Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO

Bahan Seminar : Seminar Proposal


Judul : Konsumsi Air Minum Pada Rusa Timor (Cervus Timorensis)
Yang Mendapatkan Pakan Tambahan Limbah Kelapa Sawit Di
Kawasan Penangkaran Desa Wosu Kecamatan Bungku Barat
Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah

Pembawa Seminar : Fajar Haswad (O 121 16 030)


Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Muh. Sadik Arifuddin, M.Sc (…….….)
Tempat : Ruang Rapat Dekan
Waktu : Senin, 22 Juli 2019
Pukul : 09.00 wita

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menghadapi berbagai tantangan serta untuk mempertahankan
kesinambungan pembangunan di bidang peternakan, maka Indonesia di tuntut untuk mampu
meningkatkan daya saing tidak hanya keunggulan komparatif tetapi juga harus mampu
menggali potensi domestik yang memiliki keunggulan komperatif. Untuk menggali potensi
sumber protein asal hewan dan sekaligus melestarikan ternak lokal (plasma nutfah), pemerintah
terus melakukan upaya terobosan antara lain melalui pengembangan rusa yang telah ditetapkan
sebagai salah satu komoditi utama yang secara nasional dapat dikembangkan.
Berdasarkan kategori IUCN Redlist, sejak tahun 2008 rusa timor termasuk kategori rentan
(vulnerable), dari sebelumnya rusa timor berstatus resiko rendah (lower risk) sejak tahun 1996.
Perubahan status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di daerah penyebaran aslinya
diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa, dan diduga telah mengalami penurunan selama
tiga generasi sebagai akibat dari hilanganya habitat, dan perburuan masyarakat (IUCN, 2015).
Dan dari beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan populasi rusa timor adalah
adanya perburuan liar serta penurunan kuantitas dan kualitas habitat (Sumadi, dkk. 2008; IUCN
2015; Kayat, dkk. 2017).
Salah satu unggulan hewan yang ada di Morowali adalah adanya beberapa hewan satwa
(plasma nutfah) yang di pelihara dan ditangkarkan oleh masyarakat yaitu jenis satwa rusa timor
(Cervus timorensis). Sampai saat ini usaha penangkaran yang dilakukan oleh masyarakat
setempat masih dilakukan secara tradisional.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan rusa dengan teknik
penangkaran rusa adalah pakan dan minum. Serupa dengan hewan lainnya, rusa memerlukan
pakan dan minum yang cukup untuk menjalani keberlangsungan hidupnya.
Air merupakan sumber utama bagi kehidupan di muka bumi. Termasuk Rusa Timor.
Apabila tubuh hewan kekurangan air hingga 10% di bawah kebutuhan normalnya, maka dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, terlebih pada kelompok hewan yang berproduksi tinggi
seperti rusa yang tengah bunting dan menyusui (Siswadi dan Saragih, 2011; Kayat, 2009).
Rata-rata konsumsi air pada rusa Timor jantan dewasa sebanyak 3 liter/ekor/hari, sedangkan
pada rusa Timor jantan remaja mengkonsumsi air sebanyak 2,5 liter/ekor/hari.
Bungkil kelapa sawit, merupakan salah satu jenis limbah industri perkebunan yang
ketersediaannya cukup melimpah dan memiliki nilai gizi cukup tinggi, sehingga memungkinkan
untuk mendukung penyediaan pakan bagi usaha penangkaran rusa. Selain jumlahnya yang lebih
kontinyu karena belum banyak dimanfaatkan, biaya yang digunakan cenderung lebih murah.
Pemanfaatan bungkil kelapa sawit sebagai salah satu bahan pakan untuk campuran pakan
tambahan, berarti menambah keanekaragaman jenis bahan pakan yang dapat diberikan,
diharapkan disatu sisi dapat meningkatkan daya guna limbah industri perkebunan ,
mengurangi ketergantungan terhadap jenis bahan pakan yang lain serta dapat menghemat biaya
pakan. Mengingat palatabilitas merupakan hal yang sangat penting, maka sebelum dimanfaatkan
perlu dikaji tingkat palatabilitas pakan tambahan dengan campuran bungkil kelapa sawit.
Penelitian tentang Komsumsi air minum dalam ransum ini belum banyak dilakukan.
Dalam hal ini komsumsi air minum merupakan salah satu faktor dalam penentu tingkat
keberhasilan dalam pemeliharaan rusa. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk
mengatahui tingkat komsumsi air minum pada rusa timor yang mendapatkan pakan tambahan
limbah kelapa sawit.

1.2. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai konsumsi air minum rusa
timur yang mendapatkan pakan tambahan limbah kelapa sawit di penangkaran
1.3. Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pembaca umumnya,
khususnya bagi calon peneliti dan pemilik penangkaran rusa di Desa Wosu Kecamatan Bungku
Barat Kabupaten Morowali.

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Areal penangkaran rusa timor di wilayah Kabupaten
Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Juli – September 2019.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Ternak Percobaan
Penelitian ini akan menggunakan 4 ekor rusa timor, umur sekitar 1 - 2 tahun, dengan
kisaran bobot badan 25 – 30 kg. Rusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah rusa yang
sudah dipelihara dan dikandangkan dengan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan habitat
aslinya.
3.2.2 Kandang Percobaan
Penelitian ini akan menggunakan 4 (buah) kandang individual yang bersifat permanen
dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Rusa ditempatkan secara acak kedalam
petakan kandang, masing-masing petak berukuran 1,25 x 2 meter.

3.2.3 Ransum Percobaan


Ada 4 (empat) macam perlakuan bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini.
Percobaan dibagi dalam empat periode, dimana tiap periode terdiri dari tiga minggu, yaitu satu
minggu masa penyesuaian, satu minggu masa pengumpulan data dan satu minggu masa istirahat.
Adapun kandungan nutrien bahan pakan tambahan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Pakan Tambahan


Kandungan Nutrien
Jenis Bahan Pakan
PK (%) SK (%) LK (%)
* Dedak Padi 11,09 10,00 12,01
** Bungkil Kalapa (Kopra) 23,06 3,59 9,58
*** Bungkil Kelapa Sawit 15,03 15,00 8,09

Sumber : * Hertadi et al,. 1993


** Palinggi et al,. 2010
*** Elisabeth et al,. 2003
3.2.4 Peralatan Kandang
Peralatan kandang dan bahan yang digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi bahan
pakan yaitu;
a) Bak ransum terbuat dari papan ukuran 40 x 30 x 25 cm,
b) Ember plastik untuk tempat minum,
c) Penampung feses, yang terdiri dari bahan-bahan baskom plastik untuk menampung feses,
karet untuk baju rusa, sabuk dan karet elastis,
d) Kantung plastik untuk menampung ransum dan sisa ransum.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Bujur
sangkar Latin (RBSL) 4 x 4, dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan (Haeruman 1972; Sudjana 1985).
Data yang dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan metode sidik ragam,
sedangkan pengujian terhadap efek dari setiap perlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan,
sesuai petunjuk Steel and Torrie (1983) dengan model statisik sebagai berikut :
Yijk = μ + ai + βj + ak + ∑ijk
Dimana Yijk = nilai pengamatan
μ = nilai rata-rata
ai = pengaruh rusa ke i; i = 1-4
βj = pengaruh periode ke j; j = 1-4
ak = pengaruh perlakukan ke k; k = 1-4
∑ijk = kesalahan baku (error)

3.3.2 Pemberian Pakan


Ternak percobaan akan diberikan ransum yang terdiri atas pakan penguat dengan
komposisi sebagaimana tabel 3-1 dan hijauan berupa daun kangkong. Jumlah konsentrat atau
pakan penguat yang diberikan adalah sebanyak 1 % dari bobot badan ternak.
Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa ransum yang mendapatkan
penambahan bungkil sawit dengan dosis tertentu sebagaimana tercantum dalam tabel 3-2 yang
kemudian pemberiannya dilakukan secara acak ke ternak percobaan. Kandungan nutrien pakan
percobaan yang akan diberikan dapat diketahui melalui analisis proksimat di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako.

3.3.3 Pemberian air minum


Pemberian air minum dilakukan setiap hari pada pukul 6.00 pagi dan setiap 6 jam sekali
di kontrol kondisi air minum ternak. Air minum diberikan sebanyak 5 liter/ekor.

3.3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam riset ini adalah sebagai berikut :
1. Suhu Udara
2. Laju Evaporasi
Evaporasi yaitu air yang hilang karena menguap. Untuk mengatahui beberapa banyak
air yang hilang maka disediakan satu ember air lainnya dengan jumlah air yang sama
tampa disentuh oleh ternak dan disimpan disekitaran kandang.
3. Tingkat Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum diukur dengan cara yang digunahkan oleh Rasyaf (2008) yaitu
menghitung jumlah air yang diberikan kemudian dikurangi jumlah sisa air dikonsumsi
dan yang menguap (Evaporasi).

Konsumsi Air minum dapat diketahui berdasarkan persamaan berikut:


𝐾𝑜𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐴𝑖𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚 (𝑚𝑙/𝑒𝑘𝑜𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 − 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 − 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔 (𝐸𝑘𝑜𝑟)

DAFTAR PUSTAKA
Agnes. 2006. Skripsi Tanggapan Masyarakat Tentang Penangkaran Rusa Samba Universitas
Lampung. Universitas Lampung.

Alikodra, H. S. 2002. Pengeolaan Satwaliar (jilid 1). Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Agustin, F. 1996. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit (palm kernel cake) dalam ransum
domba terhadap daya cerna protein dan retensi nitrogen. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan . 2 (1) : 21-24
Batubara, L.P. 2003. Potensi integrasi peternakan dan perkebunan kelapa sawit sebagai simpul
agribisnis ruminansia. Wartazoa 13 (3): 83-91 . Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Devendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Malaysian Society of Animal
Productions. Serdang Malaysia.
Elisabeth, J dan S.P. Ginting, (2003), Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Prosiding Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi kelapa
Sawit-Sapi. Bengkulu.
Garsetiasih. 2002. Pengembangan Penangkaran Rusa timor (Cervus timorensis) dan
Permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi
Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan. Bogor.

Garsetiasih, R. 2007. Daya dukung kawasan hutan Baturraden sebagai habitat penangkaran
rusa. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(5) :

Garsetiasih R dan M Takandjandji. 2006. Model penangkaran rusa. Dalam: Konservasi dan
Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian; Padang 20
September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi
Alam, Departemen Kehutanan

Garsetiasih, R dan Takandjandji, M. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose Hasil-
Hasil Penelitian. Padang. Hlm 12.

IUCN, 2015 International Union for Conservation of Nature and Natural Reserves. 2015. The
Redlist of Threathened Species. http://www. iucnredlist.org. diakses 8 Oktober 2017.

IUCN. 2014. The IUCN red list of threatened species. Diakses pada Juni 2014.

Kayat, Satyawan Pudyatmoko, Muchammad Maksum, dan Muhammad Ali Imron. 2017. Potensi
konflik penggembalaan kuda pada habitat rusa timor (Rusa timorensis) di Kawasan
Tanjung Torong Padang, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu Kehutanan, hal 5: 4-18
Mloszewski, M.J. 1983. The Behavior and Ecology of The African Buffalo. Cambridge
University Press: Cambridge, Great Britain.
Moen, dkk. 1973. Wildlife Ecology An Analytical Approach. W.H. Freeman and Co. San
Francisco.

Jacoeb, T.N., Wiryosuhanto, S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Penerbit Kanisius,
Jakarta. Cetakan pertama. 531—542.

Jalaludin, S., Y. W. Ho, N. Abdullah and H. Kudo. 1991. Strategies for animal improvment in
southeast asia. In: Utilization of Feed Resources in Realtion to Utilization and Physiology
of Ruminant in the Tropic. Rops. Afric.
Kii, W. Yape & GMcL. Dryden. 2001. Water consumption by rusa stags. Asia Pasific Journal
of Clinical Nutrition, 10(suppl.): S38.
Mloszewski, M.J. 1983. The Behavior and Ecology of The African Buffalo. Cambridge
University Press: Cambridge, Great Britain.

Mathius, I.W. 2008. Pengembangan sapi potong berbasis industry kelapa sawit. Pengembangan
inovasi pertanian 1(2): 206-224. http://www.pustaka-
deptan.go.id/publikasi/ip013083.pdf. diakses tanggal 13 april 2010.

Moen, dkk. 1973. Wildlife Ecology An Analytical Approach. W.H. Freeman and Co. San
Francisco.
Mirwandhono, E dan Z. Siregar. 2004. Pemanfaatan Hidrolisat Tepung Kepala Udang dan
Limbah Kelapa Sawit yang di Fermentasi dengan aspergilus niger, Rhizophus
Oligosporus, dan Trichoderma Viridae dalam ransum ayam pedaging. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.

Semiadi G, RTP Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat Penelitian Biologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Semiadi. G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Cibinong.

Siswadi, Saragih GS. 2011. Daya Dukung Lahan Semi Arid Untuk Pengembangan Rusa Timor
(Rusa timorensis de Blainville, 1822) dengan Sistem Mini Ranch. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Kupang (ID): Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Schroder T.O. 1976. Deer in Indonesia. Nature Conservation Department. Wageningen.


Subyati, D.W. 2003. Studi Produktivitas Hijauan Sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus
timorensis) di Penangkaran Rusa Jawa PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Terbanggi
Besar Lampung Tengah. [skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sumadi A, Utami S, Waluyo EA. 2008. Pendekatan model sistem dalam kebijakan pengelolaan
populasi rusa (Rusa timorensis Mul. & Schl. 1844) di Taman Nasional Baluran. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(3):201-215.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Schroder T.O. 1976. Deer in Indonesia. Nature Conservation Department. Wageningen.
Sundu, B. 2004. Bungkil Kelapa Sawit Untuk Pakan Broiler. HTTP//www.poultry
Indonesia.com//. Diakses tanggal 13 april 2010
Sutardi. 1991. Aspek nutrisi 5api Bali . Prosiding Seminar Sapi Bali. Fakultas Peternakan
UNHAS, Ujung Pandang. Hat. 85-109 .
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip dan Proseduu Statistika, Suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi kedua. Penerjemah : Bambang Sumantri. Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta.

Takandjandji M, Setio P. 2014. Nilai financial penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian
Dramaga, Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 11(1): 53-76.

Anda mungkin juga menyukai