Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Genetika

KROMOSOM POLITEN

Tiara Jasmine*, A.M. Husna, A.N. Azmi, A.Y. Putri, E.L. Yosinta, G.D. Aji, N.F. Asiddiq, P.N. Azzahra, A.
Alexander

Universitas Indonesia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Departemen Biologi

Oktober 2020

Abstrak

Perubahan alami pada struktur kromatin dapat membuat kromosom mengalami perubahan bentuk, contohnya yaitu
kromosom politen. Kromosom politen adalah gabungan dari beberapa kromosom yang saling bersinapsis menjadi satu
kromosom raksasa. Kromosom politen memiliki beberapa bagian struktur yaitu kromosenter, band, interband, dan puff.
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengertian, fungsi, dan struktur kromosom politen pada larva
instar III D. melanogaster. Pengamatan dilakukan dengan mengisolasi kelenjar ludah larva. Hasil pengamatan menunjukkan
adanya preparat kromosom politen yang baik dan gagal. Preparat kromosom politen yang baik yaitu ketika terlihat jelas
bagian-bagian kromosom politen seperti daerah band, interband, dan puff. Preparat kromosom politen yang gagal dapat
terjadi akibat preparat kurang diberi tekanan saat dilakukan squashing sehingga sel-sel kelenjar ludah tidak tersebar secara
merata. Dalam pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa kromosom politen adalah kromosom raksasa yang terdiri atas
kromosenter, band, interband, dan puff. Kromosom politen dapat terbentuk melalui pembelahan sel (mitosis) dan peristiwa
endoreduplikasi.

Kata kunci: Kromosom politen; kelenjar ludah; larva instar III Drosophila melanogaster

I. Pendahuluan Sebelum dikemas dalam bentuk kromosom, untaian DNA


berkaitan dengan molekul protein histon dan membentuk
Kromosom merupakan bentuk kemasan dari
kromatin. Dalam organisme eukariot, kromosom
untaian DNA yang membawa informasi genetik (genom).
merupakan molekul DNA yang mengandung gen dalam

1
*) Kelompok 1C
urutan linier dimana sejumlah protein terikat, memiliki DNA dimulai. Dalam persiapan pembelahan sel,
telomer di setiap ujung kromosom, serta sentromer di kromosom bereplikasi dan membuat salinan diri sendiri.
tengah kromosom. Sedangkan dalam organisme Kedua salinan kromosom yang identik ini disebut sebagai
prokariot, molekul DNA dikaitkan dengan lebih sedikit kromatid saudara (sister chromatid). Kromatid saudara
protein, tidak memiliki telomer dan sentromer, dan merupakan salinan dari sebuah kromosom yang saling
seringkali melingkar (Hartl & Jones 1998: 799; Campbell bertautan pada bagian sentromer (Pierce 2002: 21).
dkk. 2008: 229). Kromatin, penyusun kromatid, memiliki dua tipe,
Kromosom pada eukariot lebih besar dan lebih yaitu eukromatin dan heterokromatin. Eukromatin
kompleks dari kromosom yang ditemukan dalam merupakan kromatin yang mengalami proses kondensasi
prokariot. Kromosom pada organisme eukariotik dan dekondensasi secara normal. Eukromatin mengalami
memiliki tiga unsur utama yaitu sentromer, sepasang dekondensasi selama interfase dan terkondensasi selama
telomer, dan asal dari replikasi (origin of replication). mitosis. Heterokromatin merupakan kromatin yang
Sentromer merupakan titik melekatnya mikrotubulus, mengandung urutan DNA repitition dan tetap
filamen yang berperan untuk menggerakan kromosom terkondensasi selama siklus sel bahkan saat interfase.
saat pembelahan sel. Dibanding dengan bagian Kondensasi ini mencegah DNA pada heterokromatin
kromosom yang lain, sentromer umumnya tidak terlalu untuk mengalami replikasi. Hal ini menyebabkan
tampak saat diberi pewarnaan (Pierce 2002: 20—22). heterokromatin memiliki susunan gen yang lebih padat.
Berdasarkan lokasinya, sentromer terbagi Karena susunan gennya yang padat, heterokromatin
menjadi empat tipe, yaitu metasentrik, submetasentrik, memiliki warna yang tampak lebih gelap ketika diberi
akrosentrik, dan telosentrik. Metasentrik merupakan pewarnaan dibanding dengan eukromatin. Eukromatin
kromosom yang sentromernya terletak tepat di tengah dan merupakan pita yang terang pada kromosom, sedangkan
kedua lengan kromosom terbagi sama panjang. heterokromatin merupakan pita yang lebih gelap pada
Submetasentrik dan akrosentrik merupakan kromosom kromosom (Pierce 2002: 5; King dkk. 2006: 202).
yang letak sentromernya lebih jauh dari pusat kromosom. Perubahan alami pada struktur kromatin dapat
Hal ini menyebabkan kromosom memiliki kedua lengan membuat kromosom mengalami perubahan bentuk,
yang tidak sama panjang. Salah satu lengan pendek pada contohnya yaitu kromosom politen. Kromosom politen
kromosom submetasentrik dan akrosentrik disebut adalah gabungan dari beberapa kromosom yang saling
dengan lengan p, bersal dari bahasa perancis “petit” yang bersinapsis menjadi satu kromosom raksasa. Kromosom
berarti kecil. Kemudian, lengan kromosom yang lebih politen memiliki beberapa bagian struktur yaitu
panjang disebut dengan lengan q. Telosentrik merupakan kromosenter, band, interband, dan puff. Kromosenter
kromosom yang sentromernya terletak di ujung lengan merupakan gabungan dari sentromer-sentromer
kromosom (bagian telomer). Telomer adalah bagian kromosom yang menyatu. Layaknya sentromer,
paling ujung dari sebuah kromosom yang berfungsi untuk kromosenter merupakan titik melekatnya lengan-lengan
memberikan stabilitas pada kromosom. Asal replikasi kromosom. Kromosenter dihasilkan dari fusi dari elemen
(origins of replication) merupakan lokasi dimana sintesis heterokromatik yang mengelilingi tiap sentromer

2
kromosom dalam nukleus. Band, pita gelap dari Drosophila melanogaster merupakan salah satu
kromosom politen, merupakan bagian kromosom politen spesies Diptera yang memiliki kromosom politen dalam
yang lebih terkondensasi. Hal ini menyebabkan bagian kelenjar ludah. Kelenjar ludah D. melanogaster memiliki
band memiliki warna yang tampak lebih gelap ketika sel yang aktif melakukan metabolisme. Hal ini
diberi pewarnaan. Interband, pita terang dari kromosom menyebabkan kromosom politen banyak ditemukan
politen, merupakan bagian yang ada diantara band dalam kelenjar ludah D. melanogaster. Kromosom
kromosom politen. Interband tersusun atas DNA yang politen dalam sel Drosophila terdiri atas kromosom
kurang terkondensasi dan mengandung banyak autosomal dan kromosom seks. Kromosom autosomal
eukromatin. Dalam beberapa kondisi, band dan interband pada kromosom politen D. melanogaster terdiri atas
dapat membentuk chromosomal puff. Puff merupakan kromosom 2, 3, dan 4. Kromosom seks pada kromosom
bagian kromosom politen yang membengkak akibat politen D. melanogaster terdiri atas kromosom X, Y, atau
relaksasi (dekondensasi) kromatin pada daerah tertentu. keduanya. Kromosom X, Y, dan kromosom 4 merupakan
Puff terbentuk ketika gen di daerah band atau interband kromosom telosentrik, dan kromosom 2 dan 3 adalah
ingin diekspresikan. Selain itu, puff juga berfungsi kromosom metasentrik. Dengan demikian, kromosom 2
sebagai tempat berlangsungnya transkripsi (Pierce 2002: dan 3 memiliki lengan yang memancar dari kromosenter,
8; Alberts dkk. 2008: 237; King dkk. 2006: 348; King sedangkan X, Y, dan kromosom 4 memiliki satu lengan
dkk. 2013: 82). yang memancar dari kromosenter (Zhimulev & Koryakov
Kromosom politen dapat terbentuk melalui 2009: 2; Brooker 2012: 172—173).
pembelahan sel (mitosis) dan peristiwa endoreduplikasi. Adapun tujuan dari praktikum pengamatan ini
Endoreduplikasi merupakan siklus replikasi DNA tanpa yaitu untuk mengetahui dan memahami pengertian,
terjadi pembelahan sel. DNA pada kromosom mengalami fungsi, dan struktur kromosom politen. Praktikum ini juga
pengulangan replikasi dan saling bersinapsis sehingga bertujuan untuk mengetahui proses terbentuknya
membentuk kromosom politen. Kromosom politen dapat kromosom politen. Selain itu, praktikum ini dilakukan
ditemukan pada jaringan dan organ pada tahap untuk mengetahui cara isolasi kelenjar ludah larva
perkembangan yang cepat. Kromosom politen juga dapat Drosophila melanogaster.
ditemukan dalam jaringan seperti esofagus, kelenjar
ludah, jaringan lemak, usus, gastric ceca, tubulus II. Metode
malphigi, sel dinding trakea, dan otot. Dalam Diptera, Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum
kromosom politen dapat ditemukan pada sel kelenjar pengamatan kromosom politen pada D. melanogaster
ludah. Kromosom politen dapat berfungsi untuk antara lain yaitu mikroskop stereo, mikroskop cahaya,
membantu meningkatkan fungsi sekretori sel dalam kaca objek, cover glass, jarum sonde, pinset, dan pipet.
memproduksi protein (D’Amato 1997: 130; Pierce 2002: Bahan yang digunakan meliputi larutan NaCl 0,9 atau
8; Henderson 2004: 1; King dkk. 2006: 348; Zhimulev & ringer (larutan fisiologis agar larva tidak kekeringan saat
Koryakov 2009: 2). isolasi), asetokarmin (larutan pewarna kromosom), larva
instar III D. melanogaster, dan tisu.

3
Proses isolasi kromosom politen pada D. Tubuhnya yang transparan membuat larva instar III
melanogaster dilakukan dengan cara yaitu pertama, larva mudah untuk diisolasi (Henderson 2004: 252; Rasch
instar III diambil dari medium. Larva instar II kemudian 2004: 165—169).
diletakkan di atas gelas objek yang telah diberi larutan Berdasarkan hasil pengamatan kromosom politen
ringer. Setelah itu, larva ditusuk dengan bantuan jarum yang diberikan, kelompok kami dapat mengamati
sonde pada bagian badan dan kepala. Bagian tubuh larva preparat kromosom politen pertama (Gambar 1.).
yang telah ditusuk kemudian ditarik ke arah yang Berdasarkan gambar tersebut dapat kami amati adanya
berlawanan. Lalu, isolasi kelenjar ludah dilakukan kromosom politen yang melingkar. Dalam gambar
dengan memisahkan kelenjar ludah dari bagian-bagian tersebut terlihat bagian-bagian kromosom politen seperti
yang tidak diperlukan. Kelenjar ludah kemudian pita gelap (band) dan pita terang (interband). Menurut
dibersihkan dari kotoran dan lemak lain. Kemudian, teori, kromosom politen memiliki lengan-lengan
kelenjar ludah yang telah dibersihkan diberi pewarna kromosom yang terdiri atas daerah band dan interband.
asetokarmin dan didiamkan selama 10—15 menit. Cover Teori tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yang kami
glass kemudian diletakkan di atas kelenjar ludah. peroleh. Dengan demikian, gambar tersebut merupakan
Kemudian, preparat kelenjar dilakukan squashing dengan preparat kromosom politen yang baik. Gambar
memberi sedikit tekanan pada cover glass menggunakan selanjutnya yang dapat kami amati yaitu preparat
ibu jari. Hal ini dilakukan agar kelenjar ludah hancur dan kromosom politen kedua (Gambar 2). Berdasarkan
sel-sel didalamnya menyebar sehingga dapat dilihat gambar yang kami amati, terlihat sel-sel kelenjar ludah
dengan jelas dibawah mikroskop. Asetokarmin yang pada preparat tersebut tidak tersebar rata. Tidak
tersisa pada preparat kemudian dibersihkan dengan tisu. tersebarnya sel-sel kelenjar ludah mengakibatkan bagian-
Kromosom politen kemudian diamati di bawah bagian kromosom politen seperti band dan interband
mikroskop dan didokumentasikan. tidak terlihat. Hal ini dapat terjadi akibat preparat kurang
diberi tekanan saat dilakukan squashing. Jika
III. Hasil dan Pembahasan dibandingkan dengan teori, preparat kromosom politen
Kromosom politen banyak ditemukan pada fase yang baik yaitu ketika terlihat jelas bagian-bagian
larva instar III karena fase tersebut merupakan fase larva kromosom politen seperti daerah band, interband, dan
menimbun energi untuk menuju fase pupa sehingga larva puff (lihat Gambar 3.). Dengan demikian, gambar tersebut
memiliki aktivitas makan yang sangat tinggi dan merupakan preparat kromosom politen yang gagal
membutuhkan DNA dalam jumlah besar sebagai (Henderson 2004: 16).
persiapan memasuki tahap pupa. Praktikum pengamatan
kromosom politen dilakukan pada larva instar III D. IV. Kesimpulan
melanogaster karena larva instar III D. melanogaster 1) Kromosom politen adalah gabungan dari beberapa
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan fase larva kromosom yang saling bersinapsis menjadi satu
instar lainnya seperti organ tubuh lengkap, tubuh yang kromosom raksasa. Kromosom politen dapat berfungsi
transparan, dan memiliki banyak kromosom politen. untuk membantu meningkatkan fungsi sekretori sel dalam

4
memproduksi protein. Kromosom politen memiliki Hartl, D.L & E.W. Jones. 1998. Genetics: Principles and
beberapa bagian struktur yaitu kromosenter, band, Analysis. 4th ed. Jones and Bartlett Publishers,
interband, dan puff. Inc., United States: xxiv + 840 hlm.
2) Kromosom politen dapat terbentuk melalui Henderson, D.S. 2004. Drosophila Cytogenetics
pembelahan sel (mitosis) dan peristiwa endoreduplikasi. Protocols. Methods in Molecular Biology 247:
Endoreduplikasi merupakan siklus replikasi DNA tanpa 268.
terjadi pembelahan sel. DNA pada kromosom mengalami King, R.C., W.D. Stansfield & P.K. Mulligan. 2006. A
pengulangan replikasi dan saling bersinapsis sehingga Dictionary of Genetics. 7th ed. Oxford University
membentuk kromosom politen. Press, New York: x + 596 hlm.
3) Isolasi kelenjar ludah larva instar III D. melanogaster King, R.C., P.K. Mulligan & W.D. Stansfield. 2013. A
dilakukan dengan cara meletakkan larva instar II ke atas Dictionary of Genetics. 8th ed. Oxford University
gelas objek yang telah diberi larutan ringer. Larva Press, New York: 641 hlm.
kemudian ditusuk pada bagian kepala dan tubuh dengan Pierce, B. A. 2002. Genetics a conceptual approach.
jarum sonde kemudian ditarik ke arah yang berlawanan. W.H. Freeman Publishing, New York: 709 hlm.
Lalu, isolasi kelenjar ludah dilakukan dengan Rasch, M.E. 2004. Feulgen-DNA Cytophotometry for
membersihkan bagian kelenjar ludah dari hal-hal yang Estimating C Values. Methods in Biology
tidak diperlukan. Kelenjar ludah kemudian diteteskan Drosophila Cytogenetics Protocols. Humana
asetokarmin lalu dilakukan squashing. Press, New Jersey 247: xii + 467 hlm.
Zhimulev, I.F. & D.E. Koryakov. 2009. Polytene
V. Daftar Acuan Chromosomes. Encyclopedia of Life Sciences
Alberts, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts & (ELS): 10 hlm.
P. Walter. 2008. Molecular Biology of The Cell.
5th ed. Garland Science, United States of
America: xxxi + 1600 hlm.
Brooker, R.J. 2012. Concepts of Genetics. McGraw-Hill,
New York: xiv + 700 hlm.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A.
Wasserman, P.V. Minorsky & R.B Jackson.
2008. Biology. 8th ed. Pearson Benjamin
Cummings, San Fransisco: xlvi + 1267 hlm.
D’Amato, F. 1997. Nuclear Cytology in Relation to
Development. Cambridge University Press,
Cambridge: 291 hlm.

5
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai