Oleh
NAMA : ABDES RIJANTO
NIM : L1A1 17 001
KELAS : A
KELOMPOK : 1 (SATU)
DOSEN : RUSLI BADARUDDIN, S.Pt., M.Sc.
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Kromosom adalah struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul yang
terdiri dari satu molekul DNA dan berbagai protein terkait yang merupakan informasi
genetik suatu organism. Gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup yang
mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen. Gen terdiri dari protein
dan asam nukleat (DNA dan RNA). DNA merupakan asam nukleotida, biasanya
dalam bentuk heliks ganda yang mengandung instruksi genetik yang menentukan
perkembangan biologis dari seluruh bentuk kehidupan sel.
Mencit (Mus musculus) laboratorium merupakan turunan dari mencit liar yang
telah mengalami pembiakan secara selektif. Mencit secara biologis memiliki ciri
umum, yaitu berupa rambut berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna perut
sedikit lebih pucat. Mencit merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan
aktivitasnya pada malam hari. Mencit memiliki berat badan yang bervariasi . Berat
badan ketika lahir berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar
antara 20-40 7 gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit betina
dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang kuat dan terbuka.
Penyebaran mencit sangat luas, semua jenis (strain) yang dapat digunakan di
laboratorium sebagai hewan percobaan berasal dari mencit liar melalui seleksi.
Mencit (Mus musculus) memiliki jumlah kromosom sebanyak 2n=40.
Kromosom yang digunakan dalam analisis kariotipe dapat diperoleh dari
berbagai jaringan hewan. Beberapa penelitian menggunakan sumsum tulang jaringan
femur dan darah. Sumber tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam teknik pembuatan kromosomnya. Kromosom dari sumsum tulang
lebih banyak digunakan dalam penelitian kariotipe. Hal ini dikarenakan sumsum
tulang merupakan jaringan yang memiliki sel kekebalan (imun) yang aktif membelah
sehingga memberikan banyak mitosis (Dobigny dan Xuereb 2011).
Jumlah informasi kariotipe baru dan kaitannya dengan filogenetik antar takson
Rodentia (Muridae) terus bertambah secara cepat membuat penelitian kariotipe
menjadi penting. Berdasarkan uraian diatas maka perlunya dilakukan praktikum
kromosom sumsung tulang (Mus-Musculus), agar mahasiswa dapat mengaamati dan
menganalisis bentuk dari kromosom mencit.
A. MENCIT
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 November 2018 pukul
08.00 WITA dan pengamatan hari kamis untuk pengamatan ke-2 dan pengamatan
ke-3 pada hari senin yang bertempat di Laboratorium Unit Genetika dan Pemuliaan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Alat yang digunakan dalam praktikum karakteristik telur disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
No. Nama Alat Kegunaan
1. Alat Tulis Untuk mencatat penjelasan yang
disampaikan.
2. Hand Phone Dokumentasi.
3. Pisau Bedah Untuk membedah dan mengambil tulang
femur pada mencit.
4. Spoit Untuk menginjeksi larutan/cairan kolkisin
5. Nampan Tempat meletakkan mencit
6. Gelas Ukur Unttuk mengukur larutan .
7. Kaca Preparat Untuk meletakan sampel yang akan dia
amati di mikroskop.
8. Sentrifugal Untuk menghomogenkan sampel
3.3.1. Spesimen
Hari Ke-3
Hari Ke-4
4.2. Pembahasan
40 kali maka diperoleh Gambar seperti pada tabel 4.1. Pada percobaan ini
pada pengamatan hari ke-2, 3 dan 4 pada gambar menunjukan tulang femur
sudah menjadi lunak dengan sumsum merah keputihan, kromosom sudah terlihat
namun kurang jelas. Pada perlakuan preservasi PBS selama 2 hari atau (48 jam)
menunjukkan bentuk kromosom relatif jelas tetapi mulai terdegradasi (lengan terlihat
jelas, tetapi sentromer sedikit terlihat dan pita (band) tidak terlihat). Kromosom
apabila menyebar kromosom masih bersama sitoplasma sel. Jumlah kromosom masih
belum dapat diketahui. Hal ini sesuai dengan pendapat (Mubarok,2014) bahwa
perlakuan preservasi 2 hari (48 jam), kromosom menyebar namun beberapa ada yang
saling tumpang tindih. Lengan tampak jelas, sentromer jelas sedangkan pita (band)
belum terlihat jelas. Jumlah kromosom relatif belum bisa teridentifikasi. Pada
perlakuan ini dilakukan dua kali sentrifugasi pada saat pembuatan preparat, sehingga
Pada pengamatan hari ke-3 kromosom tdak dapat terliat jelas hal ini
diakibatkan karena cahaya yang terlalu tinggi sehingga membuat kromosom tidak
terlihat jelas pada mikroskop. Pada pengamatan hari ke-4, pelet sel yang didapatkan
pada saat sentrifugasi relatif sedang hingga sedikit. Kromosom yang didapat tidak
memiliki bentuk yang jelas (lengan, sentromer dan pita (band) tidak jelas) dan
berbeda dengan kromosom pada perlakuan 2 hari yang masih menunjukkan bentuk
yang relatif lebih jelas. Kromosom yang tampak cenderung tidak menyebar dan
adanya kromosom. Hal ini telah sesuai dengan (Mubarok,2014) bahwa Hasil
preservasi 4 hari (96 jam) dengan dua kali sentrifugasi menunjukkan hasil yang
optimal. Kromosom menyebar beraturan (dalam satu sel) dengan sangat baik. Bentuk
kromosom jelas, tetapi dengan ukuran yang relatif lebih kecil. Lengan dan sentromer
kromosom tidak terliat jelas diakibatkan oleh pemberian kolkisin, pemberian kolkisin
yang tidak sesuai akan memberikan respon yang berbeda pada hewan yang diberikan
injeksi kolkisin. Hal ini sesuai dengan pendapat (Mubarok,2014) bahwa Kolkisin
mikrotubulus pada tahap metafase dan menghambat (inhibitasi) fungsi seluler seperti
pemberian perlakuan kolkisin. Jika konsentrasi larutan kolkisin dan lamanya waktu
perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka perbanyakan kromosom belum
dapat diperoleh. Konsentrasi yang terlalu tinggi dan waktu perendaman atau injeksi
terlalu lama dengan kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu banyak sel
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu harapannya
kelengkapan alat laboratorium agar dapat ditambah agar proses pengamatan dapat
belangsung dengan baik dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA