Anda di halaman 1dari 6

HOMEOSTASIS PADA TERNAK

1. Faktor yang Mengganggu Kondisi Homeostasis

Homeostasis merupakan kemampuan fisiologis ternak dalam merespon

perubahan kondisi lingkungan luar agar tetap berada pada kondisi fisiologis yang

normal.

Faktor – faktor yang dapat mengganggu homeostasis ternak antara lain

kualitas dan kuantitas pakan serta frekuensi makan dari ternak tersebut. Pakan

yang diberikan pada ternak dalam level yang berbeda akan menyebabkan kondisi

fisiologis seperti suhu tubuh (panas tubuh), denyut nadi dan frekuensi nafas akan

berbeda akibat perbedaan proses fermentasi atau metabolisme yang terjadi dalam

tubuh, perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap respon produksi suatu

ternak. Semakin tinggi level pakan yang diberikan, frekuensi makan meningkat,

energi yang dikonsumsi semakin tinggi, yang berakibat pada meningkatnya panas

yang diproduksi dari dalam tubuh, akibat tingginya proses metabolisme yang

terjadi di dalam tubuh dan ditambah lagi pengaruh panas lingkungan, hal ini dapat

menyebabkan ternak mudah mengalami stress. Kondisi tersebut menyebabkan

ternak akan selalu berupaya mempertahankan temperatur tubuhnya pada kisaran

yang normal, dengan cara melakukan mekanisme termoregulasi. Apabila

mekanisme tersebut gagal, maka akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi

pakan, sehingga ternak tidak dapat berproduksi secara maksimal karena kondisi

fisiologisnya tidak bekerja secara normal.


Kondisi lingkungan ekstrim akibat tingginya temperatur, radiasi matahari,

kelembaban dan rendahnya kecepatan angin dapat menyebabkan heat stress pada

ternak. Kondisi ini membuat temak mengalami gangguan fungsi fisiologi dan

penurunan imunitas. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh ternak,

kegiatan merumput (makan), selain itu ternak yang terkena suhu tinggi akan lebih

banyak minum dan mengurangi makan karena untuk mengatur suhu tubuhnya,

sehingga efisiensi pakan jadi menurun serta mengganggu aktifitas organ-organ

tubuh.

Manajemen lingkungan atau perkandangan yang kurang baik juga dapat

mengganggu homeostasis ternak, seperti ventilasi yang tidak mendukung sirkulasi

udara. Ketersediaan air disekitar kandang juga dapat mengganggu homeostasis

ternak. Ketika suhu terlalu tinggi tentunya ternak akan membutuhkan banyak air

untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis tubuhnya.

2. Mekanisme Ternak dalam Merespon Perubahan Lingkungan

Ternak memiliki kemampuan fisiologis dalam merespon kondisi

lingkungan yang mengganggu kondisi homeostasis tubuhnya. Fisiologis ternak

dalam merespon gangguan tersebut antara lain melalui frekuensi makan, tingkah

laku, pemanfaatan nutrien dan mekanisme hormonal.

Ketika suhu lingkungan naik, frekuensi makan dari ternak akan menurun

dan menambah frekuensi minumnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan

kondisi homeostasisnya dan ini berkaitan dengan ketersediaan air di lingkungan


kandangnya. Jika ketersediaan air tidak terpenuhi maka akan mengganggu fungsi

tubuh ternak dan mengganggu homeostasis ternak tersebut.

Tingkah laku ternak dalam merespon kenaikan suhu yaitu berteduh,

sweating, panting atau siffering. Ketika suhu lingkungan terlalu tinggi ternak akan

mencari tempat yang lebih teduh, dapat juga dengan berkeringat, frekuensi

pernapasan yang rapat (panting), dan ketika suhu terlalu dingin, ternak akan

melakukan siffering atau menggigil.

Pemanfaatan nutrien juga membantu dalam menjaga kondisi homeostasis

ternak. Nutrien dimanfaatkan untuk pembentukan tubuh tertentu yang dapat

memperluas permukaan tubuh, seperti pembentukan kelasa sehingga mampu

menjaga kondisi homeostasis. Keadaan seperti ini dapat menurunkan

produktivitas ternak.

Mekanisme hormonal juga mampu membantu menjaga homeostasis

ternak. Ketika suhu terlalu tinggi, aktivitas kelenjar tiroid akan menurun yang

akan menurunkan feed intake dan laju metabolisme juga menurun, sehingga

mengurangi produksi panas dari dalam tubuh. Mekanisme hormone selanjutnya

yaitu peningkatan hormon ADH dan hormon aldosteron. Hormon ADH

mendukung reabsorbsi air pada ginjal sehingga menurunkan ekskresi urin dan

hormon aldosteron akan meningkatkan absorbsi air dari plasma darah dan

meningkatkan pembuangan panas melalui keringat. Peningkatan keluarnya

keringat merupakan aktivitas fisiologis ternak yang efisien dalam

mempertahankan kondisi homeostasis ternak. Ketika suhu terlalu tinggi, maka

akan terjadi mekanisme sekresi hormon yang sebaliknya. Ketika suhu terlalu
rendah, aktivitas kelenjar tiroid akan meningkat yang akan meningktan feed intake

dan laju metabolisme juga meningkat, sehingga menambah produksi panas dari

dalam tubuh. Mekanisme hormon selanjutnya yaitu penurunan hormon ADH dan

hormon aldosteron. Hormon ADH menurunkan daya reabsorbsi air pada ginjal

sehingga menaikkan ekskresi urin dan hormon aldosteron akan menurunkan

absorbsi air dari plasma darah. Darah yang encer akan memudahkan darah

mengedarkan energi yang dihasilkan dari proses metabolisme pakan, sehingga

ternak tetap terjaga homeostasisnya.

3. Usaha Peternak dalam Meminimalisir Stressor Lingkungan

Tindakan peternak yang dapat diambil untuk meminimalisir stress

lingkungan pada ternak terutama stress panas antara lain :

 Menempatkan ternak pada kandang yang teduh.

 Mengatur kepadatan ternak dalam kandang, serta memperhatikan sistem

sirkulasi udara di dalamnya.

 Memberikan air minum yang bersih dan segar karena kebutuhan air

minum pada saat heat stress akan meningkat berlipat ganda dibandingkan

keadaan normalnya.

 Meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memberikan pakan yang segar dan

bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan saat suhu lingkungan

dingin. Peningkatan kualitas pakan yang dimaksud ialah memberikan

pakan dengan kandungan energi tinggi.


 Memberikan suplemen mineral, khususnya yang mengandung mineral

natrium dan kalium untuk mengganti mineral yang hilang akibat respirasi /

pernapasan, pengeluaran keringat dan atau urin yang berlebih.

 Memberikan suplemen vitamin dengan kandungan vitamin B kompleks

untuk memaksimalkan proses metabolisme tubuh dan merangsang nafsu

makan ternak.
TUGAS MATA KULIAH
DASAR FISIOLOGI DAN LINGKUNGAN TERNAK

Dosen Pengampu Sugiharto, S.Pt., M.Sc., Ph.D

Disusun oleh :

Mustagfiroh 23010113140253
Riandalis Kartikadewi 230101131
Khoirin Nasirin 230101131302
Garry Roilham Santosa 230101131
Yuli Eko Rakhmawati 23010113130280

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai