Disusun oleh:
Kelompok 6
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Rancangan Industri Ternak Ruminansia Sistem Produksi
Penggemukan” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada semua dosen kuliah “Manajemen Produksi Ternak Ruminansia” yang
telah memberikan kami ilmu yang bermanfaat untuk menyelesaikan makalah ini
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam membuka usaha sapi penggemukan.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................5
BAB I LATAR BELAKANG...................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1. Komoditas Ternak..............................................................................................................7
2.2. Sistem Produksi.................................................................................................................7
2.3. Lokasi Farm......................................................................................................................10
2.3. Perkandangan......................................................................................................................11
2.5. Animal walfare.....................................................................................................................13
2.5.1. Implementasi Pada Perkandangan Sapi Potong.......................................................14
2.5.2. Implementasi Pada Pemeliharaan Sapi Potong.......................................................14
2.5.3. Implementasi Pada Sistem Transportasi..................................................................14
2.6. Peluang Pasar dan Analisa Usaha....................................................................................16
2.6.1. Analisa usaha...........................................................................................................19
2.6.2. Rantai pasok............................................................................................................21
2.6.3. Transportasi.............................................................................................................23
BAB III PENUTUP............................................................................................................................24
3.1. Simpulan..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................25
DAFTAR TABEL
Industri penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki
prospek tinggi untuk dikembangkan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan di masyarakat baik dari kalangan peternak kecil,
menengah maupun swasta atau komersial. Sapi potong merupakan ternak ruminansia yang
mempunyai kontribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan utama protein
hewani (Susanti dkk., 2014). Permintaan dan kebutuhan daging yang terus meningkat
seiring bertambahnya waktu membuat persediaan daging semakin terbatas.
Adapun jenis sapi potong local yang sangat popular dan menjadi andalan masyarakat
baik di negara Indonesia maupun luar negeri yaitu Sapi Bali. Hal tersebut dikarenakan Sapi
Bali memiliki keitimewaan dalam hal reproduksi, persentase karkas yang tinggi dan
kualitas daging yang sangat bagus (Risimasse, 2020). Selain itu disisi lain Sapi bali
memiliki system adaptasi yang sangat baik dan diduga memiliki sifat elastisitas fenotipik
dalam bentuk mampu menyesuaikan kondisi badan di situasi apapun (Diwyanto dan
Priyanti, 2008). Dengan adanya keunggulan-keunggulan tersebut terutama dari jenis
karkas dan hasil persentase karkas tinggi yang dihasilkan sapi Bali sangat cocok dijadikan
untuk dikembangkan dalam industry penggemukan sapi potong.
Tetapi selain pemilihan jenis sapi potong, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam perencanaan industry penggemukan sapi potong. Aspek penunjang
keberhasilan industry tersebut antara lain: system produksi yang baik dan terkontrol,
penentuan lokasi yang strategis, system perkandangan baik agar ternak merasa aman dan
terlindungi dari gangguan yang berasal dari luar seperti sinar matahari yang berlebihan dan
cuaca yang buruk yaitu dari mulai denah, manajemen perkandangan serta fasilitas dan
material yang kokoh dan aman untuk digunakan yang meliputi ventilasi, atap, dinding dan
lantai, serta arah kandang. Adapun aspek peluang pasar yang harus diperhatikan yang
meliputi industri dan rantai pasok, serta sistem animal walfare yang harus diperhatikan
dengan baik agar ternak tidak stress dan dapat menghasilkan daging dengan kualitas
terbaik. Aspek-aspek perencanaan tersebut harus diperhitungkan secara baik agar
tercapainya system manajemen industry yang terkontrol dan hasil produktivitas sapi
potong yang tinggi baik deri segi kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan daging
di masyarakat dan menguntungkan bagi para peternak
BAB II PEMBAHASAN
Pengiriman dari
Tidak masuk Pemeriksaan peternakan
kriteria Kesehatan oleh
Masuk dokter hewan
kriteria
Bakalan sampai
farm
penggemukan
Dalam sistem penggemukan yang kami lakukan kebersihan dalam kandang tetap
kita perhatikan. Pembersihan dilakukan 2 hari sekali, hal ini dilakukan untuk mencegah
ternak merasa strees akibat kegiatan pembersihan. Selain itu pembersihan kandang
menyeluruh juga dilakukan saat masa produksi berakhir atau saat masa pergantian
produksi. Pembersihan kandang dilakukan untuk mencegah muncul banyak lalat yang suka
dengan kotoran ternak, lalat yang ada di kandang bisa jadi meruapakan vector penyakit
yang dapat menyerang ternak. Selain mengurangi populasi lalat yang dapat menjadi vector
panyakit juga dapat membuat ternak menjadi lebih nyaman dan tidak terganggu dengan
banyaknya lalat yang menempel di tubuh ternak. Untuk para pekerja dengan populasi lalat
yang sedikit juga membuat lingkungan bekerja yaitu kandang menjadi nyaman. Mencegah
penyakit yang muncul saat masa produksi selain dengan melakukan sanitas kandang, kami
juga memberikan vitamin dan obat cacing pada sapi. Vitamin yang diberikan adalah
vitamin B-Kompleks dan diberikan oleh dokter hewan yang ada di farm. Pemberian
vitamin ini diakukan saat sapi memperlihatkan turunnya nafsu makan dan saat sapi baru
masuk untuk digemukkan. Kemudian obat cacing diberikan untuk memastikan saat ternak
dijual tidak terinfeksi oleh cacing hati atau cacing pada saluran pencernaan. Dengan
adanya menifestasi cacing pada tubuh ternak dapat menurunkan bobot badan ternak dan
produksi penggemukkan yang telah dilakukan gagal yang menyebabkan kerugian.
Pemberian obat cacing diberikan pada ternak yang baru masuk serta aka nada program
deworming, program ini akan diulang 2 bulan sekali hingga masa produksi selesai. Obat
cacing diberikan secara oral dengan bantuan alat khusus yang dilakukan oleh dokter
hewan, obat cacing yang diberikan memeiliki zat aktif albendazol didalamnya. Pencegahan
penyakit juga dilakukan dari bangunan kandang yang dimana kandang didesain
menggunakan bahan yang tidak melukai ternak dan membuat luka terbuka pada ternak.
Layout kandang:
PARKIRAN
GUDANG PAKAN
KANDANG
KANTOR
ADM
LADANG HIJAUAN
A B C
Gambar 3. Alas tempat tidur anti slip (A), Penutup kendaraan (B) dan Contoh
Transportasi Darat Truck (C).
b. Fasilitas Gangway
Penggunaan gangway yang merupakan suatu fasilitas peratalan berupa
lorong atau jalan yang sempit untuk ternak yang berfungsi untuk membantu dan
memudahkan ternak untuk menggiring ke dalam kandang- kandang instalasi
maupun menggiring ternak yang akan masukkan atau dimuat ke dalam truk saat
pengiriman. Fasilitas gangway tersebut harus diperhatikan dan didesain dengan
baik yaitu antara lain:
- Penggunaan tangga penurun dengan landasan miring pada saat
penurunan sapi dari atas kendaraan pengangkut agar ternak tidak
tergelincir ataupun terjatuh yang dapat mengakibatkan hewan
mengalami cedera.
- Lantai yang tidak licin, tidak berlubang serta tidak lembab dan becek
agar ternak tidak jatuh dan kesakitan saat menggunakan gangway
tersebut
- Bahan pager pembatas gangway harus dibuat dari bahan yang
berkualitas terutama tidak mudah berkarat, dan tidak tajam, serta
kontruksi gangway yang kuat agar ternak bebas dari alat-alat yang
bisa mengenai ternak sehingga adanya cendera dan luka pada ternak
tersebut.
- Tinggi pagar pembatas gangway harus sesuai dengan tinggi dan lebar
ternak, hal tersebut agar ternak merasa aman dan nyaman
- Adanya pencahayaan yang cukup dan tidak adanya pekerjaan manusia
yang menimbulkan kebisingan yang mengganggu ternak.
