DESA TEMPUREJO
KEC. BLORA, KAB. BLORA
Modul
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga modul ini dapat diselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan tim riset yang terlibat dalam
penelitian dan proses pembuatan modul ini. Modul ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari rangkaian riset dan pengabdian masyarakat untuk masa
depan. Tujuan pembuatan modul ini adalah untuk menjadi bahan ajar yang dapat
menambah informasi terkait proses perizinan halal produk pangan. Kami berharap
modul ini dapat bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat berbasis penelitian dan memberikan kontribusi yang
bermakna bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Semarang,
16 November 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................4
B. MANFAAT....................................................................................................5
BAB II MESIN DISK MILL..........................................................................................6
A. RANGKA.......................................................................................................6
B. MOTOR BENSIN..........................................................................................7
C. PULLEY....................................................................................................................7
D. V-BELT.....................................................................................................................8
E. RUANG PENGGILINGAN...........................................................................8
F. BEARING......................................................................................................8
H. CORONG KELUAR......................................................................................9
I. SARINGAN..............................................................................................................9
BAB III STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGUNAAN
ALAT..............................................................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN...............................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
Modul
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belalang kayu adalah serangga herbivora berwarna coklat yang termasuk
ordo Orthoptera. Belalang kayu banyak ditemui pada pohon turi, ketela, jati, dan
lain sebagainya. Belalang termasuk serangga yang bagi masyarakat lebih sering
dicap sebagai hama yang merusak tanaman, selama ini belalang kayu hanya
dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Suparyanto and Rosad, 2020)
Seratus gram bagian belalang mentah yang dapat dimakan mengandung
protein 26,8%, lemak 3,8%, karbohidrat 5,5%, serat 2,4%, air 62,7%, dan energi
170 kkal. Seratus gram bagian belalang kering yang dapat dimakan mengandung
protein 62,2%, lemak 10,4%, karbohidrat 15,8%, air 7%, dan energi 420 kkal
(Koswara, 2002). Pengolahan belalang di Zimbabwe, belalang direbus dalam air
mendidih, lalu dijemur sampai kering selama 1– 2 hari. Jika akan diolah, sayap
dan kakinya dilepaskan, lalu direndam dalam air hingga air terserap, dimasak
dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu (Asthami,
Estiasih and Maligan, 2016).
Pemanfaatan belalang di Ethiopia, belalang ditumbuk dan direbus dengan
susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung belalang ini dicampur
dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake. Di
banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi
sebagai makanan ringan. Di Gunungkidul, belalang goreng biasanya dijadikan
lauk bersanding dengan nasi merah dan lombok ijo.
Pengolahan belalang menjadi tepung belalang dilakukan melalui proses
penepungan. Saat ini terdapat beberapa macam mesin penepung yang biasa
digunakan untuk menepung, diantaranya adalah hammer mill, roller mill, dan disk
mill. Hammer mill memiliki prinsip kerja mengubah ukuran bahan menjadi kecil
menggunakan pukulan antara palu dan dinding, sedangkan roller mill
menggunakan gaya tekan roller ke bahan, dan yang terakhir adalah disk mill
dengan prinsip kerja menggunakan dua piringan yang berputar secara bersamaan
dan berlawanan untuk
mengecilkan ukuran bahan. Penggunaan disk mill memberikan hasil penepungan
Modul
yang lebih kecil dan ekonomis jika dibandingkan dengan mesin mill yang lainnya
sehingga Desa Tempurejo memilih disk mill untuk pengolahan belalang menjadi
tepung.
B. MANFAAT
Berikut adalah manfaat dari penggunaan mesin disk mill terhadap
pembuatan tepung belalang:
1. Mesin disk mill dapat menggiling berbagai jenis bahan dengan cepat dan
efisien, menghasilkan partikel yang seragam dan diinginkan. Ini
mendukung efisiensi dalam proses pengolahan
2. Mesin ini memungkinkan penyesuaian ukuran partikel hasil penggilingan.
Dengan mengatur piringan pemotong, pengguna dapat mendapatkan hasil
dengan ukuran tertentu sesuai kebutuhan.
3. Mesin disk mill dapat digunakan untuk menggiling berbagai jenis bahan,
termasuk biji-bijian, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan bahan-bahan
lainnya. Fleksibilitas ini membuatnya cocok untuk aplikasi yang beragam.
4. Memiliki kecepatan tinggi, mendukung proses penggilingan yang cepat.
Hal ini bermanfaat untuk peningkatan produktivitas dalam lingkungan
produksi besar.
Modul
BAB II
MESIN DISK MILL
A. RANGKA
Bahan rangka utama menggunakan besi siku ukuran, 40 x 40 x 4 mm
dengan panjang rangka 600 mm, lebar 450 mm dan tinggi 500 mm. Bentuk rangka
mendukung untuk dudukan motor bensin, corong pemasukan, corong pengeluaran
dan ruang penepungan.
Modul
D. V-BELT
Sabuk (Belt) terbuat dari karet campuran dan mempunyai penampang
trapesium yang ada pada bagian inti sabuk terbuat dari serat teteron. Jenis jenis
sabuk yang ada antara lain.
