Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dinda Cindrahati Hamka

Kelas : X MIPA 1
No. Urut : 17

PENERAPAN SISTEM BELAJAR “FULL DAY” BAGI SISWA

Sebenarnya kata Full day school Dari bahasa Inggris, yaitu Sekolah Sepanjang waktu
namun pengertian Full day school menurut istilah adalah sebuah sekolah yang memberlakukan
jam belajar sehari penuh antara jam 07.00-15.30/16.00. Full day school yang dimaksud adalah
program sekolah di mana proses pembelajaran dilaksanakan sehari penuh di sekolah. Dengan
kebijakan seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak dihabiskan di
lingkungan sekolah dari pada di rumah. Anak-anak dapat berada di rumah lagi setelah menjelang
sore.

Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran
agama secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman agama
siswa. Dengan jam tambahan dilaksanakan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar,
praktis nya sekolah model ini masuk pukul 07:00 WIB dan pulang pada pukul 15:30. Full day
school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara
intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa.
Biasanya jam tambahan tersebut dialokasikan pada jam setelah sholat Dhuhur sampai sholat
Ashar, sehingga praktis sekolah model ini masuk pukul 07.00 WIB pulang pada pukul 16.00
WIB. Sedangkan pada sekolah-sekolah umum, anak biasanya sekolah sampai pukul 13.00 WIB.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa full day school adalah Sekolah umum yang
memadukan system pengajaran islam secara intensif dengan menambahi waktu khusus untuk
pendalaman keagamaan siswa.

Sistem belajar full day school untuk tingkat SD, SMP dan SMA akan diterapkan. Ide ini
diterapkan dengan tujuan agar siswa mendapat pendidikan karakter dan pengetahuan umum di
sekolah. Sesuai dengan pesan dari Presiden Jokowi bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia
adalah ketika dua aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi. Untuk jenjang SD, 80 persen
pendidikan karakter dan 20 persen untuk pengetahuan umum. Sedangkan SMP, bobot
pendidikan karakter adalah 60 persen dan 40 persen untuk pengetahuan umum. Dan untuk
jenjang SMA 50 persen pendidikan karakter dan 50 persen untuk pengetahuan umum. Gagasan
ini direspon baik oleh Jokowi maupun Jusuf Kalla. Semakin berkembangnya dunia, pendidikan
saat ini mulai beramai-ramai meningkatkan kualitas sumber daya siswa dengan berbagai cara.
Hal ini berangkat dari banyaknya "tuntutan" untuk menjadi manusia yang kaya ilmu serta
diseimbangkan dengan skill yang mumpuni. Salah satu strateginya adalah dengan konsep
sekolah yang mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak ini.
Maksud dari full day school adalah pemberian jam tambahan. Namun, pada jam
tambahan ini siswa tidak akan dihadapkan dengan mata pelajaran yang membosankan. Kegiatan
yang dilakukan seusai jam belajar-mengajar di kelas selesai adalah ekstrakurikuler (ekskul). Dari
kegiatan ekskul ini, diharapkan dapat melatih 18 karakter, beberapa di antaranya jujur, toleransi,
displin, hingga cinta tanah air. Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa)
tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka.
Dengan demikian, kemungkinan siswa ikut arus pergaulan negatif akan sangat kecil karena
berada di bawah pengawasan sekolah. Misalnya, penyalahgunaan narkoba, tawuran, pergaulan
bebas, dan sebagainya.

Pertimbangan lainnya adalah faktor hubungan antara orangtua dan anak. Biasanya siswa
sudah bisa pulang pukul 1. Tidak dipungkiri, di daerah perkotaan, umumnya para orangtua
bekerja hingga pukul 5 sore. Antara jam 1 sampai jam 5 kita tidak tahu siapa yang bertanggung
jawab pada anak, karena sekolah juga sudah melepas, sementara keluarga belum ada. Kalau
siswa tetap berada di sekolah, mereka bisa sambil menyelesaikan tugas sekolah sampai
orangtuanya menjemput sepulang kerja. Setelahnya, siswa bisa pulang bersama orangtua, dan
selanjutnya aman di bawah pengawasan orangtua. Selain itu, Program ini juga dianggap dapat
membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Ini
merupakan salah satu syarat untuk lolos proses sertifikasi guru. Guru yang mencari tambahan
jam belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari program ini.

Kalau pada akhirnya diterapkan, dalam sepekan sekolah akan libur dua hari, yakni Sabtu
dan Minggu. Sehingga, ini akan memberikan kesempatan bagi siswa bisa berkumpul lebih lama
dengan keluarga. Peran orangtua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga.
Dengan begitu, komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga dan ikatan emosional juga
tetap terjaga. Agar program ini dapat berjalan lancar harus didukung dengan suasa lingkungan
sekolah yang menyenangkan. Jadi, penerapannya adalah belajar formal sampai setengah hari,
selebihnya diisi kegiatan ekstrakurikuler.

Dari segi sosial dan geografis, daerah pelosok nampaknya belum cocok menjalankan
konsep sekolah ini. Kebanyakan orangtua siswa bermata pencaharian sebagai petani, nelayan,
buruh, dan sebagainya. Nah, orangtua pun membutuhkan anaknya untuk membantu mereka
menyelesaikan pekerjaan sepulang sekolah. Misalnya bercocok tanam, menjahit, dan sebagainya.
Membantu ini juga merupakan bagian dari pembentukan karakter dan meningkatkan kemampuan
anak di rumah. Berbeda dengan orangtua di perkotaan yang sebagian besar adalah pekerja
kantoran. Kemungkinan jarang bertemu dan berinteraksi dengan anak secara langsung akibat
kesibukan sangat besar. Salah satu contohnya adalah Purwakarta. Bupati setempat memiliki
peraturan pendidikan berkarakter yang telah diintegrasikan dengan peraturan Desa Berbudaya.
Oleh karena itu, pelajaran siswa di sekolah harus diaplikasikan oleh siswa di lingkungan tempat
tinggal masing-masing. Jika ada orangtua yang tidak mendorong anak mereka untuk mengikuti
peraturan ini, maka akan diberikan sanksi. Pemerintah daerah akan mencabut subsidi kesehatan
dan pendidikan mereka.

Rencana tersebut dapat berjalan selama tidak memasung hak anak, seperti hak bermain,
hak beristirahat, dan hak berekreasi. Sebab, pada prinsipnya, sekolah harus ramah anak demi
yang terbaik buat mereka. Sistem seperti ini tidak bisa dipaksakan untuk semua sekolah di
seluruh Indonesia. Di beberapa sekolah yang telah menerapkan hal tersebut, banyak anak didik
yang stres karena cara pengemasannya tidak ramah. Konsep ini bergantung pada sarana dan
prasarana pendukung. Seperti fasilitas sekolah dan regulasi lain yang bisa jadi pengokoh.
Sebelumnya, sudah ada beberapa negara yang menerapkan full day school. Justru konsep ini
diusung oleh negara-negara maju lho, smart buddies! Ada Singapura, Korea Selatan, Cina,
Jepang, Taiwan, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, dan Jerman.

Melihat respon masyarakat, banyak yang menanggapi dengan positif. Justru hal ini
membuktikan bahwa masyarakat bersikap kritis. Hingga kini, ide full day school ini masih dalam
proses pengkajian. Juga, disosialisasikan di berbagai sekolah, mulai pusat hingga ke daerah-
daerah sambil melihat respon masyarakat. Sekali lagi, ini baru gagasan yang dilemparkan ke
masyarakat. Masukan dari masyarakat juga akan menyempurnakan program pendidikan yang
akan beliau canangkan. Jika nanti ditemukan lebih banyak kelemahan, maka program ini tidak
akan dijalankan. Mungkin jika dikemas dengan tepat dan ramah anak, konsep ini dapat berjalan
dengan baik. Sarana menunjang, tenaga pendidik yang berkualitas dan sejahtera, serta tidak
menyamaratakan seluruh jenjang dan geografis. Kemudian, kemajuan teknologi pendidikan pun
dapat memaksimalkan fungsi untuk memajukan sekolah ke depannya. Kombinasi antara fasilitas
dan sistem pendidikan dapat menjalankan peran dan fungsinya secara efektif. Dengan demikian,
label full day tidak sebatas pada namanya saja. Namun dibuktikan dengan proses pendidikan
yang dikelola sesuai tujuan dan amanah undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai