediakan pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan agropolitan. Ini termasuk
pelatihan pertanian, manajemen usaha, penggunaan teknologi pertanian modern,
pemasaran, dan keuangan. Dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan,
masyarakat akan lebih siap menghadapi perubahan dan meningkatkan produktivitas
serta daya saing.
5. Pengembangan Pasar dan Pemasaran: Pemerintah dapat membantu dalam
pengembangan pasar dan pemasaran untuk produk-produk agrikultur dari kawasan
agropolitan. Ini melibatkan promosi produk, pengembangan merek, akses ke jaringan
distribusi, fasilitas pengolahan dan kemasan, serta dukungan dalam akses ke pasar
domestik maupun internasional.
6. Pengawasan dan Regulasi: Pemerintah memiliki peran dalam pengawasan dan
regulasi terkait kegiatan di kawasan agropolitan. Hal ini meliputi pengawasan
terhadap penggunaan lahan, pemantauan lingkungan, keamanan pangan, serta
perlindungan hak-hak petani dan masyarakat lokal. Regulasi yang jelas dan transparan
akan memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dan mendorong investasi
yang berkelanjutan.
7. Pengembangan Riset dan Inovasi: Pemerintah dapat mendukung penelitian,
pengembangan, dan inovasi di bidang pertanian dan agribisnis. Ini melibatkan
dukungan dalam penelitian pertanian, transfer teknologi, dan pengembangan inovasi
yang berkelanjutan.

2.4 Apa saja dampak positif dan negatif dari pengembangan kawasan agropolitan
terhadap lingkungan?

Pengembangan kawasan agropolitan dapat memiliki dampak positif dan negatif


terhadap lingkungan. Berikut adalah beberapa contoh dampak yang mungkin terjadi:

Dampak Positif:

1. Konservasi Sumber Daya Alam: Dalam kawasan agropolitan, ada kesempatan untuk
menerapkan praktik pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan. Ini
mencakup penggunaan yang lebih efisien dari air irigasi, penggunaan pupuk organik,
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta pelestarian keanekaragaman
hayati. Hal ini dapat membantu melindungi sumber daya alam dan meminimalkan
degradasi lingkungan.
2. Pengelolaan Limbah dan Polusi: Pengembangan kawasan agropolitan dapat
mendorong pengelolaan limbah pertanian dan industri pengolahan pangan secara
lebih baik. Sistem pengolahan limbah dan pengurangan polusi dapat mengurangi
dampak negatif pada kualitas air dan tanah. Misalnya, penggunaan biofilter dan
pengolahan limbah organik menjadi pupuk dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
3. Pengurangan Ketergantungan pada Bahan Kimia: Dalam upaya meningkatkan
produktivitas pertanian, kawasan agropolitan dapat mendorong praktik pertanian yang
mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis. Penggunaan pupuk organik,
pengendalian hama alami, dan praktik pengelolaan tanah yang berkelanjutan dapat
mengurangi paparan terhadap bahan kimia berbahaya dan mengurangi dampak negatif
pada lingkungan.
4. Penanaman Kembali dan Penghijauan: Pengembangan kawasan agropolitan dapat
mendorong upaya penanaman kembali lahan yang terdegradasi dan program
penghijauan. Ini dapat meningkatkan kualitas tanah, meningkatkan penyimpanan
karbon, memperbaiki keanekaragaman hayati, dan mengurangi erosi tanah.
Penghijauan juga dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan
meningkatkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Dampak Negatif:

1. Perubahan Penggunaan Lahan: Pengembangan kawasan agropolitan mungkin


memerlukan konversi lahan yang sebelumnya digunakan untuk hutan atau lahan
alami. Perubahan penggunaan lahan ini dapat menyebabkan hilangnya habitat alami,
deforestasi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perencanaan
yang baik dan pengelolaan yang hati-hati diperlukan untuk meminimalkan dampak
negatif ini.
2. Penggunaan Air dan Irigasi: Pertanian di kawasan agropolitan sering membutuhkan
penggunaan air yang cukup besar, terutama dalam skala yang lebih besar. Jika tidak
dikelola dengan baik, ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air dan penurunan
ketersediaan air bagi ekosistem alami dan masyarakat lokal. Oleh karena itu,
pengelolaan air yang berkelanjutan dan efisien sangat penting untuk mengurangi
dampak negatif ini.
3. Penggunaan Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca: Pertanian modern di kawasan
agropolitan sering menggunakan teknologi dan mesin yang membutuhkan energi
fosil. Penggunaan energi fosil ini dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca, seperti
karbon dioksida dan metana, yang berkontribusi pada perubahan iklim. Upaya
pengembangan kawasan agropolitan yang berkelanjutan harus memperhatikan
penggunaan energi yang efisien dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Perubahan Sistem Hidrologi: Perubahan penggunaan lahan dan sistem irigasi di
kawasan agropolitan dapat mempengaruhi sistem hidrologi dan aliran air. Ini dapat
mengganggu pola alami drainase, menyebabkan erosi dan sedimentasi, serta
mempengaruhi kualitas air. Pengelolaan yang hati-hati diperlukan untuk
meminimalkan dampak negatif ini dan menjaga keseimbangan ekosistem air.

Penting untuk diingat bahwa dampak lingkungan dari pengembangan kawasan


agropolitan dapat bervariasi tergantung pada bagaimana proyek tersebut direncanakan,
dikelola, dan dipantau. Dengan perencanaan yang baik dan pengelolaan yang berkelanjutan,
dampak negatif dapat dikurangi dan dampak positif dapat ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kawasan agropolitan merupakan konsep pengembangan wilayah pedesaan yang
berfokus pada integrasi sektor pertanian, agribisnis, dan perkotaan. Melalui pengembangan
kawasan agropolitan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,
meningkatkan produktivitas pertanian, dan mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan
agropolitan meliputi kebijakan dan dukungan pemerintah, infrastruktur dan aksesibilitas,
keberlanjutan lingkungan, keterlibatan dan partisipasi masyarakat, sumber daya manusia
yang terampil, akses ke pasar dan pemasaran, serta kelembagaan dan manajemen yang kuat.

Peran pemerintah sangat penting dalam memfasilitasi dan mendukung pengembangan


kawasan agropolitan. Pemerintah perlu menyusun kebijakan dan rencana yang mendukung
pengembangan agropolitan, memberikan dukungan finansial, membangun infrastruktur yang
diperlukan, menyediakan pendidikan dan pelatihan keterampilan, mengembangkan pasar dan
pemasaran, mengawasi dan mengatur kegiatan di kawasan agropolitan, serta mendukung
pengembangan riset dan inovasi.

Pengembangan kawasan agropolitan dapat memiliki dampak positif dan negatif


terhadap lingkungan. Dampak positif meliputi konservasi sumber daya alam, pengelolaan
limbah dan polusi yang lebih baik, pengurangan ketergantungan pada bahan kimia, dan
penanaman kembali serta penghijauan. Namun, terdapat juga dampak negatif seperti
perubahan penggunaan lahan, penggunaan air dan irigasi yang berlebihan, penggunaan energi
dan emisi gas rumah kaca, serta perubahan sistem hidrologi. Oleh karena itu, pengembangan
kawasan agropolitan harus dilakukan secara berkelanjutan dengan perencanaan yang baik,
pengelolaan yang hati-hati, dan memperhatikan dampak lingkungan.

Secara keseluruhan, pengembangan kawasan agropolitan dapat menjadi strategi yang


efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, memperkuat sektor
pertanian, dan mencapai pembangunan berkelanjutan. Namun, perlunya pendekatan yang
holistik, partisipatif, dan berkelanjutan menjadi kunci dalam mencapai keberhasilan
pengembangan kawasan agropolitan.
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini saya berharap adanya masukan serta kritik dan saran
dari ibu pengampu mata kuliah demi kesempurnaan makalah ini.Dan kelompok saya
menyarankan mulailah dengan memahami definisi dan konsep kawasan agropolitan.
Jelajahi literatur dan sumber daya yang menjelaskan apa itu kawasan agropolitan,
tujuannya, dan bagaimana konsep ini berbeda dari konsep perkotaan dan pedesaan biasa.
DAFTAR PUSTAKA

Alder, J., Tony J. Pitcher, D. Preikshot., K. Kaschner., and B. Feriss. 2000.


How
Good is Good? : A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of The
Sustainability Status of Fisheries of The North atlantic. Sea Around Us
Methodology Review. Fisheries Centre. University of British Columbia.
Vancouver Canada. 136 – 182.
Bappeda Provinsi Jawa Timur, 2011. Pedoman Umum Pengembangan
Kawasan
Agropolitan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. 43p.
Bappeda Pemerintah Kota Batu, 2010. Penyusunan Master Plan dan Action
Plan
Agropolitan Kota Batu. Bappeda Pemerintah Kota Batu

Anda mungkin juga menyukai