Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Genetika

PENGAMATAN KARIOTIPE, BARR BODY, DAN DRUMSTICK

Tiara Jasmine*, A.M. Husna, A.N. Azmi, A.Y. Putri, E.L. Yosinta, G.D. Aji, N.F. Asiddiq, P.N. Azzahra, F.
Shabihah

Universitas Indonesia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Departemen Biologi

November 2020

Abstrak

Setiap makhluk hidup memiliki susunan kromosom yang berbeda. Kromosom merupakan bentuk kemasan dari
untaian DNA. Kariotipe merupakan representasi seluruh kromosom yang ada di dalam sel. Melalui kariotipe, kami dapat
melihat adanya atau tidaknya abnormalitas kromosom. Kromosom yang memadat saat inaktivasi dapat membentuk Barr
body dan drumstick. Praktikum ini bertujuan untuk memahami Barr body dan drumstick, cara penyusunan kariotipe, serta
mengetahui perbedaan kromosom normal dengan kromosom abnormal. Pengamatan Barr body dan drumstick dilakukan
dengan mengamati preparat awetan leukosit serta sel epitel tunika mukosa mulut di bawah mikroskop. Hasil pengamatan
menunjukkan adanya Barr body dan drumstick pada preparat awetan. Dari karyotyping yang telah dilakukan, didapatkan
kariotipe wanita normal (46, XX) dan kariotipe pria sindrom Klinefelter (46, XXY). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kariotipe disusun berdasarkan pengelompokkan kromosom, kromosom normal dengan kromosom
abnormal dapat dibedakan berdasarkan jumlah dan strukturnya, serta Barr body dan drumstick merupakan hasil dari
pemadatan kromosom akibat inaktivasi.

Kata kunci: Abnormalitas; Barr body; drumstick; kariotipe; karyotyping

I. Pendahuluan kromosom, untaian DNA berkaitan dengan molekul


Setiap makhluk hidup memiliki susunan protein histon dan membentuk kromatin. Dalam
kromosom yang berbeda. Kromosom merupakan bentuk organisme eukariot, kromosom merupakan molekul DNA
kemasan dari untaian DNA yang membawa informasi yang mengandung gen dalam urutan linier dimana
genetik (genom). Sebelum dikemas dalam bentuk sejumlah protein terikat, memiliki telomer di setiap ujung

1
*) Kelompok 1C
kromosom, serta sentromer di tengah kromosom. yang terisolasi dan kemudian diberikan obat untuk
Sedangkan dalam organisme prokariot, molekul DNA merangsang berjalannya mitosis. Sel kemudian dikultur
dikaitkan dengan lebih sedikit protein, tidak memiliki selama beberapa hari. Sel yang berada pada tahap
telomer dan sentromer, dan seringkali melingkar. metafase diambil dan kemudian diamati di bawah
Kromosom pada eukariot lebih besar dan lebih kompleks mikroskop cahaya. Dengan bantuan kamera digital, foto
dari kromosom yang ditemukan dalam prokariot. kromosom ditampilkan pada monitor komputer.
Kromosom pada organisme eukariotik memiliki tiga Kromosom kemudian disusun berpasangan sesuai ukuran
unsur utama yaitu sentromer, sepasang telomer, dan asal dan bentuknya. Ukuran kromosom, posisi sentromer, dan
dari replikasi (origin of replication). Sentromer pola pita membantu mengidentifikasi kromosom tertentu
merupakan titik melekatnya mikrotubulus, filamen yang (Campbell dkk. 2008: 250; Brooker 2012: 22—23).
berperan untuk menggerakan kromosom saat pembelahan Kromosom yang berbeda dalam ukuran, posisi
sel. Dibanding dengan bagian kromosom yang lain, sentromer, dan pola pita, dapat dibedakan satu sama lain
sentromer umumnya tidak terlalu tampak saat diberi melalui pengelompokkan kromosom. Berdasarkan
pewarnaan (Hartl & Jones 1998: 799; Pierce 2002: 20— ukuran dan posisi sentromer, kromosom manusia
22; Campbell dkk. 2008: 229). dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu kelompok A—G.
Berdasarkan letak sentromernya, kromosom Kelompok A terdiri atas kromosom nomor 1, 2, dan 3
terbagi menjadi empat tipe, yaitu metasentrik, yang berukuran besar serta merupakan kromosom
submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik. Metasentrik metasentrik. Kelompok B terdiri atas kromosom nomor 4
merupakan kromosom yang sentromernya terletak tepat dan 5 yang berukuran besar serta merupakan kromosom
di tengah dan kedua lengan kromosom terbagi sama submetasentrik. Kelompok C terdiri atas kromosom
panjang. Submetasentrik dan akrosentrik merupakan nomor 6—12, dan kromosom X yang berukuran sedang
kromosom yang letak sentromernya lebih jauh dari pusat dan dapat berupa kromosom metasentrik ataupun
kromosom. Hal ini menyebabkan kromosom memiliki submetasentrik. Kelompok D terdiri atas kromosom
kedua lengan yang tidak sama panjang. Salah satu lengan nomor 13, 14, dan 15 yang berukuran sedang dan
pendek pada kromosom submetasentrik dan akrosentrik merupakan kromosom akrosentrik. Kelompok E terdiri
disebut dengan lengan p, bersal dari bahasa perancis atas kromosom nomor 16, 17, dan 18. Kromosom pada
“petit” yang berarti kecil. Kemudian, lengan kromosom kelompok ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari
yang lebih panjang disebut dengan lengan q. Telosentrik kelompok D dan dapat berupa metasentrik ataupun
merupakan kromosom yang sentromernya terletak di submetasentrik. Kelompok F terdiri atas kromosom
ujung lengan kromosom (bagian telomer) (Pierce 2002: nomor 19 dan 20 yang metasentrik. Kelompok terakhir,
21). yaitu kelompok G, terdiri atas kromosom nomor 21, 22,
Kariotipe merupakan representasi fotografis dan kromosom Y yang akrosentrik (ISCN 2013: 7).
seluruh kromosom yang ada di dalam sel. Kariotipe Ketika ingin menuliskan kariotipe, hal pertama
mengungkapkan berapa banyak kromosom di dalam sel yang harus ditulis adalah jumlah kromosom diikuti
somatik yang aktif membelah. Kariotipe adalah mikrograf dengan tanda koma “,”. Kemudian, susunan kromosom
di mana semua kromosom dalam satu sel telah diatur seks ditulis setelahnya. Maka, kariotipe wanita normal
dengan cara standar. Kariotipe dibuat dari sel somatik ditulis sebagai 46, XX dan kariotipe pria normal sebagai

2
46, XY. Autosom hanya ditentukan secara khusus jika dua, yaitu translokasi Robertsonian dan translokasi
adanya abnormalitas. Dalam kasus abnormalitas reciprocal (kedua kromosom saling bertukar) (Brooker
kromosom, kromosom seks dituliskan terlebih dahulu 2012: 158).
kemudian dilanjut dengan abnormalitas autosom. Tiap Abnormalitas jumlah kromosom dikategorikan
abnormalitas dipisahkan dengan tanda koma “,”. Untuk menjadi dua yaitu euploidi (variasi jumlah set kromosom)
tiap kromosom, abnormalitas yang menyangkut jumlah dan aneuploidi (variasi jumlah kromosom tertentu dalam
kromosom ditulis sebelum abnormalitas struktural. satu set). Dalam euploidi, organisme dengan tiga set atau
Terdapat beberapa sebutan untuk kromosom yang lebih kromosom disebut sebagai poliploid. Organisme
berubah secara struktural. Jika kromosom mengalami bersifat euploid memiliki jumlah kromosom yang
perubahan struktural, maka nomor kromosom yang merupakan kelipatan tepat dari satu set kromosom.
terlibat dalam perubahan tersebut ditulis dalam tanda Aneuploidi melibatkan perubahan jumlah kromosom
kurung "( )" setelah menentukan tipe perubahan tertentu. Sehingga, jumlah total kromosom tidak
strukturalnya. Sebagai contoh, inversi disebut sebagai merupakan kelipatan tepat dari satu set kromosom.
"inv," dan inversi pada kromosom nomor 9 ditulis sebagai Terdapat tiga tipe aneuploidi, yaitu monosomi (2n-1),
"inv(9)". Jika terdapat dua atau lebih kromosom yang nulisomi (2n-2), dan polisomi yang meliputi trisomi
terlibat, maka ditambahkan tanda titik dua ";" (2n+1), tetrasomi (2n+2), dst (Brooker 2012: 168).
diantaranya. Sebagai contoh, translokasi yang disebut Abnormalitas kromosom, baik strukrural ataupun
sebagai "t," melibatkan kromosom nomor 9 dan jumlah, dapat memberikan dampak fenotipik pada
kromosom nomor 22, maka penulisan kariotipenya individu yang memiliki sifat tersebut. Konsekuensi
menjadi "t(9;22)" (Speicher dkk. 2010: 81). fenotipik dari delesi kromosom bergantung pada ukuran
Abnormalias kromosom terbagi menjadi dua, delesi dan penting atau tidaknya gen tersebut untuk
yaitu abnormalitas berdasarkan struktur dan abnormalitas kelangsungan organisme. Jika delesi memiliki efek
berdasarkan jumlah. Abnormalitas struktur kromosom fenotipik, hal tersebut biasanya merugikan. Sebagai
terdiri atas delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi. contoh, sindrom cri-du-chat yang terjadi akibat delesi
Delesi dan duplikasi adalah perubahan jumlah materi pada lengan p kromosom nomor 5. Sindrom lain yang
genetik dalam satu kromosom. Saat terjadi delesi, merupakan dampak dari abnormalitas kromosom adalah
bagian/segmen dari kromosom menghilang. Sebaliknya, sindrom Down. Sindrom Down terjadi akibat adanya
duplikasi terjadi ketika bagian/segmen dari suatu translokasi dari lengan panjang kromosom 21 dengan
kromosom mengalami penggandaan. Inversi dan kromosom 14 dan dapat juga terjadi akibat adanya trisomi
translokasi adalah perubahan susunan kromosom. Inversi pada kromosom 21. Aneuploidi juga dapat terjadi pada
melibatkan perubahan susunan materi genetik dalam satu kromosom seks. Sebagai contoh, sindrom Klinefelter
kromosom. Inversi terbagi menjadi dua, yaitu inversi (XXY) yang merupakan trisomi kromosom seks (Brooker
perisentrik (melibatkan sentromer) dan inversi 2012: 165—166, 170).
parasentrik (tidak melibatkan kromosom). Translokasi Kompensasi dosis adalah fenomena dimana
terjadi ketika salah satu segmen dari kromosom pindah ke tingkat ekspresi dari banyak gen pada kromsom seks
kromosom yang berbeda atau ke bagian yang berbeda (kromosom X) sama dalam kedua jenis kelamin.
dalam kromosom yang sama. Translokasi terbagi menjadi Meskipun, laki-laki dan perempuan memiliki komplemen

3
kromosom seks yang berbeda. Inaktivasi kromosom X Adapun tujuan dari praktikum pengamatan ini,
adalah mekanisme fisiologis yang menyamakan efek yaitu untuk memahami cara penyusunan kariotipe.
dosis gen pada kromosom seks. Kelebihan atau Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui
kekurangan kromosom X akan menyebabkan perbedaan antara kromosom normal dengan kromosom
abnormalitas. Individu yang cenderung akan mengalami abnormal. Selain itu, praktikum ini dilakukan untuk
abnormalitas tersebut adalah perempuan karena adanya memahami Barr body dan drumstick.
dua kromosom X. Sehingga, salah satu dari kromosom X
tersebut harus mengalami inaktivasi. Tahun 1961, Mary II. Metode
Lyon, ahli genetika asal inggris, mengusulkan bahwa Praktikum pengamatan kariotipe manusia
kompensasi dosis pada mamalia terjadi akibat inaktivasi dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat
satu kromosom X pada wanita. Mekanisme inaktivasi tulis, gunting, penggaris, lem, dan lembar kerja kertas
kromosom X dikenal juga sebagai hipotesis Lyon (Lyon berisi gambar kromosom. Pertama, gambar kromosom
2002: 107; Brooker 2012: 75—76). digunting untuk memisahkan masing masing kromosom.
Hipotesis Lyon menyatakan bahwa inaktivasi Kromosom-kromosom kemudian dipasangkan
acak salah satu dari dua kromosom X pada sel betina berdasarkan ukuran, letak sentromer, dan pola pita.
mamalia normal terjadi pada awal embriogenesis. Dalam Pasangan kromosom ditempel pada lembar kerja
hipotesis Lyon dirumuskan bahwa nkromatin seks = nkromosom X berdasarkan urutan kelompok, mulai dari kromosom 1
–1. Namun, pada tahap awal perkembangan embrio, salah sampai dengan kromosom seks. Hasil pengamatan
satu dari dua kromosom X dinonaktifkan secara acak di kemudian difoto untuk dilampirkan pada laporan
setiap sel somatik. Selama inaktivasi, DNA kromosom praktikum.
memadat menjadi Barr body, sehingga sebagian besar Selain itu, alat yang diperlukan pada praktikum
gen pada kromosom X yang inaktif tidak dapat pengamatan Barr body dan drumstick antara lain, yaitu
diekspresikan. Oleh karena itu, Barr body menjadi alat tulis, mikroskop cahaya, kamera. Adapun bahan yang
penentu jenis kelamin karena pada kasus normal Barr diperlukan, yaitu preparat awetan leukosit dan sel epitel
body hanya dapat ditemukan pada perempuan. Barr body tunika mukosa mulut. Preparat awetan diamati di bawah
dapat ditemukan pada sel-sel epitel mukosa mulut di tepi mikroskop. Struktur Barr body dan drumstick yang ada
dekat membran inti. Selain Barr body, drumstick juga pada preparat awetan diamati di bawah mikroskop. Hasil
merupakan hasil dari pemadatan kromosom akibat pengamatan kemudian difoto untuk dilampirkan pada
inaktivasi. Sehingga, drumstick juga hanya dapat laporan praktikum.
ditemukan dalam tubuh wanita. Drumstick dapat
ditemukan dalam sel darah putih (neutrofil). Drumstick III. Hasil dan Pembahasan
merupakan bagian dari lobus sel darah putih yang Karyotyping dilakukan pada saat sel berada
berbentuk seperti pemukul genderang. Bentuk ini dapat dalam tahap metafase mitosis. Hal ini karena keadaan
terjadi akibat adanya sedikit kromatin yang melekatkan kromosom pada tahap metafase telah terkondensasi dan
antara lobus kecil neutrofil dengan lobus besar neutrofil tertata rapih. Kromosom pada tahap metafase berjajar
(Danes & Bearn 1967: 509; Chadwick & Willard 2003: pada bidang ekuator sel sehingga lebih mudah untuk
2167; Brooker 2012: 76—77; Brahimi dkk. 2013: 55). diamati bentuk dan ukurannya (Brooker 2012: 157).

4
Secara umum, manusia normal memiliki total 46 menunjukkan adanya empat Barr body yang ada pada tepi
kromosom yang terdiri atas 22 pasang autosom dan membran nukleus. Hal ini sesuai dengan literatur yang
sepasang gonosom (XX atau XY). Dimana kromosom Y menyatakan bahwa Barr body terletak di pinggir
hanya dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena itu, susunan membran nukleus wanita. Kelompok kami juga
kariotipe bagi manusia normal adalah 46, XX atau 46, mengamati neutrofil drumstick pada sampel preparat
XY. Kariotipe manusia dapat dikatakan normal jika tidak awetan sel darah putih. Dalam preparat terlihat adanya
ada kromosom yang berjumlah lebih dari dua pasang dan bagian sel darah putih yang berbentuk seperti pemukul
ukuran yang berbeda antar pasangan kromosom. Susunan genderang. Hal ini sesuai dengan literatur yang
kariotipe manusia normal terdiri atas kelompok menyatakan bahwa drumstick merupakan bagian dari sel
kromosom A hingga G (Brooker 2012: 6, 21). darah putih yang berbentuk seperti pemukul genderang
Kelompok kami mengamati dua kariotipe, yaitu (Walker dkk. 1991: 6191; Brooke 2012: 76; Brahimi dkk.
kariotipe B dan kariotipe D. Setelah melakukan 2013: 55).
karyotyping, hasil pengamatan kariotipe B merupakan
kariotipe dari wanita normal (46, XX). Kariotipe yang ada IV. Kesimpulan
pada sampel terdiri atas 22 pasang autosom dan sepasang 1) Kariotipe disusun berdasarkan pengelompokkan
kromosom X. Susunan kromosom pada kariotipe tersebut kromosom. Kromosom dikelompokkan berdasarkan
sesuai dengan pengelompokkan kromosom A hingga G. ukuran, pola pita, serta letak sentromer pada kromosom.
Hal ini membuktikan bahwa karyotyping yang telah Nomenklatur kariotipe ditulis berurutan dari jumlah
dilakukan sesuai dengan literatur dimana pada manusia kromosom, tipe kromosom seks, hingga tipe abnormalitas
normal terdapat 22 pasang autosom dan sepasang kromosom.
gonosom. Hasil pengamatan kariotipe D merupakan 2) Kromosom normal dan kromosom abnormal dapat
kariotipe dari pria sindrom Klinefelter. Hal ini dibedakan berdasarkan jumlah dan strukturnya. Jika
dikarenakan adanya trisomi pada kromosom seks. terlihat adanya perbedaan struktur salah satu kromatid
Sehingga, kariotipe pria tersebut adalah 46, XXY. pada kromosom, maka kromosom tersebut merupakan
Menurut literatur, penderita sindrom Klinefelter memiliki kromosom abnormal. Jika terdapat jumlah kromosom
dua salinan kromosom X dan satu kromosom Y yang yang lebih ataupun kurang dari 2n, maka kromosom
terjadi akibat kegagalan segregasi kromosom X tersebut merupakan kromosm abnormal.
(nondisjunction). Sehingga, sindrom Klinefelter dikenal 3) Barr body adalah bentuk dari inaktivasi kromosom X
debagai trisomi. Oleh karena itu, karyotyping kariotipe D yang memadat. Drumstick juga merupakan hasil dari
yang telah dilakukan sesuai dengan literatur (Brooker pemadatan kromosom akibat inaktivasi. Barr body
2012: 21, 30, 170). maupun drumstick dapat dijadikan sebagai penentu jenis
Barr body dapat diidentifikasi di pinggir kelamin karena pada kasus normal Barr body dan
membran nukleus interfase ketika kromosom lain tidak drumstick hanya ditemukan pada wanita.
terkondensasi. Barr body paling mudah terlihat saat
interfase karena akan sulit untuk diamati jika Barr body V. Daftar Acuan
berada diantara heterokromatin yang menggumpal. Brahimi, M., A. Adda, H. Lazreg, H. Beliali, S. Osmani
Kelompok kami mengamati sampel preparat awetan yang & M.A. Bekadja. 2013. Can Sex Be Determined

5
from a Blood Smear? Turkish Journal of chromosome formed by telomere association.
Hematology 30(1):53—57. PNAS 88(14): 6191—6195.
Brooke, R.J. 2012. Concepts Of Genetics. 1st ed.
McGraw-Hill, New York: xiv + 697 hlm.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A.
Wasserman, P.V. Minorsky & R.B Jackson.
2008. Biology. 8th ed. Pearson Benjamin
Cummings, San Fransisco: xlvi + 1267 hlm.
Chadwick, B.P. & H.F. Willard. 2003. Chromatin of the
Barr body: histone and non-histone proteins
associated with or excluded from the inactive X
chromosome. Human Molecular Genetics
12(17): 2167—2178.
Danes, B.S. & A.G. Bearn. 1967. Hurler's Syndrome: A
Genetic Study Of Clones In Cell Culture With
Particular Refference To The Lyon Hypothesis.
The Journal Of Experimental Medicine 126:
509—522.
Hartl, D.L & E.W. Jones. 1998. Genetics: Principles
and Analysis. 4th ed. Jones and Bartlett
Publishers, Inc., United States: xxiv + 840 hlm.
Lyon, M.F. 2002. X-chromosome inactivation and
human genetic disease. Acta Paediatrica
91(s439): 107—112.
Pierce, B. A. 2002. Genetics a conceptual approach.
W.H. Freeman Publishing, New York: 709 hlm.
Shaffer, L.G., J. McGowan-Jordan & M. Schmid. 2013.
ISCN 2013: An International System for Human
Cytogenetic Nomenclature (2013). S. Karger,
Basel: vi + 140 hlm.
Speicher, M.R., S.E. Antonarakis & A.G. Motulsky.
2010. Vogel and Motulsky's Human Genetics:
Problems and Approaches. 4th ed. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg, German: xiii + 941
hlm.
Walker, C.L., C.B. Cargile, K.M. Floy, M. Delannoy &
B.R. Migeon. 1991. The Barr body is a looped X

6
LAMPIRAN

7
8

Anda mungkin juga menyukai