Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

GIANT KROMOSOM

Oleh:
Indah Suciati
130210103051
Kelas Genetika A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

JUDUL

Giant Kromosom
2
3

TUJUAN
- Mengamati kromosom raksasa pada Drosophila Melanogaster
- Mengetahui bentuk kromosom raksasa pada Drosophila Melanogaster
DASAR TEORI
Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang tersusun dari molekul DNA

(mengandung sejumlah gen) yang tergabung dengan protein tertentu (bukan histon, pada
makhluk hidup prokariot) atau bergabung dengan protein histon (pada makhluk hidup eukariot)
dan memiliki kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri. (Corebima, 45: 1994). Pada sel-sel
eukariot, selain ditemukan di dalam inti, kromosom juga ditemukan di dalam organel tertentu,
misalnya kloroplas (tumbuhan) dan mitokondria. Struktur kromosom di dalam mitokondria
makhluk hidup apapun berupa molekul DNA unting ganda yang melilit dan tidak berasosiasi
dengan protein-protein semacam histon atau berupa molekul DNA unting DNA yang telanjang
(Corebima, 1994). Berbeda dengan kromosom di dalam mitokondria, kromosom di dalam inti sel
eukariot merupakan nucleoprotein yang terdiri dari DNA untai ganda yang berasosiasi dengan
protein histon, protein non histon bahkan RNA (Gardner,1991:46).
Ada beberapa kromosom kadang-kadang masih dapat dilihat adanya lekukan ke arah
dalam sehingga memisahkan bagian kecil dari lengan kromosom, yang dinamakan satelit. Di
lekukan sekunder seringkali dibentuk nukleus, oleh karena itu lekukan ini disebut juga pengatur
nukleus. Setiap lengan kromosomterdiri dari dua bagian yang serupa dan dinamakan kromatid.
Dalam kromatid tampak dua pita spiral disebut kromonema (jamak: kromonemata). Penebalan
yang terdapat pada kromonema disebut kromomer. Bagian dari ujung-ujung kromomer disebut
telomer yang fungsinya menghalangi bersambungnya kromosom satu dengan yang lainnya
(Suryo,1995:58).
Kromatin adalah benang-benang halus yang tersusun atas deoksiribonukleat acid (DNA)
dan protein yang terdiri dari histon dan nonhiston, sehingga membentuk nukleoprotein (Suryo
1995: 18). Dalam setiap inti sel , moleku DNA dikemas dalam struktur sepeti benang yang
disebut kromosom. Setiap kromosom memiliki titik penyempitan yang disebut sentromer yang
membagi kromosom menjadi dua bagian atau disebut lengan. Lengan pendek disebut lengan P
dan lengan panjang disebut lengan Q. Lokasi sentromer memberikan karakteristik pada
masing-masing kromosom dan dapat digunakan untuk menggambarkan lokasi gen tersebut
(Ardilah,2011).
Macam-macam kromosom berdasarkan letak sentromernya, pertama, metasentris yaitu
kromosom yang memiliki sentromer di tengah, sehingga kromosom dibagi atas dua lengan yang
sama panjang. Kedua, submetasentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer tidak di tengah,
sehingga kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Ketiga, akrosentris, yaitu kromosom yang
memiliki sentromer dekat dengan salah satu ujungnya, sehingga kedua lengan tidak sama

panjangnya. Keempat, telosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer di salah satu
ujungnya sehingga kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (Suryo 1995: 60).
Kromosom raksasa disebut kromosom politen, ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah
dan pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan pada serangga ordo diptera
lainnya. Struktur kromosom politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan
dari replikasi helaian kromatin. Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X)
yaitu kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian
kromosenter (Harth 2005: 272 & 273). Kromosenter adalah bagian block besar pada
heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada kromosom politen, selain terdapat
kromonemata dan kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band adalah bagian gelap
pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff
adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe 1993: 737).
Kromosom politen sering ditemukan pada kromosom kelenjar ludah, karena seirng
dilakukan penelitian dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen juga ditemukan pada
organ lain seperti tubulus malphigi dan kantong lambung. Pada beberapa lalat dewasa juga dapat
ditemukan sedikit kromosom politennya (Wolfe 1993:736).
Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun dari sel-sel yang
sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin besar
mengikuti perkembangan larva. Painter menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah
karena pada tahap S dari interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah, sedangkan
pada kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis. Kromosom
kelenjar ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga terlihat sangat panjang dan besar.
Kromosom kelenjar ludah mengandung 1000 kali lebih banyak DNA dibanding kromosom biasa
( Suryo 1995: 78-84).
Kromosom Drospohila melanogaster dijadikan objek dalam berbagai penelitian karena
perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan atas tiga instar, dan pada instar ketiga,
larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5 milimeter (Suryo 1995: 77).
kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster terbentuk
karena proses endomitosis dimana strand kromosom mereplikasi terus menerus tanpa terjadi
pembelahan inti. Proses endomitosis menghasilkan bentukan kromosom yang besar dan panjang
seperti pita, atau yang biasa disebut kromosom polytene (Gardner, 1991:57) .
kromosom dalam kelenjar ludah Drosophila melanogaster membelah beberapa kali tetapi
masing-masing strand tidak membelah. Strand-strand tersebut tetap menempel antara satu dengan
yang lain. Dengan kata lain, kromosom raksasa ini memiliki banyak copy gen yang tidak
memisah antara satu dengan yang lain, sehingga di dalam satu sel terdapat kopian informasi dari
beberapa gen di dalam kromosom. Namun saat terjadi endoreplikasi yang berulang-ulang pada
kromosom, ada bagian yang tidak ikut membelah dengan maksimal, yakni daerah sentromer.

Sebagai hasilnya, sentromer kromosom tergabung bersama-sama menjadi bentukan padat yang
dinamakan sentrosenter. Ciri khas dari kromosom raksasa adalah terdapat garis-garis pita gelap
dan pita terang yang tersusun teratur berselang-seling (Eberhard 2007:178).
Pada tahun 1928, Emil Heitz menemukan beberapa bagian pada kromosom yang sangat
tebal dan gelap dan diberi nama heterokromatin, sedangkan bagian yang tidak menebal dan tidak
gelap yang terlihat pada tahap telofase dan interfase disebut euterokromatin. Study selanjutnya
menunjukkan Heterokromatin mengandung sedikit atau tidak ada gen aktif, sedangkan
eukromatin mengandung gen aktif (Eberhard 2007:180).
pita terang pada kromosom raksasa ini merupakan eukromatin dengan lilitan renggang.
Sedangkan pita gelap merupakan heterokromatin dengan lilitan yang padat dan dapat mengalami
kondensasi. DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap. Bagian yang berperan aktif
dalam pembelahan adalah bagian pada pita gelap. Jumlah pita pada kromosom raksasa dapat
digolongkan menjadi 537 pita untuk kromosom X, 1032 pita pada kromosom kedua, 1047 pita
pada kromosom ketiga, dan 34 pita pada kromosom keempat. Sehingga total pita adalah 2650
untuk satu genome. Beberapa penelitian lain disebutkan jumlah pita 3286 (Kimball,1990:156).
Kromosenter adalah bagian block besar pada heterokromatin yang terdapat di dekat
sentromer. Pada kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan kromosenter, ditemukan
juga band dan interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian
terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe
1993: 737).
Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun dari sel-sel yang
sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin besar
mengikuti perkembangan larva. Painter menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah
karena pada tahap S dari interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah, sedangkan
pada kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis. Kromosom
kelenjar ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga terlihat sangat panjang dan besar.
Kromosom kelenjar ludah mengandung 1000 kali lebih banyak DNA dibanding kromosom biasa
( Suryo 1995: 78-84).

METODE PRAKTIKUM
1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
1. Mikroskop
2. Gelas arloji
3. Gelas obyek
4. Gelas cover
5. Pipet
6. Jarum pentul
4.1.2 Bahan
1. Larva Drosophila melanogaster
2. Larutan NaCl 0,9%
3. Larutan FAA
4. Acetocarmin
4.2 Cara Kerja
Memilih larva lalat buah instar 3

Meletakkan larva pada gelas arloji dan memberi larutan NaCl 0,9%

Menentukan bagian kepala, ekor, dan leher larva

Meletakkan larva pada kaca benda dan mengamati di bawah


mikroskop

Memisahkan bagian kepala dengan ekor, dengan cara meletakkan leher,


kemudian menariknya hingga putus
Jarum pentul pada bagian kepala dan

Mencari kelenjar ludah yang memiliki bentuk seperti ginjal dengan warna transparan

Memisahkan kelenjar ludah yang telah ditemukan dari lemak lemak yang menempel

Menetesi kelanjar ludah yang telah ditemukan dengan FAA secukupnya , hingga
warna kelenjar ludah menjadi keruh

Membersihkan sisa FAA dengan cara menghispnya dengan kertas hisap, lalu
menetesinya dengan acetocarmin

Menutup preparat dengan kaca penutup, dan mengamati di bawah mikroskop

Mencari kromosom raksasa pada preparat yang sudah dibuat, dan menggambarnya

Hasil Pengamtan
Hasil Pengamatan Giant Kromosom pada Drosophila melanogaster

Hasil Pengamatan Giant Kromosom pada Drosophila melanogaster menurut


literature

DAFTAR PUSTAKA
Gardner, E.J, dkk. 1991. Principles of Genetics. New York Gardner, E.J, dkk. 1991.
Principles of Genetics. New Yor k: John Wiley and Sons, Inc.
Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes & genomes. Jane Bartlett
Publishers:Inc. Canad.:
Kimball, John W. 1990. BIOLOGI Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Ardilah, Putri.2011.Giant Kromosom.Jurnal penelitian sains dan teknologi.vol: 3(1).
Suryo, 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press.:Yogyakarta.
Wolfe, Stephen L. 1993. Molecular and Cellular Biology. Wadsworth: Inc. California.

Anda mungkin juga menyukai