1) Sabuk Rata ( Flat Belt ) Jenis sabuk ini banyak digunakan pada pabrik
dan bengkel-bengkel dimana daya yang ditransmisikan dalam jumlah
sedang dari satu pulley ke pulley yang lainnya.
2) Sabuk V ( V-belt ) Jenis sabuk ini banyak digunakan pada pabrik dan
bengkel-bengkel dimana daya yang ditransmisikan cukup besar dari
satu pully ke pulley yang lainnya.
3) Sabuk gigi Bagian dari sabuk ini dilengkapi dengan gigi yang berjalan
pada pully gigi seperti rantai. Bahan yang digunakan untuk jenis belt
ini harus fleksibel dan tahan lama seperti karet.
E. RUANG PENGGILINGAN
Ruang penggiling adalah tempat dimana bahan baku akan digiling menjadi
tepung Di ruang penggiling ini terdapat rotor dan stator.Rotor adalah bagian yang
berputar yang terhubung dengan poros dan stator adalah bagian yang diam pada
ruang penggilingan.
F. BEARING
Bantalah adalahsalah satu elen mesin yang berfungsi untuk menumpu
poros, agar putaran dan gerakan bolak-balik dapat berlangsung secara halus,
aman, dan berfungsi agar umur peralatan menjadi lebih lama.
H. CORONG KELUAR
Corong pengeluaran adalah tempat keluarnya tepung setelah proses
penggilingan agar tepung yang sudah dihasilkan tidak berhamburan. Corong
pengeluaran berada dibawah ruang penggiling. Gambar ditunjukan pada gambar:
I. SARINGAN
Saringan pada mesin disk mill dengan ukuran 0.5 mm, 1 mm, dan 2 mm
memiliki peran utama dalam mengatur ukuran partikel hasil penggilingan. Setiap
ukuran saringan memberikan hasil gilingan dengan karakteristik yang berbeda.
Saringan 0.5 mm digunakan untuk menghasilkan tepung dengan ukuran partikel
yang sangat halus. Saringan 1 mm menghasilkan tepung dengan ukuran partikel
yang sedang. Sementara itu, saringan 2 mm menghasilkan tepung dengan ukuran
partikel yang lebih kasar,. Pemilihan saringan yang tepat sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan spesifik penggunaan dan menghasilkan produk akhir
dengan kualitas yang diinginkan. Gambar ditunjukan pada gambar:
Gambar 4 Saringan
Modul
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGUNAAN ALAT
Mesin disk mill FFC-15 adalah alat yang digunakan untuk menggiling
berbagai jenis biji-bijian menjadi tepung. Mesin ini dilengkapi dengan mesin
GX160 untuk menggerakkan operasionalnya. Untuk membuat Standard Operating
Procedure (SOP) mesin disk mill FFC-15 dengan mesin GX160, berikut adalah
langkah-langkah umum yang bisa Anda ikuti:
1. Pemeriksaan Awal:
Pastikan semua komponen mesin disk mill FFC-15 dalam kondisi baik.
Periksa mesin GX160 untuk memastikan semua bagian berfungsi dengan
baik.
Pastikan semua peralatan keselamatan, seperti sarung tangan dan kacamata
pelindung, tersedia dan dalam kondisi baik.
2. Operasional Mesin:
Masukan saringan sesuai kebutuhan ke mesin disk mill FFC-15
Tutup mesin disk mill FFC-15 dengan pengait nya
Beri wadah atau plastik pada corong keluar
Nyalakan tombol start pada mesin GX160.
Tarik recoil starter yang ada pada mesin GX160.
3. Pemasangan Bahan:
Isi mesin disk mill dengan bahan yang akan digiling secara perlahan.
Pastikan tidak ada benda asing atau kontaminan dalam bahan yang akan
digiling.
4. Pemantauan Proses:
Awasi proses penggilingan supaya mesin tidak mati.
5. Pembersihan
Matikan mesin setelah selesai penggilingan.
Bersihkan mesin disk mill dan mesin GX160 dari sisa-sisa bahan
Modul
Modul
BAB IV
KESIMPULAN
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Asthami, N., Estiasih, T. and Maligan, J.M. (2016) ‘MIE INSTAN BELALANG
KAYU (Melanoplus cinereus): KAJIAN PUSTAKA Instant Noodle from Wood
Grasshopper (Melanoplus cinereus): A Review’, Jurnal Pangan dan Agroindustri,
4(1), pp. 238–244.
Raswindo, A., Ahmad, F. and Syarifudin (2021) ‘Uji Kapasitas Mesin Penepung
Disk Mill Tipe Ffc 15 Menggunakan Pully 7 Inchi’, Jurnal Poltek Tegal, (71), pp.
1–9.
Suparyanto and Rosad (2020) ‘Belalang kayu adalah serangga herbivora berwarna
coklat yang termasuk ordo Orthoptera’, Jurnal Agribisnis Indonesia, 5(3), pp.
248–253.