Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BIOLOGI

KROMOSOM DROSOPHILA MELANOGASTER DAN


EKSTRAKSI DNA

OLEH

DINDA CINDRAHATI HAMKA

XII MIPA 1

TUGAS BIOLOGI

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019-2020

SMAN 6 BONE
KROMOSOM DROSOPHILA MELANOGASTER

A. Drosophila melanogaster

Untuk menambah volume sel, beberapa sel tertentu melakukan replikasi

secara terus menurus tanpa diikuti oleh pembelahan sel, membentuk kromosom

raksasa. Kromosom raksasa ini dapat dijumpai pada beberapa spesies serangga,

khususnya pada ordo diptera. Salah satu spesies yang memiliki kromosom ini

adalah Drosophila melanogaster. Menurut Storerdan Usinger (1975), dalam

klasifikasi makhluk hidup Drosophila melanogaster ditempatkan dalam

klasifikasi sebagai berikut:

 Phylum : Arthropoda

 Kelas : Insecta

 Sub kelas : Pterygota

 Ordo : Diptera

 Sub ordo : Olyclorrapa


 Suku : Drosophilidae

 Anak suku : Drosophilinae

 Marga : Drosophila

 Jenis : Drosophila melanogaster

Kromosom raksasa dapat ditemukan pada kelenjar ludah Drosophila

melanogaster, karena kelenjar ini mempunyai aktivitas metabolik yang cukup

tinggi. Selain itu kromosom raksasa hanya dapat ditemukan pada fase larva.

Kromosom raksasa ditemukan pada tahap interfase pada waktu proses


pembelahan sel, dimana pada waktuy itu kromosom melakukan replikasi secara
berulang- ulang tanpa diikuti pembelahan sel. Kromosom raksasa dibentuk pada
saat replikasi menghasilkan kromatin yang saling berhubungan pada kromosom
haploid. Pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster tiap kromosom raksasa
merupakan hasil 9 siklus replikasi. Jadi pada tiap kumpulan kromosom terdapat
lebih dari serisu kromosom. Bahkan pada beberapa insekta yang lain ditemukan
lebih dari 16.000 kromosom.
Kromosom raksasa ini terdiri dari pita yang berwarna gelap dan terang
yang letaknya berselang-seling saling bergantian. Ukuran diameternya bervariasi
pada tempat-tempat tertentu karena pada bagian tertentu kromosom tersebut
menggembung dan kromosom tersebut terlihat membengkak. Bentuk kromosom
raksasa pada satu jaringan berbeda dengan jaringan yang lain karena adanya
variasi letak gembungan (Kimball, 1990). Akan tetapi perlu dicatat bahwa fungsi
kromosom raksasa pada semua jaringan adalah sama, yaitu untuk mempertinggi
aktivitas metabolisme suatu sel.
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah, dimasukkan dalam

filum antropoda kelas insekta diptera, anak bangsa cyclophorha (pengelompokan

lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaws hooks), seri acaliptra
(imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa), suku drosophilidae,

jenis drosophila melanogeser di indonesia terdapat sekitar 600 jenis, pulau jawa

sekitar 120 jenis dari suku drosophilidae (wheeler,1981). Drosophila

melanogester yang sering ditemukan di indonesia adalah drosophila

melannoogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta,hypocausta, imigran

dll.

Lalat buah antrophoda lainya mempunyai konstruksi modular, suatu sri

segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama. Yaitu:

kepala, thoraks, dan abdomen. Seperti hewan simetris bilateral lainnya, drosophila

ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral

(punggung-perut). Pada drosophila, determinan sitoplasmik yang udah ada di

dalam telur memberikan informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini

bahkan sebellum fertilisasi, setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan

akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.

Drosophila memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cicin

berwarna hitam di tubuh bagian belaakang. Betina memiliki ukuran panjang

sekitar 2,5 dan yang jantan lebih kecil di bandingkan dengan yang betina, pada

bagian jantan bagian tubuh belakang lebih gelap. Dan untuk lalat buah yang liar

memiliki mata berwarna merah.

Adapun ciri umumnya sebagai berikut;

 Berukuran kecil

 Urat tepi sayap (costal nein) mempunyai dua bagian yang terinterupsi

dekat dengan tubuhnya


 Sungut (arista) umumya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

 Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung

 Mata berwarna merah

 Larva Instar 3

B. Kromosom Pada Lalat Buah (Drosophila melanogaster) Jantan Betina

Di dalam kromosom terdapat sederetan gen yang masing-masing

mengadakan pautan. Gen-gen tadi cenderung akan mengikuti kromosom. Bila

kromosom itu diberikan ke sel kelamin, pada saat pembentukan sel kelamin

melalui pembelaan meiosis, maka deretan gen yang ada pada kromosom tersebut

akan mengikutinya. Gen pada kromosom yang terpaut pada sel kelamin teryata

dapat menentukan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup, terutama pada

lalat buah (drosophila melanogaster).

