Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Genetika

PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN Drosophila melanogaster


Nafa Febrianti Mutia Dewi*, A.S. Nariswari, D. Sioe, J. Liadi, L. Djamilah, M.N. Latifa, Yosafat, A. A.
Gigantia

Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Oktober 2019

Abstrak

Drosophila melanogaster memiliki sel yang mengandung kromosom yang berperan penting dalam kemunculan
fenotip dan proses tumbuh kembang. Kromosom adalah struktur yang terdiri dari rantai DNA dan gen-gen yang bekerja
secara fungsional pada DNA. Kelenjar saliva Drosophila melanogaster ditemukan kromosom yang berukuran lebih besar
dan memiliki lengan-lengan kromosom yang lebih panjang dibanding kromosom lainnya, kromosom ini disebut kromosom
politen. Kromosom politen terbentuk karena adanya proses endoreduplikasi, dimana sintesis DNA berulang melalui tahap
G1 dan S tanpa melalui proses G2 dan pembelahan sel. Tujuan praktikum adalah untuk mengamati dan mengetahui
pengertian, fungsi dan proses terbentuknya kromosom politen, serta mengetahui cara isolasi kelenjar saliva larva instar III
Drosophila melanogaster. Metode pengamatan dimulai dari pengisolasian kelenjar saliva dengan menarik bagian mulut
dan badan dengan jarum sonde ke arah berlawanan. Kromosom politen berhasil ditemukan melalui mikroskop tetapi,
struktur seperti band, interband, kromosenter, dan puff kromosom politen tidak teramati dengan jelas.

Kata kunci: endoreduplikasi; kelenjar saliva; kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster

1. Pendahuluan
Dalam tubuh suatu makhluk hidup sel dan jaringan sister chromatids identik yang bergabung di sepanjang
tertentu dapat diamati struktur kromosomnya. Kromosom strukturnya karena adanya kohesi. Bagian terpadat yang
merupakan bentuk pemadatan benang kromatin yang menjadi tempat melekatnya benang-benang spindel pada
terdiri atas DNA dan protein. Kromosom terdiri atas dua

*) kelompok 5B 1
kromosom disebut sentromer (Campbell et al., 2014: X. Terdapat kromosom kecil nomor 4, namun sangat
249). pendek dan sulit dibedakan dengan kromosenter.
Setiap kromosom memiliki dua lengan, yang Kromosom-kromosom politen bersatu pada struktur yang
disatukan sentromer. Kedua lengan tersebut adalah, disebut kromosenter. Selain itu, terdapat band, interband
lengan kromosom yang lebih pendek disebut p (petite) dan puff pada kromosom politen. Band atau yang disebut
arm dan yang lebih panjang disebut q arm. Bagian-bagian pita gelap merupakan bagian kromosom yang lebih padat
tertentu pada kromosom memiliki struktur sangat padat dan memuat sekitar 95% DNA kromosom politen
pada tahap interfase yang disebut heterokromatin. sementara 5% lainnya ada pada pita terang (interband).
Heterokromatin dapat menyerap zat pewarna yang Pita gelap tersusun atas sekitar 200.000 pasang basa
membuat kromosom terlihat dalam jumlah banyak. nukelotida sementara pita terang sekitar 3.000 basa
Bagian selain heterokromatin adalah eurokromatin yang nukleotida. Puff merupakan bagian dari kromosom
akan terlihat dengan baik setelah kromosom memadat. politen yang menggembung akibat dekondensasi band
DNA pada heterokromatin memiliki variasi gen yang tertentu puff ini muncul ketika gen akan diekspresikan
sangat sedikit daripada eurokromatin. Bagian eukromatin (Alberts 2008: 236—239).
yang terdapat banyak gen akan berwarna lebih terang, Kromosom politen terbentuk sebagai hasil dari
sedangkan bagian heterokromatin akan berwarna gelap endoreduplikasi, yaitu replikasi kromosom di dalam
hal ini karena pada heterokromatin terdapat lebih sedikit nukleus secara sukses tanpa adanya segregasi sister
gen sehingga DNA terkondensasi dan lebih padat chromatids. Replikasi DNA terus diinisiasi hingga
daripada eukromatin. Heterokromatin (lengan kromosom kromosom melewati tahap G1 dan kembali melalui
gelap) adalah bagian dari kromosom yang mengandung proses endocycle, namun kesalahan terjadi pada akhir
DNA dan aktif dalam meregulasi gen namun inaktif tahap S dimana sel tidak mengalami tahap mitotik atau
mengkode asam amino. Eukromatin (lengan kromosom pembelahan lalu hasil endoreduplikasi tersebut saling
terang) merupakan tempat terjadinya proses trankripsi bergabung hingga menjadi kromosom yang besar
yang menghasilkan asam amino yang dikode oleh DNA (Alberts 2008: 236). Kromosom politen berkembang baik
yang terdapat pada lengan eukromatin (Suryo 2005: 9— pada jaringan sekretori, seperti tubulus malphigi,
19). rektum, usus, dan kelenjar ludah pada ordo diptera.
Terdapat jenis kromosom yang berbeda dari Drosophila melanogaster merupakan salah satu anggota
kromosom pada umumnya karena memiliki ukuran yang dari ordo diptera yang memiliki kromosom politen
lebih besar, kromosom ini disebut kromosom politen. (Griffiths dkk. 2005: 23).
Kromosom politen merupakan kromsosom raksasa yang Kromosom politen berukuran besar dan kaya akan
terdiri dari sekitar 1000 molekul DNA, yang dapat DNA karena banyaknya jumlah salinan DNA berbanding
ditemukan di kelenjar ludah dan beberapa jaringan lurus dengan banyaknya jumlah protein yang dihasilkan.
lainnya. Kromosom politen memiliki struktur yang terdiri Kromosom politen sangat berguna untuk proses in situ
dari lima lengan kromosom diantaranya, dua kromosom hibridisasi asam nukleat. Pada proses hibridisasi in situ,
nomor 2, dua kromosom nomor 3, dan sebuah kromosom kromosom politen memipih dan DNA kromosomal

2
terdenaturasi. Drosophila melanogaster memiliki Ketujuh, cover glass diberi tekanan (squashing) dengan
kromosom politen karena spesies ini membutuhkan ibu jari agar kelenjar saliva hancur dan sel-selnya tersebar
sejumlah DNA dalam jumlah besar untuk melanjutkan merata. Kedelapan, sisa asetokarmin dibersihkan dengan
siklus hidupnya dari larva instar III menjadi pupa dan kertas tissue lalu kromosom politen kelenjar ludah
kemudian menjadi Drosophila melanogaster dewasa diamati di bawah mikroskop cahaya.
(Hartl & Jones 2006: 234−235).
Tujuan dari praktikum pengamatan kromosom 3. Hasil dan Pembahasan
politen, yaitu memahami tentang kromosom politen D.
melanogaster, mengetahui struktur dari kromosom
politen, dan mengetahui cara mengisolasi kelenjar ludah
pada larva instar III Drosophila melanogaster.

2. Metodologi
Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan
kromosom politen Drosophila melanogaster, diantaranya
adalah mikroskop stereo, mikroskop cahaya, object
glass, cover glass, jarum sonde, pinset, botol spesimen,
dan pipet. Bahan yang digunakan, yaitu larutan ringer, Gambar 1:
asetokarmin, dietil eter, larva instar III Drosophila Kromosom politen
Perbesaran 10x40
melanogaster dan kertas tissue. [Sumber: Dokumentasi kelompok]
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kromosom
politen ya ng pertama adalah disiapkannya alat dan bahan Penggunaan larva instar III Drosophila melanogaster
yang akan digunakan seperti larva instar III diambil dari dalam pengamatan kromosom politen ini memiliki
medium pembiakkan menggunakan pinset dan diletakkan beberapa keunggulan seperti, larva instar III Drosophila
di atas kaca objek yang telah diberikan larutan ringer. melanogaster sudah memiliki organ pembantu
Kedua, kaca objek tersebut diletakkan di bawah pencernaan yang lengkap seperti kelenjar saliva yang
mikroskop stereo agar dapat dilihat struktur tubuhnya, mengandung enzim dan pada fase ini larva mengalami
untuk dibedakan bagian kepala dan abdomen. Ketiga, banyak penimbunan energi untuk mempersiapkan
bagian badan dan kepala larva ditusuk dengan jarum metamorfosis ke bentuk pupa, sehingga larva instar III
sonde lalu ditarik ke arah yang berlawanan. Keempat, Drosophila melanogaster memiliki banyak kromosom
kelenjar saliva larva instar III diisolasi dan dibersihkan politen selain itu larva instar III Drosophila melanogaster
dari lemak dan kotoran lain yang tersisa. memiliki tubuh yang relatif besar juga lunak sehingga
Kelima, kelenjar saliva diberikan pewarna mudah untuk diisolasi (Hartl&Jones 2006: 234).
asetokarmin dan didiamkan selama 10-15 menit. Kromosom politen berkembang baik pada jaringan
Keenam, kaca objek ditutup menggunakan cover glass. sekretori, seperti tubulus malphigi, rektum, usus, dan

3
kelenjar ludah (Griffiths dkk. 2005: 23). Kelenjar saliva dengan perlahan menggunakan ibu jari atau benda tumpul
Drosophila melanogaster diamati karena pada fase ini lainnya hal ini bertujuan agar sel menyebar merata dan
larva memiliki cukup banyak enzim yang membuat massa tidak terjadi penumpukan (Frankhauser, 2010: 1).
dan volume sel bertambah, selain itu pada tahap ini juga Pengamatan kromosom politen Drosophila
sel sedang aktif melakukan metabolisme, dan memiliki melanogaster kelompok 5B berhasil mendapatkan
kromosom politen yang berukuran besar dan terlihat jelas kromosom politen pada percobaan terakhir. Struktur
sehingga mudah untuk diamati, selain itu, kelenjar ludah kromosom politen ditemukan, namun bagian kromosom
memiliki kromosom yang lebih tebal dari tubulus politen seperti puff, band, dan interband tidak terlihat
malphigi, rektum, dan usus (Henderson 2004: 252). dengan jelas. Kromosom politen berhasil diamati dengan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan perbesaran 10 x 40 di bawah mikroskop cahaya. Hasil ini
memiliki tujuan dan alasan tersendiri dibalik sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa terdapat
penggunaannya. Mikroskop cahaya digunakan untuk banyak kromosom politen pada kelenjar saliva larva
mengamati kromosom politen pada kelenjar saliva instar III Drosophila melanogaster (Hartl&Jones 2006:
sementara mikroskop stereo memudahkan isolasi kelenjar 234). Analisis kesalahan yang menyebabkan beberapa
saliva karena mikroskop stereo memiliki medan kerja bagian kromosom politen seperti puff, band, dan
yang lebih besar dibandingkan mikroskop cahaya. interband tidak terlihat dengan jelas dipercayai karena
Penggunaan larutan ringer saat larva instar III pertama penyerapan asetokarmin yang relatif singkat dan
kali dipindahkan dari medium karena larutan ringer membuat asetokarmin kurang menyerap sehingga bagian-
merupakan larutan yang bersifat isotonik terhadap bagian kromoson politen tidak dapat dibedakan dengan
permukaan tubuh larva instar, sehingga dapat dikatakan baik, selain itu proses squashing tidak dilakukan secara
larutan ringer ini berfungsi sebagai larutan fisiologis bagi merata pada pengamatan sehingga kromosom politen
larva instar III Drosophila melanogaster yang membuat kurang menyebar dan menumpuk (Tyagi 2009: 108—
tubuh larva istar tetap terjaga tidak mengalami kekeringan 109).
ataupun dehidrasi (Mulholland dkk 2011: 168).
Pengisolasian kelenjar saliva menggunakan bantuan 4. Kesimpulan
pinset dan penusukan dua jarum sondet pada bagian Kromosom politen merupakan kromosom yang
kepala dan badan yang kemudian ditarik kearah memiliki ukuran yang lebih besar dan memiliki
berlawanan, tahapan ini dilakukan dibawah mikroskop banyak lengan yang lebih panjang dibandingkan
stereo. Pipet berfungsi untuk meneteskan larutan ringer dengan kromosom pada umumnya. Struktur bagian
dan asetokarmin. Tujuan pewarnaan dengan asetokarmin yang terdapat dalam kromosom politen adalah band,
adalah sebagai pewarnaan bagian inti sel untuk menandai interband, kromosenter, dan puff. Fungsi kromosom
kromosom agar dapat dibedakan dan diamati dengan baik politen yaitu untuk proses pertumbuhan,
Kaca objek dan cover glass digunakan untuk membuat perkembangan dan penghasil protein dari proses
preparat yang akan diamati dibawah mikroskop cahaya, replikasi DNA. Kromosom politen terbentuk akibat
penempelan cover glass harus hati-hati dan ditekan terjadinya sintesis DNA berulang melalui tahap G1

4
dan S tanpa melalui proses G2 dan pembelahan sel. Suryo. 2005. Genetika manusia. Gadjah Mada University
Kelenjar ludah larva instar III Drosophila Press, Yogyakarta: xvi + 540 hlm.
melanogaster dapat diisolasi dengan menarik bagian Tyagi, R. 2009. Understand genetics. Covery Publishing
kepala dan tubuh larva instar III dengan menggunakan house PVT. LTD., New Delhi: 332 hlm.
jarum sonde kearah yang berlawanan.

5. Daftar Acuan
Alberts, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts,
& P. Walter. 2008. Molecular Biology of The
Cell 5th ed. Garland Science, New York: xxxiii +
1601 hlm.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S.
A. Wasserman, P. V. Minorsky, & R. B. Jackson.
2014. Biology 10th ed. Pearson Education, Inc.,
USA: xivii + 1488 hlm.
Frankhauser, D. B. 2010. Drosophila Salivary Gland
Chromosome. Lab genetics. 1 hlm.
Griffiths, Anthony J.F, dkk. 2005. An Introduction to
Genetic Analysis Eight Edition. W.H. Freeman and
Company. v + 706 hlm.
Hartl, D.L. dan Jones, E.W. 2006. Genetics: Principles
and Analysis, 4 th ed. Jones and Bartlett Publishers,
Sudbury, Massachusetts. xxiv + 829 hlm.
Henderson, D. S. 2004. Drosophila Cytogenetics
Protocols. Humana Press, USA: 468 hlm.
Mullholland, M. W., dkk. 2011. Complication in
surgery. Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia: xi + 746 hlm.

Anda mungkin juga menyukai