Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Pemberian Silase Rumput Odot dengan Jerami Padi Sebagai

Absorban terhadap Konsumsi, Kecernaan dan Retensi Nitrogen pada


Ternak Kambing Kacang

Effect of Odot Grass Silage with Rice Straw as Absorbant on Nitrogen


Consumption, Digestibility and Retention in Bean Goats

Herru N.G Fangidae1*, Gustaf Oematan2 , Daud Amalo3


1
Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan-Universitas Nusa Cendana
Jl. Adisucipto Penfui, Kupang 85001 NTT Tel (0380) 881580.
Fax (0380) 881674
Email koresponden : herrufangidae@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pemberian silase
rumput odot dengan jerami padi sebagai absorban terhadap komsumsi, kecernaan
dan retensi nitrogen pada ternak kambing. Penelitian ini menggunakan rancangan
bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan dan 4 periode sebagai ulangan.
Perlakuan tersebut adalah JP0 = silase 100 % rumput odot, JP10 = + silase 90 %
rumput odot dan jerami padi 10 %, JP20 = silase 80 % rumput odot dan jerami
padi 20 %, JP 30 = silase 70% rumput odot dan jerami padi 30 %. Parameter yang
diamati adalah konsumsi nitrogen, kecernaan nitrogen, dan retensi nitrogen. Data
yang diperoleh dianalisis menggnakan Analisis Of variance ( ANOVA). Hasil
penelitian menunjukan bahwa pemberian silase rumput odot dengan jerami padi
sebagai absorban berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi nitrogen,
kecernaan nitrogen dan retensi nitrogen. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pemberian silase rumput odot dan jerami padi sebagai absorban pada
ternak kambing kacang berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi
nitrogen,kecernaan nitrogen, dan retensi nitrogen.
Kata kunci: kambing kacang, kecernaan nitrogen, konsumsi nitrogen, retensi nitro
gen, silase.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of giving odot grass silage with rice straw
as an absorbant to the consumption, digestibility and retention of nitrogen in
goats. This study used the method used was a Latin square design (RBSL) with 4
treatments and 4 periods as a test. The treatment is JP0 = 100% silage odot grass,
JP10 = + silage 90 % odot grass and Rice straw 10 %, JP20 = silage 80 % odot
grass and Rice straw 20 %, JP 30 = silage 70% Odot grass and Rice straw 30%.
The parameters observed are Nitrogen consumption, Nitrogen digestibility, and
Nitrogen retention. The data obtained were analyzed using the Analysis Of

1
Variance (ANOVA). The results showed that the application of odot grass silage
with rice straw as an absorbant had an unreal effect (P > 0.05) on nitrogen
consumption, nitrogen digestibility and nitrogen retention. Thus it can be
concluded that the feeding of odot grass silage and rice straw .
Keywords: goat beans, nitrogen digestibility, nitrogen consumption, nitrogen
retention, silage.

PENDAHULUAN

Pengawetan hijauan pakan dalam bentuk silase merupakan strategi penting


dalam upaya peningkatan produksi ternak ruminansia di daerah lahan kering
seperti Nusa Tenggara Timur. Dengan teknologi tersebut, hijauan yang melimpah
selama musim hujan dapat diawetkan dan kemudian digunakan sebagai pakan
basal atau suplemen selama musim kemarau. Penyediaan pakan berkualitas
tersebut dipercaya mampu menghindari penurunan produksi selama musim
kemarau. Ternak sapi dan ternak ruminansia lainnya menurun produksinya selama
musim kemarau sebagai akibat defesiensi nutrisi. Tingginya angka kematian pedet
(Jelantik et al., 2008; Habaora et al., 2019) dan kehilangan berat badan ternak sapi
pada semua tingkatan umur dilaporkan terjadi karena ternak mengalami
kekurangan pakan selama musim kemarau. Namun demikian, aplikasi teknologi
silase untuk meningkatkan produktivitas ternak sangat tergantung pada
kemampuan peternak dalam menghasilkan silase berkualitas tinggi.
Kualitas silase sangat tergantung pada berbagai faktor termasuk di dalamnya
adalah kualitas hijauan, teknik pembuatan, dan kadar air yang ideal. Rumput odot
(Pennisetum purpureum cv Mott) adalah salah satu hijauan yang mempunyai
kualitas yang tinggi. Dilihat dari aspek produksi dan kandungan protein kasar,
rumput gajah mini lebih unggul dibandingkan dengan rumput Brachiaria
decumbens, Brachiaria ruziziensis dan Paspalum notatum, sedangkan dari sisi
palatabilitas dan kecernaan rumput gajah mini sebanding dengan rumput B.
ruziziensis dan tetap lebih unggul dibandingkan dengan rumput B. decumbens dan
P. notatum (Sirait et al. 2015a). Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan
pembusukan dan kadar air terlalu rendah sering menyebabkan terbentuknya
2
jamur. Kadar air yang rendah juga meningkatkan suhu silo dan meningkatkan
resiko kebakaran (jones et al., 2004).
Kadar air yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menyebabkan
kehilangan bahan kering yang besar. Menurut Gervais (2008) perubahan bahan
kering dapat terjadi karena proses dekomposisi substrat dan perubahan kadar air.
Perubahan kadar air terjadi akibat evaporasi, hidrolisis substrat atau produksi air
metabolik.
Teknik pelayuan dan penambahan asam format merupakan strategi yang
umum dan popular dilakukan dalam pembuatan silase berkadar air tinggi.
Penggunaan asam format sangat popular di eropa (bagian utara) dan telah
berhasil meningkatkan kualitas silase yang dihasilkan Namun demikian beberapa
konsekuensi negatif baik lingkungan dan ekonomi perlu dipertimbangkan dalam
aplikasinya di daerah Tropis seperti di NTT. Sementara itu, melayukan hijauan
sebelum ensilasi terbukti menekan pertumbuhan clostridia yang dapat
menghasilkan karbondioksida, N-NH3, dan senyawa lainnya yang tidak baik
(Bolsen dan S apienza, 1993). Namun demikian, teknik ini sulit dilakukan pada
musim hujan dimana kualitas hijauan yang diawetkan umumnya tertinggi. Salah
satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan
pakan lainnya yang mempunyai kadar air yang rendah sebagai absorban. Dengan
penambahan absorban pada hijauan berkadar air tinggi maka kadar air silase dapat
dipertahankan dalam kisaran optimal sehingga menaikan kualiatas silase.
Kandungan air rendah dalam bahan silase dapat menghambat penurunan pH,
sehingga bakteri pembusuk dapat hidup lebih lama. Kandungan air pada hijauan
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan cepatnya penurunan pH (Santoso et al.,
2008)
Salah satu absorban dalam pembuatan silase yang sering digunakan adalah
jerami tanaman serealia seperti jerami barley, jerami sorgum, jerami jagung,
jerami gandum dll. Sementara itu jerami padi hingga saat ini belum banyak

3
penelitian yang dilakukan untuk mengkaji penggunakan jerami padi sebagai
absorban dalam pembuatan silase rumput. odot berkadar air tinggi terutama
pengaruhnya terhadap kualitas organoleptis silase yang dihasilkan. Berdasarkan
hal tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian
Silase Rumput Odot dengan Jerami Padi Sebagai Absorban terhadap
Konsumsi, Kecernaan Dan Retensi Nitrogen pada Ternak Kambing.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di PT. AA Pratama Agrifarm, milik Ir. I. G. N.
Jelantik, M.Sc. Ph.D di dusun Binlaka, Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu,
Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini berlangsung
pada bulan Oktober sampai dengan bulan November tahun 2021, yang terdiri dari
4 periode dan masing–masing periode 15 hari ( 10 hari masa penyesuain dan 5
hari masa koleksi data ).

Materi Penelitian

a. Kandang

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang individu


bertipe panggung dengan ukuran 0,5 m x 1,2 meter yang dilengkapi dengan
tempat makan dan tempat minum serta tempat untuk menampung feses dan urin
dengan cara terpisah.

b. Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kambing kacang
yang berjumlah 4 ekor umur berkisar 12-16 bulan dengan bobot badan 20,2–22,9
kg.

4
c. Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini berupa silase campuran rumput
odot (Pennisetum purpureum cv mott) dan jerami padi, serta pakan konsentrat
berupa jagung giling, feses ayam dan dedak padi.

d. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa timbangan digital merk
Henherr berkapasitas maksimal 180 kg dengan ketelitian 50 gr untuk menimbang
ternak serta timbangan digital berkapasitas 5 kg merk Quanttro dengan ketelitian 1
gr digunakan untuk  menimbang  pakan. Pakan  yang  digunakan dalam  penelitia
nini berupa  silase  rumput  odot (Pennisetum Purpureum cv mott)  dan jerami pad
i,konsentrat berupa feses ayam, jagung giling, dedak padi, dan karung untuk
menyimpan pakan konsentrat, dan silo sebagai tempat silase.

Tabel 1. Komposisi nutrisi konsentrat


Kandungan Nutrisi
Bahan
Pakan Jumla BK BO PK LK SK CHO
h(%) ( %) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 50 98.011 44.6505 4.9235 3.975 2.001 35.752
Giling 2 5
Dedak 20 83.316 15.4312 1.8678 1.3014 5.014 12.262
Padi 4 8
Feses 30 78.221 21.3891 5.1423 1.1097 5.333 15.137
Ayam 9 4 1
Sumber:*)Hasil analisis Laboratorium Kimia Pakan FPKP Universitas Nusa
Cendana Kupang, 2022.

5
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen menggunakan rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4
perlakuan dan 4 periode sebagai ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah :

JP0 = Silase yang terdiri dari 100% rumput odot


JP10= Silase yang terdiri dari 90% rumput odot dan 10% jerami padi
JP20= Silase yang terdiri dari 80% rumput odot dan 20% jerami padi
JP30= Silase yang terdiri dari 70% rumput odot dan 30% jerami padi
Prosedur Penelitian
1) Pembuatan Silase
Pembuatan silase rumput odot (Pennisetum Purpureum cv mott ) dengan
jerami padi sebagai absorban di lakukan dengan beberapa tahap yaitu : Tanaman
rumput (Pennisetum Purpureum cv mott ) dipanen dengan umur 60 hari setelah
tanam. Kemuadian rumput odot (Pennisetum Purpureum cv mott ) dan jerami
padi dicacah menggunakan mesin coper dengan ukuran antara 0,5 sampai 1 cm.
Setelah dicoper rumput odot, jerami padi dan dedak padi ditimbang sesuai dengan
perlakuan yang telah ditentukan. Perlakuan JP0 rumput odot 30 kg, dan dedak padi
300 gram. JP10 rumput odot 22,5 kg, jerami padi 530 gram dan dedak padi 250
gram. JP20 rumput odot 20 kg, jerami padi 1050 gram dan dedak padi 250 gram.
JP30 rumput odot 17,5 kg, jerami padi 1580 gram dan dedak padi 250 gram.
Kemudian campurkan bahan-bahan yang sudah ditimbang sesuai dengan
perlakuan masing-masing. Kemudian dimasukkan kedalam plastik mini silo yang
sudah diberi label dari setiap perlakuan. Sebelum plastik diikat silase tersebut
dipadatkan sehingga kondisi anaerob dapat terjadi. Setelah fermentasi selama 21
hari, silase siap diberikan pada ternak.

6
2) Pembuatan Konsentrat

Pembuatan untuk kosentrat, terlebih dahulu menyiapkan bahan pakan


penyusun diantaranya dedak padi jagung giling dari jagung kuning yang digiling
menggunakan mesin penggiling hingga menjadi tepung dan feses ayam yang di
kumpulkan dari kandang baterai kemudian di keringkan dibawah sinar matahari
hingga kering, lalu di giling menggunakan mesin penggiling hingga menjadi
tepung. Semua bahan pakan ditimbang dengan perbandingan Jagung giling 5 Kg,
feses ayam 3 Kg, dan dedak padi 2 Kg. Campurkan jagung giling, feses ayam dan
dedak padi hingga homogen. Setelah campuran konsentrat sudah selesai,
kemudian dimasukan kedalam karung dengan kapasitas 10 Kg.
3) Pengacakan Ternak
  Sebelum  memulai   penelitian   ternak   ditimbang  terlebih   dahulu  untuk 
mengetahui  berat  badan awal  kemudian  diberi  nomor  dan dimasukan kedalam 
masing - masing  kandang yang sudah disiapkan kemudian dilakukan pengacakan 
perlakuan menggunakan lotre/undian.
4) Pemberian Pakan dan Air Minum
 Pakan yang  diberikan berupa silase  dengan air minum  diberikan  secara
ad libitum pada ternak yang sudah diberikan pakan konsentrat. Pakan konsentrat
diberikan 1 % dari berat badan berdasarkan bahan kering dan pemberiannya 2 kali
sehari yaitu pagi hari jam 07.00 dan sore hari jam 15.00.
5) Prosedur Pengumpulan Data Konsumsi
Konsumsi merupakan selisih antara pakan yang diberikan dengan pakan
sisa. Pakan ditimbang terlebih dahulu sesuai berat badan setiap ternak. Sisa pakan
dikumpulkan setiap hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan pada hari
tersebut. Penentuan bahan kering sisa pakan dilakukan selama masa koleksi 5
hari yaitu pada setiap periodenya. Sisa pakan yang dikoleksi ditimbang dan
diambil sampel untuk penentuan bahan kering dan sisanya dikeringkan di bawah
sinar matahari. Penentuan bahan kering pakan dan sisa pakan dilakukan dengan
7
menggunakan oven pada 105°C sekurangnya 20 jam. (AOAC,1990) kemudian
digiling halus untuk selanjutnya dianaliss kandungan BK, BO dan N.
6) Prosedur Pengumpulan Data Kecernaan dan Sampel Feses
Kecernaan diukur selama 5 hari terakhir periode pengumpulan data pada
setiap periode penelitian yaitu pada minggu ke-2 setiap periodenya. Selama
periode koleksi ini diukur konsumsi pakan, dan feses. Kecernaan bahan kering,
bahan organik dihitung menggunakan selisih antara yang terkonsumsi dan yang
ada dalam feses. Feses dikumpulkan 1 × 24 jam setiap hari ada pagi hari sebelum
pemberian pakan untuk mengetahui produksi feses harian. Feses yang
dikumpulkan kemudian ditimbang dan diambil sampel sekitar 10% untuk
penentuan bahan kering. Sementara itu, sisanya di semprot dengan larutan asam
sulfat pada saat jemur agar nutrisi dalam feses tidak menguap kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah 5 hari koleksi, feses yang telah
kering kemudian dikompositkan, kemudian diambil sampel (kurang lebih 10%)
untuk dianalisis komposisi kimianya.
Parameter yang diamati dan Teknik Pengukuran
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Konsumsi Nitrogen
Konsumsi nitrogen di tentukan dengan menghitung konsumsi ransum g
BK/ekor/hari di kali dengan PK ransum ( % )
Konsumsi N =Konsumsi Ransum g BK/ekor/hari x PK Ransum
(%)
b. Kecernaan Nitrogen
Kecernaan nitrogen ditentukan dengan menghitung konsumsi N dikurangi dengan
N feses.
N tercerna = konsumsi N – N feses

8
c. Retensi Nitrogen ditentukan dengan menghitung selisih N yang di konsumsi
dengan N yang di keluarkan bersama feses dan urin. ( Mumo & Alison 1960 ).
Retensi N dapat di hitung dengan Rumus :
Retensi N = Konsumsi N – ( N feses + N urin )

Analisis Statistik
Data ditabulasi untuk menghitung rerata, dan dianalisis menggunakan sidik
ragam ANOVA menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin ( RBSL) 4X4
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap variabel yang
diteliti. Jika terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Kimia Pakan


Komposisi nutrisi pakan perlakuan dicobakan dalam penelitian ini
ditampilkan pada Tabel 3. Rerata kandungan protein kasar silase rumput odot
dengan penambahan level jerami sebagai absorban 8,776% - 12,610%.
Kandungan protein kasar yang didapatkan lebih tinggi yang dilaporkan
Sulistyo. (2020) dengan perlakuan kualitas silase rumput gajah ( pennisetum
purpureum) dengan penambahan jus tape singkong yang mendapatkan protein
kasar yang tertinggi adalah 7,33-9,39% Tingginya kandungan protein kasar dalam
silase rumput odot dengan jerami padi sebagai absorban dalam penelitian ini
disebabkan oleh prosedur kerja yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian,
kandungan protein kasar silase rumput odot dengan jerami padi hingga level 30%
masih memenuhi kebutuhan minimum ternak kambing karena kandungan protein
kasarnya lebih dari 8%.

9
Tabel 3. Komposisi Kimia Pakan Perlakuan
Pakan Kandungan Nutrisi
Perlakuan
BK BO PK LK SK CHO
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
JP0 10.600 91.963 12.61 10.729 26.128 55.657
0
JP10 10.200 89.367 11.43 10.177 26.766 57.688
7
JP20 11.500 90.424 9.604 7.622 27.587 58.588
JP30 12.175 90.044 8.766 5.025 28.648 61.405
Sumber: *)Hasil analisis Laboratorium Kimia Pakan FPKP Universitas Nusa
Cendana Kupang, 2022
Keterangan :
JP0 = Silase yang terdiri dari 100% rumput odot
JP10= Silase yang terdiri dari 90% rumput odot dan 10% jerami padi
JP20= Silase yang terdiri dari 80% rumput odot dan 20% jerami padi
JP30= Silase yang terdiri dari 70% rumput odot dan 30% jerami padi

Meningkatnya serat kasar dalam penelitian ini sejalan dengan peningkatan


level jerami padi dalam silase rumput odot terhadap setiap pakan perlakuan hal ini
di duga jerami padi merupakan pakan serat yang potensial, tetapi memeliki
kekurangan yaitu nilai gizi yang rendah dan kecernaan yang rendah (Oematan dan
Mullik, 2017). Menurut Amin et al. (2015). Kandungan serat kasar dari jerami
padi yang cukup tinggi 31,99%. Kandungan serat kasar yang tinggi berakibat
kecernaan pakan akan semakin rendah (Despal 2000).

4.2 Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi nitrogen

Konsumsi nitrogen dari ternak kambing kacang untuk masing-masing perlakuan


di sajikan pada tebel 4.

10
Perlakuan
Parameter P
JP0 JP10 JP20 JP30
Konsumsi 12.676±3.224 13.492±3.628 11.223±3.243 12.032±3.038 0.795
nitrogen
Kecernaan 86.491±5.871 91.081±3.313 90.699±2.232 88.982±1.481 0.313
Nitrogen
Retensi
Nitrogen 11.089±3.646 11.886±3.723 9.807±2.981 9.619±2.836 0.741
*)Keterangan: rataaan dengan superskrip menunjukkan berbeda tidak nyata
(P>0,05).

Tabel 4. menunjukan bahwa nilai konsumsi nitrogen berkisar dari JP0


12,67, JP10 13,49, JP20 11,22 dan JP30 12,03. Kandungan nitrogen dalam
penelitan ini masih berada diatas kandungan nitrogen hasil penelitian
Nggajung,  (2021)  tentang  pengaruh level limbah  kubis  dalam  ransum  komplit
terhadap  pemanfaatan  konsumsi  nitrogen sebesar 8,79 - 9,91 gram/ekor/hari dan
Mide et al. (2014)  yang  menggunakan  wafer  tongkol  dengan jumlah  konsumsi
nitrogen   hanya   berkisar  pada   8,04 - 12,37  gram /ekor / hari.   Menurut  Tahu
ket al. (2008),  kadar protein kasar dalam  ransum  berpengaruh terhadap  konsum
sinitrogen,  apabila  kadar  protein  kasar  meningkat  maka  konsumsi nitrogen ak
anikut meningkat, dikarenakan protein kasar tersusun dari unsur nitrogen selain
dari unsur carbon, hydrogen, oksigen dan sulfur/phosphor. Akan tetapi jika
dilihat pada Tabel 3. Penelitian silase rumput odot mendapatkan kadar protein
kasar tertinggi pada perlakuan JP0 12,6% dan terendah pada perlakuan JP30 8,76.
Hal ini disebakan karena semakin meningkatnya jerami padi pada pakan
perlakuan akan menurunkan kadar protein kasar di dalam ransum. Namun
menurunnya kadar protein kasar tidak mempengaruhi konsumsi nitrogen.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh tidak
nyata (P>0,05) terhadap konsumsi nitrogen. Tidak adanya perbedaan konsumsi
nitrogen dikarenakan nilai konsumsi nitrogen yang relatif sama antar perlakuan.
Hal ini disebabkan karena silase rumput odot dengan level jerami yang beberbeda
yang dikonsumsi kambing kacang miliki nilai yang hampir sama dari semua

11
percobaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1999) yang menyatakan
bahwa konsumsi nitrogen dipengaruhi oleh jumlah konsumsi protein ransum.
4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Nitrogen

Kecernaan nitrogen diperoleh dari nitrogen yang dikonsumsi dikurangi


nitrogen di dalam feses (Mc Donald et al.,1995). Rata-rata kecernaan nitrogen
pada penelitian ini bervariasi antara 86.49% - 91.08% . Kecernaan nitrogen ini
jika di bandingkan dengan hasil penelitian Tahuk et al. (2008) tentang
penggunaan level protein pakan yang berbeda terhadap keseimbangan nitrogen
dan urea darah kambing bligon jantan yang digemukan menghasilkan rataan
kecernaan nitrogen 58.44 – 76.17%. Hal ini karena penggunaan jenis ternak yang
berbeda, dimana penelitian ini menggunakan jenis ternak kambing kacang jantan
sedangkan pada penelitian Tahuk et al. (2008) menggunakan jenis ternak kambing
bligon jantan sehingga menghasilkan nilai kecernaan nitrogen yang berbeda.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pemberian silase
rumput odot dengan jerami padi sebagai absorban berpengaruh tidak nyata
(P>0.05) terhadap kecernaan nitrogen. Peningkatan level jerami padi dalam silase
rumput odot sampai 30% tidak mempengaruhi kecernaan nitrogen. Faktor yang 
diduga  kandungan  nutrisi  silase  rumput  odot  dengan  level  jerami  padi
yang berbeda, yang dikonsumsiternak   kambing   kacang  sama   antar  perkakuan
sehingga menghasilkan nilai kecernaan yang sama. Menurut Nurhayu et al.(2011)
bahwa pakan yang diberikan dikatakan efisien apabila pakan tersebut dapat
dikonsumsi sepenuhnya oleh ternak dan tercerna dengan baik pula.

4.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Retensi Nitrogen


Retensi nitogen merupakan salah satu metode untuk menilai
kualitas protein ransum dengan mengukur konsumsi nitrogen dan
pengeluaran nitrogen dalam feses dan urin sehingga dapat diketahui
banyaknya nitrogen yang tertinggal dalam tubuh (Lyod et al. 1978). Retensi
nitrogen bernilai positif bila jumlah nitrogen yang keluar melalui urine
12
dan feses lebih sedikit dari yang dikonsumsi. Ini berarti bahwa ternak
dapat meningkatkan bobot badannya karena terjadi penambahan tenunan urat
dagingnya (Maynard dan Loosli, 1978). Seperti di tunjukan pada tabel 4.
Rataan retensi nitrogen ternak kambing yang diberikan silase rumbut odot dengan
jerami padi sebagai absorban sampai dengan level 30% berkisar antara 9.61 -
11.88 g/e/h. Kisaran retensi nitrogen tersebut lebih tinggi dari hasil penelitian
Nggajung, (2021) tentang Pengaruh Level Limbah Kubis (Brassica olaracea)
Dalam Ransum Komplit Terhadap Pemanfaatan Pada Ternak Kambing Kacang
yang menghasilkan nilai retensi yaitu 5.46 – 6.83 g/e/h. Hal ini disebabkan
karena jenis bahan pakan dan kandungan dari bahan pakan yang berbeda
sehingga menghasilkan jumlah retensi nitrogen yang berbeda.
Hasil analisis sidik ragam menunujukan bahwa perlakuan berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap retensi nitrogen pada kambing kacang jantan atau
pengaruh pemberian silase rumput odot dengan jerami padi sebagai absorban
menghasilkan nilai retensi yang sama. Ini disebabkan karena kecernaan protein
penelitian ini berbeda tidak nyata, sehingga menghasilkan retensi nitrogen yang
berbeda tidak nyata pula.
Menurut Puastuti et al. (2012) bahwa nilai kecernaan protein kasar dalam
suatu ransum juga sangat menetukan nilai retensi nitrogen ransum. Retensi
nitrogen menunjukan banyaknya nitrogen yang dimanfaatkan dalam pembentukan
jaringan tubuh untuk meningkatkan berat badan. Retensi nitrogen yang berbeda
tidak nyata menujukan ketersediaan protein dalam ransum untuk sintesis jaringan
tubuh yang relatif sama antara ransum perlakuan Mc Donald et al., (1988). Nilai
retensi nitrogen dari keempat perlakuan pada penelitian ini yaitu JP0, JP10, JP20,
dan JP30 menghasilkan nilai retensi Nitrogen yang positif karena nitrogen
yang masuk atau dimakan lebih banyak dari pada yang di keluarkan. Ini
menunjukan bahwa terdapat sejumlah nitrogen yang di simpan dalam tubuh
ternak untuk pertumbuhan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa retensi nitrogen

13
akan positif bila nitrogen yang di konsumsi lebih banyak dibandingkan dengan
yang keluar melalui feses dan urin. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
sejumlah nitrogen yang tersimpan dalam tubuh ternak yang di gunakan untuk
pertambahan bobot badan pada kambing perlakuan.

Kesimpulan
Bedasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulankan bahwa
pengaruh pemberian silase rumput odot dengan jerami padi sebagai absorban pada
kambing kacang dapat meningkatkan konsumsi nitrogen. Sementara itu,
penggunakan jerami padi hingga 30% tidak mempengaruhi kecernaan nitrogen
dan retensi nitrogen.

Saran

Manfaat rumput odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) dapat dibuat dalam


pembuatan silase dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan
level jerami padi lebih dari 30% dalam silase sehingga dapat mengetahui
pertambahan bobot badan ternak kambing.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., S. D. Hasan, O. Yanuarianto, dan M. Iqbal. 2015. Pengaruh lama


fermentasi terhadap kualitas jerami padi amoniasi yang ditambah
probiotik Bacillus Sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia.
Vol. 1 No. 1 : 8- 13

Bolsen K.K & Sapienza. 1993. Teknologi Silase : Penanaman, Pembuatan dan
Pemberdayaan pada Ternak. Kansas : Pione Seed.

Despal. 2000. Kemampuan komposisi kimia dan kecernaan in vitro dalam


mengestimasi kecernaan in vivo. Media Peternakan 23 (3): 84 –88.

Gervais, P. 2008. Water Relations in Solid State Fermentation. In: Pandey A, C.


R. Soccol, C. Larroche, Editor. Current Developments In Solid-State
fermentation. New Delhi: Asiatech Publisher Inc.

14
Habaora dkk. 2019 ”Tropical Animal Production” Performans Sapi Bali Berbasis 
Agroekosistem Di Pulau Timor.20(2) pp. 141-156

Hanafi, N. D. 1999. Perlakuan Biologi dan Kimiawi untuk Meningkatkan Mutu


Daun Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pakan Domba. Tesis. Program
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jelantik, I. G. N., Manggol, Y. H., Malelak, G. E., Benu, I., Jeremias, J., & Leo-
Penu, C. L. (2019). Penerapan Teknologi suplementasi untuk menekan
angka kematian pedet dan meningkatkan produktivitas Sapi Bali di Desa
Oefafi Kabupaten Kupang. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Peternakan, 4(1).

Jones C.M., Heinrichs A.J., Roth G.W., and Ishler V.A. 2004. From harvest to
feed: Understanding silage management. College of Agriculture
Sciences, pp.1–40.

Lyod.LE.,BE.Mc,Donald and I.W Crampton, 1978. Fundamentals of Nutrition Ind


Ed.W.H Freemanand Company,San Francisco

Maynard,L.E.,andJ.A.Loosli.1978.AnimalNutrition.6th ed.Mc.Grow-Hill Book


Co.Inc. New York, Toronto,London

Mc Donald, P., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4
th Ed.LongmanScientific&TechnicalCo. Pub.InTheUnitedStates With
JohnWilley & Sons,Inc. New York.

Mc Donald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalagh,&C.A. Morgan.1995.


Animalnutrition Fifth Ed. John Willey and Sons,Inc, NewYork.

Mide, M.Z., Harfiah, A. Natsir, Fitriani. 2014. Metabolisme Nitrogen Kambing


Kacang Jantan yang Mendapat Pakan Wafer Tongkol Jagung
Mengandung Bahan Pakan Sumber Protein Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin

Nggajung, J. N., Lawa, E. D. W., Jelantik, I. G. N., & Lazarus, E. J. L. (2021).


Pengaruh Level Limbah Kubis (Brassica olaracea) Dalam Ransum
Komplit Terhadap Pemanfaatan Nutrien Pada Ternak Kambing Kacang:
The Effect Of The Levels Of Cabbage (Brassica olaracea) Waste In The
Total Mixed Ration Nutrient Utilizatioan OfKacang Goats. Jurnal
Peternakan Lahan Kering, 3(2), 1426-1434.

15
Nurhayu. A., M. Sariubang, Nasrullah dan A. Ella. 2012. Respon Pemberian
Pakan Lokal Terhadap Produktivitas Sapi Bali Dara di Kabupaten Banteng
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Bogor 7-8 Juni 2011. Hal 115-120.
Oematan, G., dan Mullik, M. L. 2017. Pengaruh Pemberian Putak dan Jerami Padi
dengan Suplementasi Asam Fenilpropionat dan Analog Hidroksi
Metionim Terhadap Produksi Ternak Kerbau (Bubalus bubalis). Seminar
Nasional Peternakan III. Kupang: 14-15 November 2017. Hal. 76-80.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas


Indonesia Press, Jakarta. hlm : 2.

Puastuti, W., D. Yulistiani, dan I. W. Mathius. 2012. Respon Fermentasi Rumen


dan Retensi Nitrogen dari Domba yang Diberi Protein Tahan Degradasi
dala Rumen. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 17 (1): 67-72.

Ristianto, U., L. Soekanto dan A. Harlianti. 1979. Percobaan Silase. Laporan


Konservasi Hijauan Makanan Tenak, Jawa Tengah. Direktorat Bina
Produksi, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Santoso, B., B. T. Hariadi, H. Manik, dan H. Abubakar. 2008. Kualitas Rumput


Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak
Rumput Terfermentasi. Media Peternakan Vol 32(2): 137-144.

Sirait J, Tarigan A, Simanihuruk K. 2015a. Karakteristik morfologi rumput gajah


kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada jarak tanam berbeda di dua
agroekosistem di Sumatera Utara. Dalam: Noor SM, Handiwirawan E,
Martindah E, Widiastuti R, Sianturi RSG, Herawati T, Purba M,
Anggraeny YN, Batubara A, penyunting. Teknologi Peternakan dan
Veteriner.

Sulistyo, H. E., Subagiyo, I., & Yulinar, E. (2020). Peningkatan Kualitas Silase
Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Dengan Penambahan Jus Tape
Singkong. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 3(2), 63-70.

Tahuk KP, Baliarti E,Hartadi H. 2008. Keseimbangan nitrogen dan kandungan


urea darah kambing Bligon pada penggemukan dengan level protein
berbeda. Jurnal Indon.Trop.Anim.Agric. 33 (4): 290- 298.

16
17

Anda mungkin juga menyukai