Disusun Oleh:
Kelompok 3 (P4)
1. BTR Sri Syntia Manik (D24190008)
2. Cantika Graviola (D24190009)
3. Fauzhiah Nur Hasanah (D24190016)
4. Vita Apriani (D24190046)
5. Welas Sri Mulyati (D24190048)
6. Witri Maulani Sudirman (D24190050)
7. Yumna Mustika Alfia (D24190054)
8. Agustina (D24190063)
9. Arina Manasikana (D24190073)
10. Lela Agus Setiana (D24190125)
11. Selvia (D24190132)
Latar Belakang
Ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari
bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging (Santoso dan Sudaryani 2011). Ayam broiler memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan ayam broiler adalah daging empuk, ukuran
badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup
tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot
badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan
secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit, sulit
beradaptasi, dan sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan. Pemeliharaan
ayam meliputi banyak faktor seperti persiapankandang, kedatangan DOC, pakan
dan air minum, temperatur, sistem alas lantai.
Fase pertumbuhan ayam broiler berdasarkan laju pertumbuhannya terdiri
dari fase starter (ayam broiler umur 1 – 21 hari) dan fase finisher (ayam broiler
umur 22 – 35 hari atau sampai umur potong yang diinginkan) (Murwani 2010).
Fase pertumbuhan ayam broiler paling awal adalah fase starter dimana ayam
broiler atau DOC membutuhkan induk buatan (brooder). Fungsi brooding adalah
menyediakan lingkungan yang sehat dan nyaman secara efisien bagi anak ayam
dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal. Fase brooding yakni fase yang
paling menentukan, dimana akan berpengaruh terhadap pertumbuhan selanjutnya
yaitu fase finisher. Pada saat anak ayam berumur 0 sampai 14 hari, akan terjadi
perbanyakan sel atau hyperplasia kemudian pada umur 2 – 4 minggu terjadi
proses pembesaran sel atau hypertropy (Fatmaningsih et al. 2016). Perbanyakan
sel ini meliputi perkembangan saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan
perkembangan sistem kekebalan. Pada fase pertumbuhan, ayam pedaging
memiliki perbedaan kebutuhan nutrien karena menyesuaikan kebutuhan tubuh
untuk mendapatkan performa yang optimal. Berdasarkan umur ayam broiler,
kebutuhan nutrien pakan terbagi menjadi 2 periode yaitu periode starter (umur 0-3
minggu) dan periode finisher (umur 3 - 6 minggu) (Achmanu dan Muharlien
2011)
Pakan ayam broiler pada umumnya berupa pakan jadi/ pakan yang dibuat
oleh pabrikan atau istilahnya adalah pakan komersil yaitu pakan yang sudah
disusun sedemikian rupa baik bahan pakan yang digunakan, komposisi bahan
pakan dan kandungan nutriennya, sehingga siap digunakan oleh peternak. Pakan
komersial yang digunakan umumnya campuran dari beberapa jenis bahan baku
seperti bahan sumber energi, lemak, vitamin, mineral, antibiotika, dan protein
seperti protein hewani dan protein nabati, serta bahan lainnya yang diperlukan.
Perusahaan pakan komersial di Indonesia sangat beragam baik jenis produk
maupun hasil dari tiap pabrik sehingga harga di pasaranpun tidak sama satu sama
lain. Bahan baku impor yang digunakan menyebabkan harga pakan komersial
mejadi relatif mahal namun tetap diminati oleh peternak karena mudah didapat
dan lebih praktis diberikan pada ternak. Pakan komersial merupakan pakan yang
dirancang untuk menghasilkan perkembangan, pertumbuhan, kesehatan serta
penampilan yang optimal. Efisiensi penggunaan pakan dapat dilihat dari performa
ayam broiler, yaitu penambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan,
bobot badan akhir, indeks produksi. (Iriyanti et al. 2017)
Selain membutuhkan pakan, ayam broiler juga membutuhkan asupan air
minum. Air merupakan suatu zat yang tidak mempunyai warna, bau, dan rasa
yang tersusun atas hidrogen dan oksigen. Air yang digunakan sebagai air minum
ternak harus memiliki kualitas yang baik. Air yang berkualitas baik memiliki ciri-
ciri seperti jernih, tidak berbau, rasanya netral, dan mengandung mineral
bermanfaat. Suhu air minum yang disukai ayam berkisar antara 21-24oC dengan
pH 6-6.7. Air minum untuk ayam broiler umumnya berasal dari air sumur, air
hujan atau dari sumber mata air. Mata air adalah sumber air minum yang layak
untuk dikonsumsi karena air keluar dengan sendirinya dari dalam tanah ke
permukaan (Lusandika et al. 2017).
Beberapa permasalahan yang sering dijumpai peternak dalam proses
pemberian pakan dan air minum adalah formulasi pakan yang diberikan masih
belum efisien untuk menghasilkan produksi yang optimal, pemberian pakan dan
air minum pada peternakan rakyat masih dilakukan secara sederhana, dan kualitas
air minum yang masih rendah. Jumlah pakan yang diberikan juga dipengaruhi
oleh harga pakan. Harga pakan yang berfluktuatif juga menjadi masalah tersendiri
bagi peternak karena peternak dituntut untuk memberikan pakan dengan kualitas
dan kuantitas yang sesuai kebutuhan ayam walaupun harga pakan sedang tinggi.
Tujuan
METODE PENELITIAN
SIMPULAN
Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
pemberian pakan dan air minum. Pemberian pakan di Jebrod Farm dilakukan
secara teratur pada pagi dan sore hari. Fase starter diberi pakan berbentuk crumble
dan fase finisher diberi pakan secara adlibitum. Pemberian air minum pada Jebrod
Farm juga udah teratur tetapi terdapat kesalahan dalam pemberian kaporit
sehingga dibutuhkan manajemen pemberian air minum yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA