Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kromosom polytene raksasa ditemukan pada berbagai jaringan (ludah,

midgut, rektum, dan tubulus ekskretoris Malphigi) di larva beberapa lalat, serta di

beberapa spesies protozoa dan tanaman. Kromosom polytene pertama kali diamati

oleh E. G. Balbiani pada tahun 1881 . Beberapa lalat dewasa juga memiliki

kromosom politen pada sel-sel di telapak kakinya. Dua kelompok serangga seperti

Collembola dan jangkrik memiliki sel yang mengandung kromosom dengan

ukuran besar seperti kromosom politen. Kromosom dengan penampilan serupa

juga terjadi pada tahap pengembangan makronukleus protozoa dan di embrio

tangkai pada tanaman berbunga .Pada kelenjar ludah dari lalat buah, kromosom

homolog bersinaps dan kemudian mereplikasi membuat sekitar seribu eksemplar,

membentuk struktur yang sangat tebal dengan pola yang khas dari bands yang

disebut chromomeres (Bilgrami dan Ma’rifah, 2017).

Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri dari kompleks DNA

yang berasosiasi dengan protein histon. Kromatin berbentuk panjang, tipis, dan

terurai sehingga tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya. Kromosom adalah

struktur pembawa materi genetik yang tersusun atas kromatin yang memendek

dan menebal. Kromosom terkondensasi disuatu bagian dan tidak terkondensasi di

bagian lainnya. Bagian yang terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen DNA,

namun karena berada dalam kondisi terpadatkan, salinan sekuen DNA ini tidak

ikut bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi genetik, bagian ini

disebut dengan heterokromatin (Setyaningtiyas et al,. 2012).


Kromosom politen memiliki bagian-bagian khusus, yaitu band, interband,

puff, kromonemata, dan kromosenter. Bagian yang berbentuk pita spiral

dinamakan kromonemata. Kromonemata merupakan untaian DNA dengan RNA

korespondennya serta protein histon. Kromosenter adalah tempat bersatunya lima

lengan panjang. Bagian yang terlihat menggembung dan tidak menggulung adalah

daerah yang aktif melakukan transkripsi disebut dengan puff. Band merupakan

bagian yang disebut pita gelap, mengandung heterokromatin, sedikit mengandung

gen, dan tidak aktif melakukan transkripsi (Dhamira dan Alfarizy, 2014).

Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom

ini adalah kromosom interfase yang memiliki ukuran lebih panjang daripada

kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase)

dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom

raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang

menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan yang lain.

Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap

(Suryo, 2004).

Kromosom raksasa ini merupakan hasil duplikasi berulang-ulang dari

kromosom tanpa disertai pembelahan sel. Duplikat-duplikat homolog ini baik

paternal maupun maternal, terletak berdampingan secara sempurna, sehingga

menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang berserabut banyak. Pada kelenjar

ludah Drosophila melanogaster setiap kromosom raksasa merupakan hasil

sembilan siklus replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah

Drosophila melanogaster ini umumnya menyerupai kromosom raksasa dalam


jaringan lainnya tetapi memiliki lokasi gembungan yang berbeda-beda

(Gunawan, 2000).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kromosom

politen dalam kandungan ludah Dropshila melanogaster.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta sebagai

sarana informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom politen atau kromosom raksasa biasa dimiliki seragga bersayap

dua seperti pada genus Drosophila sp. tepatnya pada tahap larva karena oraganel

dan kromosom hasil replikasi DNA. Kromosom politen dapat ditemukan pada

beberapa jaringan seperti ludah, midgut, rektum, dan tubulus ekskretoris malpighi.

Permulaan pertumbuhan kromosom raksasa sama dengan kromosom biasa, namun

kromosom tersebut DNA nya membelah pada fase S (Interfase) tanpa diimbangi

dengan pembelahan sentromer & pembelahan sel (Anisa dan Amaliya, 2019).

Kromosom secara umum dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu sentromer

dan lengan kromosom. Sentromer adalah bagian kromosom yang berfungsi

sebagai tempat melekatnya lengan kromosom. Pada permukaan luar sentromer

terdapat badan protein yang disebut kinetokor yang berfungsi saat replikasi dan

pemisahan kromosom saat mitosis . Bagian lengan merupakan bagian utama pada

kromosom yang berisi materi-materi genetik berupa DNA yang merupakan kode

untuk sintesis protein (Muhammad et al,. 2011).

Adanya kromosom politen menunjukkan ada perbedaan yang timbul dari

kromosom biasa. Hal ini disebabkan salah satunya oleh ukuran kromosom politen

yang lebih besar dibandingkan ukuran kromosom normal. Praktikum pengamatan

kromosom politen pada Drosophila melanogaster ini dilakukan untuk mempelajari

kromosom politen berdasarkan teori yang ada. Ada beberapa kromosom kadang-

kadang masih dapat dilihat adanya lekukan ke arah dalam sehingga memisahkan

bagian kecil dari lengan kromosom, yang dinamakan satelit (Supandi, 2010).

Kromosom politen adalah kromosm berukuran besar (raksasa) yang umum

dimiliki oleh serangga bersayap dua (dipteran) seperti genus Drosophilla sp. Pada
mulanya kromosom politen merupakan kromosom normal akan tetapi mengalami

pembelahan DNA (pada fase S) tanpa diimbangi pembelahan sentromer dan

pembelahan sel (fase M) sehingga DNA pada kromosom tersebut menjadi

melimpah dan terlihat berukuran lebih besar akibat terbentuknya puff. Kromosom

Politen pada umumnya ditemukan pada fasa larva serangga karena kromosom

yang terbentuk akibat replikasi berulang DNA ini dapat mendukung pertumbuhan

larva agar menjadi lebih cepat. Kecepatan pertumbuhan ini merupakan akibat dari

melimpahnya jumlah salinan gen dalam sel sehingga kecepatan kerja enzim

menjadi meningkat (Rosita dan Nafisa, 2018).

Kromosom politen digunakan sebagai model dalam berbagai penelitian

kromosom, dimana kromosom politen dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi

perubahan struktur kromosom dengan mengetahui perbedaan evolusi antar

spesies, mengetahui peristiwa transkripsi akibat adanya ekspresi gen, dan

mengetahui perubahan lingkungan terhadap kromosom. Didalam tubuh larva

Drosophila melanogaster berguna untuk memenuhi kebetuhan sel pada larva yang

membutuhkan banyak protein protein itu juga digunakan untuk melanjutkan

pertumbuhan Drosophila melanogaster menjadi lalat dewasa karena kromosom

raksasa ini mengandung banyak sekali salinan molekul DNA yang telah

direplikasi beberapa kali sehingga memberikan salinan tambahan DNA agar

transkripsi dan produksi protein semakin banyak (Swistyaningputri, 2017).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 September 2019 pukul 13.00 WIB sampai

dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, penggaris untuk menggaris buku gambar, mikroskop untuk melihat

dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup

objek yang ada di preparat, pipet tetes untuk memindahkan larutan, handsprayer

sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai

tempat meletakan ulat buah, jarum pentul yang berfungsi untuk menarik dan

mengeluarkan sel kelenjar ludah dari tubuh ulat buah dan kaca pembesar untuk

memperbesar objek yang diamati.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larva

Drosodhilla melanogastersebagai bahan praktikum yang diamati, asetokarmin

sebagai pewarna sel, larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk mempertahankan suatu

sel organ pengamatan secara invitro agar tidak dehidrasi, larutan FAA berfungsi

untukmengawetkan seluruh struktur sel, tisu untukmengeringkan preparat, sarung


tangan dan masker untuk menghindari kontaminasi, alkohol untuk mensterilkan

alat,aquades untuk mensterilkan alat.

Prosedur Praktikum

- Dipilih larva Drosophilla melanogaster instar 3

- Diletakkan larva pada cawan petri dan diberi larutan NaCl 0,9%

- Ditentukan bagian kepala, ekor dan leher larva

- Diletakkan larva pada kaca benda dan diamati dibawah mikroskop

- Dipisahkan bagian kepala dan ekor dengan cara meletakan jarum pentul pada

bagian kepala dan leher kemudian menariknya hingga terputus

- Dicari salivary gland (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal

dengan warna transparan

- Dipisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak lemak yang

menempel

- Ditetesi dengan larutan FAA secukupnya, sampai warna salivary berubah

menjadi keruh

- Dibersihkan sisa FAA dengan cara menhusapnya dengan kertas hisap, lalu

ditetesi dengan aceto orcein

- Dibiarkan selama 10 menit

- Ditutup dengan kaca penutup

- Diamati di bawah mikroskop

- Dicari kromosom raksasa pada objek glass yang sudah dibuat dan digambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar Keterangan

1 kromosom politen

Kromosom ini ditandai dengan

bentuknya yang seperti ginjal.

1
1

Pembahasan

Kromosom politen merupakan kromosom berukuran raksasa relatif

terhadap ukuran kromosom pada umumnya saat waktu interfase. Struktur

kromosom politen dibagi menjadi tiga bagian, yaitu band, interband, puff, dan

chromocenter. Hal ini sesuai dengan literatur Anisa dan Amaliya (2019) yang

menyatakan bahwa Kromosom politen atau kromosom raksasa biasa dimiliki

seragga bersayap dua seperti pada genus Drosophila sp.

Kelenjar ludah larva D. melanogaster berjumlah dua

buah atau sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Kelenjar ludah D. melanogaster

digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom raksasa karena mengandung

seribu kali DNA lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom raksasa

dibuat dari banyak untai DNA. Hal ini sesuai dengan literatur
Rosita dan Nafisa (2018) yang menyatakan bahwa Politen pada umumnya

ditemukan pada fasa larva serangga karena kromosom yang terbentuk akibat

replikasi berulang DNA ini dapat mendukung pertumbuhan larva agar menjadi

lebih cepat.

Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa ini menggunakan kelenjar

ludah larva instar III D. melanogaster, penggunaan larva instar tiga karena

ukurannya yang besar sehingga mudah untuk mengisolasi DNA. ludah larva instar

III D. melanogaster memiliki ciri berbentuk lonjong pipih, berwarna putih,

berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki

mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva instar

II, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan pada spirakel

anteriornya. Kelenjar ludah larva D. Hal ini sesuai dengan literatur

Swistyaningputri (2017) yang menyatakan bahwa Kromosom politen digunakan

sebagai model dalam berbagai penelitian kromosom, dimana kromosom politen

dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi perubahan struktur kromosom dengan

mengetahui perbedaan evolusi antar spesies, mengetahui peristiwa transkripsi

akibat adanya ekspresi gen, dan mengetahui perubahan lingkungan terhadap

kromosom.

Pada praktikum, proses pertama adalah pemisahan kelenjar ludah, larva

instar 3 Drosophila melanogaster ditetesi dengan cairan garam NaCl 0,9% yang

bersifat isotonis pada sel-sel larva. Selanjutnya dilakukan fiksasi menggunakan

larutan FAA dan kelenjar ludah mengalami perubahan warna dari transparan

menjadi putih, ujuan fiksasi adalah mengakomodasi peregangan kromosom

sehingga terdapat resolusi yang tinggi dari banding structure yang merupakan
bagian kromosom politen. Selanjutnya diberi setetes Asetocarmin yang

merupakan pewarna kromosom, lalu memencet sediaan kelenjar ludah yang

ditutup oleh kaca benda. Hal ini sesuai dengan literatur Muhammad et al (2011)

yang menyatakan bahwa Kromosom secara umum dibagi menjadi 2 bagian utama

yaitu sentromer dan lengan kromosom. Sentromer adalah bagian kromosom yang

berfungsi sebagai tempat melekatnya lengan kromosom.


KESIMPULAN

1. Kromosom politen merupakan kromosom berukuran raksasa relatif

terhadap ukuran kromosom pada umumnya saat waktu interfase.

2. Kelenjar ludah larva D. melanogaster berjumlah dua

buah atau sepasang dengan bentuk seperti ginjal.

3. Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa ini menggunakan kelenjar

ludah larva instar III D. melanogaster, penggunaan larva instar tiga karena

ukurannya yang besar sehingga mudah untuk mengisolasi DNA.

4. Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa ini menggunakan kelenjar

ludah larva instar III D. melanogaster, penggunaan larva instar tiga karena

ukurannya yang besar sehingga mudah untuk mengisolasi DNA.

5. Pada praktikum, proses pertama adalah pemisahan kelenjar ludah, larva

instar 3 Drosophila melanogaster ditetesi dengan cairan garam NaCl 0,9%

yang

bersifat isotonis pada sel-sel larva.


DAFTAR PUSTAKA

Anisa, A.N dan Amaliya, D. 2019. Pengamatan Kromosom Raksasa Pada


Kelenjar Saliva Drosophila Melanogaster. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi. Universitas Negeri
Malang.

Bilgrami, B.I dan Ma’rufah, N. 2017. Kromosom Raksasa pada Drosophila


melanogaster. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi. Universitas Negeri Malang.

Dhamira, P dan Alfarizy, R. 2014. Kromosom Raksasa Kelenjar Ludah


Drosophila Melanogaster. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Prodi Pendidikan Biologi.
Universitas Negeri Malang.

Gunawan, S. 2000. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto, P.N. 2000. Malaria


Epidemiologi, Manifestasi Klinis, & Penanganan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Muhammad, F. Aryani, A.T dan Utami, R.A.S. 2011. Kromosom Politen.


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen
Biologi. Universitas Indonesia.

Rosita dan Nafisa, W. 2018. Kromosom Raksasa Pada Kelenjar Saliva Drosophila
Melanogaster. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi. Universitas Negeri Malang.

Setyaningtyas, W. Haniyya dan Sobari, I. 2012. Pengamatan Kromosom Politen


(Kromosom Raksasa) Drosophila Melanogaster. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi.
Universitas Indonesia.

Suryo. 2004. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Swistyaningputrii. 2017. Kromosom Raksasa Kelenjar Ludah Drosophila


Melanogaster. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi. Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai