Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin/10 Mei 2022

Dosen : Dr. Ir. Rukmiasih, MS


Budidaya Aneka Unggas Fitriani Eka Puji L, SPt, Msi
Asisten : Hanifah Fihsani A. Md

Manajemen Pemeliharaan Itik

KELOMPOK 1 / AP2

Berlian Novely R. A. (J0309201002)


Farhan Irsandi (J0309201004)
Luluk Lifa Selviana (J0309201001)
Mohammad Rosadi (J0309201010)
Nur Audi Larasati (J0309201007)
Shabrina Maharani (J0309201005)

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang termasuk sebagai
salah satu sumber penghasil protein hewani, berupa daging dan telur, yang sangat
dibutuhkan banyak orang Kelebihan dari ternak itik dibandingkan dengan ternak
unggas yang lain ialah itik lebih tahan terhadap penyakit, sehingga
pemeliharannya mudah dan beresiko kecil. Selain itu, itik memiliki efisiensi yang
baik dalam mengubah pakan menjadi daging dengan baik (Akhadiarto, 2002).

Sejak tahun 2008 hingga 2010, populasi ternak itik di Indonesia terus
meningkat sebesar 6,4% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009,
produksi telur itik secara nasional menempati urutan ketiga (12,46%) setelah ayam
ras petelur (64,41%) dan ayam buras (18,13%). Sementara itu, produksi daging
itik menempati urutan keempat (0,2%) setelah ayam ras pedaging (97,1%), ayam
buras (2,1%), dan ayam petelur apkir (0,6%). (Badan Pusat Statistik Kota Padang,
2018).

Pada sistem pemeliharaan secara intensif, hal yang harus diperhatikan


adalah bibit, tatalaksana pemeliharaan, dan pakan. Keberhasilan suatu usaha
peternakan sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, sehingga peternak
dituntut agar mengerti cara pemeliharaan yang baik dan benar. Daerah daerah
seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Barat mempunyai populasi itik lebih dari satu juta ekor. Daerah sentra
produksi itik berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah penyumbang bahan
pangan asal unggas, yakni telur dan daging. (Suci, 2013) Terdapat beberapa jenis
itik yang tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia diantaranya yaitu itik
Tegal, itik Magelang, itik Mojosari, itik Alabio, itik Pengging, itik Bayang, itik
Sikumbang Jonti dan itik Rambon.
Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu individu
suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya
dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran
informasi genetik, karena tempatnya terpisah.Individu-individu yang hidup
disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan
sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu
kelompok yang disebut populasi.Struktur populasimerupakan komposisi populasi
yang meliputi jenis kelamin (jantan, betina) dan umur (kategori anak, kategori
muda, kategori dewasa, dan kategori tua) yang merupakan proporsi antara tahapan
hidup suatu jenis fauna.Fauna yang mengalami metamorfosa sempurna
(holometabola) maka struktur populasi menunjukkan jumlah masing-masing
tingkatan hidup yaitu telur, larva, pupa dan imago.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memanejem pengolahan dalam pemeliharaan itik agar
menghasilkan produksi telur yang tinggi
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pemeliharaan itik bukan cuman teori
saja
3. Untuk mengetahui dan melakukan langsung cara pemeliharaan itik dengan
baik dan benar
BAB 2
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pemeliharaan itik dilaksanakan di kandang itik Kampus Gunung
Gede Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dimulai pada Sabtu 5
Februari s/d Sabtu 23 April 2022.

2.2 Alat dan Bahan


Alat
6. Sekop
1. Tempat pakan
7. Timbangan
2. Tempat minum
3. Chick guard
4. Peralatan bersih-bersih
(sapu, sikat, kain lap, lap pel, ember)
5. Brooder

Bahan
1. DOD
2. Bahan sanitasi (air, desinfektan, detergen)
3. Sekam
4. Air minum
5. Vitamin Vittastress
6. Kapur

2.3 Metode
2.3.1 Persiapan Penetasan
a. Sanitasi
Sanitasi Kering
 Membersihkan sarang laba-laba atau kotoran yang menempel di dinding dan atap
 Mengelap dinding kandang dan membersihkan dari sisa penetasan sebelumnya
 Menyapu lantai dan membersihkan sisa sekam yang sudah di pakai

Sanitasi Basah
 Menyiram lantai dan meyapu kotoran dengan menggunakan air

 Dan menyiram lagi lantai kandang tersebut sembari di sapu menggunakan sapu
ijuk supaya air dan kotoran ikut terbawah dengan air
 Menyikat lantai dan dinding dengan detergen dan sikat
 Bilas hingga bersih
 Sekam ditaburkan ke lantai kandang dan disebar

b. Piket Harian
 Membersihkan tempat pakan minum serta memberikan pakan dan minum pada
itik
 Menimbang bobot badan setiap minggu
 Memberikan vitamin
 Mengganti sekam setiap 2 minggu
 Menghitung mortalitas yang terjadi
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemilihan DOD


Bibit DOD yang digunakan oleh Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor ini
adalah jenis itik Cihateup (Anas platyrhynchos Javanica) yang merupakan jenis itik
dwiguna yaitu itik penghasil telur maupun pedaging yang baik.
Beberapa hasil penelitian secara deskriptif menjelaskan bahwa yang menjadi
ciri khas itik Cihateup dari itik lainnya termasuk itik Alabio dan Mojosari adalah
ukuran panjang leher, sayap, femur dan tibia yang lebih panjang. Perbedaan ukuran
tubuh tersebut diduga karena adanya pengaruh lingkungan pemeliharaan di kawasan
penggunungan. Ukuran panjang paha, sayap dan leher serta kemampuan jelajah/jalan
maupun terbang yang relatif jauh merupakan ciri khas itik Cihateup.
Selain itu salah satu ciri khas dari itik Cihateup adalah warna bulu,paruh dan shank.
Sifat kualitatif pada pola warna bulu memiliki pengaruh terhadap perfomans ternak
unggas termasuk itik (Suparyanto 2005). Warna bulu pada bagian leher itik jantan
didominasi warna penciled, ekor warna polos, paruh dan shank dominasi warna hitam.
Sedangkan pada itik betina warna bulu pada bagian leher dominasi warna lacea, dada
berwarna buttercup, paruh dan shank dominasi warna kuning

3.2 Manajemen Pakan dan Minum


Pakan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh dalam manajemen
pemeliharaan ternak. Sehingga pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan. Pada pemeliharaan itik Sekolah Vokasi Institut Pertanian
Bogor menggunakan pakan dengan merk Charoen Pokhpand “Hi-Pro-Vit 511 Bravo”
yang berbentuk crumble atau butiran. Selain itu komposisi bahan yang digunakan
dalam pembentukan pakan tersebut terdapat dedak, jagung, canola, tepung daging dan
tulang, bungkil kedelai, pecahan gandum, kalsium, mineral, anti oksidan, vitamin,
tepung daun, enzim, dan fosfor. Sedangkan kandungan yang terdapat didalam pakan
ini adalah kadar air (13%), serat (5%), lemak (dengan minimal 5%), abu (7%),
protein (21-23%), phosphor (0,6%), aflatoksin (50 PBB), dan kalsium (0,9%).
System pemberian pakan yang digunakan dalam pemeliharaan ini adalah
pemberian pakan dalam keadaan kering (dry mash feeding) ditempatkan kedalam
nampan dengan pemberian 3-4 kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam) sesuai
kebutuhan perekor perharinya yaitu sebagai berikut :

Umur (minggu) Jumlah Ternak Pemberian pakan Total


(per-ekor) (per-hari)
Minggu 1 33 ekor 3,75 gr 3,75 × 4 ×33=495
gr
Minggu 2 33 ekor 13,67 gr 33 ×13,67 ×3=1353 , 33 gr
Minggu 3 33 ekor 22,4 gr 33 ×22,4 × 3=2217,6 gr
Minggu 4 31 ekor 31 gr 3 1× 3 1× 3=2883 gr
Minggu 5 31 ekor 36 gr 3 1× 3 6 ×3=3348 gr
Minggu 6 - 7 31 ekor 39 gr 3 1× 3 9 ×3=3 627 gr

Sedangkan system pemberian minum pada pemeliharaan itik ini adalah dengan
cara adlibitum atau tidak ada batasnya

3.3 Manajemen Pemeliharaan dan Perkandangan


System pemeliharaan itik dapat dikategorikan kedalam 3 macam, yaitu :
o Ekstensif
Tempat pemeliharaan Kelompok itik berpindah-pindah untuk mencari
penggembala yang benyak tersedia pakannya.
o Semi Ekstensif
Pemeliharaan dengan cara mengurung itik pada saat saat tertentu, biasanya pada
malam hari hingga pagi hari. Kemudian paginya dilepas disekitar halaman
kandang
o Intensif
Pemeliharaan pada system ini dilakukan dengan cara itik dimasukan kedalam
kandang tidak dikeluarkan sama sekali dari kandang. System inilah yang
digunakan dalam pemeliharaan itik di sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
pada saat ini. Prinsip dari system intensif sendiri itik tidak diberi air untuk
berenang, air hanya diberikan untuk minum. Keuntungan cara pemeliharaan ini
adalah lahan yang diperlukan relatif kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang
banyak, penanganan dan pengawasan dapat lebih mudah, tidak tergantung pada
musim .

Kandang merupakan salah satu factor yang penting dalam pemeliharaan itik
karena sebagai tempat istirahat, bermain, makan, dan minum. Oleh karena itu
kandang itik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Terpisah dari tempat pemukiman warga
2. Mempunyai ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara baik
3. Sebaiknya menghadap ke arah timur agar matahari dapat masuk kedalam
kandang
4. Luas kandang sesuai dengan jumlah itik yang dipelihara (tidak kekecilan)
5. Mudah dibersihkan

System perkandangan yang sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor pakai


adalah perkandangan intensif yaitu kandang dalam bentuk rumah yang bagian
dalamnya terdapat sekam di lantai, memiliki jendela ventilasi sehingga sirkulasi
udara baik. Tetapi bangunan tiak menghadap kearah timur-barat sehingga
matahari tidak dapat masuk kedalam kandang

3.4 Pencegahan Penyakit


Penyakit merupakan salah satu ancaman dalam peternakan walaupun serangan
penyakit tidak langsung mematikan tetapi harus langsung diatasi dengan cara
Pencegahan penyakit yang dapat dilakukan antara lain dengan cara pemeliharaan dan
model kandang yang sesuai dengan tingkat umur itik, memerhatikan tatalaksana yang
dilakukan, pemberian vaksinasi dan pemberian pakan yang dapat mempengaruhi
produksi dan daya tahan itik terhadap penyakit (Rasyaf, 1993).

3.4.1 Biosecurity
Biosecurity merupakan suatu sistem untuk pencegahan penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara
keseluruhan dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal walfarel)
dan tindakan pertahanan pertama untuk mengendalikan wabah untuk mencegah
semua kegiatan kontak atau penularan terhadap penularan penyakit (Dwicipto, 2010).
Biosecurity menjadi suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya
sistem manajemen produksi suatu peternakan unggas (Yusmariza dkk., 2014).
Biosecurity meliputi : 1). Sanitasi, 2). Vaksinasi, 3). Pengobatan, 4). Isolasi dan 5).
Penanganan Limbah.

3.4.2 Sanitasi
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan
dengan cara melakukan desinfektan, melarang atau mencegah lalu-lalang orang,
peralatan dan kendaraan yang tidak dizinkan masuk ke farm (Fadilah, 2013). Sanitasi
dilakukan pada lingkungan peternakan atau area perkandangan, kandang,
perlengkapan kandang dan peralatan yang akan dibawa masuk kedalam area
peternakan atau perkandangan.
Bibit penyakit dapat tumbuh ditempat yang kotor, sehingga harus menjaga
kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dicapai dengan
melaksanakan program sanitasi dan desinfektan kandang yang merupakan langkah
strategi untuk mengurangi populasi bibit penyakit disekitar

3.4.2 Vitamin
Menurut (triana, 2006) vitamin merupakan nutrien organik yang
dibutuhkan tubuh dalam dosis yang kecil, namun tidak dapat di sintesis oleh
tubuh sehingga kebutuhannya harus dipasok dari luar tubuh. Pemeliharaan itik
yang dilakukan selama x minggu tentunya membutuhkan vitamin yang
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ayam, mencegah stress dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (titan, 2014). Vitamin yang
diberikan merupakan multivitamin dan antibiotik yang biasa disebut vitachick.

Vitachick diberikan saat awal menetas dan setelah dilakukan penimbangan.


Pemberian pada awal menetas dapat diduga karna DOQ stres akibat peralihan tempat
dari dalam kerabang menuju luar kerabang yang pastinya kedua lingkungan tersebut
memiliki perbedaan. Tidak berbeda jauh dengan pertama menetas, pada saat itik
melakukan penimbangan pasti juga stres karena merasa terganggu. Hal tersebut
dibuktikan dengan behavior yang ditunjukkan ketika dilakukan penimbangan, itik
banyak bergerak dan sangat berisik.

3.5 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Data Pakan Itik
Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
6/3/22 1 1 33   309,75
7/3/22 2 1 33   294,7
8/3/22 3 1 33   480
9/3/22 4 1 33   495,75
10/3/22 5 1 33   488
11/3/22 6 1 33   499
12/3/22 7 1 33   503,5
Total     3070,7
Rataan     93,05
Tanggal Umur (hari) Umur Jumlah Itik Mortalitas Konsumsi
(minggu) (ekor) (ekor) pakan
(gram)
13/3/22 8 2 33   1511,33
14/3/22 9 2 33   851,11
15/3/22 10 2 33   1356
16/3/22 11 2 33   1808
17/3/22 12 2 33   1116
18/3/22 13 2 33   1356
19/3/22 14 2 33   1356
Total     9354,44
Rataan     283,47

Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
20/3/22 15 3 33   1356
21/3/22 16 3 33   2169
22/3/22 17 3 33   2145
23/3/22 18 3 33   2145
24/3/22 19 3 33   2145
25/3/22 20 3 33   1430
26/3/22 21 3 33   2145
Total     13535
Rataan     410,15
Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
27/3/22 22 4 31 2 2220
28/3/22 23 4 31   3069
29/3/22 24 4 31   3725
30/3/22 25 4 31   1392
31/3/22 26 4 31   2919
1/4/22 27 4 31   3052
2/4/22 28 4 31   1870
Total     18247
Rataan     588,61
Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
3/4/22 29 5 31   2876
4/4/22 30 5 31   3206
5/4/22 31 5 31   2920
6/4/22 32 5 31   3348
7/4/22 33 5 31   2690
8/4/22 34 5 31   2418
9/4/22 35 5 31   2614
Total     20072
Rataan     647,48

Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
10/4/22 36 6 31   3599
11/4/22 37 6 31   2356
12/4/22 38 6 31   3202
13/4/22 39 6 31   2970
14/4/22 40 6 31   3510
15/4/22 41 6 31   3510
16/4/22 42 6 31   3510
Total     22657
Rataan     730,87
Konsumsi
Umur Jumlah Itik Mortalitas pakan
Tanggal Umur (hari) (minggu) (ekor) (ekor) (gram)
17/4/22 43 7 31   2286
18/4/22 44 7 31   4609
19/4/22 45 7 31   3510
20/4/22 46 7 31   3510
21/4/22 47 7 31   3510
22/4/22 48 7 31   3510
23/4/22 49 7 31   3510
Total     24445
Rataan     788,55

Minggu ke- BB PBB FCR BB FCR PBB


1 133,3 88,4 0,7 1,1
2 312,4 179,1 0,9 1,6
3 545,65 366,55 0,8 1,1
4 750 204,35 0,8 2,9
5 930,97 180,97 0,7 3,6
6 954,4 23,43 0,8 31,19
7 1150 195,6 0,7 4

Tabel 2. Data BB, PBB, FCR BB, dan FCR PBB Setiap Minggu
Tabel 3. Data Bobot Badan perminggu
Tanggal Penimbangan
NO 27/03/2022 03/04/2022 10/04/2022 17/04/2022 23/04/2022
1 410 710 940 910 900
2 580 710 970 1040 1150
3 570 710 860 1022 1350
4 580 710 915 785 1250
5 375 710 659 1025 1000
6 620 730 825 960 1150
7 535 730 1208 1095 1250
8 615 730 980 987 1100
9 455 730 835 1039 1200
10 575 730 1140 1032 1150
11 500 790 1157 1054 1100
12 635 790 845 1011 1250
13 535 790 1145 890 1000
14 495 790 875 902 1200
15 545 790 1120 965 900
16 490 770 965 1035 1250
17 505 770 890 1005 1050
18 390 770 1120 980 1200
19 600 770 1015 890 1150
20 635 770 720 765 1050
21 620 690 805 890 1300
22 560 690 890 855 1150
23 640 690 1035 865 1100
24 630 690 920 1045 1300
25 555 690 855 1015 1250
26 605 800 960 980 1150
27 540 800 815 795 1150
28 590 800 925 880 1200
29 555 800 750 1005 1100
30 455 800 790 910 1150
31 520 800  - -  - 
Total 16915 23250 27929 28632 34500
Rata-rata 545,65 750 930,97 954,40 1150

Hasil penimbangan
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
total bb pertambahan bb
Column1

Berdasarkan hasil penimbangan diatas dapat dilihat bahwa tiap minggu itik
menunjukkan kenaikan bobot badan
Itik Hidup Itik Mati
6%

94%

Dari 33 ekor yang dipelihara terdapat 2 ekor yang mengalami mortalitas selama
proses

3.6 Perbandingan Pemeliharaan


3.6.1 Rataan Konsumsi Pakan
Minggu ke - AP1 AP2 Rataan konsumsi pakan
1 92,69 93,05 2000
1500
2 251,41 283,47 1000
500
3 413,04 410,15 0
1 2 3 4 5 6 7
U U U U U U U
4 584,89 588,61 GG GG GG GG GG GG GG
IN IN IN IN IN IN IN
M M M M M M M
5 688,91 647,48
AP1 AP2 Column1
6 769,43 730,87
7 785,43 788,55
3.6.2. Bobot Badan
Minggu ke - AP1 AP2 BB
1 135,6 133,3 2000

2 314,7 312,4 1000

3 470,71 545,65 0
1 2 3 4 5 6 7
U U GU GU GU GU GU
4 620,41 750 GG GG G G G G G
IN IN IN IN IN IN IN
M M M M M M M
5 919,02 930,97 AP1 AP2
Column1
6 924,04 954,4
7 1186,96 1150

3.6.3. Pertambahan bobot badan

Minggu ke - AP1 AP2 PBB


600
1 89,83 88,4
400
2 179,10 179,1 200
3 156,01 366,55 0
1 2 3 4 5 6 7
U U U U U U U
4 149,70 204 GG GG GG GG GG GG GG
IN IN IN IN IN IN IN
M M M M M M M
5 298,61 180,97 AP1 AP2
Column1
6 5,02 23,43
7 262,91 195,6
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Matitaputty, P. R. (2014). Tinjauan tentang Performans Itik Cihateup (Anas platyrhynchos


Javanica). WARTAZOA Vol. 24 No. 4 Th. 2014 Hlm. 171-178 DOI:
http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v24i4.1088.
TITAH NUHONI PRASANTI, D. d. (2014). EFEK PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT
TERHADAP GAMBARAN DARAH BROILER YANG DIINFEKSI Escherichia
coli. KEDOKTERAN HEWAN.
Triana, V. (2006). MACAM-MACAM VITAMIN DAN FUNGSINYA. STUDI
LITERATUR.
Yuniart, P. (2013). SISTEM PEMELIHARAAN UNGGAS AIR . (ITIK).

Anda mungkin juga menyukai