Jumlah kromosom pada Drosophila melanogaster jantan dan betina 4

pasang terdiri atas kromosom tubuh dan kromosom kelamin. Pada sel tubuh lalat

buah yang diploid (2n), mempunyai empat pasang kromosom, pasangan

kromosom seks (gonosom) dan pasangan II sampai IV merupakan pasangan

kromosom tubuh (autosom). Adapun bentuk kromosom Drosophila

melanogaster dapat dilihat pada gambar berikut.

Masing-masing kromosom II sampai IV merupakan pasangan kromosom


yang homolog. Pasangan kromosom I merupakan pasangan homolog pada betina,
dan tidak homolog pada jantan. Hal iini dikarenakan terdapat dua kromosom X
dan kromosom Y. Kromosom X berbentuk seperti batang sedangkan kromosom Y
berbentuk agak bengkok. Pada lalat buah betina mempunyai 2 kromosom X dan
kromosom Y (ditulis dengan symbol XY), kromosom X dan kromosom Y tidak
homolog, artinya tidak sama panjangnya. Berdasarkan kariotipe susunan
kromosom Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
a. Autosom:

 6A + XY atau 3AA + XY (rumus kromosom autosom Drosophila

melanogaster jantan)

 6A + XYX atau 3AA + XX (rumus kromosom autosom Drosophila

melanogaster betina)

b. Gonosom

 3A + X dan 3A + Y (rumus kromosom gonasom Drosophila

melanogaster jantan)

 3A + X (rumus kromosom gonasom Drosophila melanogaster betina)

Jika lalat buah dilakukan pembasataran yang berkaitan dengan adanya

kromosom seks, yaitu X dan Y. selanjutnya lalat buah jantan akan menghasilkan 2

macam sel sperma, yaitu yang mempunyai kromosom X dan Y. Pada lalat buah

betina akan menghasilkan satu macam sel telur yaitu kromosom X, bila sel telur X

dibuahi sel sperma X, akan menghasilkan lalat buah betina. Bila sel telur X

dibuahi sel sperma Y maka akan menghasilkan lalat buah jantan.


EKSTRAKSI DNA

A. Defenisi DNA

Definisi DNA Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah polimer asam

nukleat yang tersusun secara sistematis dan merupakan pembawa informasi

genetik yang diturunkan kepada keturunannya. Informasi genetik disusun

dalam bentuk kodon yang berupa tiga pasang basa nukelotida.

Secara struktural, DNA merupakan polimer nukleotida, di mana setiap

nukelotida tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan basa. Polimer tersebut

membentuk struktur dua untai heliks ganda yang disatukan oleh ikatan

hidrogen antara basa-basa yang ada. Terdapat empat basa dalam DNA, yaitu

adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T). Adenin akan membentuk

dua ikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin akan membentuk tiga

ikatan hidrogen dengan sitosin. Kombinasi jumlah dan susunan yang terbentuk

antara ikatan-ikatan basa ini memungkinkan setiap indvidu memiliki cetak

biru genetik yang spesifik dibandingkan organisme lain.


DNA pada makhluk hidup dapat ditemukan pada inti sel (nukleus),

mitokondria, dan klorofil. Pada manusia, DNA ditemukan pada inti sel dan

mitokondria. DNA pada nukleus berbentuk linear dan memiliki jumlah pasang

basa sekitar tiga milyar, sedangkan DNA yang berada di mitokondria

(mtDNA) berbentuk sirkuler dan memiliki jumlah pasang basa lebih sedikit

yaitu sekitar 160.000. Namun, apabila terjadi mutasi pada DNA mitokondria,

dapat terjadi kerusakan pada sistem yang peka terhadap kebutuhan energi

seperti sistem saraf dan otot

Tabel Perbedaan DNA inti dan DNA mitokondria.

Perbedaan DNA inti DNA mitokondria

Ukuran genom 3 juta bp 16.569 bp

2 (masing-masing satu dari Bisa lebih dari


Kopi per sel
tiap induk) 1000
Linier, tersusun membentuk
Struktur Sirkuler
kromosom

Diturunkan
Ayah dan ibu Ibu
dari

Unik untuk tiap individu Tidak


Keunikan
(kecuali kembar identik) sepenuhnya

Tidak 5-10 kali DNA


Rendah
sepenuhnya inti

B. Sejarah Identifikasi DNA

Identifikasi DNA adalah upaya untuk membandingkan antara profil

DNA barang bukti dengan pembanding sehingga dapat disimpulkan apakah

profil DNA barang bukti cocok (match) dengan pembanding atau tidak. Pola

pewarisan spesifik pada DNA inti dan DNA mitokondria menentukan teknis

identifikasi DNA. Identifikasi DNA inti dapat dilakukan dari semua sel tubuh

yang memiliki inti. Sampel yang didapatkan dari TKP harus diperlakukan
sebagai barang bukti. Oleh karena itu, pengumpulan sampel harus dilakukan

dengan hati-hati, disimpan dan diawetkan agar hasil pemeriksaan dapat

digunakan dalam pengadilan. Pengumpulan sampel yang buruk dapat

menyebabkan DNA terdegradasi atau

fragmen DNA yang terlalu pendek sehingga sulit untuk dianalisis.

Aspek penting lain adalah menjaga agar sampel tidak terkontaminasi.

Beberapa spesimen biologis yang sering didapatkan pada TKP dan dijadikan

material pemeriksaan DNA diantaranya adalah darah, tulang, ketombe,

rambut, feses, kuku, sidik jari, sekret hidung dan telinga, saliva, keringat, urin,

semen, dan cairan vagina. Tiap jenis spesimen biologis memiliki standar

prosedur pengambilan dan pengawetan sampel tersendiri. Identifikasi DNA

sampel terdiri atas lima langkah:

C. Pemeriksaan pendahuluan terhadap sampel

Pemeriksaan pendahuluan atau skrining merupakan pemeriksaan

yang dilakukan untuk memeriksa dan memastikan sebuah sampel yang

didapatkan dari TKP. Setiap jaringan memiliki karakteristik yang spesifik

namun tidak unik. Contohnya, semen memiliki konsentrasi asam fosfatase

yang tinggi, tapi enzim ini juga ditemukan pada sekresi tubuh lainnya,

termasuk sekresi vagina. Pemeriksaan pendahuluan bermacam-macam

jenisnya tergantung spesimen yang akan diperiksa.

Beberapa contoh pemeriksaan pendahuluan adalah tes benzinin dan

tes o-tolodin untuk spesimen yang dicurigai darah, pemeriksaan mikroskopis,

pengecatan, dan tes alkali phosphatase untuk spesimen yang dicurigai semen.
Pemeriksaan pendahuluan terhadap sampel rambut yang biasa dikerjakan

berupa pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimiawi. Pemeriksaan

makroskopik mencakup panjang, warna, dan karakteristik gelombang pada

rambut. Pemeriksaan mikroskopis mencakup pola dari medula rambut,

pigmentasi korteks, dan tipe sisik kutikula. Pemeriksaan kimiawi digunakan

untuk melihat bahan kimiawi yang diserap oleh kulit atau dicerna tubuh

seperti obat-obatan, toksin arsen, dan timbal.

D. Ekstraksi DNA

Molekul DNA harus dipisahkan dari material seluler lainnya

sebelum dapat diperiksa. Protein sel yang menyelubungi dan melindungi DNA

dapat menghambat kemampuan menganalisis DNA. Oleh karena itu, metode

untuk mengekstrasi DNA telah dikembangkan untuk memisahkan protein dan

materi seluler lainnya dari molekul DNA. Selain itu, kuantitas dan kualitas

DNA sering diukur sebelum proses lanjutan lainnya untuk memastikan akan

didapatkan hasil yang optimal.

Ekstraksi DNA secara umum memiliki tahapan-tahapan yang

meliputi isolasi dari jaringan, pelisisan dinding dan membran sel, ekstraksi

dalam larutan, purifikasi serta presipitasi atau pemadatan.


Dalam prosesnya terdapat tiga larutan penting dalam isolasi DNA,

yaitu larutan buffer untuk lisis, larutan buffer untuk digesti, dan protein kinase

K. Proses penghancuran sel (lisis) secara kimia dilakukan dengan

mamanfaatkan senyawa kimia seperti EDTA (Etil Ediamin Tetra Asetat) dan

SDS (Sodium Dodesil Sulfat). EDTA merusak atau menghancurkan sel

dengan cara mengikat ion magnesium. Ion magnesium berfungsi dalam

mempertahankan integritas sel dan mengingkatkan aktivitas enzim nuklease

yang merusak asam nukleat. SDS yang merupakan sejenis deterjen digunakan

untuk merusak membran sel. Pembersihan Digesti/lisis Kelasi ion polivalen

Ekstraksi dengan pelarut Pengikatan partikel DNA.

E. Konsentrasi/desalting

Kotoran (debris sel) yang ditimbulkan akibat proses penghancuran

sel dapat dibersihkakn dengan cara sentrifuge sehingga yang tertinggal di

dasar tabung hanya molekul nukelotida (DNA, RNA, serta protein). Protein

dapat dihilangkan dengan bantuan enzim proteinase, sedangkan RNA juga

dibersihkan dari larutan dengan RNAse sehingga DNA dapat diisolasi

seutuhnya. Terdapat tiga teknik primer yang digunakan dalam laboratorium

forensik DNA untuk ekstraksi DNA, yaitu ekstraksi organik (fenol-

kloroform), ekstraksi Chelex, dan kertas FTA


F. Ekstraksi Organik

Ekstraksi organik, juga disebut ekstraksi fenol-kloroform, telah

digunakan paling lama dan dapat digunakan untuk situasi di mana RFLP dan

atau PCR digunakan. DNA dengan berat molekul tinggi yang penting untuk

metode RFLP dapat diperoleh paling efektif melalui cara ini namun metode

ini memakan waktu lama, melibatkan bahan kimia berbahaya dan memerlukan

pemindahan bahan melalui beberapa tabung sehingga menaikkan risiko

kontaminasi.
G. Metode Chelex

Metode ini dapat mengekstraksi DNA lebih cepat dari metode

organik. Selain itu, ekstraksi Chelex melibatkan lebih sedikit langkah

sehingga kontaminasi bisa diminimalisisasi. Namun, metode ini menghasilkan

DNA untai tunggal sehingga hanya berguna untuk prosedur berbasis PCR.

Selain itu, tes ini juga menghilangkan inhibitor PCR sehingga dapat menjadi

suatu keuntungan untuk PCR.

H. FTA Paper

FTA paper adalah kertas serap berbasis selulosa. Metode ini

memiliki keuntungan karena menghasilkan data konsisten dan dapat

diautomatisasi.

I. Ekstrasi fase-solid

Merupakan ekstraksi di mana DNA diikat secara selektif pada

sebuah substrat seperti silica dan dilepaskan pada pencucian yang memisahkan

DNA dari protein dan komponen seluler lainnya. Metode yang paling banyak

digunakan adalah Qiagen columns, DNA IQ, dan PrepFiler.

J. Differential Extraction

Modifikasi ekstraksi organik yang memisahkan sel epitel dan sel

sperma. Metode ini umum digunakan untuk mengisolasi DNA pria dan wanita
pada barang bukti kasus-kasus perkosaan yang mengandung campuran kedua

jenis DNA tersebut.

Tabel Jumlah DNA yang umumnya di Ekstraksi dari Spesimen Biologis

Tipe Sampel Jumlah DNA


Darah cair 20.000 – 40.000 ng/ml
Noda darah 250 – 500 ng/cm2
Air mani 150.000 – 300.000 ng/ml
Swab vagina postcoital 10 – 3000 ng/swab
Rambut dicabut (dengan akar) 1 – 750 ng/akar
Rambut rontok (dengan akar) 1 – 10 ng/akar
Air liur 1000 – 10.000 ng/ml
Swab bukal 100 – 1500 ng/swab
Urin 1 – 20 ng/ml
Tulang 3 – 10 ng/mg
Jaringan 50 – 500 ng/mg

K. Kuantifikasi DNA

Kuantikasi DNA merupakan suatu proses untuk memastikan bahwa

DNA yang didapatkan dari ekstraksi adalah benar berasal dari manusia dan

bukan berasal dari misalnya bakteri. Selain itu, kuantifikasi DNA dalam

sampel juga penting dalam pemeriksaan PCR. Dalam pemeriksaan DNA tidak

diharapkan jumlah DNA yang terlalu kecil atau jumlah DNA yang terlalu

banyak. DNA yang terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan saat

interpretasi dan memakan waktu yang lebih lama, sedangkan DNA yang

terlalu sedikit dapat mengakibatkan hilangnya alel-alel yang diperlukan karena

reaksi PCR gagal untuk mengamplifikasi DNA dengan baik. Jumlah DNA

yang dikehendaki untuk pemeriksaan DNA adalah antara 0.5 ng – 2.0 ng.
Metode yang digunakan untuk kuantifikasi DNA biasanya berupa

absrobansi pada panjang gelombang 260 nm atau menggunakan fluorescence

setelah pewarnaan menggunakan ethidium bromide. Namun, kekurangan dan

metode ini adalah tidak begitu sensitif dan pengukuran absorbansi tidak

spesifik untuk DNA sehingga protein kontaminan atau fenol sisa ekstraksi

dapat memberi perhitungan yang salah. Sekarang, telah dikembangkan

beberapa metode baru seperti prosedur slot blot dan microtiter plate assay

berbasis fluoresensi yang dapat disebut “real-time atau kuantitatif PCR.

Anda mungkin juga menyukai