Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 5 Desember 2023

Dosen : drh. Henny Endah Anggraeni, MSc


Asisten : 1. Cc. Ascyfa Najwa, S.K.H
2. Deandarla Naoremisa, S.K.H

Kesehatan Hewan Ternak/Pangan


Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler

Kelompok 2

No. Nama NIM


1. Alifah Putri Salihah J0315211009
2. Restu Haykal Fakhri J0315211012
3. Sessy Nabilah Ramadhayani J0315211021
4. Karina Chairunnisa J0315211034
5. Muhammad Sirojuddin J0315211042
6. Muhammad Igal J0315211053
7. Naia Ullaya Henki J0315211072
8. Putri Alviana J0315211073
9. Maldini Hattarajasa J0315211080
10. Fitri Oktaviani RAhmawati J0315211087
11. Chairani Martin J0315211088
12. Rizieq Al Ghiffari J0315211090

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bibit ayam atau biasa disebut DOC (Day Old Chick) merupakan anak ayam yang
berumur satu hari atau dibawah 10 hari dengan maksimal 14 hari setelah anak ayam tersebut
menetas (Surbakti 2017). DOC umumnya digunakan sebagai istilah untuk bibit ayam
pedaging atau ayam potong. Bibit DOC yang dipelihara sebagai bibit ayam potong dipilih
berdasarkan kualitas dan kriterianya (Setiawan dan Eko 2022). Ayam Broiler merupakan
ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, dari 3 sampai 4 minggu
sudah dapat dipanen. Keunggulan ayam broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan
lingkungan yang meliputi makanan, suhu lingkungan dan pemeliharaan (Umam et al.
2015). Ayam broiler merupakan ayam ras unggulan hasil dari persilangan antara bangsa –
bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi terutama dalam produksi daging
(Santoso et al. 2015).
Menurut Badan Pusat Statistik (2017) populasi ayam broiler di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan populasi. Pada tahun 2016 populasi ayam broiler di
Indonesia mencapai 1.632.567.839 ekor dan pada 2017 populasi ayam broiler mencapai
1.698.368.741 ekor. Hal ini menunjukkan kenaikkan populasi yang cukup signifikan yaitu
mencapai 65.800.902 ekor atau 4% dari tahun 2016. Hal ini dikarenakan meningkatnya
jumlah penduduk, harga belinya terjangkau dan mudah didapatkan serta meningkatnya
pendapatan, dan pendidikan masyarakat.
Ayam pedaging mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal
ternak. Sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat akan daging ayam, pemeliharaan
ayam pedaging membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tersebut
dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan membantu peningkatan
produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha peternakan ayam broiler secara baik. Hal
inilah yang kemudian mendasari pentingnya mengetahui manajemen pemeliharaan ayam
broiler.

Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tata cara pemeliharaan
dan manajemen ayam broiler dari fase starter hingga fase finisher atau panen.

Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi para peternak sektor ayam pedaging untuk mendapatkan
informasi terkait sistem manajemen ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemilihan DOC
Pengadaan DOC broiler dilakukan dengan membeli dari perusahaan
pembibitan ayam broiler. Menurut Cahyono (2019) ada waktu pembelian DOC
hendaknya memperhatikan ayam sehat, tidak sakit. Secara fisik ayam sehat memiliki
gerak yang lincah. Mata bening bersinar, mata bundar dan bersih. Anak ayam yang
tidak sehat dicirikan oleh mata redup seperti mengantuk, lemas dan bila ayam
dijatuhkan ke lantai tidak cepat berdiri. Bulu halus, pertumbuhan baik dan penuh
menutupi seluruh badan, ayam mempunyai nafsu makan baik, bobot DOC normal
35-40 gram, kaki lurus dan kuat, tubuh padat berisi, dada lebar dan dalam, dan
punggung lebar.

B. Feed Intake
Feed intake atau asupan makan merupakan suatu determinan utama dari
penampilan ternak, produktivitas ternak, serta gizi ternak. Feed intake dapat
ditingkatkan dengan cara memberikan suplemen pakan, perubahan bentuk pakan, dan
pengolahannya (Suhubdy et al. 2021). Hasil feed intake didapat dari perhitungan
antara selisih dari pemberian pakan dengan sisa pakan yang dikonsumsi ternak
dengan satuan gram/ekor (Wati et al. 2016).

C. Feed Consumption Ratio (FCR)


Feed Consumption Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan
yang digunakan dengan jumlah bobot ayam broiler yang dihasilkan. Semakin kecil
nilai FCR maka dapat menunjukkan kondisi usaha ternak ayam broiler semakin baik
(Suwarta 2015).

D. Perkandangan
Menurut Cahyo (2019) menyatakan pemilihan lokasi kandang ayam pedaging
harus sesuai, karena lokasi kandang dapat memberikan dampak terhadap produksi
ayam broiler. Ciri - ciri kandang yang bagus yaitu lokasi yang terbuka dan luas,
keadaan sekeliling lokasi peternakan harus tenang, lokasi tidak berdekatan dengan
keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan karena akan menyebabkan ayam
menjadi stres sehingga berpengaruh terhadap laju produksi.

E. Pakan dan Minum


Nutrisi ayam pedaging harus terpenuhi agar ayam bisa mendapatkan
pertumbuhan yang maksimal. Sistem yang digunakan dalam pemberian pakan
pedaging adalah sistem adlibitum yaitu pakan selalu tersedia dan tanpa batas.
Sedangkan pakannya sendiri biasa berupa pelet, crumbles dan bentuk tepung.
Menurut Nurhakim (2019) pekan starter yang diberikan berupa mash (tepung) yang
mengandung protein 21-22%. Pemberian dilaksanakan selama 3 hari pertama dan
secara berkala, 2-3 jam sekali ayam dirangsang supaya aktif makan dan minum.
Pemberian pakan sedikit demi sedikit pada baki pakan dan dilakukan sesering
mungkin yaitu 5-8 kali setiap hari. Pemberian pakan pada baki seperti ini dilakukan
sampai umur 1 minggu, selanjutnya secara bertahap diganti dengan tempat pakan
yang digantung agar anak ayam bisa dengan mudah beradaptasi dan tidak stres.
Pemberian minum dilakukan secara adlibitum yaitu tempat air minum harus
selalu terisi agar kebutuhan air minum tercukupi. Kekurangan air minum pada ayam
dapat mengakibatkan ayam menderita radang kelenjar lambung, peradangan ginjal,
peningkatan sel darah merah di dalam darah, penurunan aktivitas metabolisme,
pertumbuhan ayam terhambat dan pengeriputan kulit di kaki (Cahyo 2019).

F. Obat dan Vaksinasi


Pemberian obat - obatan pada ternak bertujuan untuk menjamin pertumbuhan
ternak dan meningkatkan daya tahan ternak terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu
menambahkan probiotik ke dalam air minum ternak selama pemeliharaan. Fungsi
probiotik adalah memberi unsur mikro berupa vitamin dan mineral, meningkatkan
efisiensi pencernaan dan menambahkan mikroba yang bermanfaat bagi pencernaan,
mempercepat pertumbuhan ternak, meningkatkan produktivitas ternak, mengurangi
angka kematian.
Probiotik mengandung vitamin dan mineral serta senyawa bioaktif seperti
Lactobacillus casei, Sacchoramyces cerevisae, Rhodopseudomans palustris dan
mikroba lain yang bermanfaat bagi pencernaan. Lactobacillus bekerja sama dengan
mikroorganisme lain dan giberalin mampu membunuh kuman yang ada di dalam
tubuh unggas (Cahyono 2019).

G. Sanitasi dan Biosecurity


Lakukan pengapuran pada bagian dinding dan lantai kandang untuk sanitasi
setelah pasca panen agar bibit penyakit bisa mati dan dilakukan sanitasi dengan
formalin. Pembersihan kandang lepas produksi yaitu pembersihan kandang dan semua
peralatan yang dilakukan setelah panen. Pembersihan kandang lepas produksi
meliputi mengeluarkan alas kandang dari kandang, penyemprotan air pada lantai
kandang, membersihkan langit – langit kandang, dan mensucihamakan kandang
(Cahyono 2019).

E. Pertumbuhan Bobot Badan


Menurut Rasyaf (2004) yang dimaksud dengan broiler (ayam ras pedaging)
adalah ayam yang muda jantan atau betina yang berumur dibawah 8 minggu dengan
bobot tertentu, pertumbuhan yang cepat timbunan daging baik dan banyak. Menurut
kecepatan pertumbuhannya, maka periode pemeliharaan ayam ras pedaging dapat
dibagi menjadi 2 yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur 1-21
hari dan periode finisher dimulai umur 22-35 hari atau sesuai umur dan bobot potong
yang diinginkan (Murwani, 2010). Persyaratan mutu bibit ayam ras pedaging atau
DOC menurut SNI (2005) yaitu berat DOC per ekor minimal 37 gr dengan kondisi
fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi,
tidak ditemukan kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering,
warna bulu seragam sesuai dengan warna galur dan kondisi bulu kering dan
berkembang serta jaminan kematian DOC maksimal 2%. Faktor yang perlu
diperhatikan untuk mencapai pertumbuhan ayam ras pedaging yang optimal adalah
suhu lingkungan dan kelembaban udara yang tinggi merupakan faktor utama yang
menyebabkan terjadinya cekaman panas dan menurunnya produktivitas ayam ras
pedaging tersebut.
Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan pada hewan merupakan suatu
fenomena universal yang bermula dari suatu sel telur yang dibuahi dan berlanjut 11
sampai hewan mencapai dewasanya. Pertambahan bobot badan dan bobot dari
jaringan seperti berat daging, tulang, otak dan jaringan lainnya, diartikan sebagai
pertumbuhan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis
kelamin, dan faktor lingkungan (Bell dan Weaver 2002). Pertumbuhan ayam pedaging
sangat cepat dan pertumbuhan dimulai sejak menetas sampai umur 8 minggu, setelah
itu kecepatan pertumbuhan akan menurun (Scott et al. 1982). Pertambahan bobot
badan diperoleh dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan
berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap
tahun (Tillman et al, 1991). Setiap minggu pertumbuhan ayam ras pedaging
mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu
mengalami penurunan. Kecepatan pertumbuhan bobot badan serta ukuran bobot
badan ditentukan oleh sifat keturunan tetapi pakan juga memberikan kesempatan bagi
ayam ras pedaging untuk mengembangkan sifat keturunan semaksimal mungkin
(Maynard and Loosli 1969).

BAB III
METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada pertemuan 8 - 14 di Klinik Hewan Sekolah
Vokasi IPB University dan kandang ayam serta Rumah Potong Unggas di Sekolah
Vokasi IPB University.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu menggunakan ayam
broiler sebanyak 103 ekor, brooder, tempat pakan ayam, tempat minum ayam, pakan
ayam B11 B12, vitamin, sekam, lampu, air, sendal kandang, termometer, kipas angin,
pengukur kelembaban, timbangan, tray, sabun, formalin, spons, pisau, keranjang,
ATK, mesin mesin di RPU, plastik, lidi, gloves, masker, dan sepatu boots.

C. Analisis Data
Pertambahan Bobot Badan (PBB mingguan)
Pertumbuhan Berat Badan dengan rumus adalah sebagai berikut:

PBB (g) = BBt (g) – BBt-1 (g)


Keterangan :
PBB = Pertambahan berat badan
BBt = Berat badan akhir minggu (berat akhir)
BBt-1 = Berat badan minggu sebelumnya (berat awal)
t = Waktu pengukuran ( satu minggu )
Mortalitas/Kematian

Mortalitas
Merupakan tingkat kematian dalam pemeliharaan selama satu kali produksi
yang biasanya dihitung dalam persentase.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Perbandingan antara pakan yang dihabiskan dengan produksi bobot akhir.
Rumus:

Indeks Performa (IP)


Nilai Indeks Performa dapat diperoleh dengan menggunakan rumus/ cara
sebagai berikut:

D. Prosedur Kerja
Sanitasi Peralatan Kandang
Sanitasi peralatan kandang mulai dari tempat pakan, tempat minum, ember,
blower, sekat, tirai kandang dan Sprayer dilakukan dengan cara dibersihkan
menggunakan air sumur jangan pakai air sungai setelah itu dikeringkan dan apabila
ada yang rusak maka harus diganti dengan yang baru. Sanitasi peralatan kandang
sering dilakukan setiap hari di pagi hari

Sanitasi Dalam Kandang


Sanitasi dalam kandang dapat dilakukan pada saat sebelum DOC masuk dan
setelah panen sehingga kandang benar-benar kosong, dengan cara membersihkan
kotoran ayam atau sekam bekas ternak pada periode sebelumnya, lalu dibersihkan
dengan menggunakan air dan melakukan pengapuran lantai kandang sama dinding
kandang. Sanitasi kandang ayam sebaiknya dilakukan setiap pagi dengan
membersihkan sekam yang basah, pakan yang kotor, air yang kotor dan melakukan
pengecekan apabila ada ayam yang mati di dalam kandang, sanitasi kandang bertujuan
agar ternak bisa terhindar dari penyakit atau bibit penyakit.

Sanitasi Luar Kandang


Sanitasi luar kandang dilakukan dengan cara mulai dari membersihkan
selokan, rumput yang tumbuh, sampah-sampah dan barang yang tidak terpakai yang
ada disekitar halaman kandang, seperti memotong rumput, membuang sampah dan
limbah yang ada di halaman kandang hal tersebut bertujuan supaya agar bibit penyakit
tidak tumbuh dan supaya binatang luar tidak mengganggu ternak, sanitasi dapat
dilakukan setiap hari di pagi hari ketika sesudah memberi makan ayam. Sanitasi
lingkungan peternakan perlu dilakukan setiap hari di pagi hari ketika semua kegiatan
di dalam kandang sudah selesai dilakukan seperti membersihkan halaman kandang,
membersihkan sampah-sampah dan membuang limbah peternakan hal tersebut
bertujuan agar di lingkungan peternakan tidak tumbuh bibit penyakit yang bisa
membahayakan pada ayam dan bisa terhindar dari hewan buas yang bisa bersarang di
rumput.

Sanitasi Limbah
Penanganan limbah ayam mati dapat dilakukan dengan cara membakar atau
mengubur bangkai ayam di dalam tanah sesuai dengan SOP sehingga bangkai ayam
tidak tercium bau busuknya dan tidak menularkan penyakit. Penanganan limbah dapat
dilakukan dengan cara membuang limbah sekam, ayam mati atau sisa air minum
ayam setelah panen dengan cara dibuang ditempat pembuangan limbah yang sudah
disediakan. Pembuangan limbah sekam dilakukan setelah panen sehingga bisa
memudahkan untuk mengambilnya dan mempermudah untuk melakukan sanitasi
kandang atau mengganti sekam yang sudah basah.

Formalin
Formalin digunakan sebagai salah satu bahan sanitasi kandang dan peralatan
peternakan ayam. Formalin yang digunakan yaitu 0,2%. formalin berfungsi sebagai
memastikan sisa patogen mati dan dapat dilumpuhkan. Formalin digunakan dengan
cara dilarutkan pada air. Formalin 0,2% dapat dibuat dengan cara melarutkan formalin
100% dengan air. Perbandingan pembuatan larutan formalin 0,2% yaitu 0,4/30L air.

Persiapan Pembuatan Brooder


Periode brooding merupakan masa yang sangat penting bagi day old chicken
(DOC) dalam siklus hidupnya. Pada tahap ini DOC akan beradaptasi dengan
lingkungannya sehingga diperlukan persiapan kandang yang baik. Persiapan
pembuatan brooder meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan brooder yang
disesuaikan dengan kandangnya, dan penebaran sekam. persiapan alat dan bahan
meliputi seng, bambu penjepit, lampu 60 watt, sekam, koran, tempat minum dan
pakan, tali plastik, termometer, hygrometer, kipas, dan terpal sebagai penutup ventilasi
dan penghangat pada saat malam hari.

Persiapan Penerimaan DOC


Pada saat persiapan penerimaan DOC, hal yang harus diperhatikan adalah
memastikan kebutuhan suhu, kelembaban udara dan kondisi kandang dalam keadaan
hangat. Sebelum DOC dilepaskan di dalam kandang, dilakukan penimbangan,
pencatatan keseragaman berat badan dan pengecekan kondisi fisiologis dari DOC saat
awal penerimaan. Setelah DOC masuk kedalam kandang kemudian dilakukan
monitoring setiap 2 jam. Pemberian air yang dicampurkan dengan vitamin bio ATP
yang dimaksudkan untuk memberi energi dan mengurangi stres selama proses
transportasi. Pastikan DOC dapat mengetahui dan dapat menjangkau tempat pakan
dan minum dengan mudah. Monitoring DOC dilakukan dengan melihat kondisi DOC
agar tetap makan dan minum, aktif dan responsif serta istirahat. Dilakukan
pengecekan suhu dan kelembaban brooder serta kandang.

Monitoring
Monitoring meliputi pengecekan suhu kandang, suhu brooder, suhu sekam,
kelembaban brooder, kelembaban kandang dan kondisi harian ayam. Minggu pertama
dilakukan piket sebanyak 10x dalam sehari untuk mengecek anak ayam karena
minggu awal merupakan minggu yang riskan dan pemberian pakan harus sesuai
dengan target berat badan ayam selanjutnya piket dilakukan sebanyak 5x dalam
sehari. Monitoring dilakukan dimulai dari pengecekkan suhu dan kelembaban,
pemberian pakan ayam sesuai dengan pemberian pakan sesuai dengan usia dimulai
dari 150 gr, 200 gr, 300 gr, 400 gr, 1,4 kg, 2 kg, dan 3 kg dilanjutkan dengan
pemberian air minum ayam dengan melarutkan 1 bungkus vitamin dalam 15 L air.
Pemberian air dan penimbangan sisa pakan dilakukan pada jam 8 pagi, pengecekkan
crop ayam dilakukan pada jam 5 sore untuk melihat apakah ayam sudah makan atau
belum. Selanjutnya, setiap 1x dalam seminggu dilakukan penimbangan bobot ayam,
perhitungan FCR, IP, FI, dan keseragaman bobot serta monitoring kesehatan ayam
dengan melihat keaktifan dan respon ayam terhadap rangsangan.
Vaksinasi
Pemberian vaksin ND diberikan pada saat ayam berumur 4 hari melalui
intraocular atau tetes mata pada sore hari.

Panen
Panen dilakukan pada hari ke 29 dengan total ayam 101 ekor. Sebelum
dilakukan pemanenan dilakukan grading dan penimbangan untuk memisahkan ayam
sesuai bobotnya yaitu kurang dari 1,6 kg dan lebih dari 1,6 kg. Kemudian ayam
dibawa ke RPU untuk dilakukan penyembelihan. Penyembelihan dilakukan oleh
seorang muslim dengan posisi kaki ayam diatas dan kepala dibawah menggunakan
pisau yang tajam dengan memutuskan 3 saluran yaitu arteri karotis, vena jugularis dan
esofagus. Setelah disembelih, ayam ditunggu hingga darah berhenti keluar dan
dilakukan scalding atau perebusan ayam di dalam bak berisi air panas dengan suhu
50°C selama 3 – 4 menit untuk memudahkan pencabutan bulu. Selanjutnya dilakukan
defeathering yaitu pencabutan bulu ayam menggunakan mesin selama 30 detik.
Setelah bulu dicabut semua, ayam dimasukkan ke dalam ruang eviserasi untuk
dipisahkan kaki, kepala dan mengeluarkan isi perutnya. Setelah jeroan dilakukan,
dilakukan pencucian karkas menggunakan air bersih yang mengalir. Setelah karkas
bersih, karkas dimasukkan ke dalam bak berisi air dan es batu untuk dilakukan proses
chilling dengan suhu -4°C – 0°C. Kemudian ayam dikemas ke dalam plastik dan
diberi label sesuai bobotnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Indeks Kemampuan Ayam Broiler


Perhitungan indeks kemampuan ayam broiler dilakukan selama 4 minggu dalam
pemeliharaan. Perhitungan dilakukan dengan tujuan mengetahui parameter kemampuan ayam
broiler dalam bertumbuh pada saat pemeliharaan. Perhitungan dilakukan setiap minggu
dengan tujuan untuk melihat perkembangan kemampuan ayam broiler pada saat pemeliharaan
selama 4 minggu. Perhitungan indeks kemampuan ayam broiler meliputi perhitungan FCR,
Keseragaman BB, Feed Intake, dan Indeks Performance. Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi nilai dari perhitungan indeks kemampuan. Faktor tersebut diantaranya
yaitu, lingkungan, pakan dan minum yang tersedia, suhu, dan kelembaban. berikut
merupakan grafik perhitungan FCR, Keseragaman BB, Feed Intake, dan Indeks Performance
setiap minggunya.

Grafik 1 Hasil jumlah Feed Consumption Rate (FCR)


ayam broiler selama 4 minggu

FCR merupakan rasio antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang
diperoleh selama kurun waktu tertentu (Marom 2017). Grafik FCR menunjukkan nilai FCR
dimulai dari minggu 1 hingga minggu 4. FCR merupakan FCR merupakan ukuran seberapa
efisien ayam mengoptimalkan pakan untuk pertumbuhannya, semakin rendah nilai FCR
semakin efisien (Siregar et al. 2017). Nilai FCR pada minggu 1 yaitu 1,01; pada minggu 2
yaitu 1,25; pada minggu 3 yaitu 1,39; pada minggu 4 yaitu 1,14. Tabel berikut menjelaskan
mengenai standar nilai FCR pada ayam broiler.

Tabel 1 Standar nilai Feed Consumption Rate pada ayam broiler (Livingston et al. 2020)
Strain (Jenis Broiler) Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Ross 1,272 1,229 1,312 1,385

Cobb 1,267 1,242 1,33 1,398


Nilai FCR yang dihitung lebih rendah daripada nilai standar FCR. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan ayam broiler dalam mengkonversi pakan sangat baik. Hal
ini sesuai menurut Wawan (2010), jika FCR kecil maka FCR semakin baik sehingga semakin
kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas
pakan yang dikonsumsi serta keserasian nilai nutrisi yang dikandung pakan tersebut.
Ditambahkan oleh Risnajati (2012) bahwa nilai FCR pada pemeliharaan ayam broiler sangat
berkaitan dengan nilai ekonomi dan jumlah pakan yang lebih banyak tentunya akan
mengurangi keuntungan. Rao et al. (2002) menyatakan bahwa konsumsi pakan yang tinggi
dan produksi yang rendah penyebab utama dari tingginya nilai FCR ayam broiler.

Grafik 2 Hasil tingkat keseragaman berat badan


ayam broiler selama 4 minggu

Keseragaman berat badan (Uniformity) pada ayam broiler sangat penting dilakukan.
Pada grafik keseragaman berat badan (Uniformity) pada ayam broiler selama 4 minggu yaitu
>80%. Nilai ini menunjukkan bahwa berat badan ayam broiler dari minggu pertama hingga
minggu keempat seragam dengan toleransi ± 10% dari standar. Pencapaian berat badan
merupakan salah satu performa yang diharapkan terutama pada pemeliharaan ayam broiler.
Pencapaian berat badan mencerminkan kondisi organ di dalam tubuh ayam, baik itu organ
pencernaan, pernapasan, dan kekebalan. Pertumbuhan berat badan harus dikontrol sejak saat
DOC hingga panen.
Perbedaan berat badan saat DOC sangat menentukan kecepatan pertumbuhan. Berat
badan dalam satu populasi dikatakan seragam jika selisih berat badannya + 10%. Jika berat
badan seragam diharapkan kemampuan ayam untuk makan dan minum juga bisa seragam.
Kondisi ayam dengan berat badan yang tidak seragam menyebabkan perbedaan berat badan
besar (melebihi standar) akan mendominasi sedangkan ayam dengan berat badan besar
(melebihi standar) akan mendominasi sedangkan ayam dengan berat badan kecil akan
semakin tersingkirkan dan tertinggal.
Grafik 3 Hasil jumlah feed intake (FI) ayam broiler selama 4 minggu

Pada Grafik 3. menunjukan bahwa terjadi peningkatan nilai selama 4 minggu


pemeliharaan ayam broiler. berikut merupakan nilai feed intake (kg), pada minggu ke-1 FI
ayam broiler yaitu 0,2 kg; pada minggu ke-2 FI ayam broiler yaitu 0,63 kg; pada minggu ke-3
FI ayam broiler yaitu 1,3 kg; dan pada minggu ke-4 FI ayam broiler mencapai 1,88 kg. Feed
intake atau yang biasanya disebut dengan konsumsi pakan bisa didapat dari perhitungan
antara selisih dari pemberian pakan dengan sisa pakan yang dikonsumsi ternak dengan satuan
gram/ekor (Wati et al. 2016). berikut merupakan feed intake standar ayam broiler.

Tabel 2 Standar feed intake pada ayam broiler


Umur Feed Intake

Minggu ke-1 145 gr

Minggu ke-2 541 gr

Minggu ke-3 1.239 gr

Minggu ke-4 2.209 gr

Menurut Cobb Broiler Management Guide (2021), konsumsi pakan kumulatif ayam
pada minggu ke-1 yakni sebanyak 145 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 541 gram, pada
minggu ke-3 sebanyak 1239 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2209 gram. Feed intake
pada grafik di minggu pertama, kedua, dan ketiga nilainya sesuai dengan nilai standar nilai
feed intake yang ada pada tabel. Penurunan konsumsi pakan terjadi pada minggu keempat
dengan selisih nilai feed intake mencapai 500 gr. Penurunan konsumsi pakan terjadi karena
beberapa faktor. Penurunan nilai feed intake akan berpengaruh terhadap FCR dan IP.
Grafik 4 Hasil jumlah Indeks Performance (IP)
ayam broiler selama 4 minggu

Indeks performance (IP) adalah ukuran dalam menilai keberhasilan peternakan ayam
broiler berdasarkan dari daya hidupnya, bobot badan, umur panen dan FCR. Menurut Santoso
dan Sudaryani (2009) nilai indeks performance pada pemeliharaan ayam broiler yang
digolongkan menjadi lima kelompok. Index performance yang lebih rendah dari 300
tergolong dalam kategori kurang, performance 301-325 tergolong dalam kategori cukup,
kisaran nilai indeks performance 326-350 tergolong dalam kategori baik, kisaran nilai indeks
performance 351-400 tergolong dalam kategori sangat baik dan nilai indeks performance
pada pemeliharaan ayam broiler > 400 tergolong dalam kategori istimewa. Pada grafik Indeks
performance menunjukan bahwa dalam 4 minggu pemeliharaan ayam broiler, pada minggu
ke-4 mendapatkan nilai IP yaitu 507. Nilai IP diatas 400 termasuk ke dalam nilai IP kategori
istimewa dan dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan selama 4 minggu berhasil dengan
upaya yang maksimal.
Suhu dan Kelembaban
Permintaan pasar yang tinggi, perputaran dana yang cepat, pertumbuhan ayam broiler
yang cepat, dan waktu pemeliharaan yang singkat tersebut menjadikan bisnis ayam broiler
berpeluang besar untuk terus berkembang. Keberhasilan bisnis ayam broiler dapat dilihat dari
performa produksi yang diperoleh selama pemeliharaan. Performa tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik, pakan, dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sering menjadi
fokus perhatian dalam pemeliharaan ayam broiler adalah suhu kandang. Suhu lingkungan
akan mempengaruhi metabolisme tubuh ayam broiler yang pada akhirnya mempengaruhi
performa produksi yang diperoleh. Berikut merupakan suhu dan kelembaban kandang.

Tabel 3 Standar suhu dan kelembaban kandang


Minggu ke- Standar Suhu Standar Kelembaban

1 30°C - 34°C 30 - 70 %

2 28°C - 32°C 30 - 70 %

3 25°C - 29°C 30 - 70 %
Grafik 5 Hasil rata-rata suhu dan kelembaban
kandang ayam broiler selama 4 minggu

Suhu selama pemeliharaan ayam broiler, yaitu pada minggu ke-1 suhu kandang
berada pada 30°C, kemudian pada minggu ke-2 suhu kandang berada pada 28°C, pada
minggu-3 kandang berada pada suhu 27.6°C, dan pada minggu ke-4 berada pada suhu 25°C.
Sedangkan kelembaban kandang ayam selama pemeliharaan, yaitu pada minggu ke-1
memiliki kelembaban 84.8%, pada minggu ke-2 memiliki kelembaban 85.7%, kemudian pada
minggu ke-3 memiliki kelembaban 81.2%, dan pada minggu ke-4 memiliki kelembaban
73.4%. Menurut Cobb Broiler Management Guide (2021), suhu standar kandang ayam broiler
pada minggu ke-1 yakni sekitar 30°C - 34°C, kemudian pada minggu ke-2 suhu kandang
yakni 28°C - 32°C, dan pada minggu ke-3 suhu kandang yakni 25°C - 29°C. Sedangkan
untuk kelembaban standar berada pada 30% - 70%.
Jika dilihat dari literatur diatas, suhu dan kelembaban kandang masih berada di bawah
standar. Suhu tubuh normal ayam berada pada kisaran 41°C dan 42°C dengan zona nyaman
pada suhu lingkungan 18‒21°C dan stres panas akan terjadi pada suhu lingkungan di atas
25°C (Tugiyanti et al. 2022; Wasti et al. 2020). Menurut Fatmaningsih et al. (2016), ayam
yang nyaman akan beraktivitas mencari makan dan minum dengan aktif sehingga dapat
meningkatkan konsumsi pakan. Menurut Tamalludin (2012), kandang open house memiliki
kekurangan yaitu kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan luar seperti panas,
kelembaban udara, dan angin. Terutama di Indonesia dengan iklim yang tropis yang
terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Di Daerah dataran rendah suhu sangat tinggi
dan angin cukup kencang. Sementara itu di dataran tinggi suhu sangat dingin disertai dengan
kelembaban tinggi
Bobot Badan
Pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe ayam, jenis
kelamin, galur, tata laksana, temperatur lingkungan, tempat ayam dipelihara, kualitas dan
kuantitas pakan (Ramadhani et al. 2016). Bobot badan ayam selama pemeliharaan, yakni
pada minggu ke-1 dengan rata-rata bobot badan 222.96 gram, kemudian pada minggu ke-2
dengan rata-rata bobot badan 507.86 gram, pada minggu ke-3 dengan rata-rata bobot badan
952.435 gram, dan pada minggu ke-4 dengan rata-rata bobot badan 1.639, 64 gram. Menurut
Cobb Broiler Management Guide (2021), Ayam yang berusia 7 hari memiliki bobot badan
193 gram, pada usia 14 hari memiliki bobot badan 528 gram, pada usia 21 hari memiliki
bobot badan 1018 gram, dan pada usia 28 hari memiliki bobot badan 1615 gram. Jika dilihat
dari literatur diatas, bahwa bobot badan ayam sudah sesuai standar, kecuali pada minggu ke-3
dimana hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh suhu dan kelembaban yang
mempengaruhi konsumsi pakan ayam sehingga pertumbuhan bobot badan ayam tidak
maksimal.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ternak dalam jangka
waktu tertentu. Konsumsi pakan kumulatif selama pemeliharaan ayam yakni, pada minggu
ke-1 sebanyak 225,49 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 635,64 gram, pada minggu ke-3
sebanyak 1. 467,32 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2.358, 41 gram. Menurut Cobb
Broiler Management Guide (2021), konsumsi pakan kumulatif ayam pada minggu ke-1 yakni
sebanyak 145 gram, pada minggu ke-2 sebanyak 541 gram, pada minggu ke-3 sebanyak
1239 gram, dan pada minggu ke-4 sebanyak 2209 gram. Jika dilihat dari literatur diatas,
konsumsi pakan kumulatif ayam berada di atas standar, dimana konsumsi pakan meningkat
secara kuantitatif setiap harinya. Hal ini disebabkan karena final stock dari segi genetiknya
memiliki kemampuan tumbuh yang cepat. Dengan demikian, pakan yang dikonsumsi secara
otomatis akan lebih banyak untuk mendukung pertumbuhannya (Fattah et al. 2023)

Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian yaitu angka yang menunjukkan jumlah ayam yang
mati selama pemeliharaan. Mortalitas merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan
dalam suatu usaha pengembangan peternakan ayam. Menurut Bell dan Weaver (2002),
tingkat kematian ayam banyak terjadi pada minggu-minggu pertama pemeliharaan dan sangat
ditentukan oleh kondisi anak ayam pada saat pemeliharaan ayam. Tingkat mortalitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, iklim, keberhasilan lingkungan,
sanitasi peralatan kandang, dan penyakit.

Manajemen Pemeliharaan
Management pemeliharaan ayam pedaging terbagi menjadi 2, yaitu periode starter
dan periode grower atau finisher. Periode starter yaitu periode anak ayam dari (umur 0-21
hari), sedangkan untuk periode grower atau finisher yaitu periode anak ayam dari umur 22
sampai panen, sudah sesuai dengan bobot badan yang diinginkan. Nilai indeks performans
dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah
persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009) menyatakan bahwa
semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien
penggunaan pakan (Fadillah, 2007).

Pemeliharaan Starter
1. Persiapan Kandang dan Perlengkapannya
Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap. Persiapan kandang
doc untuk ayam broiler tidak berbeda dengan DOC untuk ayam petelur. Begitu pula
perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang sempurna.
Penempatan tempat makan atau minum juga sama (Rista dan Etika 2013).

2. Pencegahan Penyakit
Indonesia memiliki iklim tropis yang mengakibatkan suhu lingkungan dapat
berubah-ubah. Suhu lingkungan sangat mempengaruhi produksi ayam broiler, karena
dapat mengurangi konsumsi ransum. Pada dasarnya suhu yang ada di dalam kandang
berupa panas lingkungan yang berasal dari matahari dan dari panas yang dikeluarkan
oleh tubuh ayam. Ayam broiler akan berproduksi optimal pada suhu 18ºC - 21ºC
(Wijayanti et al. 2011). Menurut Hadyanto dan Amrullah (2022), suhu ideal kandang
untuk umur 1 – 7 hari adalah 34ºC, umur 8 – 15 hari suhu ideal kandangnya 30ºC,
umur 16 – 23 hari suhu ideal kandangnya 28ºC, dan umur 24 – 30 hari suhu ideal
kandangnya 26,6ºC.
Untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain memperhatikan
kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi maupun pemberian
obat-obatan dan vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas
menular yang tidak bisa diobati misalnya ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin ND
ini banyak tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara penggunaan yang
berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu Medivac Gumboro-A, yang diberikan sekitar
12 hari. Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan pada waktu yang
bersamaan karena dikhawatirkan ayam tidak tahan. Contoh program pencegahan
penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 4.
Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya biasanya tercantum dalam
kemasan vaksin yang akan digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari
agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui suntikan ). Di samping itu,
vaksin tidak akan terkena sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin
diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3 jam
sebelumnya supaya air minum yang telah diberi larutan vaksin cepat habis, sehingga
vaksin tidak mati atau terbuang. Program pencegahan penyakit atau penggunaan
obat-obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda tergantung kepada jenis
penyakit yang sering timbul di peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat
meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan
DOC sampai dipasarkan, masih dianggap cukup berhasil (Anonim 2013).

Tabel 4 Program vaksinasi pada ayam broiler


Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk mengatasi
penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunjang pertumbuhan ayam broiler.
Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif
manajemen risiko produksi pada usaha ternak ayam broiler. Namun menurut Aziz (2009),
harga obat-obatan, vaksin, dan vitamin juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi
sehingga harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri dari
kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp., kelompok obat
Sulfonamida, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat khusus untuk mengobati
penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), para peternak ayam broiler
dapat melakukan pengobatan secara herbal dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun
sirih, temulawak, ataupun bawang putih, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia.
Bahan-bahan herbal tersebut dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler.
Jayanata dan Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu
meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin adalah penyakit yang telah
dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui tetes mata,
penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso dan Sudaryani (2009)
mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif
adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut telah dilemahkan. Setelah tiga
hari penggunaan vaksin ini, kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif
adalah vaksin yang berisi virus yang dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan
bahan stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan stabil.
Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin merupakan nutrisi organik
yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak disintesis oleh tubuh.
Vitamin sangat berguna untuk mendukung proses pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh ayam broiler. Seperti halnya manusia, ayam broiler juga membutuhkan jenis vitamin A,
B, C, D, E, dan K. Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat di dalam pakan yang
diberikan kepada ayam broiler. Hasil penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan penambahan
vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm yang dicampur pada air minum,
dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuh ayam broiler.
Menurut Kusnadi (2006), pemberian vitamin C tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca
yang panas karena pada kondisi tersebut dapat menurunkan jumlah konsumsi pakan akibat
penimbunan panas yang terlalu banyak di dalam tubuh ayam broiler.

Pemeliharaan Grower/ Finisher


Anak ayam yang bulunya telah tumbuh sempurna (selesai fase starter) biasanya
dipindahkan ke kandang finisher. Dalam pemeliharaan broiler biasanya kandang untuk
pemeliharaan finisher juga digunakan untuk brooder. Bangunan kandang yang digunakan
yaitu kandang yang kedua sisi dindingnya terbuka sebagai ventilasi. Pemeliharaan ayam
broiler biasanya menggunakan sistem litter. Sistem litter yaitu kandang yang lantainya ditutup
dengan bahan organik yang partikelnya berukuran kecil. Sistem litter banyak dipakai karena
pemeliharaannya mudah dan murah. Sementara pemeliharaan dalam sistem cage biayanya
lebih mahal dan pemeliharaannya relatif lebih sulit. Menurut Handika dan Adi (2013), bahan
litter yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Ringan
b. Mempunyai partikel yang sedang
c. Daya serap yang tinggi
d. Cepat menjadi kering
e. Lunak
f. Mempunyai nilai konduksi panas yang rendah
g. Tidak menghisap air dari udara
h. Murah dan mudah di dapat
i. Dapat digunakan untuk pupuk

Dalam keadaan terpaksa litter bekas yang pernah dipakai bisa digunakan lagi. Namun,
perlu diperhatikan bahwa litter tersebut harus kering dan bukan bekas pemeliharaan ayam
yang pernah terkena penyakit menular supaya tidak terjadi penularan penyakit kepada ayam
yang akan dipelihara. Hal lain juga perlu diperhatikan yaitu populasi ayam dalam kandang
sebaiknya tidak terlalu padat. Jika terlalu padat maka akan mempengaruhi performa ayam,
misalnya sebagai berikut:
a. Konsumsi ransum menurun akibat beberapa hal misalnya temperatur kandang
meningkat, ransum banyak yang tumpah dan kesempatan makan yang berkurang.
b. Pertumbuhan menurun.
c. Efisiensi penggunaan ransum menurun.
d. Kematian bertambah.
e. Kanibalisme bertambah
f. Banyak terjadi breast blister (bagian yang mengeras di bagian dada)
g. Pertumbuhan bulu berkurang
h. Banyak patah tulang pada saat processing (condemnation)

Kandang sistem litter dengan populasi terlalu padat biasanya sangat bau dan kondisi
litter basah. Bau ini timbul karena adanya gas amonia (NH3) yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dalam proses pembusukan kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah
mencapai 50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan berkurang sekitar 8% pada
umur 7 minggu. Kondisi litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam penyakit (snot,
penyakit cacing, dan sebagainya). Kadar amonia dalam kandang akan cepat, meningkat jika
pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka amonia yang terbentuk akan lebih sedikit.
Untuk mengurangi bau dalam kandang ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan biasanya 10-12 ekor/m2,
untuk dataran rendah biasanya 8-10 ekor/m2.
b. Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2 pada litter atau dengan
menyemprotkan phosphoric acid 1,9 liter/m2.
c. Kandang sistem litter bisa dibuat bertingkat (dua/tiga lantai). Namun, dengan kandang
bertingkat, lebih banyak tenaga kerja yang digunakan apalagi kalau pemberian
makan/minum dilakukan secara manual.
d. Di daerah-daerah dekat pantai, kandang yang digunakan biasanya menggunakan
sistem panggung dengan alas dari bilah-bilah bambu atau kayu. Hal ini dimaksudkan
agar di dalam kandang tidak terlalu panas karena ada udara yang bisa masuk dari
bawah kandang.

1. Konsumsi Ransum
Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum
kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam diberi ransum
dengan kandungan energi yang rendah maka ayam akan makan lebih banyak.
Sebaliknya, jika disediakan ransum dengan kandungan energi tinggi maka ayam akan
makan lebih sedikit, karena kebutuhan energinya cepat terpenuhi. Sumber energi
utama dalam ransum biasanya menggunakan jagung kuning.
Temperatur lingkungan berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Jika
temperatur lingkungan meningkat dari keadaan normal maka ayam akan lebih banyak
minum dan sedikit makan. Sebaliknya jika temperatur lingkungan menurun maka
konsumsi ransum meningkat. Temperatur lingkungan yang optimal untuk
pemeliharaan broiler yaitu sekitar 18-21˚ C.

2. Konsumsi Air Minum


Faktor lain yang dapat mempengaruhi konsumsi ransum yaitu bentuk fisik
ransum. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan kepada ayam broiler adalah mash,
crumble, dan pellet. Bentuk pellet lebih banyak dimakan karena unggas umumnya
lebih menyukai ransum bentuk butiran. Air minum harus selalu tersedia setiap saat
untuk broiler dengan kualitas air minum yang baik dan bebas dari Salmonella, E.Colli
dan bakteria patogen lainnya. Kekurangan persediaan air minum, baik dalam jumlah,
penyebaran serta jumlah tempat minum dan konsumsinya dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan Pada saat ayam datang, berikan larutan gula 1% paling lama 2-3 jam
pertama serta berikan antibiotik pada hari ke-1 hingga ke-3 disaat pagi hari (paling
lama 5 -6 jam) dan berikan vitamin pada saat sore hari.
Air harus selalu bersih dan segar dan dilakukan tes secara teratur terhadap
kandungan zat kimia dan komposisi bakteriologi (6 bulan sekali). Untuk menjaga air
dalam kondisi normal, gunakan 3-5 ppm chlorine untuk mengurangi masalah
Salmonella, E.Colli dan bakteria patogen lainnya. Adapun syarat-syarat dalam
pemberian air minum sebagai berikut:
a. Ketinggian tempat air minum untuk broiler
Tempat air minum harus selalu dicek ketinggiannya setiap hari. Pada
umur 18 hari diatur ketinggiannya bibir tempat air minum sejajar dengan
punggung ayam. Kandang yang menggunakan nipple harus disesuaikan
ketinggiannya secara sentral menggunakan kerekan (handwind) sehingga
ayam dapat minum dengan mengangkat kepala 34℃ – 45℃ terhadap nipple.

b. Level air minum


Ketinggian air minum sebaiknya 0,6 cm di bawah tutup tempat minum
sampai dengan 7-10 hari dan harus ada air di dasar tempat minum dengan
ketinggian 0,6 cm sejak hari ke-10 dan selanjutnya. Pengeluaran air dari
nipple minimal 80 ml per menit dengan tekanan 30 – 40 cm water column.

c. Kualitas air minum


Kualitas air sangat penting karena ayam minum 2 – 2,5 kali dari
jumlah pakan yang dikonsumsinya. Lakukan analisa kualitas air minum dua
kali setahun untuk memastikan bahwa air minum tersebut masih layak
dikonsumsi ditinjau dari kandungan mineral, bahan organic dan bakteri. Pada
temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6 – 2,0 kali dari
konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman sehingga
penyimpangan konsumsi air yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperatur
atau kesehatan ayam dapat segera diketahui dan diperbaiki (Daryanto 2012).
Perlengkapan Kandang
Pemeliharaan broiler umumnya menggunakan sistem litter, tetapi di daerah-daerah
tertentu menggunakan sistem slatt. Tempat makanan dan minuman merupakan perlengkapan
yang harus ada di dalam kandang. Bentuk tempat makan dan minum ini agak sedikit berbeda
bila dibandingkan dengan tempat makan atau minum anak ayam. Sebelum diberikan makan
dan minum, terdapat makanan dan minum harus dalam keadaan bersih. Jika dalam tempat
ada sisa-sisa makanan yang sudah tengik atau busuk maka akan menurunkan nafsu makan
ayam dan menjadi sumber penyakit.
Untuk menjaga agar ayam tetap sehat maka tempat makan atau minum harus mudah
dibersihkan, tidak mudah tumpah, mudah diisi, dan ayam mudah makan atau minum dari
tempat tersebut. Tempat dibuat oleh pabrik dengan design sederhana sampai otomatis.
Bahan-bahan yang digunakan sebagian besar dibuat dari plastik sehingga mudah dibersihkan.
Tempat makan atau minum yang digunakan petani ternak, umumnya berbentuk bulat
(hanging feeder/materrer) digantung di langit-langit kandang dengan kawat atau tali. Dalam
menyediakan tempat makan atau minum harus disesuaikan dengan jumlah ayam yang ada
dan telah diperhitungkan setiap ekor ayam mempunyai kesempatan yang sama dalam
mengambil makan/minum. Jika tempat makan kurang, maka ayam akan berebut mengambil
makam/minum sehingga banyak tercecer bahkan tumpah.
Untuk mengontrol cukupnya persediaan tempat makan dapat dilakukan dengan
melihat sesaat setelah ayam diberi makan, apakah semuanya bisa makan bersamaan atau
tidak. Jika ada sebagian ayam yang tidak mempunyai peluang makan pada saat yang
bersamaan, maka tempat makan perlu ditambah. Berbeda dengan tempat air minum, karena
ayam biasanya tidak minum bersamaan tetapi bergiliran. Tempat makan atau minum yang
berbentuk through sudah jarang digunakan dalam kandang sistem litter karena ransum mudah
tercemari oleh kotoran. Ransum yang tercemari biasanya dibuang sehingga menjadi tidak
efisien. Perusahaan besar biasanya menggunakan tempat makan atau minum otomatis.

Pemanenan
Panen merupakan tahapan akhir pemeliharaan ayam broiler komersial. Berhasil atau
tidaknya usaha ayam broiler komersial dapat diketahui setelah semua ayam dipanen. Jadwal
pertama panen biasanya telah ditentukan ketika ayam akan dipelihara. Namun bisa berubah
karena kondisi tertentu seperti ayam sakit atau karena faktor harga jual. Menurut Jayatna
(2011) masa panen ayam broiler terjadi pada minggu ke-4 hingga ke-6 pemeliharaan,
biasanya dilakukan pada hari ke-28 agar pengeluaran lebih efisien. pemanenan dilakukan
secara serentak dimana sistem ini disebut sebagai sistem “all in all out”. Terdapat beberapa
hal yang perlu dipersiapkan pada masa panen ayam broiler, yaitu:

1. Persiapan sebelum panen


Persiapan yang dilakukan sebelum panen ayam broiler yaitu: Pemeriksaan
kesehatan ayam untuk memastikan tidak ada penyakit yang dapat mempengaruhi
kualitas daging. Penurunan pemberian pakan untuk memastikan bahwa saluran
pencernaan ayam bersih dari sisa-sisa pakan. Waktu puasa untuk membantu
membersihkan saluran pencernaan dan mengurangi risiko kontaminasi kandang.
Pengosongan kandang dari semua peralatan, sisa-sisa pakan, dan barang lainnya
sebelum proses panen dimulai. Pemisahan ayam untuk mencegah kerusakan atau
cedera selama proses panen. Persiapan alat dan peralatan diperlukan untuk proses
panen, termasuk alat pemotong atau mesin pemotong, pembawa ayam, dan wadah
transportasi. Pemilihan waktu panen yang tepat berdasarkan umur ayam dan tujuan
pemasaran, untuk memastikan bahwa berat dan kualitas daging memenuhi standar
yang diinginkan. Dengan melakukan persiapan ini, peternak dapat meningkatkan
efisiensi proses panen, menjaga kesejahteraan ayam, dan menghasilkan produk akhir
yang berkualitas tinggi.

2. Kegiatan Pemanenan
Pemanenan ayam broiler dilakukan dengan cara penangkapan ayam,
penimbangan atau grading. Waktu panen yang baik biasanya dilaksanakan saat pagi,
sore, atau malam hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah stres panas pada ayam,
sehingga ayam tidak banyak yang mati saat dipanen. Pengaturan waktu panen juga
harus diperhatikan dengan melihat riwayat catatan bobot harian rata-rata kandang,
sehingga dapat ditentukan urutan hari panen untuk setiap kandang (Nurjannah 2020).
Adapun tata cara pemanenan ayam broiler ketika panen sebagai berikut:
a. Menyekat kandang yang akan di panen.
b. Menangkap ayam dengan hati-hati agar tidak menyebabkan memar, tulang
patah di bagian sayap dan kaki, serta kematian akibat stress.
c. Menimbang ayam dan memasukkan ayam yang telah ditimbang ke dalam
keranjang secara perlahan.
d. Mencatat hasil penimbangan, jumlah, dan grade ayam.
e. Meletakkan keranjang yang berisi ayam dalam kendaraan yang digunakan
untuk dipasarkan atau dikirimkan ke RPU (Rumah Potong Unggas).

Ayam yang sudah berada di RPU akan dilakukan pemeriksaan antemortem sebelum
dilakukan penyembelihan. Pemeriksaan antemortem yaitu pemeriksaan kesehatan ayam
sebelum dilakukan penyembelihan. Tujuan dilakukan pemeriksaan antemortem yaitu untuk
menentukan kondisi ayam benar-benar sehat dan aman pada saat dikonsumsi oleh manusia.
Adapun tujuan lain pemeriksaan antemortem seperti berikut:
a. Memperoleh ayam yang cukup istirahat.
b. Menghindari penyembelihan ayam yang sakit untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya pencemaran pada tempat pemotongan, alat, dan
pekerja.
c. Sebagai bahan informasi awal untuk pemeriksaan postmortem.
d. Jika ayam yang dikirim disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan
maka pemeriksaan antemortem dapat dilakukan hanya untuk memastikan
bahwa kondisi ayam tidak mengalami penyimpangan.
Prosedur dari pemeriksaan antemortem meliputi pemeriksaan berat badan, kondisi
mata, mukosa, crop, bulu, kuku, kaki dan kloaka. Hasil pemeriksaan antemortem yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil Pemeriksaan Antemortem


NO BB Mata Mukosa Crop Bulu Kaki Kuku Kloaka

1 2072 Lecet Panjang


Jernih Pink lembab Kosong Kotor goresan Kotor Bersih
Lecet Panjang
2. 1658 Jernih Pink lembab Kosong Kotor goresan Kotor Bersih
Panjang
3. 2024 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih
4. 1996 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Panjang Bersih
Kotor
Panjang
5. 2094 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih
Panjang
6. 2024 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih
Panjang
7. 1781 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih
Panjang
8. 1695 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih
Lecet Panjang
9. 1992 Jernih Pink lembab Kosong Kotor goresan Kotor Bersih
Panjang
10. 2000 Jernih Pink lembab Kosong Kotor Bersih Kotor Bersih

Setelah dilakukan pemeriksaan antemortem ayam dibawa masuk ke dalam tempat


penyembelihan dan dilakukan penyembelihan. Penyembelihan dilakukan oleh orang yang
ahli dan memenuhi persyaratan. Syarat-syarat penyembelihan sendiri yaitu:
a. Orang muslim
b. Alat yang digunakan untuk menyembelih harus tajam
c. Membaca doa sebelum menyembelih
d. Memotong kerongkongan dan dua urat leher sekaligus
Ayam yang sudah disembelih dilakukan Sculding dengan cara memasukan ayam ke
dalam bak berisi air panas dengan suhu 50-55 C selama 3-4 menit dan dibolak balik agar
panasnya merata. Selanjutnya ayam dimasukan ke alat Defeathering untuk memisahkan
bulu-bulu ayam dari tubuh ayam.
Ayam yang sudah bersih dari bulu-bulunya akan masuk ke dalam proses eviserasi.
Eviserasi merupakan proses pengambilan organ-organ dalam ayam dimulai dari pengambilan
tembolok, trakea, hati, empedu, empedal, jantung, paru-paru, dan usus. Setelah dikeluarkan
karkas ayam dibersihkan dengan menyemprotkan air pada karkas. Organ dalam ayam yang
sudah dikeluarkan dilakukan pemisahan organ seperti hati, jantung, usus, dan empedu.
Setelah itu organ-organ dibersihkan dan dicuci dengan bersih lalu dimasukan ke dalam
plastik kemasan.
Ayam yang sudah dipisahkan dengan organ dalamnya dilakukan proses Chilling.
Proses ini dilakukan dengan memasukan karkas ayam ke tempat pendingin yang berisikan es
dengan suhu -4 sampai 0 C. Hal ini bertujuan agar dapat mempertahankan dan melindungi
karkas dari berbagai kontaminan berbahaya, mutu fisik terjaga, mutu gizinya tetap baik dan
dapat menekan pertumbuhan bakteri.

3. Kegiatan Pasca Panen


Setelah pemanenan ayam broiler kegiatan pasca panen melibatkan beberapa langkah
penting, diantaranya;
a. Pembersihan Kandang
Membersihkan kandang secara menyeluruh untuk menghilangkan sisa-sisa pakan,
kotoran dan materi organik lainnya.
b. Pengosongan Kandang
Mengosongkan kandang dari sisa ayam broiler yang sudah di panen untuk memulai
siklus produksi baru.
c. Desinfeksi Kandang
Melakukan desinfeksi kandang untuk membunuh bakteri, virus dan parasit yang
mungkinkan masih ada, ini membantu mencegah penyebaran penyakit antar
kelompok ayam.
d. Pengelolaan Limbah
Menangani limbah hasil panen dengan benar, baik itu sisa ayam, kotoran atau limbah
lainnya, untuk mengurangi dampak lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan.
e. Perawatan Peralatan
Memeriksa dan merawat peralatan yang digunakan dalam produksi seperti tempat
pakan dan minum guna memastikan kesiapan untuk siklus produksi selanjutnya.
f. Analisis Performa
Mengevaluasi hasil produksi, mengidentifikasi area-area peningkatan dan membuat
perubahan jika diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
g. Perencanaan Siklus Berikutnya
Mempersiapkan rencana untuk siklus produksi berikutnya termasuk perencanaan
pakan, manajemen kesehatan ayam dan strategi manajemen risiko lainnya.
Dengan melibatkan semua langkah tersebut, peternak ayam broiler dapat memastikan
keberlanjutan produksi yang berkualitas, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
peternakan ayam broiler.
SIMPULAN
Manajemen pemeliharaan ayam broiler memegang peranan krusial dalam mencapai
produktivitas yang optimal. Aspek-aspek seperti pemilihan DOC, FI, FCR, perkandangan,
pakan, minum, obat, vaksinasi, sanitasi, biosecurity dan pertumbuhan bobot badan yang
maksimal merupakan faktor-faktor yang harus dikelola dengan cermat. Dengan menerapkan
praktik-praktik terbaik dalam manajemen pemeliharaan, peternak dapat meningkatkan
efisiensi produksi dan mengoptimalkan hasil dari usaha pemeliharaan ayam broiler.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum.Cetakan ketiga. PT. Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2013. Ternak Ayam Broiler Pedaging.
http://kesehatan-ternak.blogspot.com/2013/09/ternak-ayam-broiler-pedaging.html
Aryanti F, Aji MB, Budiono N. 2013. Pengaruh Pemberian Gula Merah Terhadap Peforma
Ayam Kampung Pedaging. Jurnal veteriner 31(2): 156-164.
Bandung S. 2004. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur. Jakarta (ID): Agromedia.
Bell and Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Ed. Springer
Science and Business Media.
Cahyono B. 2019. Panen ayam broiler. Lily Publisher : Yogyakarta.
Daud M. 2005. Peforman Ayam Pedaging Yang Diberi Probiotik dan Prebiotik Dalam
Ransum. Jurnal Ilmu Ternak 5(2): 75-79.
Daryanto. 2012. Managemen Pemeliharaan Ayam Pedaging Pt. Genesis Farm Desa Wates
Kelurahan Losari Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-i
n-x-none-x.html
Fadilah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Hadi UK. 2005. Pelaksanaan Biosekuritas pada Peternakan Ayam. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hadyanto T, Amrullah MF. 2022. Sistem monitoring suhu dan kelembaban pada kandang
anak ayam broiler berbasis internet of things. JTST. 3(2): 9-22.
Handika, Adi. 2013. Tatalaksana Manajemen Perkandangan Ayam Broiler. [Internet].
[Diakses pada 2023 Desember 4] Tersedia pada:
http://peternakancahya.blogspot.com/2013/05/tatalaksana-manajemen-perkandangan-
ayam.html.
Hooidonk V. 2004. Farm Recording and Analysis of Poultry Farms. International Course on
Poultry Husbandry Training. PTC+ Barneveld, The Netherlands.
Kamara T. 2009. Menghitung Indeks Performa Ayam Broiler. Bandung (ID): Universitas
Padjadjaran.
Lacy M, Vest LR. 2000. Improving feed conversion in broiler : a guide for
growers.http://www.ces.uga. edu/pubed/c:793-W.html. (6 Januari 2007)
Livingston ML, Cowieson AJ, Crespo R, Hoang V, Nogal B, Browning M, Livingston KA.
2019. Effect of broiler genetics, age, and gender on performance and blood chemistry.
Heliyon Journal. 6(1): 1-8.
Marom AT, Kalsum U, Ali U. 2017. Evaluasi performansi broiler pada sistem kandang close
house dan open house dengan altitude berbeda. Dinamika Rekasatwa. 2(2).
Maynard LA, Loosli JK. 1969. Animal Nutrition. 6th Edition. San Francisco: McGraw-Hill
Book Co.
Murwani R. 2010. Broiler Modern. Semarang (ID): Widya Karya.
Nurhakim YI. 1019. Sukses Budidaya Ayam Pedaging dan Petelur. Tangerang Selatan (ID):
Penerbit Ilmu.
Nurjannah N. 2020. Manajemen Panen Broiler. [Internet]. [Diakses pada 2023 Desember 5].
Tersedia pada: https://www.farmsco.co.id/jurnal/manajemen-panen-broiler.
Rasyaf M. 2004. Makanan Ayam Broiler. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Risnajati D. 2012. Perbandingan bobot akhir, bobot karkas dan persentase karkas berbagai
strain ayam pedaging. Sains Peternakan. 10 (1): 11-14.
Rista, Etika. 2013. Manajemen Ayam Broiler Fase Starter Dan Fase Grower.
http://etikafarista.blogspot.com/2013/01/manajemen-ayam-broiler-fase-starter-dan_30
.html\
Santoso U, Fenita Y, Kususiyah, Bidura IGNG. 2015. Effect of fermented Sauropus
androgynus leaves on meat composition, amino acid and fatty acid compositions in
broiler chickens. Pak. J. Nutr. 14:799-807.
Santoso H, Sudaryani T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka.
Jakarta (ID):Penebar Swadaya.
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of Chicken. 3.8 pages
Siregar J, Jatikusumah A, Komalasari R. 2017. Panduan Praktis Untuk Manajemen Ayam
Broiler. (Terjemahan dari Broiler Signals yang ditulis oleh Maarten de Gussem,
Edward Mailyan, Koos van Middelkoop, Kristof van Mullem, Ellen van ‘t Veer).
Poultry Signals. Roodbont Publisher B.V. The Netherland.
Setiawan A, Eko. 2020. Aplikasi budidaya ayam DOC (day old chicken) berbasis web
mobile. JUTIM. 7(2): 137–147.
Subkhie H, Suryahadi, Saleh A. 2012. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam pedaging
dengan pola kemitraan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Manajemen IKM
7(1): 54-63.
Suhubdy, Dilaga SH, Hasan SD, Amin M, Yanuarianto O. Booster-feed intake dan konservasi
pakan ternak ruminansia besar. Jurnal PEPADU. 2(3): 337–343.
Surbakti BKAB. 2017. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Fase Starter di CV.Berkah
Putra Chicken Desa Tonjong Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor Jawa Barat.
[Tugas Akhir]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Suwarta. 2015. Feed Cosumption Ratio (FCR) Usaha Ternak Ayam Broiler di Kabupaten
Sleman. Malang (ID): Universitas Widyagama Malang.
Tamalludin F. 2012. Ayam Broiler 22 Hari Panen Lebih Untung. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press..
Umam K, Prayogi HS, Nurgiartiningsih VMN. 2015. Penampilan produksi ayam pedaging
yang dipelihara pada sistem lantai kandang panggung dan kandang bertingkat.
Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan. 24(3): 14-19.
Wati C, Maulana F, Labatar SC. 2016. Pengaruh penambahan pasir laut untuk meningkatkan
kualitas daya cerna pakan terhadap ayam broiler. Jurnal Triton. 7(1): 27–36.
Wijayanti RP, Busono W, Indrati R. 2011. Pengaruh Suhu Kandang Yang Berbeda Terhadap
Performans Ayam Pedaging Periode Starter. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Wawan. 2010. Pentingnya FCR Pada Ayam Broiler. Andiwawan_tonra. blogspot. com.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai