Anda di halaman 1dari 7

HASIL DAN ANALISIS

Hasil Pengamatan Keterangan


Kelenjar ludah larva innstar III D.
melanogaster berbentuk seperti sepanjang
ginjal dengan mikroskop stereo perbesaran 3x.

Hasil pengamatan kromosom raksasa dari


kelenjar ludah D. melanogaster dengan
untaiann kromosom yang banyak.

PEMBAHASAN
Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa, digunakan kelenjar luda larva instar III
dari Drosophila melanogaster. Selanjutnya dilakukan fiksasi menggunakan larutan FAA dan
kelenjar ludah mengalami perubahan warna dari transparan menjadi putih yang menurut Elgin
(1991), tujuan fiksasi adalah mengakomodasi peregangan kromosom sehingga terdapat resolusi
yang tinggi dari banding structure yang merupakan bagian kromosom politen. Setelah itu larutan
FAA diserap dan ditetesi asetocarmin yang bertujuan untuk pewarnaan sel.
Dalam pengamatan ini digunakan larva instar III karena pada tahap tersebut Drosophila
sp. memiliki 1024 (210) kromatid yang identik dan saling bersinapsis. Ada 80% DNA di
kromosom raksasa yang berlokasi di band dan 15% nya berada di interband. Satu band
mengandung 3000-300.000 pasangan basa nukleotida. Drosophila sp. memiliki 5000 bands dan
5000 interbands. Pada tahap ini, larva mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai
dengan 200 kali lipat berat awalnya karena disebabkan proses endoreplikasi. Kelenjar saliva
larva instar III Drosophila sp. digunakan karena kromosom politen yang ditemukan berukuran
besar sehingga memudahkan pengamatan. Kelenjar saliva larva instar III ini, kromosom
mengalami replikasi hingga mencapai 1000 copy. Kelenjar saliva juga mengandung banyak
enzim untuk proses pencernaan makanan, karena mempersiapkan memasuki tahap pupa. Hal ini
menyebabkan massa dan volume sel bertambah, sehingga ukuran jaringan menjadi besar
(Siregar, 2010).
Praktikum pengamatan kromosom raksasa Drosophila sp. menggunakan larva instar III
Drosophila sp. karena tubuhnya transparan sehingga kelanjar saliva mudah untuk diisolasi, dan
telah memiliki banyak kromosom raksasa. Praktikum pengamatan kromosom politen Drosophila
sp. menggunakan kelenjar saliva karena selain mudah untuk diisolasi, organ ini memiliki
sejumlah sel yang aktif melakukan metabolisme. Sel pada organ kelenjar saliva aktif melakukan
metabolisme dibuktikan dengan terdapatnya hingga paling tidak 1024 untai kromatin, atau 512
pada tiap homolognya. Selain pada kelenjar saliva, kromosom politen dapat ditemukan pada
pertengahan lambung, tubulus malphigi, rektum dan proventrikulus dari Drosophila sp. (Zhang,
2000).
Kromosom raksasa merupakan kromosom berukuran raksasa relatif terhadap ukuran
kromosom pada umumnya saat waktu interfase. Struktur kromosom raksasa dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu band, interband, puff, dan chromocenter (Pierce 2004). Selain itu kromosom
raksasa hanya mengalami 2 fase sel yakni fase S dan fase G (Wilkins et al., 1993). Pembentukan
kromosom raksasa karena terjadi replikasi kromosom berulang hingga 10 kali tanpa pembelahan
sel (endomitosis) dan menghasilkan seikat kromosom yang pararel. Sebelum pembentukan
kromosom politen, sel Drosophila melanogaster yang bersifat diploid (mengandung 2 set
kromosom yang masing-masing tersusun atas 4 kromosom), saat bereplikasi, 4 kromosom
tersebut saling menyatu/agregasi membentuk satu kromosom politen dengan banyak lengan
melalui endoreplikasi. Bagian tengah tempat kromosom beragregasi disebut chemocenter seperti
yang terlihat pada gambar 2. Lengan kromosom raksasa terdiri atas satu kromosom X, sepasang
lengan 2, sepasang lengan 3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L
(left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X dan lengan 4
tersusun secara telosentrik, sedangkan kromosom lengan 2 dan lengan tiga tersusun metasentrik
(Tyagi, 2009). Menurut Kimball (1990), Jumlah pita pada kromosom raksasa dapat digolongkan
menjadi 537 pita untuk kromosom X, 1032 pita pada kromosom kedua, 1047 pita pada
kromosom ketiga, dan 34 pita pada kromosom keempat. Sehingga total pita adalah 2650 untuk
satu genome.
Pada pengamatan kali ini, gambar yang ditemukan kurang jelas karena mikroskop yang
digunakan mengalami kendala. Akan tetapi masih bisa terlihat struktur-struktur dari kromosom
raksasa. Struktur kromosom raksasa dibagi menjadi empat bagian, yaitu band, interband, puff,
dan chromocenter. Band adalah bagian dari struktur kromosom politen yang terkondensasi dan
mengandung banyak heterochromatin. Interband adalah bagian dari struktur kromosom raksasa
yang kurang terkondensasi relatif dari band dan mengandung banyak euchromatin. Puff adalah
bagian dari struktur kromosom raksasa yang menggembung karena benang kromatin yang
terelaksasi. Puff berperan sebagai tempat terjadinya transkripsi materi genetic. Chromocenter
adalah bagian struktur kromosom yang menjadi tempat melekatnya centromere kromosom yang
bergabung. Chromocenter hampir seluruhnya terdiri dari heterochromatin Band dan interband
adalah pola pita gelap dan terang yang berselang-seling atau disebut dengan kromomer. Band
adalah pola gelap yang mengandung 80% dari DNA pada kromosom sedangkan interband adalah
pola terang dan hanya mengandung sisa 15% dari daerah band. Kromatin yang berada pada pita
gelap atau band, terkondensasi lebih besar daripada kromatin di daerah interband. Hal ini yang
menyebabkan lebih banyak kromosom yang berlipat-lipat di daerah band, sehingga terlihat gelap
jika diamati. Pola pita ini dapat terlihat jika kromosom diberi pewarna. Dalam beberapa situasi,
kromosom mengalami kondisi puff atau disebut dengan pembengkakan atau penonjolan beberapa
daerah pada lengan kromosom. Puffing terjadi ketika beberapa bagian dari kromatin mengalami
relaksasi sehingga lengan kromosom sedikit terbuka. Puffing mengindikasikan bahwa ada
beberapa daerah pada lengan kromosom yang sedang aktif mentranskripsikan DNAnya
(Firdauzi, 2016).
Kromosom raksasa memiliki fungsi untuk mengontrol perubahan fisiologi suatu
organisme karena mengandung gen dalam kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan
eukromatin disebut dengan position effects yang dapat menyebabkan mutasi pada organisme.
Peran penting kromosom politen adalah untuk mengakumulasi mRNA dalam jumlah besar yang
nantinya akan diperlukan pada tahap embrionik. Kromosom raksasa memproduksi banyak
protein dikarenakan Kromosom politen memiliki lebih banyak DNA berganda pada lengannya
dibandingkan kromosom pada umumnya. Protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan. Kromosom raksasa ditemukan di jaringan seperti esofagus,
kelenjar saliva, usus, gastric ceca, tubulus malphigi, jaringan lemak, sel dinding trakea, otot, dan
beberapa tipe sel pada saraf ganglia. Kromosom raksasa lebih sering ditemukan di salivary gland
dari larva, karena kelenjar saliva lebih mudah untuk dibelah dan kromosom raksasa yang
ditemukan berukuran cukup besar (Alberts, 2012).
Proses terjadinya kromosom raksasa terbentuk dari proses endoreduplikasi. Proses
endoreduplikasi adalah proses yang hampir sama dengan proses pembelahan sel secara normal,
akan tetapi proses endoreduplikasi sel tidak melewati fase mitosis setelah fase S. Hal tersebut
yang mengakibatkan kromosom mengalami replikasi kembali yang berupa replikasi DNA pada
pasangan kromosom homolognya tanpa pemisahan dari replikasi rantai kromatin. Oleh sebab itu,
kromosom menjadi menebal dan memiliki ukuran yang besar karena saat proses replikasi
tersebut berlangsung berulang kali (Tyagi, 2009).
Struktur kromosom raksasa terdiri dari lima lengan kromosom. dua kromosom nomor 2,
dua kromosom 3, dan kromosom X. Kromosom politen juga memiliki kromosom nomor 4,
namun sangat pendek dan sulit dibedakan dari kromosenter. Pada proses terbentuknya kromosom
raksasa, terjadi proses post-translational modifications (PTMs). Perubahan post-translational
modifications (PTM) dari histon inti memainkan peran penting dalam mengubah pemadatan
kromatin, terutama N-terminal 20-25 asam amino dari histon inti, dan untuk yang lebih rendah
rantai samping sejauh di daerah C-terminal dan internal, memberikan total lebih dari 60 target, di
mana lebih dari 10 jenis PTM dapat berlangsung. Inti PTM histone mengubah interaksi dalam
dan di antara nukleosom dan menyediakan situs mengikat untuk berbagai efektor, yang
selanjutnya mengubah interaksi yang mengarah ke perubahan struktural dan fungsional pada sel
(Elgin, 1991).
Diskusi
1. Bagaimana kenampakan struktur kromosom raksasa? Sebutkan dan jelaskan juga bagian-
bagian dari kromosom raksasa!
Kromosom raksasa memiliki ukuran yang besar, lengan kromosom berjumlah 4 yang
bentuknya linear dan berkumpul dalam cromocenter, setiap lengan kromosom, garis-garis
struktur yang membentuk pita gelap dan pita terangnya terlihat. Pada beberapa bagia
terdapat struktur yang tidak kompak dan melebar atau menggelembung yang disebut dengan
puff.
2. Analisislah fungsi dari pita terang dan pita gelap pada kromosom raksasa Drosophila
melanogaster!
Pada pita gelap memiliki fungsi aktif dalam melakukan transkripsi, sementara bagian
mengandung gen-gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi
sehingga menjadi bagian pita terang yang aktif dalam melakukan replikasi.
3. Buatlah tabel yang membedakan kromosom raksasa pada kelenjar ludah dengan kromosom
tubuh yang lain!
No Kromosom Raksasa Kromosom pada Umumnya
1. Ukuran 100x lebih besar Ukuran 100x lebih kecil
2. Tidak melalui tahap endoreduplikasi Melalui tahap endoreduplikasi
3. Pembelahan DNA pada fase S pada Pembelahan DNA pada fase S pada
Interfase tanpa diimbangi oleh Interfase diimbangi oleh pembelahan
pembelahan sentromer dan pembelahan sentromer
sel ( Fase Mitotik ) sehingga DNA pada
kromosom tersebut menjadi berlimpah
dan menjadi terlihat berukuran besar

4. Apakah fungsi khusus dari kromosom raksasa?


Kromosom raksasa sangat penting untuk proses perkembangan seperti molting karean
kromosom raksasa ini banyak mengandung Salinan molekul DNA yang telah direplikasi
beberapa kali sehingga memberikan Salinan tambahan pada DNA untuk transkipsi hingga
menghasilkan protein yang banyak.
5. Mengapa pada praktikum menggunakan larva instar III? Analisislah jawaban Anda secara
logis!
Dikarenakan pada kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster, derajat kromosom
politen (C) sebesar 1024-2048 (bereplikasi minimal 10 kali), sedangkan pada midgut 512-
1024 (bereplikasi minimal 9 kali), dan pada kelenjar protoraks sebesar 64-512 (bereplikasi
minimal 8 kali), dan pertumbuhan organ tubuh yang lebih pesat pada larva instar 3 dan
tubuh larva instar 3 transparan, memudahkan proses isolasi kromosom politen pada kelenjar
ludah. Kelenjar ludah larva instar 3 berjumlah sepasang berbentuk seperti ginjal bening dan
berada di bagian anterior tubuh larva.
6. Selain pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster, dimanakah kita bisa menemukan
kromosom raksasa?
Kromosom raksasa ditemukan pada berbagai makhluk hidup yakni: di larva beberapa
lalat, protozoa dan tanaman, sel telapak kaki lalat dewasa serta insecta seperti Collembola
dan jangkrik.

DAFTAR RUJUKAN
Alberts, Bruce: Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter.
2012. Molecular Biology of the Cell. 4th edition. USA: Garland Sciences
D’Amato, F.1997. Nuclear Cytology in Relation to Development. Syndics of the Cambridge
University Press. Cambridge: 291 hlm.
Elgin, S. C. 1991.Functional Organization of The Nucleus : A Laboratory Guide. SanDieogo :
Academic Press Inc.
Firdauzi, Nirmala Fitria. 2016. Rasio Perbandingan F1 Dan F2 Pada Persilangan Starin N X B,
Dan Strain N X Tx Serta Resiproknya. IAIN Ambon : Progam Studi Biologi
Goldstein, L. S. B. & E. A. Fyrberg. 1995. Methods in Cell Biology Vol. 44, Drosophila
melanogaster: Practical Uses in Cell and Molecular Biology. Academic Press, California:
xx + 757 hlm.
Jain, Kritika. 2013. Kinds of chromosomes: lampbrush, polytene, and supernumery. 1 hlm.
http://www.biologydiscussion.com/chromosomes/kinds-of-chromosomes-lampbrush-
polytene-and-supernumery/569. 25 Maret 2015 22.10
Kimball, John W. 1990. Biologi. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
King, R. C., W. D. Stansfield & P. K. Mulligan. 2006. A Dictionary of Genetics. 7th ed. Oxford
University Press, New York: 596 hlm. Passarge, Eberhard. 2007. Color atlas of genetics.
3rd ed. Thieme Stuttgart, New York: 497 hlm.
Lewin, Benjamin. 2004. Genes VIII. Pearson Prentice Hall, United States of America: xxii +
1003 hlm. Pierce, B.A. 2004. Genetics: a Conceptual Approach 2nd. New York: W.H
Freeman Publishing
Muhlenberg College (=MU). 2013. Polytene chromosome of drosophila. 1 hlm.
http://www.muhlenberg.edu/main/academics/biology/courses/bio240/polytene.html. 24
Maret 2015 pk 22.20
Passarge, Eberhard. 2007. Color atlas of genetics. 3rd ed. Thieme Stuttgart, New York: 497 hlm.
Pierce, B. A. 2002. Genetics a conceptual approach. W.H.Freeman Publishing, New York:709
hlm
Siregar, Agnes Ester Patricia. 2010. Kromosom Politen Pada Drosophila Sp. Institute Teknologi
Bandung : Bandung
Tyagi, Rajiv. 2009. Understanding Genetics. New Delhi: Discovery Publishing House
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal Development, 2nd ed. New York : Willey-Liss,
Inc
Zhang Y; Wang Z; Ravid K 2000. The cell cycle in polyploid megakaryocytes is associated with
reduced activity of cyclin B1-dependent cdc2 kinase. Journal of Biological
Chemistry. 271 (8): 4266–72

Anda mungkin juga menyukai