Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PRODUKSI RUMPUT PAKCHONG

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada
Program Studi Peternakan

Diajukan Oleh :
RIZKI
NIM 1750500039

Kepada :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2021
PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : “Pengaruh jarak tanam terhadap produksi rumput pakchong”
Nama : Rizki
NIM : 1750500039
Program Studi : Peternakan
Hari :
Tanggal :
telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Produktivitas ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh pakan terutama hijauan.


Panuju (2014) menyebutkan jika dalam manajemen budidaya ternak, makanan
merupakan kebutuhan tertinggi yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi.
Berdasarkan tingginya komponen biaya tersebut maka perlu ada perhatian dalam
penyediaannya baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kebutuhan hijauan yang makin meningkat berbanding terbalik dengan


ketersediaan lahan untuk penanaman sehingga diperlukan hijauan yang mampu
menghasilkan produksi tinggi pada lahan yang relatif sempit. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dibutuhkan varietas hijauan yang memiliki produktivitas
baik dengan umur panen yang relatif singkat seperti rumput pakchong. Rumput
pakchong memiliki beberapa keunggulan dalam segi produksi sehingga mampu
menjadi salah satu sumber hijauan pakan ternak dengan produksi dan kualitas
yang cukup tinggi, menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai
akar yang kuat, batang yang tidak terlalu keras dan struktur daun yang muda
sehingga sangat disukai oleh ternak.

Produksi rumput pakchong dapat diketahui melalui jumlah anakan, produksi


daun, produksi batang, dan tinggi tanaman dimana untuk memperoleh produksi
rumput pakchong yang tinggi diperlukan manajemen yang baik selama
penanaman hingga pemanenan, seperti pengaturan umur pemotongan dan jarak
tanam. Umur pemotongan yang lebih tua akan menghasilkan produksi hijauan
yang lebih tinggi karena pada umur pemotongan yang lebih tua kesempatan
tanaman untuk melakukan fotosintesis menjadi lebih lama. Pada penelitian ini
dipilih umur pemotongan 50 hari agar tanaman tidak dipotong saat memasuki
fase pertumbuhan generatif yang dapat menurunkan kandungan nutrisi dalam
tanaman.

Seperti halnya umur pemotongan, jarak tanam juga memberi pengaruh terhadap
produktivitas hijauan. Jarak tanam yang cukup memungkinkan akar tumbuhan
untuk menyerap cukup hara dari tanah. Semakin rapat jarak tanam semakin
banyak populasi tanaman persatuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman
semakin ketat. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per
tanaman akan menurun. Pemilihan jarak tanam 25 x 25cm, 35 x 35 cm dan 45 x
45cm disesuaikan dengan jarak tanam yang biasa digunakan petani rumput
pakchong sehingga dapat diketahui jarak tanam yang baik untuk digunakan.

B. Rumusan Masalah

Kebutuhan hijauan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan jumlah


lahan yang tersedia sehingga diperlukan usaha untuk mengatasi permasalahan
tersebut salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan manjemen. Usaha
perbaikan manjemen yang sangat mungkin dilakukan dan merupakan cara
termudah adalah dengan pengaturan jarak tanam dan umur pemotongan sehingga
ketersediaan lahan yang terbatas dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan rumusan maslah pada penelitan ini
adalah bagaimana pengaruh jarak tanam dan umur pemotongan rumput pachong
terhadap produksi daun, jumlah anakan, dan tinggi tanaman dengan
mempertimbangkan nutrisi yang terkandung.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur jarak tanam Rumput
Pakchong terhadap produksi daun, jumlah anakan, dan tinggi tanaman.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada peternak untuk
mengetahui umur pemotongan dan jarak tanam Rumput Pakchong yang baik
untuk mendapatkan produksi optimal dengan jumlah lahan yang dimiliki.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Pakchong

Lasamadi, Malalantang, Rustandi dan Anis (2013) menyebutkan bahwa hijauan


pakan yang sangat potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dari sekian banyak jenis rumput gajah
yang ada di Indonesia yang belum banyak dikenal adalah rumput Gajah
Pakchong.
Rumput Pakchong adalah jenis rumput hijauan yang berasal dari Thailand. Saat
ini jenis rumput hijauan memang lebih sering dibutuhkan oleh peternak untuk
memberi makan hewan ternak miliknya. Oleh karena itu membudidayakan
rumput hijauan seperti Pakchong memiliki banyak manfaat dan patut untuk
dipelajari.

Gambar 1. Rumput Pakchong

Kandungan nutrisi rumput Pakchong memang lebih tinggi apabila dibandingkan


dengan jenis rumput lainnya, terutama kandungan proteinnya. Selain kandungan
Protein kamu juga perlu mengetahui kandungan lain dari Pakchong.

Kandungan Nutrien Kadar

VBN 8.57%

LA 4.45%

AA 90.76%

PA 3.69%

BA 1.10%

Berat kering (DM) 22.14%

Protein kasar (CP) 7.40%

Ekstrak eter / lemak


1.69%
kasar  (EE)

Abu (Ash) 11.08%

OM 88.92%

GE 3724.95 kcal/g

NDF 75.89%

ADF 53.65%

ADL 10.75%
Rumput Gajah Thailand (pakchong) secara fisik memiliki beberapa kesamaan dengan
rumput gajah yang lain seperti odot, oleh karena karena itu penanaman rumput
pakchong juga bisa menerapkan metode penanaman rumput gajah ataupun rumput
odot.

B. Penanaman Dan Jarak Tanam

1. Penanaman dari stek : bibit dari ruas/batang dipotong sepanjang 15-25cm lalu
ditanam ke lahan, sebelum dilakukan penanaman sebaiknya lahan diberikan
pupuk dasar yaitu pupuk kandang dan lokasi lahan mendapatkan sinar matahari
yang cukup.
2. Pola Tanam : monokultur artinya lahan hanya ditanami rumput gajah. Tanaman
ini tidak bisa disela, karena tanaman ini memiliki ukurannya lebih besar yang
menyebabkan tidak bisa dikombinasikan dengan hijauan pakan yang lain,
Rumput ini juga bisa digunakan untuk menahan erosi lahan.
3. Cara Penanaman : lahan yang akan ditanami rumput dibersihkan dari tanaman
gulma dan semak belukar lalu buat gundukan tanah lebar 60-80 cm dengan tinggi
20 cm. Kemudian bibit rumput ditanam menggunakan stek minimal 3 ruas dan 2
ruas ditanam didalam tanah di tengah gundukan.

Gambar 2. Pemotongan bibit


Disamping faktor hara, jarak tanam juga memegang peranan penting dalam
peningkatan produksi. Jarak tanam menentukan populasi tanaman dalam suatu luasan
tertentu, sehingga pengaturan yang baik dapat mengurangi terjadinya kompetisi
terhadap faktor-faktor tumbuh seperti air, unsur hara maupun cahaya di antara
tanaman (Aziz dan Arman, 2013).
Jarak tanam yang lebar akan menghasilkan rumput yang lebih banyak sehingga
produksi bahan kering yang tinggi, asalkan kesuburan tanah tercukupi. Hal diatas
membuktikan bahwa kebutuhan tanaman terhadap hara, air, dan cahaya matahari
pada kerapatan satu, dua, dan tiga baris masih tersedia dalam keadaan cukup. Namun
demikian jarak tanam mempengaruhi populasi dan efisiensi penggunaan cahaya
matahari (Jamaran, 2006).

C. Pemupukan

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah,
sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam tanah
agar tanah menjadi subur ( Marassing , Dompas dan Bawole, 2013). Jumlah pupuk
yang diberikan tergantung respons dari tanaman pakan tersebut, semakin lengkap
unsur hara yang diberikan dengan jumlah yang tepat, semakin baik dan maksimal
hasil yang diperoleh (Polakitan dan Kairupan, 2010).
Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K) dalam
tanah secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman selain itu
juga perlu dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif
terhadap pemupukan (Seseray, Santoso dan Lekitoo, 2013)
Untuk mempercepat pertumbuhan dapat dilakukan pemupukan pada umur 15 hari
setelah tanam dengan pupuk kimia majemuk (NPK) sebanyak 60 kg/Ha. Pupuk
cair/urine kambing fermentasi juga dapat digunakan sebagai bahan pupuk cair untuk
pemupukan dengan aplikasi disemprot ke tanah (Wildan, 2015)

D. Pengukuran Produksi Daun

Pengukuran produksi daun dapat dilakukan setelah panen. Penentuan waktu


pemanenan akan menentukan tinggi rendahnya produksi daun dari rumput pakchong.
Produksi daun juga dipengaruhi oleh umur pemotongan seperti yang disebutkan oleh
Savitri, Sudarwati dan Hermanto (2012) dimana setiap peningkatan umur
pemotongan juga disertai peningkatan produksi daun, ranting dan total tanaman.
Peningkatan produksi segar tersebut terjadi karena umur pemotongan yang lama
akan memberikan kesempatan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.

E. Pengukuran Produksi Anakan

Jumlah anakan yang dihasilkan oleh rumput pakchong akan berpengaruh pada
produksi rumput tersebut. Jumlah anakan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan seperti kesuburan tanah dan ketersediaan air. Jumlah anakan yang lebih
sedikit pada perlakuan dengan pemberian air sedikit menunjukkan bahwa pada
kondisi lingkungan yang panas tanaman sangat membutuhkan air untuk
melangsungkan pertumbuhan dan perkembangbiakan (Syamsuddin, Hasan, Budiman
dan Asrianie, 2015).

F. Pengukuran Produksi Tinggi Tanaman

Umur pemotongan mempengaruhi tinggi tanaman sebelum panen. Tinggi tanaman


meningkat seiring dengan lamanya selang panen. Hal ini dapat terjadi karena
tanaman yang dipanen dengan selang panen yang lebih lama akan tumbuh lebih lama
sehingga batangnya lebih tinggi (Hobir, 2002).

E. Hipotesis

uraian diatas dapat disimpukan proses manajemen penanaman rumput pakchong


dapat berpengaruh penting terhadap produksi yang akan dihasilkan oleh tanaman
tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian di desa Ngalas, Kecamatan Klaten selatan, Kabupaten Klaten.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 maret 2021 sampai 10 Mei 2021.

B. Materi
a) Tanaman
Hijauan yang digunakan adalah rumput Pakchong yang ditanam dengan jarak
tanam 25x25 cm, 35x35 cm, 45x45 cm dan dipanen pada umur pemotongan 50
hari
b) Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pemotong (sabit),
cangkul, timbangan, gunting, meteran, selang, pupuk.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan acak
kelompok (RAK) Pola petak terbagi dengan 9 perlakuan 2 ulangan. Faktor 1
merupakan umur pemotongan (U) 50 hari dan faktor 2 merupakan jarak tanam (J)
25x25 cm, 35x35 cm, 45x45 cm. Perlakuan dalam penelitian ini disusun sebagai
berikut :

U50 J25 = umur pemotongan 50 hari jarak


tanam 25 cm.
U50 J35 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 35 cm
U50 J45 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 45 cm.
U50 J25 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 25 cm.
U50 J35 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 35 cm.
U50 J45 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 45 cm.
U50 J25 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 25 cm.
U50 J35 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 35 cm.
U50 J45 = umur pemotongan 50 hari jarak
tanam 45 cm.
Penanaman dilakukan menggunakan metode stek dan ditanam miring 1 stek /lubang
dengan jarak tanam 25cm x 25cm, 35cm x 35cm, 45cm x 45cm dalam satu petak.
Dimana satu petak berukuran 2 x 2 m 2 dan terdapat 3 baris . Setiap baris terdapat 6
petak Stek rumput diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak terlalu
tua, minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi potongan
miring sekitar 45o, sehingga mudah ditanam (Seseray, Santoso dan Lekitoo, 2013).
X 25 CM X X X 35 CM X X X 45 CM X X

25 CM 35 CM 45 CM

X X X X X X X X X

D. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan dosis 300 kg N/Ha/Tahun sehingga kebutuhan N


pada petak perlakuan berukuran 2m2 adalah 60 g N/4m2/Tahun. Berdasarkan
kebutuhan N tersebut maka diberikan pupuk urea (N=46%) pada petak perlakuan
berukuran 4m2 dengan ketentuan :
 Urea/ 2m2/Tahun = 60 g

E. Perawatan

Pemeliharaan atau perawatan rumput pakchong yakni dilakukan penyiraman setelah


tanam secara rutin 5 (lima) hari sekali apabila tidak turun hujan, serta menghilangkan
gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput yang diteliti.

F. Perhitungan Jumlah Anakan

Anakan dihitung setiap rumpun dalam satu petak perlakuan, kemudian dijumlahkan
dan dicatat. Jumlah anakan akhir diperoleh setelah pemanenan pada masing-masing
umur pemotongan.

G. Penghitungan produksi daun

Daun dipisahkan dari batang menggunakan gunting kemudian ditimbang hasil dari
masing-masing petak perlakuan.

H. Pengukuran tinggi tanaman

Tanaman yang akan dipanen diukur tingginya terlebih dahulu dari permukaan tanah
sampai ujung tanaman kemudian dilakukan pencatatan.

I. Analisa Data
Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan analisa Rancangan Petak Terbagi pola
Rancangan Acak Kelompok (RAK) metode (Steel and Torrie,1991)

Yijk = µ + Yk + αi + ōik + βj + (αβ)ij + єijk

Keterangan :
Yijk : Pengamatan faktor A level ke-i , faktor B level ke-j dan pada
kelompok ke-k
µ : Nilai tengah
αi : Pengaruh faktor A pada
level ke-i
βj : Pengaruh faktor B pada
taraf ke-j
Yk : Pengaruh kelompok kek.
ōik : Galat percobaan (a) untuk level A dan kelompok ke-k
єijk : Galat percobaan (b) untuk level ke-i (faktor A) level ke-j (faktor B) dan
kelompok ke-k Apabila ada perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan
analisis uji jarak ganda
Duncan metode (Steel and Torrie,1991).

Uji Jarak Ganda Duncan α= R(p,v,α)× 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡


𝑟

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A dan Arman. 2013. Respons Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Organik Granul
yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis. Jurnal
Agrisistem Vol 9(1).
Citama, I. (2020, september 24). kandungan Rumput Pakchong. Retrieved from
Rumput Pakchong: https://nonatani.id/rumput-pakchong/

Hobir. 2002. Pengaruh Selang Panen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Nilam.
Jurnal LITTRI Vol. 8(3).

Jamaran, N. 2006. Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (Pennisetum


purpureum) Dan Rumput Raja (Pennisetum purpupoides) Yang
Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati. Jurnal Peternakan Indonesia. 11(2):151-
157.

Marassing, J., K Dompas, dan Bawole. 2013. Produksi dan Kualitas Rumput Gajah
Dwarf (Pennisetum purpureum) cv. Mott yang Diberi Pupuk Organik Hasil
Fermentasi EM4. Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), No. 5 : 158–171 .

Polakitan, D dan A, Kairupan. 2010. Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah


Dwarf (Pennisetum Purpureum cv. Mott) Pada Umur Potong Berbeda. Seminar
Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan
Pertanian :Propinsi Sulawesi Utara.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul, Hijauan Makanan Ternak.


Kanisius
: Yogyakarta.

Savitri, M.V., H. Sudarwati dan Hermanto. 2012. Pengaruh umur pemotongan


terhadap produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan
23 (2) : 25-35.

Seseray, D.Y., B. Santoso dan M.N. Lekitoo. 2013. Produksi Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0, 50 dan
100% pada

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. Cetakan ke-2. Gramedia. Pusaka Utama : Jakarta.
Syamsuddin., S, Hasan., Budiman dan A, Asrianie. 2015. Efek Pemberian Cendawan
Mikoriza terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Rumput Gajah
Mini dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. JITP Vol. 4(1).

Wildan, A. 2015. Rumput Odot (Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah
Enzilase Pada Berbagai Umur Pemotongan Pennisetum purpureum cv. Mott).
Dikutip dari http://www.kampung ternak. com/ 2015/ 01/ rumput-odot-
pennisetum-purpureum-cv mott.html. Diakses pada tanggal 1 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai