Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Genetika dengan judul “Pewarnaan


Kromosom Metode Giemsa” yang disusun oleh:
nama : Muh Ryaas Risyadi
NIM : 210108500001
kelas / kelompok : Sains
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2022


Koordinator Asisten, Asisten,

Deny Romadhon Badaring Deny Romadhon Badaring


NIM. 1814142029 NIM. 1814142029

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Hartati, S.Si, M.Si Ph.D


NIP.19740405 200003 2 002
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal yang diamati pada katak yaitu kromosom polytene yang dapat ditemukan
dalam beragam serangga, tanaman, organisme bersel tunggal dan hewan termasuk
katak. Kromosom merupakan struktur padat yang terdiri dari protein dan DNA.
Adapun kromosom polytene terbentuk ketika produk dari beberapa putaran fase-S
tetap terkait erat untuk membentuk satu kromosom berukuran besar. Khususnya
kromosom polytene ditemukan dalam subset spesifik dari sel endopoliploid, yang
telah mengalami siklus sel varian yang dikenal sebagai endocycle.
Amphibi memegang peranan dalam ekosistem yang merupakan salah satu
komponen dalam jaring-jaring makanan. Bahkan hal itu tidak menutup
kemungkinan rusaknya jaring-jaring makanan akan berakibat pula rusaknya
keseimbangan ekosistem. Salah satunya katak yang memiliki ciri-ciri tubuh yang
di selubungi kulit yang berlendir, binatang berdarah dingin, jantung terdiri dari
tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, dua pasang kaki setiap kakinya
terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya serta memiliki
jumlah kromosom 26.
Kromosom polyten dapat diamati dengan lebih mudah dipelajari bentuk dan
susunannya. Sehingga pada praktikum ini dilakukan teknik pewarnaan giemsa
pada sel-sel yang diperiksa dalam lapisan tipis sekali pada kaca obyek. Bagian
tubuh katak yang diamati kromosom raksasanya ialah bagian otot paha katak yang
di iris tipis. Giemsa tersusun dari beberapa macam zat warna anilin, masing-
masing dapat dianggap derivat dari pada biru metilen yang bersifat lindi dan dari
eosin, zat warna merah bersifat asam. Pewarnaan giemsa merupakan campuran
antara larutan metilen blue dengan larutan eosin, bila sediaan sampel diwarnai
dengan larutan tersebut, maka akan terlihat eritrosit berwarna merah muda, inti
leukosit menjadi lembayung tua. Dengan hal tersebut untuk mengetahui bentuk
kromosom melalui metode giemsa pada manusia maka dilakukanlah praktikum
ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Memahami teori kromosom sebagai materi genetik.


2. Memahami tingkah laku kromosom dalam siklus sel.
3. Memahami teknik preparasi kromosom baik secara langsung (teknik jaringan
padat).
4. Mampu menganalisa hasil preparasi kromosom.
A. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini mahasiswa dapat memahami teori
kromosom sebagai materi genetik serta menganalisa preparasi kromosom raksasa
pada katak melalui pewarnaan giemsa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Katak
Kromosom polytene dapat ditemukan dalam beragam serangga,
tanaman, organisme bersel tunggal dan hewan termasuk katak. Kromosom
merupakan struktur padat yang terdiri dari protein dan DNA. Kromosom memiliki
struktur unik sebagai bentuk pengemasan gen. Dengan kata lain di dalam
kromosom terdapat lokus-lokus gen, yaitu posisi dan letak suatu gen di dalam
kromosom. Gen itu sendiri adalah rentangan DNA atau sekuens DNA yang
menentukan suatu protein. Menurut dogma genetik bahwa “one gen one
polypeptida” (Arsal, 2018).
Katak memiliki ciri-ciri tubuh yang di selubungi kulit yang berlendir,
binatang berdarah dingin, jantung terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan
satu bilik, dua pasang kaki setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di
antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang dan
matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrane niktitans yang
sangat berfungsi waktu menyelam. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa
insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit, serta
hidungnya mempunyai katup untuk mencegah air masuk ke dalam rongga mulut
ketika menyelam (Heriyanto dan Restiyanto, 2017).
Kromosom polytene terbentuk ketika produk dari beberapa putaran fase-S
tetap terkait erat untuk membentuk satu kromosom berukuran besar. Khususnya
kromosom polytene ditemukan dalam subset spesifik dari sel endopoliploid, yang
telah mengalami siklus sel varian yang dikenal sebagai endocycle. Selama siklus
endok, sel menjalani replikasi genom berturut-turut tanpa gangguan amplop nuklir
intervensi. Karena jumlah endocycle dapat bervariasi antara jaringan dan
organisme, kromosom polytene mencakup berbagai ploidi yang mengesankan dari
yang hanya digandakan satu kali menjadi kromosom yang terbuat dari ribuan atau
bahkan jutaan salinan genom. Kromosom polytene dapat terbentuk dalam sel-sel
yang mengalami pemecahan sementara amplop nuklir tanpa pemisahan kromosom
berikutnya (Stormo dan Fox, 2017).

