Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Genetika

PEMISAHAN BIOKIMIAWI PIGMEN MATA Drosophila melanogaster DENGAN Thin


Layer Chromatography (TLC)
Christyan Natanael Harvey Davika Ginting*, A. Priambodo, G.S. Putra, G.M.R. Wibowo, K. Tundang, N.
Azizah, P.E.A. Effendi, S.A. Irdianto, W. Fajira, R.S. Askandar, K.A. Putri.
Universitas Indonesia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Departemen Biologi

November 2020

Abstrak
Sentral dogma merupakan aliran informasi genetik satu arah dari DNA yang ditranskripsi menjadi RNA kemudian
ditranslasi menjadi protein. Protein yang terdapat dalam gen sangat berpengaruh pada pembentukan pigmen mata Drosophila
melanogaster. Aktivasi gen mempengaruhi pembentukan fenotipe-fenotipe yang beragam pada mata Drosophila
melanogaster. Pigmen warna pada Drosophila melanogaster dapat diamati menggunakan metode thin layer
chromatography (TLC). TLC terdiri dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, dan TLC memiliki kelebihan yang cukup
baik dan dipilih dalam pengamatan karena TLC lebih efisien dibandingkan kromatografi yang lain. Dalam pengamatan
kromatografi terdapat perbandingan-perbandingan antara titik sampel yang disebut sebagai rf. Tujuan dari praktikum adalah
untuk mengetahui dan memahami pengaruh mutasi terhadap fenotipe, mengetahui prinsip kerja thin layer chromatography
(TLC), mengetahui dan memahami teknik pemisahan mata Drosophila melanogaster, dan membandingkan kromatogram
wild type dan mutan.

Kata kunci: Aktivasi gen; Drosophila melanogaster; protein; rf; thin layer chromatography; sentral dogma.

I. Pendahuluan dalam produksi protein karena DNA merupakan kode


genetik yang sangat penting sehingga perlu dibuat
Sentral dogma merupakan aliran informasi genetik
salinannya, yaitu dengan proses transkripsi (Agus 2018 :
satu arah dari DNA yang ditranskripsi menjadi RNA
20). Terdapat dua tahapan dogma sentral sebagai berikut,
kemudian ditranslasi menjadi protein. Perlunya mRNA

*Kelompok A-2 Siang 1


pada tahapan pertama tahap transkripsi yaitu DNA perbedaan pada pembentukan pigmen mata Drosophila
membentuk RNA, pada taha- ini kode atau informasi melanogaster normal dan mutan. Pada pembentukan
genetik di dalam DNA dialihkan ke RNA. Tahap kedua pigmen mata Drosophila melanogaster normal terdapat
yaitu tahap translasi pada tahap ini RNA dengan kode dua jalur utama yaitu jalur ommochrom yang
genetik yang diterima dari DNA membentuk protein. menghasilkan ommochrome pigment dan jalur pteridine
yang menghasilkan drosopterin kedua jalur kemudian
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan
masuk ke transport system dan di akhir menghasilkan
fisik, di mana komponen-komponen yang dipisahkan
mata red eye. Pembentukan pigmen selanjutnya pada
didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut
pigmen mata Drosophila melanogaster mutan white,
adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang
pembentukan pigmen mata pada mutan white terjadi
luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di
apabila pada jalur ommochrome dan pada jalur pteridine
sepanjang landasan stasioner (Day & Underwood 2002:
terjadi gangguan atau mutasi, mutan white juga dapat
487). Kromatografi terbagi menjai beberapa jenis yaitu
terjadi apabila terjadi gangguan pada ataupun mutasi pada
Adsorption chromatography, permeation
transport system. Pada pembentukan pigmen mata
chromatography, ion exchange chromatography, dan
Drosophila melanogaster mutan scarlet, mata scarlet
partition chromatography. Adsorption chromatography
terjadi apabila salah satu jalur mengalami gangguan atau
merupakan kompetisi antara fase stasiones padat dengan
mutasi dan menghasilkan mata scarlet apabila terjadi
fase gerak cair contohnya adalah paper chromatography
gangguan atau mutasi pada jalur ommochrom dan
(PC) dan thin layer chromatography (TLC), permeation
menghasilkan brown apabila terjadi gangguan dan mutasi
chromatography merupakan kompetisi anatara matriks
pada jalur pteridine.
polimer dengan fase gerak cair contohnya gel permeation
chromatography (GPC), ion exchange chromatography Dapat teramati retention factor (RF) pada
merupakan kompetisi antara fase resin penukar ion dengan praktikum kali ini. Retention factor merupakan parameter
fase gerak cair contohnya ion exchange chromatography yang digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan
(IEC), dan yang terakhir adalah partition chromatography karakteristik spesifiknya. Cara menghitung RF dapat
merupakan kompetisi antara fase stasioner cair dengan dilakukan dengan cara membagi jarak pergerakan sampel
fase gerak cair contohnya high performance liquid yang dilihat dari titik baseline sampai titik pergerakan
chromatography (HPLC) dan gas-liquid chromatography sampel dengan jarak pergerakan larutan yang dihitung dari
(GLC). titik baseline sampai solvent front.

Pembentukan pigmen mata Drosophila Praktikum ini dilakukan dengan melakukan


melanogaster terbagi menjadi dua jalur yaitu jalur pengamatan pada mata Drosophila melanogaster dengan
ommochrom dan jalur pteridine. Terjadi beberapa tujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh mutasi

*Kelompok A-2 Siang 2


terhadap fenotipe, mengetahui prinsip kerja thin layer suatu adsorben, kromatografi lapis tipis adalah salah satu
chromatography (TLC), mengetahui dan memahami metode pemisahan kromatografi yang fleksibel. Prinsip
teknik pemisahan mata Drosophila melanogaster, dan kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan senyawa multi
membandingkan kromatogram wild type dan mutan. komponen dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Kromatografi ini selesai atau berakhir
II. Metodologi
apabila fase gerak telah mencapai jarak tertentu dari ujung
Pada praktikum diperlukan alat dan bahan sebagai plat yang, senyawa-senyawa yang berbeda satu sama lain
berikut pengaduk kaca yang berfungsi untuk menggerus akan memiliki perbandingan jarak tempuh senyawa
mata sampel, botol selai sebagai tempat meletakkan terhadap jarak tempuh fase gerak yang berbeda pula, nilai
medium stasioner dan medium fase cair, sumber UV, perbandingan ini dianamakan (retardation factor)
kacamata pelindung UV, gunting, penggaris kuas, sonde, (Rubiyanto 2017: 27). Alasan penggunaan TLC pada
Drosophila melanogaster normal dan Drosophila praktikum dikarenakan thin layer chromatography
melanogaster mutan, campuran 28% ammonium memiliki kerapatan dan kecepatan yang tinggi. Selain itu
hidroksida (NH4OH) dan n-propil alkohol (1:1) sebagai thin layer chromatography memiliki sensitivitas yang
pelarut, kertas silika (TLC), dietil eter sebagai anestesi tinggi dibandingkan dengan paper chromatography.
untuk Drosophila melanogaster, dan kertas karbon untuk Keuntungan utama metode analisis kromatografi lapis
melindungi pigmen dari sinar UV. tipis dibandingkan metode analisis kromatografi cair

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah kinerja tinggi adalah beberapa sampel dapat dilakukan

menyiapkan kertas kromatografi, selanjutnya mata secara simultan dengan menggunakan fase gerak dalam

Drosophila melanogaster digerus menggunakan jumlah kecil sehingga lebih hemat waktu dan biaya

menggunakan sonde, beri pelarut berupa campuran 28% analisis serta ramah lingkungan (Wulandari 2011: 1).

ammonium hidroksida (NH4OH) dan n-propil alkohol Memiliki banyak kelebihan dan keuntungan thin layer

(1:1) ke dalam botol selai, masukan kertas kromatografi ke chromatography juga memiliki kekurangan, salah satunya

dalam botol selai, tutup botol selai menggunakan kertas adalah thin layer chromatography memiliki harga yang

karbon dan disimpan selama 90 menit. Setelah ditunggu lebih mahal dibandingkan dengan paper chromatography.

selama 90 menit, kromatogram diamati di bawah sinar UV Thin layer chromatography juga dapat digunakan untuk

dan ditandai pergerakannya setelah dikeluarkan dari UV, mengidentifikasi hidrokuinon sebagai contoh pada sabun.

jarak pergerakan sampel dan jarak pergerakan larutan Hasil pengamatan menunjukan didapatkannya
diukur dengan penggaris untuk mencari Rf. perbedaan antara Drosophila melanogaster mutan sepia

III. Hasil dan Pembahasan dan Drosophila melanogaster mutan white. Pada
pengamatan Drosophila melanogaster mutan white
Thin layer chromatography adalah
terdapat 2 pigmen yaitu pigmen biopterin yang memiliki
kromatografi yang fase stasionernya berupa lapisan tipis

*Kelompok A-2 Siang 3


panjang 7,25 cm dan xanthopterin yang memiliki panjang protein terganggu atau tidak berfungsi maka terbentuklah
4,62 cm, jarak pelarut dari baseline sampai solvent front beragam fenotipe pada Drosophila melanogaster mutan.
sepanjang 8,28 sehingga saat dilakukan perhitungan rf
IV. Kesimpulan
pada masing-masing pigmen ditemukan rf pada pigmen
biopterin yaitu 0,88 dan pada pigmen xanthopterin yaitu 1) Mutasi membuat perbedaan fenotipe pada
0,56. mata Drosophila melanogaster. Apabila
keberhasilan terjadi dalam pembentukan
Pengamatan dan perhitungan dilakukan juga pada
pigmen dan tidak terjadi gangguan
Drosophila melanogaster mutan sepia, terdapat 4 pigmen
maupun mutasi pada pembentukan
yaitu pigmen xanthopterin yang memiliki panjang sampel
pigmen dan jalur metabolism maka akan
3,55 cm, pigmen biopterin2-amino-4hydroxipteridine
menghasilkan fenotipe mata red eye.
yang memiliki panjang sampel 5,4 cm, pigmen biopterin
Namun, apabila terjadi kegagalan ataupun
yang memiliki panjang 6,24 cm dan yang terakhir pigmen
mutasi pada jalur pembentukan akan
isosepiapterin yang memiliki panjang sampel 7,33,
menghasilkan fenotipe Drosophila
kemudian jarak pelarut dari baseline sampai solvent front
melanogaster mutan seperti, mata white
sepanjang 8,28. Dilakukan perhitungan rf pada masing-
eye, brown eye, scarlet, sepia, dsb.
masing pigmen dan ditemukan rf pada pigmen
2) Thin layer chromatography merupakan
xanthopterin yaitu 0,43 cm, rf pada pigmen biopterin2-
pemisahan senyawa multi komponen
amino-4hydroxipteridine yaitu 0,65 cm, rf pada pigmen
dengan menggunakan dua fase yaitu fase
biopterin yaitu 0,75 cm dan rf pada pigmen isosepiapterin
diam dan fase gerak, kromatografi akan
yaitu 0,89. Kebegeragaman pigmen tersebut terjadi karena
berakhir dan dapat diamati apabila fase
adanya mutasi, pada Drosophila melanogaster normal
gerak telah mencapai jarak tertentu, dan
atau wild type memiliki fenotipe mata yaitu red eye yang
muncul perbandingan antara satu dengan
disebabkan oleh pigmen pteridine
yang lain komponen. Perbandingan ini
Pembentukan pigmen mata pada Drosophila yang disebut dengan Rf yang dapat
melanogaster dipengaruhi oleh gen dalam kromosom. dihitung dengan cara membagi jarak
Perbedaan fenotipe-fenotipe yang terjadi pada mata sampel dengan jarak pergerakan larutan.
Drosophila melanogaster dikarenakan adanya aktivasi gen kromatografi ini merupakan yang
yang terjadi saat pembentukan, perbedaan fenotipe juga memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dapat terjadi akibat mutasi-mutasi dalam gen. Mutasi gen kromatografi lain, salah satunya thin layer
disebabkan oleh adanya perubahan dalam urutan chromatography merupakan kromatografi
nukleotida (warmadewi 2017: 16) Terdapat protein di yang fleksibel.
dalam gen pada Drosophila melanogaster, Ketika protein-

*Kelompok A-2 Siang 4


3) Teknik pemisahan mata drosophila pada jalur ommochrom maupun pteridine,
melanogaster, dapat dilakukan dengan selain itu tidak terjadinya transport system
menganestesi terlebih dahulu Drosophila maka hal tersebut mengakibatkan
melanogaster, kemudian melakukan munculnya beragam fenotipe-fenotipe
pengambilan bagian mata, lalu mata mata pada Drosophila melanogaster
digerus menggunakan sonde dan diletakan mutan karena terjadinya mutasi seperti
pada kertas kromatografi untuk diamati white eye, scarlet, sepia, brown eye, dsb.
4) Dalam pembentukan pigmen mata pada
V. Daftar acuan
Drosophila melanogaster terdapat dua
jalur utama yaitu jalur ommochrom yang Agus, R. 2018. Dasar-dasar biologi molekuler. 1st
ed. CELEBES MEDIA PERKASA: ii +138 hlm.
menghasilkan ommochrome pigment
Day, R.A. & Underwood, A.L. 2002. Analisi kimia
(brown) dan jalur pteridine yang
kuantitatif. 6th ed. Erlangga, Jakarta: ix +682 hlm.
menghasilkan dsopterin kemudian masuk
Rubiyanto,D.2017. Metode kromatografi:prinsip
ke transport system dan menghasilkan dasar, praktikum dan pendekatan pembelajaran
mata red eye pada drosophila kromatografi. 1st ed. Deepublish, Yogyakarta: viii +144
hlm.
melanogaster wild type atau normal,
namun apabila terjadi gangguan atau tidak Wulandari, L.2011. Kromatografi Lapis Tipis. 1st
ed. Fakultas Farmasi universitas Jember, Jember: 184 hlm
berfungsinya salah satu jalur atau proses
Warmadewi, D.A. 2017. Buku ajar mutasi genetik.
dengan baik seperti terganggunya fungsi
1st ed. Universitas Udayana, Bali: iv +47 hlm.

*Kelompok A-2 Siang 5


Lampiran

Warna yang Nilai Kelompo Warna yang Nilai


Kelompok Sampel Sampel
teramati Rf k teramati Rf
ungu-biru 0,5 Biru tua 0,51

hijau-biru 0,79 Hijau-biru 0,79


Mutan Mutan
kuning 0,82 Kuning 0,83
scarlet scarlet
hijau-biru 0,86
Hijau 0,86
A1 B2

Orange 0,35

Kuning 0,73
Mutan
Tidak terdapat warna - Normal
brown
Biru 0,86

Biru 0,89
Biru 0,88
Mutan white Normal
Kuning 0,75
Hijau-biru 0,56
Orange 0,37
A2 B3
Hijau-biru 0,43
Kuning 0,89
Biru 0,65
Mutan sepia Mutan sepia Biru 0,75
Biru 0,75 Biru 0,66
Kuning 0,89 Hijau-biru 0,42
Orange 0,37 Oranye 0,32
Normal Kuning 0,74 Normal Kuning 0,62
Biru 0, 88 Biru 0,84
A3 C1 Hijau-biru 0,51
Mutan Biru 0,8
Tidak terdapat warna - Mutan white
brown

B1 Mutan Tidak terdapat warna - C2 Mutan Hijau-biru 0,86

*Kelompok A-2 Siang 6


Kuning 0,82
brown scarlet Hijau-Biru 0,78
Ungu-Biru 0,5
Kuning 0,89
Hijau 0,55
Biru 0,76
Mutan white Mutan sepia
Biru 0,66
Biru 0,86
Hijau-Biru 0,42
Hijau kebiruan 0,42
Biru 0,66
Mutan sepia
Biru tua 0,75
C3 Kuning kehijauan 0,89

Mutan
Tidak terdapat warna -
brown

*Kelompok A-2 Siang 7

Anda mungkin juga menyukai