NIM : 221040112053
KELAS : A2
1) secara umum, indikator ekonomi utama yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi suatu negara memiliki perbedaan sebagai berikut:
1. Produk Domestik Bruto (PDB): PDB adalah ukuran total nilai semua barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu. PDB adalah indikator
utama pertumbuhan ekonomi dan mengukur seberapa besar ekonomi suatu negara.
Kenaikan PDB menunjukkan pertumbuhan ekonomi, sementara penurunan dapat
mengindikasikan perlambatan ekonomi.
2. Produk Domestik Bruto per Kapita: PDB per kapita adalah PDB dibagi oleh jumlah
penduduk suatu negara. Ini memberikan gambaran tentang pendapatan rata-rata per
individu dalam negara tersebut. PDB per kapita sering digunakan sebagai indikator
pembangunan ekonomi karena mencerminkan kesejahteraan individu dan distribusi
pendapatan.
Oleh karena itu, pengembangan sektor pertanian dan pedesaan merupakan faktor penting
dalam mencapai tujuan SDGs yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan kelaparan,
serta menciptakan masyarakat yang lebih makmur dan berkelanjutan.
3) Untuk menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan berdasarkan kontribusi 12% terhadap PDB Indonesia tahun 2020, Anda dapat
menggunakan rumus berikut:
PDB Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan = (Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan / 100) x PDB Indonesia tahun 2020
Jadi, Produk Domestik Bruto sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2020
adalah sekitar Rp 1.848 triliun.
4) Perbedaan kondisi sumber daya alam, angkatan kerja, akumulasi modal, dan kemajuan
teknologi adalah faktor-faktor kunci yang akan memengaruhi pola pembangunan ekonomi
pertanian di berbagai wilayah. Inilah beberapa alasannya:
1. Kondisi Sumber Daya Alam: Wilayah yang memiliki perbedaan dalam jenis dan kualitas
sumber daya alam akan memiliki pengaruh besar pada jenis pertanian yang dapat
dikembangkan. Misalnya, tanah subur yang berlimpah akan mendukung pertanian
tanaman pangan, sementara daerah dengan air yang cukup akan cocok untuk pertanian
sayuran. Selain itu, kondisi iklim dan cuaca juga memengaruhi jenis tanaman yang dapat
tumbuh, dan ini akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
2. Angkatan Kerja: Ketersediaan dan kualitas angkatan kerja juga akan mempengaruhi pola
pembangunan ekonomi pertanian. Wilayah dengan angkatan kerja terdidik dan terampil
dapat mengadopsi teknologi modern dan praktik pertanian yang lebih efisien. Sementara
itu, daerah yang menghadapi masalah pengangguran atau kekurangan keterampilan
mungkin akan terbatas dalam mengembangkan pertanian yang maju.
3. Akumulasi Modal: Keberhasilan pembangunan pertanian juga sangat bergantung pada
investasi modal. Wilayah yang memiliki akses lebih besar ke modal, seperti pendanaan,
peralatan modern, dan infrastruktur pertanian, cenderung lebih maju dalam hal teknologi
dan produktivitas pertanian. Sebaliknya, daerah yang memiliki keterbatasan akses
terhadap modal mungkin menghadapi tantangan dalam meningkatkan produktivitas
pertanian.
4. Kemajuan Teknologi: Kemajuan dalam teknologi pertanian dapat memberikan
kesempatan untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi. Namun, tidak semua wilayah
akan memiliki akses yang sama terhadap teknologi ini. Wilayah yang memiliki
infrastruktur komunikasi yang baik, akses ke informasi, dan lembaga penelitian pertanian
yang kuat akan cenderung lebih maju dalam mengadopsi teknologi terbaru.
Dengan demikian, perbedaan dalam kondisi sumber daya alam, angkatan kerja, akumulasi
modal, dan kemajuan teknologi akan memengaruhi pola pembangunan ekonomi pertanian
di berbagai wilayah. Ini adalah alasan mengapa strategi pembangunan pertanian harus
disesuaikan dengan kondisi khusus setiap wilayah untuk mencapai hasil yang optimal.
5) Untuk mendorong pertumbuhan produksi pertanian dan produktivitas, ada tiga jenis
investasi yang harus dikembangkan. Dalam konteks model input biaya tinggi (high pay of
input model), investasi ini sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih baik:
1. Investasi dalam Teknologi Pertanian Modern: Ini mencakup pengembangan dan
pengadopsian teknologi pertanian modern, seperti varietas tanaman yang unggul, pupuk
dan pestisida yang efisien, sistem irigasi yang canggih, dan alat pertanian modern.
Investasi dalam teknologi ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi
pertanian.
2. Investasi dalam Pelatihan dan Pendidikan Pertanian: Pelatihan dan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan petani adalah kunci untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengelola pertanian. Investasi dalam program pelatihan, akses
ke pengetahuan pertanian terbaru, dan pendidikan pertanian yang relevan dapat
membantu petani mengadopsi praktik-praktik terbaik.
3. Investasi dalam Infrastruktur Pertanian: Infrastruktur yang baik, seperti jalan raya, gudang
penyimpanan, fasilitas pemrosesan, dan sistem transportasi yang efisien, sangat penting
untuk menghubungkan petani dengan pasar dan mengurangi kerugian pasca panen.
Investasi dalam infrastruktur pertanian akan meningkatkan akses petani ke pasar dan
membantu mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi untuk produk mereka.
Model input biaya tinggi (high pay of input model) mengacu pada penggunaan input yang
lebih mahal, seperti benih unggul, pupuk, dan teknologi tinggi lainnya, yang mungkin
memiliki biaya awal yang lebih tinggi, tetapi secara potensial menghasilkan hasil yang lebih
baik. Investasi dalam teknologi dan input yang lebih baik ini dapat meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksi pertanian, sehingga meningkatkan produktivitas dan profitabilitas.
Penting untuk mengembangkan strategi investasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi setempat, dan juga memastikan bahwa investasi ini berkelanjutan dan berdampak
positif pada masyarakat petani dan sektor pertanian secara keseluruhan.