B. Kromosom
Pada mahluk tingkat tinggi, sel somatis (sel tubuh, kecuali sel kelamin)
mengandung satu stel kromosom yang diterimanya dari kedua induk/orang tua.
Kromosom-kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan
yang berasal dari induk jantan. Maka sepasang kromosom itu disebut kromosom
homolog. Karena itu jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n).
Sel kelamin (gamet) hanya mengandung separoh dari jumlah kromosom yang
terdapat di dalam sel somatis, karena itu jumlah kromosom dalam gamet
dinamakan haploid (n). Satu stel kromosom haploid dari suatu spesies dinamakan
genom. Jumlah kromosom yang dimiliki manusia yaitu 46 kromosom, terdiri dari
44 autosom dan 2 kromosom kelamin (Suryo, 2012).
Kromosom adalah badan mikroskopis dalam intisel yang merupakan
struktur sel paling penting yang bertugas untuk menurunkan sifat kepada
keturunan. Kromosom yang terdapat pada sebuah sel haploid tidak pernah
memiliki ukuran dan sifat yang sama. Di dalam kromosom terdapat genyang
mengandung DNA yang terbalut dalam satu atau lebih kromosom. Gen-gen
menempati posisi tertentu dalam kromosom dan mengandung cetak biru berupa
kode sifat biologis untuk memproduksi fenotipe (Hartati dan Irawan, 2017).
Untuk satu jenis kromosom dapat mengandung ribuan gen seperti pada
kromosom nomor satu manusia. Berdasarkan Human Genome Project, kromosom
nomor satu manusia disusun oleh 3.141 gen dan 1.000 di antaranya merupakan
gen-gen yang baru ditemukan. Kromosom 1 memiliki jumlah gen hingga dua kali
lipat kromosom pada umumnya dan menyusun sekitar 8 persen genom manusia.
Sebagian gen dalam kromosom 1 berhubungan dengan lebih dari 350 penyakit,
termasuk di antaranya beberapa jenis kanker, Parkinson dll (Arsal, 2018).
Kegiatan penentuan lokus suatu gen dalam kromosom secara konvensional
maupun dengan bioteknologi membutuhkan peta genetik yang dikonstruksi
berdasarkan marka molekuler, yang dapat dikelompokkan menjadi marka klasik
dan marka DNA. Marka klasik meliputi marka morfologi, sitologi, dan biokimia.
Marka genetik umumnya dimanfaatkan dalam kegiatan karakterisasi plasma
nutfah, isolasi suatu gen, seleksi alel target yang terintrogresi pada suatu individu,
dan perlindungan varietas (Reflinur dan Lestari, 2015).
C. Metode giemsa
Sel-sel badan darah dengan maksud supaya lebih mudah dapat dipelajari
bentuk dan susunannya. Maka dilakukan teknik pewarnaan giemsa pada sel-sel
yang diperiksa dalam lapisan tipis sekali pada kaca obyek dan direkatkan sebelum
diwarnai. Giemsa tersusun dari beberapa macam zat warna anilin, masing-masing
dapat dianggap derivat dari pada biru metilen yang bersifat lindi, zat warna merah
bersifat asam. Bagian tertentu daripada sel, seperti inti, terutama meraih zat warna
lindi, sehingga menjadi kebiru-biruan, bagian lain terutama mengambil warna
asam dan menjadi merah. Ada yang berkecendrungan terhadap zat warna lindi dan
asam sama besarnya dan dapat menjadi warna ungu (Ghiberti, 2002).
Pewarnaan giemsa merupakan campuran antara larutan metilen blue
dengan larutan eosin, bila sediaan darah diwarnai dengan larutan tersebut, maka
akan terlihat eritrosit berwarna merah muda, inti leukosit menjadi lembayung tua.
Variasi konsentrasi giemsa yang masih dipakai di sarana kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta antara lain; 5% dengan lama pewarnaan 45 menit,
10% dengan lama waktu 20–25 menit, 20% dengan lama waktu 15 menit, dan 3%
dengan lama waktu 45–60 menit. Variasi konsentrasi yang dianjurkan, baik WHO
dan Kementrian Kesehatan adalah 3% dengan lama waktu pewarnaan 45–60
menit. Variasi konsentrasi dan lama pewarnaan berpengaruh terhadap hasil
pembacaan sediaan darah (Puasa, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : 18, April, 2022
Waktu : 10.50 – 12.30 WITA
Tempat : Laboratorium mikrobiologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Papan bedah 1 buah
b. Alat bedah 1 buah
c. Mikroskop 1 buah
d. Kaca preparat 1 buah
2. Bahan
a. Katak 1 ekor
b. Methanol Secukupnya
c. Larutan giemsa Secukupnya
d. Kapas Secukupnya
C. Prosedur Kerja

Ujung jari ditusuk Darah ditetesi ke atas


menggunakan lancet pen kaca
Endapan darah yang Darah ditetesi anti
terbentuk diamati serum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No Gambar pengamatan Keterangan
1 Tidak terlihat kromosom/ tidak
tedapat kromosom

B. Pembahasan
Kromosom polytene dapat ditemukan dalam beragam serangga, tanaman,
organisme bersel tunggal dan hewan termasuk katak. Katak memiliki ciri-ciri
tubuh yang di selubungi kulit yang berlendir, binatang berdarah dingin, jantung
terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, dua pasang kaki setiap
kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan
kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang dan matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membrane niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam dan katak memiliki jumlah kromosom sebanyak 26
Kromosom merupakan struktur padat yang terdiri dari protein dan DNA.
Kromosom memiliki struktur unik sebagai bentuk pengemasan gen. Dengan kata
lain di dalam kromosom terdapat lokus-lokus gen, yaitu posisi dan letak suatu gen
di dalam kromosom. Kromosom polyten dapat diamati dengan lebih mudah
dipelajari bentuk dan susunannya. Sehingga pada praktikum ini dilakukan teknik
pewarnaan giemsa pada sel-sel yang diperiksa dalam lapisan tipis sekali pada kaca
obyek. Bagian tubuh katak yang diamati kromosom raksasanya ialah bagian otot
paha katak yang di iris tipis. Lalu kemudian ditetesi larutan Nacl hingga
mengering yang kemudian diberikan larutan giemsa kaca preparat.
Giemsa tersusun dari beberapa macam zat warna anilin, masing-masing
dapat dianggap derivat dari pada biru metilen yang bersifat lindi dan dari eosin,
zat warna merah bersifat asam. Pewarnaan giemsa merupakan campuran antara
larutan metilen blue dengan larutan eosin, bila sediaan sampel diwarnai dengan
larutan tersebut, maka akan terlihat eritrosit berwarna merah muda dan inti
leukosit menjadi lembayung tua.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kromosom sebagai materi genetik berarti kromosom yang diwariskan atau
yang diturunkan dari tetuanatau parental secara turun temurun dari generasi
ke generasi berikutnya yang mengalami pembelahan secara mitosis dan
meiosis.
2. Kromosom memilii bentuk yang beragam pada tahap metafase saat
pembelahan sel. Bentuk kromosom yang beragam berdasarkan letak
sentromernya ada yang berbentuk metasentris, submetasentris, akrosentris
dan telosentris.
3. Teknik Pewarnaan giemsa merupakan campuran antara larutan metilen blue
dengan larutan eosin, bila sediaan sampel diwarnai dengan larutan tersebut,
maka akan terlihat eritrosit berwarna merah muda dan inti leukosit menjadi
lembayung tua.
4. Pada praktikum ini dapat diamati bentuk kromosom politen secara baik
melalui metode giemsa.
B. Saran
1. Untuk praktikan
Praktikan diharapkan agar sebelum melakukan praktikum dapat
mengetahui hal-hal apa yang akan dipraktikumkan.
2. Untuk laboratorium
Laboratorium diharapkan agar lebih melengkapi fasilitas yang diperlukan
dalam praktikum terutama bahan yang digunakan.
3. Untuk Asisten
Asisten diharapkan agar dapat membimbing praktikan dengan sesungguh-
sungguhnya dan lebih maksimal untuk dapat meminimalisir kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsal, Andi Faridah. 2018. “Genetika I Arif Memahami Kehidupan”. Makassar :


Badan Penerbit UNM.

Ghiberti. 2002. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Hartati dan Irawan, 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik.


Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Reflinur., Lestari, Puji. 2015. Determination of Gene Locus in Plant


Chromosomes with DNA Marker. Jurnal Litbang Pert. Vol 34 (4) : 177-
186.

Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Stormo, Benjamin M., Fox, Donald T. 2017. Polyteny: still a giant player in
chromosome research. Journal of Department of Pharmacology and
Cancer Biology, Duke University Medical Center Vol 23 (4).

Puasa, Rony. 2017. Studi Perbandingan Jumlah Parasit Malaria Menggunakan


Variasi Waktu Pewarnaan pada Konsentrasi Giemsa 3 % di Laboratorium
RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Jurnal Riset Kesehatan Vol 6 (2).

Heriyanto dan Ristiyanto. 2017. Binatang Penular Penyakit di Sekitar


Lingkungan Rumah. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai