Anda di halaman 1dari 5

Analisis Data

Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa pada Drosophila,


digunakan kelenjar ludah larva instar III dari Drosophila melanogaster. Sebelum
pengamatan larva ditetesi dengan larutan NaCl 0,9% dan dipergunakan larutan
acetokarmin pada saat pembuatan preparat. Pada pengamatan ditemukan kelenjar
ludah yang diamati pada mikrokop stereo. Setelah ditemukan kelenjar ludah
tersebut lalu diamati pada mikroskop cahaya. Saat pengamatan tidak ada
kelompok yang dapat menemukan kromosom raksasa pada kelenjar ludah
Drosophila, oleh karena itu mengambil sumber dari literature. Hasil yang
didapatkan yakni kromosom raksasa berbentuk seperti benang yang melilit lilit,
dengan warna berselang-seling (gelap-terang). Ada bagian gelap (heterokromatin)
dan bagian terang (Eukromatin).

Pembahasan
Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa pada Drosophila,
menggunakan larva instar ke III karena larva instar III memiliki ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan larva instar I dan larva instar II. Selain itu,
pada fase ini larva terlihat transparan dan memiliki pergerakan terbatas
sehingga memudahkan proses isolasi. Bagian kepala dan bagian ekor larva
instar III dapat dibedakan. Bagian kepala larva instar III lebih aktif bergerak
dibandingkan bagian ekornya. Larva instar III memiliki tubuh transparan,
organ – organya sudah terbentuk, dan memiliki cincin kuning dibagian
spirakelnya (Navarro,2001).
Pengamatan kromosom raksasa menggunakan kelenjar ludah pada larva
instar III dikarenakan pada tahap ini dibutuhkan banyak makanan untuk
kecepatan pertumbuhan. Selama fase ini, kelenjar ludah harus berkembang
dengan baik agar suplay enzim kelenjar ludah cukup untuk proses disgesti.
(Naya dkk, 2014). Kelenjar ludah tersebut mengandung seribu kali DNA yang
lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari
banyak untai DNA. Kromosom politen pada kelenjar saliva mengalami replikasi
sebanyak 10 kali, sedangkan pada tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali,
dan pada lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe, 1993).
Dikarenakan Drosophila merupakan salah satu dari ordo diptera yang memiliki
kromosom homolog kebanyakan selalu berpasangan, oleh karena itu kromosom-
kromosom interfase dalam sel-sel kelenjar ludah selalu berpasangan. Dalam inti
sel interfase dari embrio lalat Drosophila melanogaster, kromosom homolog
tampak sebagai benang-benang berpasangan yang memiliki kromomer (Suryo,
1995: 84).
Larva instar III Drosophila melanogaster sebelumnya diisolasi
menggunakan cairan NACL 0,9% yang berfungsi sebagai ringer agar selama
proses pengisolasian larva tidak mengalami kekeringan. Fungsi larutan Ringer
adalah sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila melanogaster
agar tubuh larva instar tidak akan kekeringan selama berada dalam larutan, karena
bersifat isotonis terhadap permukaan tubuh larva instar (Ashburner 1989: 33-34).
Selain cairan ringer, dalam praktikum pengamatan kromosom politen
digunakan asetokarmin. Yang berfungsi sebagai pewarna kromosom untuk
memudahkan pengamatan.
Berdasarkan literature, kromosom politen memiliki bagian-bagian yaitu
interband, band, puff, dan kromosenter. Kromosenter adalah bagian block besar
pada heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada kromosom politen,
selain terdapat kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band adalah
bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band yang
terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe 1993:
737). Terbentuknya pola gelap dan terang karena kromatid yang
bersinaps. Band berupa struktur kompak yang memiliki lebih banyak DNA
dibandingkan interband. Kromatin yang menggulung merupakan salah satu alasan
terbentuknya band dan kromatin yang tidak menggulung membentuk interband.
Gulungan tersebut akan terlihat seperti pita gelap karena mengandung banyak
DNA (Henderson 2004: 26).
Euchromatin dan heterochromatin adalah variasi bagian pada daerah
kromosom. Bedanya, heterochromatin adalah daerah yang terlihat gelap,
sedangkan euchromatin terlihat terang. Bagian yang berwarna gelap yakni
pada heterochromatin disebabkan oleh kromosom yang berkondensasi.
Sedangkan euchromatin yang terlihat terang juga mengalami kondensasi,
namun dengan tingkat kondensasi lebih rendah dari heterochromatin.
Heterochromatin berisi DNA yang berulang dan tidak ditranskripsi,
sedangkan euchromatin berisi gen - gen yang ditranskripsi. (Fairbanks 1999 :
309).
Pada saat pengamatan, kelompok kami tidak dapat menemukan kromosom
raksasa tersebut dikarenakan berbagai faktor yakni kesalahan dari praktikan
yang kurang terampil dalam membuat preparat. Selain itu faktor alat
pengamatan yakni mikroskop yang lensanya kurang jelas sehingga
menyulitkan pengamatan.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
kromosom politen (kromosom raksasa) dapat ditemukan salah satunya pada
kelenjar ludah larva instar III dari Drosophila melanogaster. Bagian-bagian
dari kromosom politen yakni terdiri dari interband, band, puff, dan
kromosenter. Terbentuknya pola gelap dan terang pada kromosom tersebut karena
kromatid yang bersinaps. Band memiliki lebih banyak DNA dibandingkan interband.

Diskusi
1. Bagaimana kenampakan kromosom raksasa?
Jawab : kenampakan kromosom raksasa berupa bentukan linear yang
tersusun atas pita gelap dan terang yang berselang-seling.
2. Apa makna pita terang dan pita gelap ditinjau dari struktur dan fungsinya?
Jawab : pada kromosom politen terdapat beberapa bagian. Bagian yang
terkondensasi yaitu bagian heterokromatin. Pada bagian ini memiliki
banyak salinan sekuen DNA tetapi karena kondisinya terpadatkan atau
terlalu memepat, DNA tidak bisa diakses untuk diekspresikan informasi
genetik yang dibawa. Oleh karena itu pada heterokromatin tidak aktif
dalam melakukan transkripsi. Warna dari heterokromatin lebih gelap
dibandigkan bagian yang lainnya karena adanya pemadatan. Sedangkan
bagian lain dari kromosom adalah eukromatin. Pada eukromatin mimiliki
warna yang lebih terang daripada heterokromatin karena tidak mengalami
pemadatan. Sehingga pada bagian eukromatin inilah terjadi transkripsi
gen-gen karena eukromatin mengandung gen-gen yang aktif.
3. Selain pada Drosophila melanogaster, kromosom raksasa ditemukan pada
apa saja ?
Jawab : kromosom raksasa dapat ditemui pada beberapa spesies yang
berasal dari ordo diptera. Selain dapat ditemukan pada kelenjar ludahnya,
juga terdapat pada pertengahan lambung, tubulus malpighi, rektum, dan
proventrikulus.
4. Apa fungsi kromosom raksasa?
Jawab : fungsi kromosom raksasa yakni menyediakan protein yang
melimpah untuk mempertinggi aktivitas metabolisme suatu sel.
5. Bagaimana ukuran kromosom raksasa?
Jawab : ukuran kromosom raksasa lebih besar dari kromosom yang lain,
hampir 100 kali lebih besar.

Daftar Pustaka

Ashburner Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA :


Coldspring Harbor Laboratory Press.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Pacific
Groove: Brooks/cole Publishing Company. xix + 820 hlm
Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. United States: Humana
Press. 468 hlm
Navarro, B.J. 2001. Drosophila: life cycle. (Online) (http://quest.nasa.gov/).
Diakses tanggal 6 maret 2017
Suryo, 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. Wadsworth, Inc., California:
xviii + 1145 hlm.

Anda mungkin juga menyukai