R/C Rasio:
R/C Rasio = Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
R/C Rasio = 1.750.000.000 : 1.220.500.000
R/C Rasio = 1,43
**Karena nilai R/C bisnis ini >1 maka berarti bisnis Penggemukan Sapi Bali
layak untuk dilanjutkan.
RPH
Pedagang Daging
Pasar Lokal Industri Kuliner Industri Pengolahan
Daging
Retailer
Rantai pasok usaha penggemukan sapi bali berawal dari produsen sapi potong bali
yaitu usaha penggemukan sapi bali itu sendiri. Setelah itu dari pihak penggemukan sapi
bali akan didistribusikan atau dikirim ke rumah potong hewan atau RPH untuk dilakukan
penyembelihan. Setelah sapi bali dipotong, maka karkas akan dikirim ke pasar lokal yang
nantinya akan langsung dibeli oleh konsumen akhir. Dikirim ke industri pengolahan daging
yang nantinya akan didistribusikan ke retailer baru sampai ke konsumen akhir. Dan juga
dikirim ke industri kuliner dalam hal ini yaitu restaurant, yang mana konsumen akhirnya
itu merupakan customer dari restauran tersebut.
2.6.3. Transportasi
Transportasi ternak merupakan proses perpindahan ternak oleh satu atau lebih alat
transportasi termasuk pemuatan (loading), pergerakan, istirahat, sampai penurunan
(unloading) ternak di tempat tujuan. Transportasi berpotensi menyebabkan stres pada
ternak, apalagi jika transportasi dilakukan dalam waktu yang lama. Stres sendiri dapat
mempengaruhi aspek kesejahteraan hewan serta berpengaruh terhadap mortalitas ternak,
penurunan bobot badan, serta kualitas karkas dan daging (Aditia, dkk. 2018). Salah satu
indikator untuk mengetahui stres pada ternak selama proses transportasi adalah dengan
mengamati tingkah lakunya, khususnya pada saat loading dan unloading.
Ternak dengan background pernah digembalakan cenderung lebih adaptif selama
masa transportasi terutama lebih adaptif terhadap perubahan jenis pakan, yang mana
kualitas pakan yang digunakan selama masa transportasi sangatlah rendah. Ketika ternak
sapi diekspose pada durasi transportasi yang lama ditambah dengan tidak mendapatkan
akses pakan dan air minum, maka rumen ternak akan menjadi terganggu bahkan tidak
berfungsi atau bisa disebut mengalami “dead rumen” dan tidak dapat memfermentasi serta
mencerna pakan yang dikonsumsi. Curfew adalah istilah yang biasanya digunakan pada
praktek mengandangkan ternak-ternak sapi tanpa akses pakan dan atau air minum dalam
waktu tertentu, biasa 18 hingga 24 jam. Biasanya Curfew dilakukan sebelum ternak
ditransportasikan, hal ini dilakukan agar ternak bisa beradaptasi pada saat masa
transportasi berlangsung.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa stress akibat aktivitas transportasi yang lama
dapat ditekan dengan menyediakan air minum sebelum ternak disembelih. Ternak-ternak
yang ditransportasikan dan mendapat akses air minum setelah tiba di rumah potong hewan,
hanya membutuhkan 3,5 sampai 7 jam untuk memperoleh berat karkas yang lebih besar.
Sebaliknya, penyediaan pakan dan air minum ad libitum bagi ternak setelah transporatsi
yang lama, tidak cukup untuk memperoleh kembali kehilangan berat badan selama periode
transportasi. Sebuah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Hereford vs. Friesian
steers yang ditransportasikan selama 5, 10 dan 15 jam dan yang kehilangan 4,6; 6,5 dan
7,0% berat badan, ternyata hanya membutuhkan 5 hari untuk pulih ke kondisi sebelum
ditransportasikan. Selanjutnya, dilaporkan bahwa ternyata 24 jam sudah cukup bagi sapi-
sapi jantan Charolais, yang ditransportasikan selama 6 sampai 24 jam, untuk mendapatkan
kembali berat badannya seperti sebelum ditransportasikan (Penu, 2018). Pemberian
UMMB dapat mengurangi tingkat dehidrasi dan penyusutan bobot badan pada sapi bali
selama transportasi (Awal, dkk. 2015). Jika masalah penyusutan bobot badan dapat diatasi
maka akan menekan tingkat kerugian akibat tranportasi.
Proses transportasi sapi dari feedlot menuju RPH meliputi 3 tahapan utama yaitu :
a. Persiapan Moda Transportasi
Moda transportasi yang digunakan ialah truk jenis fuso dengan
panjang 7 m, lebar 2,44 m dan tinggi 1,5 m. Truk dilengkapi jaring pada
bagian atas truk serta alas penutup bak truk (bedding) untuk menghindari
ternak tergelincir selama perjalanan. Truk yang digunakan juga sudah
dilengkapi oleh dokumen perjalanan yang berisikan jumlah ternak, bobot
ternak, serta bobot keseluruhan. Selama perjalanan disiapkan aur minum
dan juga UMMB untuk menjaga performans ternak.
b. Persiapan sapi dan pemuatan sapi (loading)
Sapi-sapi yang akan dikirimkan, digiring dari pen menuju crowding
pen melalui cattle race. Setelah berada di crowding pen sapi digiring
menuju gangway dan cattle crush untuk dilakukan proses penimbangan.
Setelah ditimbang, sapi-sapi tersebut dikumpulkan di collecting pen
sebelum naik ke truk. Proses selanjutnya adalah pemuatan sapi dengan cara
menggiring sapi menuju truk yang sudah berada di loading point. Proses
loading tetap memerhatikan animal welfare bagi ternak.
c. Penurunan sapi (unloading)
Penurunan sapi dilakukan dengan cara truk menuju loading ramp.
Selanjutnya sapi digiring melalui gang way menuju kandang penampungan
(holding yard) tanpa adanya proses penimbangan. Proses unloading tetap
memerhatikan animal welfare bagi ternak.
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan
Merancang suatu usaha peternakan perlu dipersiapakan dari segala aspek baik dari
faktor luar maupun faktor dalam. Dari perancangan industry peternakan yang telah kami
analisis dapat diketahui bahwa industri penggemukan sapi potong bali merupakan suatu
usaha yang memiliki prospek untuk dikembangkan baik untuk masa sekarang maupun
masa depan dengan mempertimbangakan keunggulan dari jenis sapi bali tersebut, salah
satunya adalah kualitas daging yang dihasilkan sangat baik. Adapun penentuan lokasi di
daerah banyuwangi, dikarenakan wilayah ini sangat cocok untuk memulai usaha sapi
penggemukan potong dengan keunggulan iklim yang sesuai untuk dataran tinggi.
Kemudian penggunaan kandang semi intensif dengan kontruksi kandang yang kuat dan
tidak membahayakan bagi ternak. Sistem produksi penggemukan sapi bakalan selama 6
bulan dengan kriteria sapi yang berkualitas, dan memperhatikan system pemeliharaan dari
pakan yang dipilih maupun pengendalian penyakit, serta perlu diingat system animal
walfare yang baik baik dengan cara meimplementasikannya dalam system perkandangan,
pemeliharaan dan fasilitas truck serta gangway yang memadai, karena apabila peternak
senang maka ternak pun senang, hal tersebut berkaitan dengan pengaruh system animal
walfare yang dapat mempengaruhi kualitas daging, reproduksi dan daya tahan ternak
tersebut. Disisi lain kami pun menganalisis peluang pasar dengan keuntungan selama 1
periode menghasilkan keuntungan sapi potong bali sebesar Rp. 529.500.000., dengan
rantai pasok bercabang yang meliputi pasar local, industry kuliner dan retailer serta
diakhiri oleh kostumer rumah tangga. Dengan begitu, perancangan industry penggemukan
sapi potong dinilai sangat menguntungkan dengan mempertimbangkan segala asepek untuk
menunjang keberhasilan usaha ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Y., L. Affandhy, dan A. Rasyid. 2016. Model Pembibit Sapi Bali di Kabupaten
Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Maduranch. 1 (1): 41-46.
Aditia, E. L., R. Priyanto dan A. Muhammad. 2018. Penilaian Tingkah Laku Sapi Brahman
Cross Selama Proses Loading dan Unloading. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan. 6(1): 13-18.
Awal, A. A. A., K. Kiramang dan M. N. Hidayat. 2015. Pengaruh Pakan Padat Gizi
Terhadap Tingkat Dehidrasi Ternak Sapi Bali Selama Transportasi dari Bulukumba
Sulawesi Selatan ke Banjarmasin Kalimantan Selatan. JIIP. 2(1): 1-8.
Diwyanto, K., & A. Priyanti. 2008. Keberhasilan Pemanfaatan Sapi Bali Berbasis Pakan
Lokal Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong di Indonesia. Wartazoa. 18(1): 34-
45.
Duarsa, M, A., I. W. Suarna, A. A. A. S. Trisnadewi, dan I. M. S. Wijaya. Strategi
Impementasi Animal Walfare Dalam Penyediaan Pakan Sapi Bali. Pastura. 9(2):
109-113.
Herawati., A. Setianingrum, E. Junining, W. P. Alamsyah, G. A. Setiawanda, dan N.
Rickyawan. 2020. Peningkatan Kualitas Daging Lokal di Kabupaten Manggarai
Barat NTT melalui Penerapan Good Farming Practice dan Pemotongan Halal
Berbasis Kesrawan. Journal of Innovation and Applied Technology. 6(2): 1096-
1103.
Kuswati., W. A. Septian, I. Novianti, dan M. Nasich. 2020. Ilmu dan Manajemen Ternak
Pedaging. Malang: UBPress.
Masidonda, J. L. Dan D. Hariyanti. 2019. Modal dan Peluang Pasar Sebagai Determinan
Inovasi Usaha Penjual Ikan ”Jibu-Jibu” di Wilayah Kota Ambon. Jurnal Maneksi.
8(2): 230-234.
Oktavia, Rani. 2019. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) Produk
Cocofiber di CV. Sumber Sari Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo
Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Pakpahan, A. R. S. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Daging Sapi
Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 1(1): 1-14.
Penu, C. L. O. L. 2018. Upaya Menekan Tingkat Stres dan Penyusutan Berat Badan
Ternak Sapi Bali Asal Timor yang Ditransportasikan Keluar NTT. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Peternakan. 3(2): 125-138.
Pramana, A. 2001. Perilaku Konsumen Rumah Tangga dalam Memilih Daging Sapi di
Perumahan Bumi Indra Prasta Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pribadi, L. W. 2015. Promosi Pertumbuhan Sapi Bali pada Penggemukan Pakan Kurung
dengan Addisi Ionophore-PolyetherDalam Ransum. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Peternakan Indonesia. 1(1): 82-91.
Risimasse, P. M. 2020. Analisis Potensi Peternakan Dalam Pengembangan Sapi Bali di
Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrinimal. 8(2): 74-80.
Rusman, R. F. Y., A. Hamdana. A. Sanusi. 2020. Strategi Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong di Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurnal Bisnis, Manajemen dan
Informatika. 17 (2): 119-129.
Saptana dan N. Ilham. 2017. Manajemen Rantai Pasok Komoditas Ternak dan Daging
Sapi. Analisis Kebijakan Pertanian. 15(1): 83-98.
Susanti, Y., D. S. Priyarsono, dan S. Mulatsih. 2014. Pengembangan Peternakan Sapi
Potong Untuk Peningkatan Perekonomian Provinsi Jawa Tengah: Suatu Pendekatan
Perencanaan Wilayah. Jurnal Agribisnis Indonesia. 2(2): 177-190.
Untari, H. D., B. R. Suryanto, Z. Famia, dan Suprihatin. 2018. Optimalisasi Penerapan
Prinsip Kesejahteraan Hewan (Animal Walfare) Pada Hewan Coba di BBVet
Wates Untuk Mendukung Diagnosa Laboratorium. RATEKPIL. 1: 209-217.
Zulhendrawan, Jushermi dan T. F. Musbar. 2014. Analisis Peluang Pasar Penjualan
Pelumas Pertamina Enduro pada PT. Natiotama Pusaka Contranda di Kota
Pekanbaru. JOM Fekon. 1(2): 1-15.