Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pantai Kondang Merak


Pantai Kondang Merak adalah pantai yang terletak di bagian selatan
Kabupaten Malang Jawa Timur. Pantai Kondang Merak berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Jarak tempuh kurang lebih 2,5 jam dan
kurang lebih berjarak 63,5 km dari Kota Malang. Hutan lindung kondang
merak merupakan bagian dari kawasan hutan yang dikelola oleh KPH
Malang. Hutan lindung kondang merak memiliki luas kurang lebih 21.442,5
Ha yang terletak di desa Sumber bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten
Malang, JawaTimur. Letak geografis hutan lindung kondang merak adalah
24o20’10’’- 20o89’31’’ LS dan 126o11’12’’ – 126o36’20’’BT dan dengan
batas-batasnya meliputi pada batas barat dibatasi oleh kawasan hutan perum
perhutani KPH Blitar, pada batas timur berbatasan dengan kawasan hutan
perum perhutani KPH Malang, pada batas utara berbatasan dengan kawasan
hutan perum perhutani KPH Pasuruan, dan pada batas selatan dibatasi
dengan kawasan hutan perum perhutani KPH Blitar (perum perhutani Unit
II Jatim, 2006).
Akses jalan menuju Pantai Kondang Merak keadaannya cukup
buruk yaitu berupa jalan setapak tanpa aspal sepanjang kurang lebih 4 km.
Hal ini yang ngakibatkan daerah terisolasi dan memiliki fasilitas yang
sangat minim. Perairan Kondang Merak mempunyai struktur pantai yang
landai dengan gelombang laut dan arus yang cukup besar. Pada bagian
timur pantai terdapat aliran sungai yang debit air yang keluar cukup besar.
Pantai ini memiliki ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang serta
berada pada hutan lindung. Kondang Merak memiliki potensi yang sangat
besar mulai dari segi flora dan fauna, baik yang berada di darat maupun di
laut (Luthfi et al., 2016). Hutan Pantai Kondang Merak memiliki kondisi
hutan yang masih alami dan sehat yang menjadi habitat berbagai jenis
flora dan fauna beserta tipe vegetasinya yang cukup beragam. Hutan
Pantai Kondang Merak juga memiliki berbagai jenis flora yang
menjadikan hutan ini sebagai habitat alami dari insekta, sehingga disana
masih banyak ditemukan berbagai jenis insekta tetapi, sampai saat ini
belum ada informasi data publikasi mengenai jenis-jenis insekta yang
hidup disana dan belum ada penelitian untuk pemanfaatan sebagai sumber
belajar biologi (Cahya, 2016).

Gambar 1 Peta Lokasi Kondang Merak Kabupaten Malang

2.2 Isolasi basah

Keanekaragaman hayati tanah memegang peranan penting dalam


memelihara keutuhan dan fungsi suatu ekosistem. Ada tiga alasan utama
untuk melindungi keanekaragaman hayati tanah, yaitu: (a) secara ekologi;
dekomposisi dan pembentukan tanah merupakan proses kunci di alam yang
dilakukan oleh organisme tanah dan berperan sebagai „pelayan ekologi‟
bagi eksistensi suatu ekosistem, (b) secara aplikatif; berbagai jenis
organisme tanah telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya
pertanian, kedokteran dan sebagainya, dan (c) secara etika; semua bentuk
kehidupan , termasuk biota tanah memiliki nilai keunikan yang tidak dapat
digantikan (Hagvar, 1998).
Fauna tanah menurut tempat hidupnya dibagi menjadi:
1. Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.
2. Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
3. Infauna, yaitu hewan yang hidup didalam tanah (Ross, 1965).

Keberadaan hewan tanah di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh


faktor abiotik di lingkungan. Faktor lingkungan yang paling esensial bagi
kesuburan dan perkembangan hidup hewan tanah adalah temperatur,
cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia. Cahaya memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan hidup hewan tanah dan
merupakan faktor yang sangat vital berhubungan dengan perilaku untuk
memberikan variasi morfologi dan fisiologi pada hewan tanah (Suwondo,
2007).

Isolasi basah adalah salah satu metode koleksi hewan tanah dengan
cara pencucian (washing). Keuntungan metode ini adalah memerlukan
waktu sebentar tetapi harus dilakukan dengan teliti dan sabar. Metode
dekantasi basah merupakan isolasi basah untuk memisahkan hewan-hewan
pada sampel tanah dengan tanah menggunakan air dan disaring. Dalam hal
ini ada kemungkinan bahwa hewan infauna yang ukurannya kecil tidak
dapat ikut tersaring atau menempel pada tanah sehingga ikut terbuang
(Suwondo, 2007).
Cahya, C., F. 2016. Identifikasi serangga di hutan pantai kondang merak sebagai
sumber belajar biologi. Bachelors Degree (S1) thesis, University of
Muhammadiyah Malang.
Luthfi, O.M., Alviana, P.Z., Guntur, G., Sunardi, S. and Jauhari, A., 2016. Size
Distribution of Massive Porites at Reef Flat in Kondang Merak, Malang,
Indonesia. Research Journal of Life Science, 3(1), pp.23-30.
Hagvar, S. 1998. The relevance of the Rio-Convention on Biodiversity to
conserving biodiversity of soils. Applied Soil Ecology 9: 1-7.
Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John
Wiley & Sons
Suwondo. 2007. Dinamika Kepadatan dan Distribusi Vertikal Arthropoda Tanah
pada Kawasan Hutan Tanaman Industri. Jurnal Pilar Sains, 6 (2).
(Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106208&val=5125),
diakses 24 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai