Kelompok 2
Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tata cara pemeliharaan
dan manajemen ayam broiler dari fase starter hingga fase finisher atau panen.
Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi para peternak sektor ayam pedaging untuk mendapatkan
informasi terkait sistem manajemen ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemilihan DOC
Pengadaan DOC broiler dilakukan dengan membeli dari perusahaan
pembibitan ayam broiler. Menurut Cahyono (2019) ada waktu pembelian DOC
hendaknya memperhatikan ayam sehat, tidak sakit. Secara fisik ayam sehat memiliki
gerak yang lincah. Mata bening bersinar, mata bundar dan bersih. Anak ayam yang
tidak sehat dicirikan oleh mata redup seperti mengantuk, lemas dan bila ayam
dijatuhkan ke lantai tidak cepat berdiri. Bulu halus, pertumbuhan baik dan penuh
menutupi seluruh badan, ayam mempunyai nafsu makan baik, bobot DOC normal
35-40 gram, kaki lurus dan kuat, tubuh padat berisi, dada lebar dan dalam, dan
punggung lebar.
B. Feed Intake
Feed intake atau asupan makan merupakan suatu determinan utama dari
penampilan ternak, produktivitas ternak, serta gizi ternak. Feed intake dapat
ditingkatkan dengan cara memberikan suplemen pakan, perubahan bentuk pakan, dan
pengolahannya (Suhubdy et al. 2021). Hasil feed intake didapat dari perhitungan
antara selisih dari pemberian pakan dengan sisa pakan yang dikonsumsi ternak
dengan satuan gram/ekor (Wati et al. 2016).
D. Perkandangan
Menurut Cahyo (2019) menyatakan pemilihan lokasi kandang ayam pedaging
harus sesuai, karena lokasi kandang dapat memberikan dampak terhadap produksi
ayam broiler. Ciri - ciri kandang yang bagus yaitu lokasi yang terbuka dan luas,
keadaan sekeliling lokasi peternakan harus tenang, lokasi tidak berdekatan dengan
keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan karena akan menyebabkan ayam
menjadi stres sehingga berpengaruh terhadap laju produksi.
BAB III
METODE
C. Analisis Data
Pertambahan Bobot Badan (PBB mingguan)
Pertumbuhan Berat Badan dengan rumus adalah sebagai berikut:
Mortalitas
Merupakan tingkat kematian dalam pemeliharaan selama satu kali produksi
yang biasanya dihitung dalam persentase.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Perbandingan antara pakan yang dihabiskan dengan produksi bobot akhir.
Rumus:
D. Prosedur Kerja
Sanitasi Peralatan Kandang
Sanitasi peralatan kandang mulai dari tempat pakan, tempat minum, ember,
blower, sekat, tirai kandang dan Sprayer dilakukan dengan cara dibersihkan
menggunakan air sumur jangan pakai air sungai setelah itu dikeringkan dan apabila
ada yang rusak maka harus diganti dengan yang baru. Sanitasi peralatan kandang
sering dilakukan setiap hari di pagi hari
Sanitasi Limbah
Penanganan limbah ayam mati dapat dilakukan dengan cara membakar atau
mengubur bangkai ayam di dalam tanah sesuai dengan SOP sehingga bangkai ayam
tidak tercium bau busuknya dan tidak menularkan penyakit. Penanganan limbah dapat
dilakukan dengan cara membuang limbah sekam, ayam mati atau sisa air minum
ayam setelah panen dengan cara dibuang ditempat pembuangan limbah yang sudah
disediakan. Pembuangan limbah sekam dilakukan setelah panen sehingga bisa
memudahkan untuk mengambilnya dan mempermudah untuk melakukan sanitasi
kandang atau mengganti sekam yang sudah basah.
Formalin
Formalin digunakan sebagai salah satu bahan sanitasi kandang dan peralatan
peternakan ayam. Formalin yang digunakan yaitu 0,2%. formalin berfungsi sebagai
memastikan sisa patogen mati dan dapat dilumpuhkan. Formalin digunakan dengan
cara dilarutkan pada air. Formalin 0,2% dapat dibuat dengan cara melarutkan formalin
100% dengan air. Perbandingan pembuatan larutan formalin 0,2% yaitu 0,4/30L air.
Monitoring
Monitoring meliputi pengecekan suhu kandang, suhu brooder, suhu sekam,
kelembaban brooder, kelembaban kandang dan kondisi harian ayam. Minggu pertama
dilakukan piket sebanyak 10x dalam sehari untuk mengecek anak ayam karena
minggu awal merupakan minggu yang riskan dan pemberian pakan harus sesuai
dengan target berat badan ayam selanjutnya piket dilakukan sebanyak 5x dalam
sehari. Monitoring dilakukan dimulai dari pengecekkan suhu dan kelembaban,
pemberian pakan ayam sesuai dengan pemberian pakan sesuai dengan usia dimulai
dari 150 gr, 200 gr, 300 gr, 400 gr, 1,4 kg, 2 kg, dan 3 kg dilanjutkan dengan
pemberian air minum ayam dengan melarutkan 1 bungkus vitamin dalam 15 L air.
Pemberian air dan penimbangan sisa pakan dilakukan pada jam 8 pagi, pengecekkan
crop ayam dilakukan pada jam 5 sore untuk melihat apakah ayam sudah makan atau
belum. Selanjutnya, setiap 1x dalam seminggu dilakukan penimbangan bobot ayam,
perhitungan FCR, IP, FI, dan keseragaman bobot serta monitoring kesehatan ayam
dengan melihat keaktifan dan respon ayam terhadap rangsangan.
Vaksinasi
Pemberian vaksin ND diberikan pada saat ayam berumur 4 hari melalui
intraocular atau tetes mata pada sore hari.
Panen
Panen dilakukan pada hari ke 29 dengan total ayam 101 ekor. Sebelum
dilakukan pemanenan dilakukan grading dan penimbangan untuk memisahkan ayam
sesuai bobotnya yaitu kurang dari 1,6 kg dan lebih dari 1,6 kg. Kemudian ayam
dibawa ke RPU untuk dilakukan penyembelihan. Penyembelihan dilakukan oleh
seorang muslim dengan posisi kaki ayam diatas dan kepala dibawah menggunakan
pisau yang tajam dengan memutuskan 3 saluran yaitu arteri karotis, vena jugularis dan
esofagus. Setelah disembelih, ayam ditunggu hingga darah berhenti keluar dan
dilakukan scalding atau perebusan ayam di dalam bak berisi air panas dengan suhu
50°C selama 3 – 4 menit untuk memudahkan pencabutan bulu. Selanjutnya dilakukan
defeathering yaitu pencabutan bulu ayam menggunakan mesin selama 30 detik.
Setelah bulu dicabut semua, ayam dimasukkan ke dalam ruang eviserasi untuk
dipisahkan kaki, kepala dan mengeluarkan isi perutnya. Setelah jeroan dilakukan,
dilakukan pencucian karkas menggunakan air bersih yang mengalir. Setelah karkas
bersih, karkas dimasukkan ke dalam bak berisi air dan es batu untuk dilakukan proses
chilling dengan suhu -4°C – 0°C. Kemudian ayam dikemas ke dalam plastik dan
diberi label sesuai bobotnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
FCR merupakan rasio antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang
diperoleh selama kurun waktu tertentu (Marom 2017). Grafik FCR menunjukkan nilai FCR
dimulai dari minggu 1 hingga minggu 4. FCR merupakan FCR merupakan ukuran seberapa
efisien ayam mengoptimalkan pakan untuk pertumbuhannya, semakin rendah nilai FCR
semakin efisien (Siregar et al. 2017). Nilai FCR pada minggu 1 yaitu 1,01; pada minggu 2
yaitu 1,25; pada minggu 3 yaitu 1,39; pada minggu 4 yaitu 1,14. Tabel berikut menjelaskan
mengenai standar nilai FCR pada ayam broiler.
Tabel 1 Standar nilai Feed Consumption Rate pada ayam broiler (Livingston et al. 2020)
Strain (Jenis Broiler) Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Keseragaman berat badan (Uniformity) pada ayam broiler sangat penting dilakukan.
Pada grafik keseragaman berat badan (Uniformity) pada ayam broiler selama 4 minggu yaitu
>80%. Nilai ini menunjukkan bahwa berat badan ayam broiler dari minggu pertama hingga
minggu keempat seragam dengan toleransi ± 10% dari standar. Pencapaian berat badan
merupakan salah satu performa yang diharapkan terutama pada pemeliharaan ayam broiler.
Pencapaian berat badan mencerminkan kondisi organ di dalam tubuh ayam, baik itu organ
pencernaan, pernapasan, dan kekebalan. Pertumbuhan berat badan harus dikontrol sejak saat
DOC hingga panen.
Perbedaan berat badan saat DOC sangat menentukan kecepatan pertumbuhan. Berat
badan dalam satu populasi dikatakan seragam jika selisih berat badannya + 10%. Jika berat
badan seragam diharapkan kemampuan ayam untuk makan dan minum juga bisa seragam.
Kondisi ayam dengan berat badan yang tidak seragam menyebabkan perbedaan berat badan
besar (melebihi standar) akan mendominasi sedangkan ayam dengan berat badan besar
(melebihi standar) akan mendominasi sedangkan ayam dengan berat badan kecil akan
semakin tersingkirkan dan tertinggal.
Grafik 3 Hasil jumlah feed intake (FI) ayam broiler selama 4 minggu
Menurut Cobb Broiler Management Guide (2021), konsumsi pakan kumulatif ayam
pada minggu ke-1 yakni sebanyak 145 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 541 gram, pada
minggu ke-3 sebanyak 1239 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2209 gram. Feed intake
pada grafik di minggu pertama, kedua, dan ketiga nilainya sesuai dengan nilai standar nilai
feed intake yang ada pada tabel. Penurunan konsumsi pakan terjadi pada minggu keempat
dengan selisih nilai feed intake mencapai 500 gr. Penurunan konsumsi pakan terjadi karena
beberapa faktor. Penurunan nilai feed intake akan berpengaruh terhadap FCR dan IP.
Grafik 4 Hasil jumlah Indeks Performance (IP)
ayam broiler selama 4 minggu
Indeks performance (IP) adalah ukuran dalam menilai keberhasilan peternakan ayam
broiler berdasarkan dari daya hidupnya, bobot badan, umur panen dan FCR. Menurut Santoso
dan Sudaryani (2009) nilai indeks performance pada pemeliharaan ayam broiler yang
digolongkan menjadi lima kelompok. Index performance yang lebih rendah dari 300
tergolong dalam kategori kurang, performance 301-325 tergolong dalam kategori cukup,
kisaran nilai indeks performance 326-350 tergolong dalam kategori baik, kisaran nilai indeks
performance 351-400 tergolong dalam kategori sangat baik dan nilai indeks performance
pada pemeliharaan ayam broiler > 400 tergolong dalam kategori istimewa. Pada grafik Indeks
performance menunjukan bahwa dalam 4 minggu pemeliharaan ayam broiler, pada minggu
ke-4 mendapatkan nilai IP yaitu 507. Nilai IP diatas 400 termasuk ke dalam nilai IP kategori
istimewa dan dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan selama 4 minggu berhasil dengan
upaya yang maksimal.
Suhu dan Kelembaban
Permintaan pasar yang tinggi, perputaran dana yang cepat, pertumbuhan ayam broiler
yang cepat, dan waktu pemeliharaan yang singkat tersebut menjadikan bisnis ayam broiler
berpeluang besar untuk terus berkembang. Keberhasilan bisnis ayam broiler dapat dilihat dari
performa produksi yang diperoleh selama pemeliharaan. Performa tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik, pakan, dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sering menjadi
fokus perhatian dalam pemeliharaan ayam broiler adalah suhu kandang. Suhu lingkungan
akan mempengaruhi metabolisme tubuh ayam broiler yang pada akhirnya mempengaruhi
performa produksi yang diperoleh. Berikut merupakan suhu dan kelembaban kandang.
1 30°C - 34°C 30 - 70 %
2 28°C - 32°C 30 - 70 %
3 25°C - 29°C 30 - 70 %
Grafik 5 Hasil rata-rata suhu dan kelembaban
kandang ayam broiler selama 4 minggu
Suhu selama pemeliharaan ayam broiler, yaitu pada minggu ke-1 suhu kandang
berada pada 30°C, kemudian pada minggu ke-2 suhu kandang berada pada 28°C, pada
minggu-3 kandang berada pada suhu 27.6°C, dan pada minggu ke-4 berada pada suhu 25°C.
Sedangkan kelembaban kandang ayam selama pemeliharaan, yaitu pada minggu ke-1
memiliki kelembaban 84.8%, pada minggu ke-2 memiliki kelembaban 85.7%, kemudian pada
minggu ke-3 memiliki kelembaban 81.2%, dan pada minggu ke-4 memiliki kelembaban
73.4%. Menurut Cobb Broiler Management Guide (2021), suhu standar kandang ayam broiler
pada minggu ke-1 yakni sekitar 30°C - 34°C, kemudian pada minggu ke-2 suhu kandang
yakni 28°C - 32°C, dan pada minggu ke-3 suhu kandang yakni 25°C - 29°C. Sedangkan
untuk kelembaban standar berada pada 30% - 70%.
Jika dilihat dari literatur diatas, suhu dan kelembaban kandang masih berada di bawah
standar. Suhu tubuh normal ayam berada pada kisaran 41°C dan 42°C dengan zona nyaman
pada suhu lingkungan 18‒21°C dan stres panas akan terjadi pada suhu lingkungan di atas
25°C (Tugiyanti et al. 2022; Wasti et al. 2020). Menurut Fatmaningsih et al. (2016), ayam
yang nyaman akan beraktivitas mencari makan dan minum dengan aktif sehingga dapat
meningkatkan konsumsi pakan. Menurut Tamalludin (2012), kandang open house memiliki
kekurangan yaitu kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan luar seperti panas,
kelembaban udara, dan angin. Terutama di Indonesia dengan iklim yang tropis yang
terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Di Daerah dataran rendah suhu sangat tinggi
dan angin cukup kencang. Sementara itu di dataran tinggi suhu sangat dingin disertai dengan
kelembaban tinggi
Bobot Badan
Pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe ayam, jenis
kelamin, galur, tata laksana, temperatur lingkungan, tempat ayam dipelihara, kualitas dan
kuantitas pakan (Ramadhani et al. 2016). Bobot badan ayam selama pemeliharaan, yakni
pada minggu ke-1 dengan rata-rata bobot badan 222.96 gram, kemudian pada minggu ke-2
dengan rata-rata bobot badan 507.86 gram, pada minggu ke-3 dengan rata-rata bobot badan
952.435 gram, dan pada minggu ke-4 dengan rata-rata bobot badan 1.639, 64 gram. Menurut
Cobb Broiler Management Guide (2021), Ayam yang berusia 7 hari memiliki bobot badan
193 gram, pada usia 14 hari memiliki bobot badan 528 gram, pada usia 21 hari memiliki
bobot badan 1018 gram, dan pada usia 28 hari memiliki bobot badan 1615 gram. Jika dilihat
dari literatur diatas, bahwa bobot badan ayam sudah sesuai standar, kecuali pada minggu ke-3
dimana hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh suhu dan kelembaban yang
mempengaruhi konsumsi pakan ayam sehingga pertumbuhan bobot badan ayam tidak
maksimal.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ternak dalam jangka
waktu tertentu. Konsumsi pakan kumulatif selama pemeliharaan ayam yakni, pada minggu
ke-1 sebanyak 225,49 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 635,64 gram, pada minggu ke-3
sebanyak 1. 467,32 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2.358, 41 gram. Menurut Cobb
Broiler Management Guide (2021), konsumsi pakan kumulatif ayam pada minggu ke-1 yakni
sebanyak 145 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 541 gram, pada minggu ke-3 sebanyak
1239 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2209 gram. Jika dilihat dari literatur diatas,
konsumsi pakan kumulatif ayam berada di atas standar, dimana konsumsi pakan meningkat
secara kuantitatif setiap harinya. Hal ini disebabkan karena final stock dari segi genetiknya
memiliki kemampuan tumbuh yang cepat. Dengan demikian, pakan yang dikonsumsi secara
otomatis akan lebih banyak untuk mendukung pertumbuhannya (Fattah et al. 2023)
Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian yaitu angka yang menunjukkan jumlah ayam yang
mati selama pemeliharaan. Mortalitas merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan
dalam suatu usaha pengembangan peternakan ayam. Menurut Bell dan Weaver (2002),
tingkat kematian ayam banyak terjadi pada minggu-minggu pertama pemeliharaan dan sangat
ditentukan oleh kondisi anak ayam pada saat pemeliharaan ayam. Tingkat mortalitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, iklim, keberhasilan lingkungan,
sanitasi peralatan kandang, dan penyakit.
Manajemen Pemeliharaan
Management pemeliharaan ayam pedaging terbagi menjadi 2, yaitu periode starter
dan periode grower atau finisher. Periode starter yaitu periode anak ayam dari (umur 0-21
hari), sedangkan untuk periode grower atau finisher yaitu periode anak ayam dari umur 22
sampai panen, sudah sesuai dengan bobot badan yang diinginkan. Nilai indeks performans
dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah
persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009) menyatakan bahwa
semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien
penggunaan pakan (Fadillah, 2007).
Pemeliharaan Starter
1. Persiapan Kandang dan Perlengkapannya
Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap. Persiapan kandang
doc untuk ayam broiler tidak berbeda dengan DOC untuk ayam petelur. Begitu pula
perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang sempurna.
Penempatan tempat makan atau minum juga sama (Rista dan Etika 2013).
2. Pencegahan Penyakit
Indonesia memiliki iklim tropis yang mengakibatkan suhu lingkungan dapat
berubah-ubah. Suhu lingkungan sangat mempengaruhi produksi ayam broiler, karena
dapat mengurangi konsumsi ransum. Pada dasarnya suhu yang ada di dalam kandang
berupa panas lingkungan yang berasal dari matahari dan dari panas yang dikeluarkan
oleh tubuh ayam. Ayam broiler akan berproduksi optimal pada suhu 18ºC - 21ºC
(Wijayanti et al. 2011). Menurut Hadyanto dan Amrullah (2022), suhu ideal kandang
untuk umur 1 – 7 hari adalah 34ºC, umur 8 – 15 hari suhu ideal kandangnya 30ºC,
umur 16 – 23 hari suhu ideal kandangnya 28ºC, dan umur 24 – 30 hari suhu ideal
kandangnya 26,6ºC.
Untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain memperhatikan
kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi maupun pemberian
obat-obatan dan vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas
menular yang tidak bisa diobati misalnya ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin ND
ini banyak tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara penggunaan yang
berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu Medivac Gumboro-A, yang diberikan sekitar
12 hari. Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan pada waktu yang
bersamaan karena dikhawatirkan ayam tidak tahan. Contoh program pencegahan
penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 4.
Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya biasanya tercantum dalam
kemasan vaksin yang akan digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari
agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui suntikan ). Di samping itu,
vaksin tidak akan terkena sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin
diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3 jam
sebelumnya supaya air minum yang telah diberi larutan vaksin cepat habis, sehingga
vaksin tidak mati atau terbuang. Program pencegahan penyakit atau penggunaan
obat-obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda tergantung kepada jenis
penyakit yang sering timbul di peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat
meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan
DOC sampai dipasarkan, masih dianggap cukup berhasil (Anonim 2013).
Dalam keadaan terpaksa litter bekas yang pernah dipakai bisa digunakan lagi. Namun,
perlu diperhatikan bahwa litter tersebut harus kering dan bukan bekas pemeliharaan ayam
yang pernah terkena penyakit menular supaya tidak terjadi penularan penyakit kepada ayam
yang akan dipelihara. Hal lain juga perlu diperhatikan yaitu populasi ayam dalam kandang
sebaiknya tidak terlalu padat. Jika terlalu padat maka akan mempengaruhi performa ayam,
misalnya sebagai berikut:
a. Konsumsi ransum menurun akibat beberapa hal misalnya temperatur kandang
meningkat, ransum banyak yang tumpah dan kesempatan makan yang berkurang.
b. Pertumbuhan menurun.
c. Efisiensi penggunaan ransum menurun.
d. Kematian bertambah.
e. Kanibalisme bertambah
f. Banyak terjadi breast blister (bagian yang mengeras di bagian dada)
g. Pertumbuhan bulu berkurang
h. Banyak patah tulang pada saat processing (condemnation)
Kandang sistem litter dengan populasi terlalu padat biasanya sangat bau dan kondisi
litter basah. Bau ini timbul karena adanya gas amonia (NH3) yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dalam proses pembusukan kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah
mencapai 50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan berkurang sekitar 8% pada
umur 7 minggu. Kondisi litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam penyakit (snot,
penyakit cacing, dan sebagainya). Kadar amonia dalam kandang akan cepat, meningkat jika
pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka amonia yang terbentuk akan lebih sedikit.
Untuk mengurangi bau dalam kandang ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan biasanya 10-12 ekor/m2,
untuk dataran rendah biasanya 8-10 ekor/m2.
b. Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2 pada litter atau dengan
menyemprotkan phosphoric acid 1,9 liter/m2.
c. Kandang sistem litter bisa dibuat bertingkat (dua/tiga lantai). Namun, dengan kandang
bertingkat, lebih banyak tenaga kerja yang digunakan apalagi kalau pemberian
makan/minum dilakukan secara manual.
d. Di daerah-daerah dekat pantai, kandang yang digunakan biasanya menggunakan
sistem panggung dengan alas dari bilah-bilah bambu atau kayu. Hal ini dimaksudkan
agar di dalam kandang tidak terlalu panas karena ada udara yang bisa masuk dari
bawah kandang.
1. Konsumsi Ransum
Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum
kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam diberi ransum
dengan kandungan energi yang rendah maka ayam akan makan lebih banyak.
Sebaliknya, jika disediakan ransum dengan kandungan energi tinggi maka ayam akan
makan lebih sedikit, karena kebutuhan energinya cepat terpenuhi. Sumber energi
utama dalam ransum biasanya menggunakan jagung kuning.
Temperatur lingkungan berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Jika
temperatur lingkungan meningkat dari keadaan normal maka ayam akan lebih banyak
minum dan sedikit makan. Sebaliknya jika temperatur lingkungan menurun maka
konsumsi ransum meningkat. Temperatur lingkungan yang optimal untuk
pemeliharaan broiler yaitu sekitar 18-21˚ C.
Pemanenan
Panen merupakan tahapan akhir pemeliharaan ayam broiler komersial. Berhasil atau
tidaknya usaha ayam broiler komersial dapat diketahui setelah semua ayam dipanen. Jadwal
pertama panen biasanya telah ditentukan ketika ayam akan dipelihara. Namun bisa berubah
karena kondisi tertentu seperti ayam sakit atau karena faktor harga jual. Menurut Jayatna
(2011) masa panen ayam broiler terjadi pada minggu ke-4 hingga ke-6 pemeliharaan,
biasanya dilakukan pada hari ke-28 agar pengeluaran lebih efisien. pemanenan dilakukan
secara serentak dimana sistem ini disebut sebagai sistem “all in all out”. Terdapat beberapa
hal yang perlu dipersiapkan pada masa panen ayam broiler, yaitu:
2. Kegiatan Pemanenan
Pemanenan ayam broiler dilakukan dengan cara penangkapan ayam,
penimbangan atau grading. Waktu panen yang baik biasanya dilaksanakan saat pagi,
sore, atau malam hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah stres panas pada ayam,
sehingga ayam tidak banyak yang mati saat dipanen. Pengaturan waktu panen juga
harus diperhatikan dengan melihat riwayat catatan bobot harian rata-rata kandang,
sehingga dapat ditentukan urutan hari panen untuk setiap kandang (Nurjannah 2020).
Adapun tata cara pemanenan ayam broiler ketika panen sebagai berikut:
a. Menyekat kandang yang akan di panen.
b. Menangkap ayam dengan hati-hati agar tidak menyebabkan memar, tulang
patah di bagian sayap dan kaki, serta kematian akibat stress.
c. Menimbang ayam dan memasukkan ayam yang telah ditimbang ke dalam
keranjang secara perlahan.
d. Mencatat hasil penimbangan, jumlah, dan grade ayam.
e. Meletakkan keranjang yang berisi ayam dalam kendaraan yang digunakan
untuk dipasarkan atau dikirimkan ke RPU (Rumah Potong Unggas).
Ayam yang sudah berada di RPU akan dilakukan pemeriksaan antemortem sebelum
dilakukan penyembelihan. Pemeriksaan antemortem yaitu pemeriksaan kesehatan ayam
sebelum dilakukan penyembelihan. Tujuan dilakukan pemeriksaan antemortem yaitu untuk
menentukan kondisi ayam benar-benar sehat dan aman pada saat dikonsumsi oleh manusia.
Adapun tujuan lain pemeriksaan antemortem seperti berikut:
a. Memperoleh ayam yang cukup istirahat.
b. Menghindari penyembelihan ayam yang sakit untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya pencemaran pada tempat pemotongan, alat, dan
pekerja.
c. Sebagai bahan informasi awal untuk pemeriksaan postmortem.
d. Jika ayam yang dikirim disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan
maka pemeriksaan antemortem dapat dilakukan hanya untuk memastikan
bahwa kondisi ayam tidak mengalami penyimpangan.
Prosedur dari pemeriksaan antemortem meliputi pemeriksaan berat badan, kondisi
mata, mukosa, crop, bulu, kuku, kaki dan kloaka. Hasil pemeriksaan antemortem yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel 5.